Disusun Oleh :
KELOMPOK IV
Gresty Enjels Latumaeliss NIM.P07120118061
Farid A.Kaimudin NIM.P07120118057
Shintia Paulain NIM.P07120118088
Jaiya Buton NIM.P07120118063
Claudia S.Tetelepta NIM.P07120118054
Agustinus. R. Lebelauw NIM.P07120118049
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Preeklamsi, tepat pada waktunya.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi penugasan dari mata kuliah
Keperawatan Maternitas dan menambah pengetahuan kita akan penyakit pada masa
kehamilan.
Tidak lupa kami menyampaikan banyak terima kasih terutama kepada dosen mata
kuliah Ns. Christy Hitijahubessy, M.Kep.,Sp.Kep.Mat. yang senantiasa memimbing kami
dalam pembuatan makalah ini, juga kepada teman-teman dan pihak-pihak lain yang telah
memberikan dukungan dan bantuan kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kami mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki makalah
kami, dan agar menjadi pelajaran dikemudian hari. Kami berharap bahwa makalah ini dapat
memberikan manfaat besar bagi pembaca khususnya bidang kesehatan dan keperawatan.
KELOMPOK IV
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu di indonesia masih cukup tinggi. salah satu penyebab
utama tinggi angka kematian ibu ini adalah pre-eklamsia/eklampsia. Pre-eklampsia
sering terjadi pada kehamilan terutama pada kehamilan pertama, kehamilan kembar
dan wanita yang berusia diatas usia 35 tahun. Selama kehamilan, tanda-tanda pre-
eklampsia ini harus dipantau terlebih pada wanita yang berisiko terjadi pre-eklampsia
pada kehamilannya ini. Tanda khas pre-eklampsia ini adalah tekanan darah tinggi,
ditemukan protein dalam urine dan oedema. Adapun gejala-gejala yang juga harus
diketahui yaitu kenaikan BB berlebihan, nyeri kepala yang hebat, muntah, gangguan
penglihatan. Jika tanda-tanda tersebut terlambat dideteksi maka akan semakin parah
dan keadaan paling berat ini akan kejang, pasien yang akan mengalami kehilangan
kesadaran, bahkan sampai pada kematian karena kegagalan jantung, kegagalan ginjal,
kegagalan hati dan pendarahan otak.
Usia sebagai salah satu faktor predisposisi terjadinya pre-eklampsia dapat
menimbulkan kematian maternal. Wanita hamil diatas usia 35 tahun meningkat 3 kali
lipat terjadinya pre-eklampsia. Jika tidak terdeteksi secara dini tentu kasus pre-
eklampsia ini akan berubah menjadi eklampsia yang harus mempunyai penanganan
yang lebih khusus.
Untuk mengatasi salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu-ibu
adalah pelayanan kesehatan prenatal yang baik dan tidak boleh menganggap remeh
jika menemukan salah satu tanda dari pre-eklampsia.
Jika kasus pre-eklampsia ini menjadi semakin berat dan tidak segera ditangani
lamanya akan berakibat buruk kondisi ibu dan janin, bahkan akan berakibatkan
kematian ibu dan janin.
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pada ibu hamil.
2. Untuk mengetahui konsep preeklamsi dan eklamsi.
3. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada preeklamsi dan eklamsi.
D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah uuntuk mengetahui dan memahami konsep ibu
hamil, preeklamsi dan eklamsi serta askep tentang preeklamsi dan eklamsi.
BAB II
PEMBAHASAN
5
B. Klasifikasi
1. Menurut penggolongan dibagi menjadi 3 yaitu : PE ringan, sedang dan
berat (Menurut Sarwono, 2005 “Ilmu Kebidanan”).
Diagnosis Tekanan Darah Tanda Lain
Pre-Eklamsi Kenaikan TD diastolic 15 Protein Urin +1
Ringan mmHg/79 mmHg dengan 2x
7
pengamatan berjarak 1
jam/tekanan diastolic
mencapai 110 mmHg.
Pre-Eklamsi Kenaikan TD systolic 30 Protein urin positif 2 oedem umum,
Sedang mmHg/lebih atau mencapai kaki, jari tangan dan muka, kenaikan
140 mmHg. BB 1 kg tiap minggu.
Pre-Eklamsi Tekanan diastolic >110 Protein urine positif ¾ oliguria (urine
Berat mmHg 5 gr/L) hiperefleksia, gangguan
penglihatan, nyeri epigastrik,
terdapat oedem paru dan sinosis.
C. Manifestasi Klinik
Gambaran klinik preeklampsi bervariasi luas dan sangat individual.
Kadang –kadang sukar untuk menentukan gejala preeklampsia mana yang
timbul lebih dahulu. Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada
preeclampsia ialah edema, hipertensi dan terakhir proteinuria. Sehingga bila
gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas dapat dianggap bukan
preeklampsia. Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria
merupakan gejala yang paling penting, namun penderita seringkali tidak
merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan
nyeri kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini
sudah cukup lanjut.
Sedangkan eklampsia kasus akut pada penderita preeclampsia yang
disertai kejang dan koma, sama halnya dengan preeclampsia, eklampsia dapat
timbul pada ante, intra, dan postpartum. Eklampsia postpartum umumnya hanya
terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
Dua gejala yang sangat penting diatas pada preklampsia yaitu hipertensi
dan proteinuria yang biasanya tidak di sadari oleh wanita hamil, penyebab dari
kedua masalah diatas adalah sebagai berikut :
1. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang
penting pada preeklampsia. Tekanan diastolik merupakan tanda
prognostik yang lebih andal dibandingkan dengan tekanan sistolik.
9
1. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi pada kasus-
kasus yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan
oksipital, serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik biasa.
2. Nyeri epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preklampsia berat.
Keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar akibat edama
atau pendarahan.
3. Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasies arterial,
iskemia, dan edema rutina dan pada kasus-kasus yang langka disebabkan
oleh ablasio retina, pada preklampsia ringan tidak ditemukan tanda-tanda
subjektif ( Cuningham, 1995:767 ).
D. Prognosis
1. Kerusakan akibat preeklampsia antara lain sbb :
10
a. Otak
Dapat terjadi pembengkakan di otak sehingga timbul kejang dengan
penurunan kesadaran yang biasa disebut eklampsia. Dapat juga terjadi
pecahnya pembuluh darah di otak akibat hipertensi.
b. Paru-paru
Bengkak yang terjadi di paru-paru menyebabkan sesak napas hebat dan
bisa berakibat fatal.
c. Jantung
Terdapat payah jantung.
d. Ginjal
Ditemukan adanya gagal ginjal.
e. Mata
Bisa terjadi kebutaan akibat penekanan saraf mata yang disebabkan
bengkak maupun lepasnya selaput retina mata. Kebanyakan bersifat
sementara. Kendati demikian, pemulihannya memakan waktu cukup
lama.
f. Sistem darah
Terjadi pecahnya sel darah merah dengan penurunan kadar zat
pembekuan darah.
E. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari kelainan ini, namun
penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya
preeklampsia dan eklampsia. Faktor - faktor tersebut antara lain, gizi buruk,
kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.
12
Sedikit teori yang menerangkan mengenai hal itu adalah sebagai berikut :
1. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
2. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
3. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
4. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
F. Patofisiologi
1. Patofisiologi preeklamsia/eklamsia (KDM)
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah sakibat spasme
pembuluh darah yang disertai dengan retensi garam dan air. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan
tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus.
Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis yang
menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan
mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi/agregasi trombosit
deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya
vasospasme, sedangkan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan
menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah
menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan
trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan
faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama
darah sampai organ hati dan bersama-sama angiotensinogen menjadi
angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama
tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme
menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit
menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah.
Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan
sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan
vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk
mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi
intravaskular akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi
organ.
13
G. Komplikasi
1. Komplikasi preeklamsia :
Bergantung pada derajat preeklamsia yang dialami. Namun, yang termasuk
komplikasi antara lain sebagai berikut :
a. Pada ibu
1) Eklamsia
2) Solusio plasenta
3) Perdarahan subkapsula hepar
4) Kelainan pembekuan darah (DIC)
5) Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low
platelet count).
6) Ablasio retina
7) Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada janin
1) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2) Prematur
3) Asfiksia neonatorum
4) Kematian dalam uterus
5) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
2. Komplikasi eklamsia :
Komplikasi yang dapat timbul saat terjadi serangan kejang adalah :
a. Lidah tergigit
b. Terjadi perlukaan dan fraktur
c. Gangguan pernafasan
d. Perdarahan otak
e. Solutio plasenta dan merangsang persalinan.
H. Penatalaksanaan
16
Penanganan umum
Pemberian IV
a) Dosis awal
Diazepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
Jika kejang berulang, ulangi dosis awal
b) Dosis pemeliharaan
Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan RL per infus
Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis >30
mg/jam
Jangan berikan >100 mg/24 jam
I. Diet
1. Tujuan Diet
a. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
b. Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
c. Mencegah dan mengurangi retensi garam atau air
d. Mencapai keseimbangan nitrogen
e. Menjaga agar penambahan BB tdk melebih normal
f. Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyakit
baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
2. Syarat Diet
a. Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan
diberikan secara berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima
makanan . Penambahan energi tidak lebih dari 300 Kkal dari makanan
atau diet sebelum hamil.
b. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam
atau air. Penambahan BB diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah
1 Kg/minggu.
c. Protein tinggi (1½ – 2 g/kg berat badan).
d. Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan
lemak tdk jenuh ganda.
e. Vitamin cukup; vit C & B6 diberikan sedikit lbh tinggi.
f. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
22
BAB III
TEORI ASKEP IBU HAMIL DENGAN PRE-EKLAMSI/EKLAMSI
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada ibu dengan preeklamsia/eklamsia antara lain
sebagai berikut :
1. Identitas umum ibu.
2. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada
kehamilan terdahulu.
Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal kronis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrum.
Gangguan virus : penlihatan kabur, skotoma, dan diplopia.
Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
Gangguan serebral lainnya : terhuyung-huyung, refleks tinggi,
dan tidak tenang.
24
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Perfusi Jaringan b/d Penurunan Kardiak output Sekunder
terhadap Vasospasme Pembuluh Darah.
2. Resiko terjadi gawat janian intra uteri (Hipoksia) b/d penurunan suplay
O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta sekunder terhadap penurunan
Cardiac out put.
3. Kelebihan volume cairan b/d peningkatan retensi urine dan edema
berkaitan dengan hipertensi dalam kehamilan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kurangnya
asupan makanan.
5. Risiko kejang pada ibu b/d penunrunan fungsi organ (vasospasme dan
peningkatan tekanan darah)
6. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi
7. Risiko cidera ibu b/d oedema/ hipoksia jaringan
8. Kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan
b/d mis interpretasi informasi
9. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru.
C. Rencana Keperawatan
26
5. Risiko kejang pada ibu b/d penunrunan fungsi organ (vasospasme dan
peningkatan tekanan darah)
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kejang pada
ibu.
Kriteria hasil :
a. Kesadaran kompos mentis, GCS : 15 (4-5-6)
b. Tekanan darah normal
Intervensi :
a. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekana diastole > 110 mmHg dan Sistole 160 mmHg atau lebih
merupakan indikasi dari PIH.
b. Catat tingakat kesadaran pasien.
R/. penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah
otak.
c. Kaji adanya tanda-tanda eklamsia (hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi dan respirasi, neri epigastrium dan oliguria).
R/. gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada
otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang.
d. Monitor adanya tanda-tanda dan gejal persalinan atau adanya
kontraksi uterus.
R/. kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan.
29
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan,
dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan
menilai sejauh mana masalah ibu dapat di atasi. Disamping itu, perawat juga
memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang
ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses peawatan dapat di
modifikasi.
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau
gejala sesuai dengan kreteria hasil yang di tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala
sebagian dari kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala
sesuai dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pre-eklampsia berat merupakan suatu kelanjutan dari pre-eklampsia ringan
dimana terjadinya kenaikan tekanan darah 160/110 mmHg, proteinuria 5 gram/lebih
dalam 24 jam (+3 atau +4), oliguria, nyeri epigastrium, gangguan penglihatan. Dalam
keadaan PEB, jika tidak ditangani dengan segera maka pasien akan mengalami
kejang/sudah dalam tahap eklampsia.
Banyak pesien yang berpotensi dalam PEB ini antara lain : faktor genetik
(keturunan/riwayat keluarga hipertensi), kehamilan ganda, obesitas, DM, dan faktor
prodisposisi. Ibu pekerja keras dan perokok.
Untuk mencegah agar pre-eklampsia ini tidak menjadi berat atau bahkan
menjadi eklampsia, perlu dipantau dalam setiap kunjungan ulang antenatal yaitu
pertambahan BB yang meningkat terlalu jauh perminggu, tekanan darah dan
proteinuria.
Jika kita menemukan pasien dengan kasus PEB, tindakan segera yang
langsung kita ambil adalah segera pasien dirujuk ke RS karena kasus ini bukanlah
wewenang kita sebagai bidan dan harus memerlukan tindakan yang lebih lanjut yang
tidak bisa kita tangani sendiri
33
B. Saran
1. Untuk dapat mendeteksi secara dini dan mencegah terjadinya pre-
eklampsia/eklampsia maka dalam melakukan ANC, bidan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan standar 7T (TB/BB, TD, TFU,
TT, Tablet Fe, Temuwicara, Torch).
2. Diharapkan pada tenaga kesehatan untuk menjelaskan tanda-tanda bahaya
dalam kehamilan, sehingga ibu hamil dapat mengetahui gejala awal dan
penyimpangan yang terjadi dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat.
3. Tenaga kesehatan harus memberikan penyuluhan pada ibu –ibu hamil tentang
KB supaya mereka bisa mengatur kehamilannya dan meningkatkan kondisi
kesehatannya, sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi dan penyulit
kehamilan dan persalinan. 39
4. Jika tenaga kesehatan menemui kasus ibu hamil / ibu antepartum dengan PEB
segera rujuk ke RS.
DAFTAR PUSTAKA