Anda di halaman 1dari 88

Kata Pengantar

S
ensus Penduduk 2020 (SP2020) adalah sensus penduduk ke tujuh di Indonesia
yang akan dilaksanakan sejak tahun 1961. Sensus Penduduk merupakan kegiatan
nasional yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan amanat
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi
PBB. Kegiatan SP2020 bertujuan untuk memperoleh data dasar kependudukan yang
sangat strategis dan terkini dalam rangka menuju satu data kependudukan Indonesia.

Berbeda dengan pelaksanaan sensus penduduk sebelumnya, SP2020


akan dilaksanakan menggunakan metode kombinasi yang menggabungkan data
registrasi dari Ditjen Dukcapil dengan kegiatan pencacahan lapangan. Perubahan
metodologi ini melahirkan proses bisnis baru yang perlu diketahui oleh semua pihak
yang terlibat dalam kegiatan SP2020. Oleh karena itu, Buku Pedoman Pencacahan
ini dirancang secara khusus sebagai panduan dan Standard Operating Procedure
(SOP) untuk para petugas pencacah dalam melaksanaan pendataan di lapangan.

Buku Pedoman ini mencakup penjelasan-penjelasan anatara lain sebagai berikut:


• Tugas dan tanggung jawab Petugas Cacah Lengkap (PCL)
• Metodologi dan konsep kependudukan yang digunakan dalam SP2020
• Tata cara bertanya dan pengisian kuesioner
• Tahapan dan pedoman pelaksanaan kegiatan lapangan

Dengan adanya buku Pedoman Pencacahan ini, diharapkan kegiatan lapangan


SP2020 dapat dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar sehingga diperoleh data yang
akurat, tepat waktu, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selamat bekerja, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan memberikan bimbingan-
Nya kepada kita semua.

Jakarta, Agustus 2019


Deputi Bidang Statistik Sosial

Margo Yuwono

Buku 1F. Pedoman Pencacahan iii


Daftar Isi

Halaman Depan i
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Daftar Gambar vi
Daftar Tabel vii
Daftar Istilah viii

Bab 1. Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 3
1.3 Landasan Hukum 4
1.4 Proses Bisnis SP2020 4
1.5 Data yang Dikumpulkan 5
1.6 Instrumen yang Digunakan PCL 6
1.7 Jadwal Kegiatan SP2020 7

Bab 2. Metodologi 9
2.1 Pelaksanaan Sensus Penduduk dengan Metode Kombinasi 11
2.2 Tahapan Kegiatan Lapangan SP2020 11
2.3 Konsep Kependudukan 12
2.4 Organisasi Lapangan 13
2.5 Tugas dan Tanggung Jawab PCL 13
2.6 Penggunaan Peta 16

Bab 3. Adab Berwawancara, Tata Cara Bertanya, dan Tata Cara 17


Pengisian Kuesioner
3.1 Adab Berwawancara 19
3.2 Tata Cara Bertanya 20
3.3 Tata Cara Pengisian Kuesioner 21
3.4 Tata Cara Pengisian Dokumen SP2020-DP 21
3.5 Tata Cara Pengisian SP2020-C1 dan SP2020-RC1 23
3.6 Tata Cara Pengisian SP2020-DP dan SP2020-C1 Menggunakan 27
CAPI

Bab 4. Kegiatan Lapangan 29


4.1 Pemeriksaan Daftar Penduduk 32

iv Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Potensi Ekonomi Lokal untuk Pemerataan Pembangunan

Daftar Isi

4.2 Verifikasi Lapangan 36


4.3 Wawancara Penduduk 42
4.4 Pengesahan Dokumen SP2020-DP 60

Lampiran 61
Lampiran 1. Daftar SP2020-RP3 63
Lampiran 2. Dokumen SP2020-DP 64
Lampiran 3. Dokumen SP2020-C1 67
Lampiran 4. Daftar SP2020-RC1 75
Lampiran 5. Laporan Keberadaan Penduduk yang Tidak Diakui 76
    Ketua SLS
Lampiran 6. Laporan Keberadaan Penduduk di Wilayah Non SLS 77

Buku 1F. Pedoman Pencacahan v


Daftar Gambar

Gambar 1.1. Tahapan Proses Bisnis Sensus Penduduk 2020 5


Gambar 2.1. Organisasi Lapangan SP2020 13
Gambar 2.2. Contoh peta SP2020-WS 16
Gambar 3.1. Aplikasi SP2020-CAPI 28
Gambar 4.1. Ilustrasi Alur Penomoran Bangunan dalam Satu SLS 38
Gambar 4.2. Contoh Hasil Penggambaran dan Penomoran Bangunan 38
di Peta
Gambar 4.3. Contoh Pengisian Bangunan Bukan Tempat Tinggal yang 41
Tidak Berpenghuni dan Bangunan Tempat Tinggal pada
Dokumen SP2020-DP
Gambar 4.4. Contoh Air Kemasan Bermerek 46
Gambar 4.5. Contoh Air Isi Ulang 46
Gambar 4.6. Contoh Leding Meteran 47
Gambar 4.7. Contoh Leding Eceran 47
Gambar 4.8. Contoh Sumur Bor/Pompa 47
Gambar 4.9. Contoh Mata Air Terlindung 47
Gambar 4.10. Contoh Mata Air Tak Terlindung 47
Gambar 4.11. Contoh Sumur Terlindung 47
Gambar 4.12. Contoh Sumur Tak Terlindung 47
Gambar 4.13. Contoh Air Permukaan 48
Gambar 4.14. Pengisian Anggota Keluarga yang Sudah Melakukan 49
Sensus Penduduk Online

vi Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Daftar Tabel

Tabel 1. Instrumen SP2020 yang Digunakan oleh PCL 6


Tabel 2. Jadwal Kegiatan SP2020 7

Buku 1F. Pedoman Pencacahan vii


Daftar Istilah
CAWI : Computer Aided Web Interviewing
CAPI : Computer Assisted Personal Interviewing
DP : Daftar Penduduk
Kortim : Koordinator Tim
Koseka : Koordinator Sensus Kecamatan
KK : Kartu Keluarga
KTP : Kartu Tanda Penduduk
NIK : Nomor Induk Kependudukan
PAPI : Paper and Pencil Interviewing
PCL : Petugas Cacah Lengkap
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
SLS : Satuan Lingkungan Setempat
SP2020-C1 : Kuesioner Individu dan Perumahan
SP2020-DP : Dokumen Daftar Penduduk
SP2020-RP3 : Daftar Wilayah Tugas PCL
SP2020-WS : Peta Wilayah SLS
WNI : Warga Negara Indonesia
WNA : Warga Negara Asing

viii Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Bab I
Pendahuluan
Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sensus penduduk di Indonesia telah dilaksanakan sebanyak 6 kali sejak Indonesia


merdeka, yaitu pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010. Sensus penduduk
dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam 10 (sepuluh) tahun seperti yang diamanatkan
dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik, Badan Pusat Statistik (BPS).
Selain amanat Undang-Undang, penyelenggaraan sensus penduduk juga direkomendasikan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sensus Penduduk 2020 (SP2020) merupakan sensus penduduk ketujuh di


Indonesia. Perbedaan mendasar dari sensus-sensus sebelumnya adalah pemanfaatan
data administrasi kependudukan dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan
Sipil (Ditjen Dukcapil) sebagai data dasar pelaksanaan SP2020. Penggunaan data tersebut
dikenal dengan istilah metode kombinasi. SP2020 inilah yang akan menjadi sejarah besar
penyatuan data administrasi kependudukan melalui kegiatan sensus.

Hasil SP2020 tidak serta merta dapat memutakhirkan data registrasi di catatan
sipil setempat. Hal ini dikarenakan perlindungan data pribadi hasil sensus menjadi
tanggung jawab petugas sensus hingga Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai instansi
penyelenggara. Hasil SP2020 perlu diolah kembali supaya dapat dijadikan data balikan
untuk Ditjen Dukcapil. Oleh karena itu, tujuan utama SP2020 adalah menyediakan data
jumlah, komposisi, distribusi, dan karakteristik penduduk Indonesia menuju “SATU DATA
KEPENDUDUKAN INDONESIA”.

SP2020 diawali dengan kegiatan Pilot Sensus Penduduk 2020 pada tahun 2018, Uji
Coba Sensus Penduduk 2020 dan Geladi Bersih Sensus Penduduk 2020 pada tahun 2019.
Hasil Geladi Bersih SP2020 digunakan sebagai dasar pelaksanaan SP2020.

1.2 Tujuan

Tujuan SP2020 adalah menyediakan data jumlah, komposisi, distribusi, dan


karakteristik penduduk Indonesia menuju “SATU DATA KEPENDUDUKAN INDONESIA”.

Adapun tujuan penulisan buku Pedoman Pencacahan secara umum agar


pelaksanaan SP2020 dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar sehingga diperoleh data

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 3


Pendahuluan

yang akurat, tepat waktu, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan secara khusus,
buku ini disusun dengan tujuan memberikan pedoman bagi PCL dalam pelaksanaan SP2020
mencakup tugas dan tanggung jawab PCL, tata cara bertanya dan pengisian kuesioner serta
pedoman pelaksanaan kegiatan lapangan.

1.3 Landasan Hukum

Pelaksanaan SP2020 didasarkan pada:


1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2019 tentang Strategi
Nasional Percepatan Administrasi Kependudukan Untuk Pengembangan
Statistik Hayati;
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu
Data Indonesia;
3. Undang Undang Nomor 16 tahun 1997 tentang Statistik;
4. Undang Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan;
5. Undang Undang nomor 24 tahun 2013 tentang perubahan atas Undang
Undang nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Statistik;
7. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2017 tentang Struktur Organisasi BPS;
8. Keputusan Presiden RI Nomor 6 Tahun 1992 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja BPS.

Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut, jajaran BPS melaksanakan SP2020
dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab. Dalam rangka menjalankan amanah
undang-undang tersebut, seluruh perangkat pemerintah yang terkait diharapkan dapat
membantu dan mengambil peran aktif sesuai dengan bidangnya masing-masing demi
suksesnya SP2020.

1.4 Proses Bisnis SP2020

Proses bisnis adalah tahapan-tahapan yang disusun dalam sebuah kegiatan.


SP2020 dengan metode kombinasi dilaksanakan melalui 7 (tujuh) tahapan kegiatan pada
proses bisnis yang ditetapkan, yaitu:
1. Koordinasi dan konsolidasi;
2. Penyiapan basis data dasar;
3. Sensus Penduduk Online menggunakan Computer Aided Web Interviewing (CAWI);
4. Penyusunan Daftar Penduduk (DP);
5. Pemeriksaan Daftar Penduduk (DP);
6. Verifikasi lapangan; dan

4 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Pendahuluan

7. Pencacahan lapangan menggunakan Computer Assisted Personal Interviewing


(CAPI) dan Paper and Pencil Interviewing (PAPI).

Gambar 1.1. Tahapan Proses Bisnis Sensus Penduduk 2020

1.5 Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang akan dikumpulkan pada SP2020 adalah:


1. Data Perumahan Tempat Tinggal Sekarang
• Status kepemilikan rumah yang ditempati
• Penggunaan listrik
• Sumber air minum utama
• Fasilitas jamban/tempat buang air besar dan septic tank
• Jenis lantai terluas
2. Data Penduduk
• Nama lengkap sesuai KK/KTP
• Jenis kelamin
• Nomor Induk Kependudukan (NIK)
• Alasan belum/tidak ada NIK
• Alamat tempat tinggal sekarang
• Tempat lahir
• Tanggal lahir
• Kepemilikan akta kelahiran
• Alasan bila tidak memiliki akta kelahiran
• Kewarganegaraan
• Suku

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 5


Pendahuluan

• Agama/Kepercayaan
• Status perkawinan
• Nomor surat/akta pernikahan/perceraian atau surat/akta kematian mantan
suami/istri
• Status hubungan dengan kepala keluarga
• Lama tinggal di alamat sekarang (SLS)
• Ijazah/pendidikan tertinggi yang ditamatkan
• Kemampuan berbahasa Indonesia
• Aktivitas yang biasa dilakukan
• Pensiunan
• Pekerjaan
• Status pekerjaan

1.6 Instrumen yang Digunakan PCL

Instrumen SP2020 yang digunakan oleh PCL antara lain:

Tabel 1. Instrumen SP2020 yang Digunakan oleh PCL

No. Instrumen Kegunaan


(1) (2) (3)
1. Buku 1F Pedoman Pencacahan.
2. SP2020-RP3 Daftar Wilayah Tugas PCL.
3. Peta SP2020-WS Peta wilayah SLS digunakan untuk pengenalan wilayah SLS
agar terhindar dari lewat cacah maupun tercacah lebih
dari satu kali, serta untuk menghindari kesalahan
cakupan wilayah SLS di lapangan.
4. SP2020-DP Daftar penduduk digunakan untuk konfirmasi keberadaan
penduduk kepada Ketua/Pengurus SLS/warga yang
ditunjuk.
5. SP2020-C1 Mengumpulkan data penduduk dan perumahan.
6. Aplikasi SP2020-CAPI Aplikasi wawancara responden yang dipasang pada
perangkat pintar (tablet/smartphone) berbasis android.
7. SP2020-RC1 Rekap dokumen SP2020-C1.

6 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Pendahuluan

1.7 Jadwal Kegiatan SP2020

Kegiatan SP2020 akan dilaksanakan dengan jadwal dan rincian kegiatan sebagai
berikut:
Tabel 2. Jadwal Kegiatan SP2020

No. Kegiatan Jadwal


(1) (2) (3)
1. Pelatihan petugas :
a. Pelatihan petugas Kortim dan PCL 2 – 26 Juni 2020
b. Pendistribusian dokumen SP2020-DP 2 – 26 Juni 2020
c. Mendistribusikan kuesioner (PAPI) 2 – 26 Juni 2020
d. Instal aplikasi (CAPI) 2 – 26 Juni 2020
e. Pengunduhan basis data dasar (CAPI) 2 – 26 Juni 2020

2. Pemeriksaan daftar penduduk :


a. Koordinasi dengan ketua/pengurus SLS
b. Pemeriksaan dokumen SP2020-DP 15 Juni – 30 Juni 2020
c. Pengawasan lapangan oleh Kortim dan Koseka 1 – 31 Juli 2020
d. Pengawasan lapangan oleh BPS Kabupaten/ 1 – 31 Juli 2020
Kota 1 – 31 Juli 2020
e. Supervisi lapangan oleh BPS Provinsi/Pusat 1 – 31 Juli 2020
f. Finalisasi hasil pemeriksaan dokumen SP2020- 1 – 31 Juli 2020
DP
3. Verifikasi lapangan 1 – 31 Juli 2020
4. Pencacahan lapangan (wawancara penduduk) 1 – 31 Juli 2020
5. Pengesahan dokumen SP2020-DP 1 – 31 Juli 2020
6. Penyerahan dokumen hasil pencacahan lapangan ke
6 – 31 Juli 2020
Kortim

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 7


Metodologi

Bab II
Metodologi

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 9


Metodologi

BAB II
METODOLOGI
2.1 Pelaksanaan Sensus Penduduk dengan Metode Kombinasi

Sensus penduduk adalah pendataan penduduk dan karakteristiknya secara


menyeluruh di suatu wilayah pada periode waktu tertentu. Sensus penduduk di
Indonesia sebelumnya dilakukan dengan metode tradisional, yaitu PCL berkunjung dari
rumah ke rumah untuk mendata setiap individu yang teridentifikasi sebagai penduduk.
Sementara SP2020 menggunakan metode kombinasi, yaitu memanfaatkan data registrasi
kependudukan yang tersedia sebagai data dasar.

Proses pengumpulan data pada SP2020 dilakukan dengan beberapa cara. Pertama,
Sensus Penduduk Online dengan CAWI, yaitu setiap penduduk mengisi datanya sendiri atau
anggota keluarganya melalui website sensus.bps.go.id tanpa ada proses wawancara tatap
muka dengan PCL. Kedua, metode pencacahan dengan CAPI, yaitu melakukan wawancara
tatap muka dengan PCL dan langsung diinput ke media elektronik yang telah disiapkan.
Ketiga, metode pencacahan dengan PAPI, yaitu melakukan wawancara tatap muka dengan
PCL dan mengisikan jawaban ke kuesioner kertas yang telah disiapkan.

2.2 Tahapan Kegiatan Lapangan SP2020

Tahapan kegiatan lapangan SP2020 yang dilakukan PCL adalah pemeriksaan daftar
penduduk, verifikasi lapangan dan pencacahan lapangan menggunakan teknik CAPI atau
PAPI.
1. Tahap Pemeriksaan Daftar Penduduk
a. Pencetakan dokumen SP2020-DP dilakukan oleh BPS Kabupaten/Kota
dan didistribusikan ke PCL pada saat pelatihan;
b. PCL melakukan pemeriksaan daftar penduduk bersama Ketua/Pengurus
SLS/warga yang ditunjuk;
c. PCL memberikan tanda silang (x) pada salah satu kode di kolom CEK
yang sesuai berdasarkan penjelasan Ketua/Pengurus SLS/warga yang
ditunjuk;
d. PCL menanyakan keberadaan penduduk lain yang tinggal di SLS
tersebut tetapi belum tercantum pada dokumen SP2020-DP dan
menambahkannya pada dokumen SP2020-DP.

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 11


Metodologi

2. Tahap Verifikasi Lapangan


a. PCL melakukan pengecekan lapangan didampingi Ketua/Pengurus SLS/
warga yang ditunjuk;
b. PCL bersama Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk mengunjungi
penduduk yang diragukan keberadaanya;
c. Mengecek keberadaan penduduk yang baru ditambahkan pada tahap
pemeriksaan daftar penduduk;
d. Menambahkan penduduk baru bila ditemukan saat verifikasi lapangan.
e. Melakukan penomoran bangunan (bangunan tempat tinggal dan
bangunan bukan tempat tinggal) pada dokumen SP2020-DP;
f. Melakukan penggambaran dan penomoran bangunan (bangunan
tempat tinggal dan bangunan bukan tempat tinggal) pada peta SP2020-
WS.
3. Tahap Pencacahan Lapangan
a. PCL mengunjungi penduduk yang belum melakukan Sensus Penduduk
Online dan penduduk baru yang belum terdaftar dalam dokumen
SP2020-DP;
b. PCL melakukan pencacahan terhadap kepala keluarga/anggota keluarga
menggunakan CAPI atau PAPI;
c. Hasil pencacahan PCL akan diperiksa dan di-approve (khusus CAPI)
oleh Kortim. Jika terdapat kesalahan PCL baik yang menggunakan CAPI
atau PAPI harus diperbaiki oleh PCL atau jika diperlukan melakukan
kunjungan ulang ke rumah penduduk yang dicacah tersebut.

2.3 Konsep Kependudukan



1. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia (WNI) dan orang asing yang bertempat
tinggal di wilayah Indonesia.
2. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai Warga Negara
Indonesia.
3. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia yang telah bertempat
tinggal/menetap dan tidak punya Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Kartu
Tanda Penduduk elektronik (KTP-el), tetapi saat pendataan secara de facto
berada di wilayah Indonesia dan telah menetap/berniat menetap selama
minimal 1 tahun. Pada SP2020, orang asing akan disebut dengan Warga Negara
Asing (WNA).
4. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK, adalah nomor identitas
penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal, dan melekat pada seseorang
yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia.

12 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Metodologi

5. Kartu Tanda Penduduk Elektronik, selanjutnya disingkat KTP-el, adalah Kartu


Tanda Penduduk yang dilengkapi chip yang merupakan identitas resmi penduduk
sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana.

2.4 Organisasi Lapangan

Petugas lapangan terdiri dari PCL, koordinator tim (Kortim) dan koordinator sensus
kecamatan (Koseka):
1. Satu Kortim membawahi sekitar 5 (lima) PCL.
2. Seorang PCL akan bertugas pada sekitar 300 KK atau sekitar 5 SLS

Gambar 2.1. Organisasi Lapangan SP2020

2.5 Tugas dan Tanggung Jawab PCL

PCL mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut, untuk wilayah SP2020
yang menggunakan PAPI:

1. Mengikuti pelatihan petugas SP2020;


2. Menerima dokumen pencacahan: buku pedoman, dokumen SP2020-DP, kuesioner
SP2020-C1, peta SP2020-WS, dan daftar SP2020-RC1;
3. Melakukan koordinasi dengan Ketua/Pengurus SLS setempat/warga yang ditunjuk
bersama-sama dengan Kortim untuk menginformasikan kegiatan lapangan SP2020;
4. Melakukan pemeriksaan dokumen SP2020-DP bersama Ketua/Pengurus SLS/warga
yang ditunjuk dengan cara memberi tanda silang pada salah satu kode di kolom
CEK;
5. Melakukan verifikasi lapangan bersama Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk;
6. Pada saat verifikasi lapangan, PCL dan Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk
menelusuri wilayah SLS secara bersama-sama. PCL memberikan penomoran pada
peta SP2020-WS untuk bangunan tempat tinggal dan bangunan bukan tempat

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 13


Metodologi

tinggal dengan menggunakan pensil/pulpen. Penomoran bangunan dimulai dari


ujung barat daya batas SLS, lanjut ke timur sampai habis dalam satu segmen,
kemudian dilanjutkan ke segmen berikutnya. Segmen adalah wilayah yang dibatasi
batas alam atau buatan seperti jalan, sungai, atau kebun;
7. Memberikan nomor urut bangunan tempat tinggal untuk setiap penduduk (kolom
CEK berkode 1 dan 4) maupun bangunan bukan tempat tinggal pada dokumen
SP2020-DP. Nomor bangunan pada dokumen SP2020-DP harus sama dengan
nomor urut bangunan pada peta SP2020-WS;
8. Melapor kepada Kortim jika PCL kekurangan lembar tambahan SP2020-DP;
9. Melakukan pencacahan lapangan menggunakan dokumen SP2020-DP dan
kuesioner SP2020-C1 untuk penduduk yang belum melakukan Sensus Penduduk
Online dan penduduk baru yang belum terdaftar pada dokumen SP2020-DP;
10. Memeriksa kelengkapan setiap isian dokumen SP2020-DP dan SP2020-C1;
11. Memeriksa kesesuaian/konsistensi isian dokumen SP2020-DP dan SP2020-C1;
12. Memperbaiki jawaban yang dinyatakan salah oleh Kortim;
13. Mendiskusikan dengan Kortim setiap permasalahan pencacahan;
14. Mematuhi mekanisme pelaksanaan pencacahan dan jadwal waktu yang ditentukan.;
15. Melaporkan keberadaan penduduk wilayah non SLS yang ditemui di wilayah tugas
kepada Kortim melalui form yang disediakan;
16. Melaporkan keberadaan penduduk yang tidak diakui oleh Ketua/Pengurus SLS/
warga yang ditunjuk kepada Kortim melalui form yang disediakan;
17. Menghadiri rapat persiapan dan rapat evaluasi dan pemeriksaan dengan Kortim;
18. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh Kortim berdasarkan petunjuk dalam buku
pedoman;
19. Menyerahkan dokumen hasil pencacahan kepada Kortim; dan
20. Membantu tugas Task Force.

Tugas dan tanggung jawab PCL untuk wilayah SP2020 yang menggunakan CAPI :
1. Mengikuti pelatihan petugas SP2020;
2. Membawa HP Android dengan ketersediaan penyimpanan memori minimal 500
MB, layar minimal 4 inch, system operasi android 4.4.2 (min), RAM 1 GB (min), CPU
Quadcore 1.2 GHz;
3. Menerima dokumen pencacahan: buku pedoman, dokumen SP2020-DP, dan peta

14 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Metodologi

SP2020-WS;
4. Melakukan instalasi aplikasi SP2020-CAPI di HP android;
5. Melakukan koordinasi dengan Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk bersama-
sama dengan Kortim untuk menginformasikan kegiatan lapangan SP2020;
6. Melakukan pemeriksaan dokumen SP2020-DP bersama Ketua/Pengurus SLS/warga
yang ditunjuk dengan cara memberi tanda silang pada salah satu kode di kolom
CEK;
7. Melakukan verifikasi lapangan bersama Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk;
8. Pada saat verifikasi lapangan, PCL dan Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk
menelusuri wilayah SLS secara bersama-sama. PCL memberikan penomoran
bangunan pada peta SP2020-WS untuk bangunan tempat tinggal dan bangunan
bukan tempat tinggal dengan menggunakan pensil/pulpen. Penomoran bangunan
dimulai dari ujung barat daya batas SLS, lanjut ke timur sampai habis dalam satu
segmen, kemudian dilanjutkan ke segmen berikutnya. Segmen adalah wilayah yang
dibatasi batas alam atau buatan seperti jalan, sungai, dan kebun;
9. Memberikan nomor urut bangunan tempat tinggal untuk setiap penduduk (kolom
CEK berkode 1 dan 4) maupun bangunan bukan tempat tinggal pada dokumen
SP2020-DP. Nomor bangunan pada dokumen SP2020-DP harus sama dengan
nomor urut bangunan pada peta SP2020-WS;
10. Melapor kepada Kortim jika PCL kekurangan lembar tambahan SP2020-DP;
11. Mengentri data hasil verifikasi lapangan dokumen SP2020-DP menggunakan CAPI;
12. Melakukan pencacahan dengan menggunakan CAPI untuk penduduk yang tidak
melakukan Sensus Penduduk Online dan penduduk baru yang belum terdaftar
pada dokumen SP2020-DP;
13. Mengirimkan data pencacahan CAPI secara berkala;
14. Melakukan backup data pencacahan CAPI secara berkala;
15. Memeriksa kelengkapan setiap isian pertanyaan dalam CAPI;
16. Memeriksa kesesuaian/konsistensi isian antara pertanyaan dalam CAPI;
17. Memperbaiki jawaban yang di-reject (dinyatakan salah) oleh Kortim;
18. Mendiskusikan dengan Kortim setiap permasalahan pencacahan;
19. Mematuhi mekanisme pelaksanaan pencacahan dan jadwal waktu yang ditentukan;
20. Melaporkan keberadaan penduduk wilayah non SLS yang ditemui di wilayah tugas
kepada Kortim melalui form yang disediakan;

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 15


Metodologi

21. Melaporkan keberadaan penduduk yang tidak diakui oleh Ketua/Pengurus SLS/
warga yang ditunjuk kepada Kortim melalui form yang disediakan;
22. Menghadiri rapat persiapan dan rapat evaluasi dan pemeriksaan dengan Kortim;
23. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh Kortim berdasarkan petunjuk dalam buku
pedoman;
24. Menyerahkan dokumen SP2020-DP yang sudah disahkan dan peta SP2020-WS
kepada Kortim; dan
25. Membantu tugas Task Force.

2.6 Penggunaan Peta

Dalam pelaksanaan lapangan SP2020, digunakan peta hasil kegiatan Pemetaan


dan Pemutakhiran Muatan Wilkerstat SP2020 (Pemetaan SP2020) tahun 2019. Peta
ini digunakan untuk pengenalan wilayah SLS agar terhindar dari terjadinya lewat cacah
maupun ganda cacah, serta untuk menghindari kesalahan cakupan wilayah SLS di lapangan.

Peta yang digunakan pada saat lapangan SP2020 adalah peta SP2020-WS. Peta
SP2020-WS digunakan untuk identifikasi batas luar SLS sebagai wilayah kerja PCL. Dalam
peta tersebut sudah tercantum legenda, landmark, jalan, dan posisi bangunan. Peta
SP2020-WS digunakan oleh PCL dengan Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk untuk
menelusuri/mengidentifikasi lokasi rumah penduduk/keluarga.

Informasi batas SLS pada peta SP2020-WS didapat dari Ketua/Pengurus SLS/warga
yang ditunjuk saat kegiatan Pemetaan SP2020 tahun 2019. Selain itu, petugas pemetaan
saat itu juga melakukan identifikasi wilayah SLS di lapangan.

Gambar 2.2 Contoh peta SP2020-WS

16 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Bab III
Adab Berwawancara,
Tata Cara Bertanya,
dan Tata Cara
Pengisian Kuesioner
Adab Berwawancara, Tata Cara Bertanya, dan Tata Cara Pengisian Kuesioner

BAB III
ADAB BERWAWANCARA,
TATA CARA BERTANYA,
DAN TATA CARA PENGISIAN KUESIONER
Agar hasil pengisian dokumen SP2020-DP dan kuesioner SP2020-C1 dapat terbaca
oleh pemeriksa dan mesin scanner perekam data, PCL perlu memerhatikan tata cara
penulisan isian. Keterangan tentang perumahan dalam kuesioner SP2020-C1 diperoleh
dengan mewawancarai kepala keluarga, suami/istri kepala keluarga, atau anggota keluarga
lain yang mengetahui karakteristik yang ditanyakan. Sementara untuk keterangan individu
diusahakan sebisa mungkin langsung ditanyakan kepada responden yang bersangkutan.
Untuk penduduk yang tidak mampu memberikan informasi tentang dirinya (anak-anak,
lansia, penyandang disablitas, dll), keterangan individu dapat diperoleh dari anggota
keluarga lain yang mengetahui.

3.1 Adab Berwawancara

Agar pencacahan SP2020 dapat berjalan dengan baik maka PCL perlu memerhatikan
adab berwawancara berikut ini :
1. Tata krama dan sopan santun perlu disesuaikan dengan adat istiadat setempat
(kearifan lokal), antara lain:
a. Memerhatikan waktu yang tepat untuk berkunjung;
b. Berpakaian rapi dan sopan;
c. Meminta izin dengan mengetuk pintu dan mengucapkan salam;
d. Memperkenalkan diri dengan menunjukkan tanda pengenal PCL dan
menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan;
e. Memberikan pengertian yang jelas tentang perlunya kegiatan sensus
penduduk;
f. Menjelaskan bahwa keterangan yang diberikan oleh responden dan anggota
keluarga akan dirahasiakan.

2. Komunikasi dua arah antara PCL dan Ketua/Pengurus SLS /warga yang ditunjuk
maupun PCL dan responden. Agar informasi yang didapat mudah akurat, maka PCL
perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Menggunakan bahasa yang sederhana dan dimengerti oleh responden. Jika
diperlukan pertanyaan dapat diterjemahkan dari Bahasa Indonesia menjadi
bahasa daerah/lokal dengan tidak mengubah arti setiap pertanyaan;
b. PCL bersikap simpatik (ramah dan sopan) sehingga menciptakan suasana

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 19


Adab Berwawancara, Tata Cara Bertanya, dan Tata Cara Pengisian Kuesioner

akrab;
c. PCL bersikap sabar ketika menghadapi sikap responden yang tidak diharapkan
(misalnya menolak memberikan keterangan) dan bersikap persuasif (berhati-
hati dan tidak menyinggung perasaan) untuk mendapatkan keterangan
khususnya pertanyaan yang sifatnya sensitif misalnya kematian. Jika usaha
persuasif mengalami kegagalan, PCL melaporkan kepada kortim.

3. Fokus pada maksud dan tujuan wawancara. Menyadari pentingnya akurasi data
wawancara maka PCL harus:
a. Memastikan setiap kolom dan baris pada dokumen SP2020-DP sudah terisi
dengan benar;
b. Mengikuti alur pertanyaan pada kuesioner SP2020-C1. Ketika pembicaraan
responden dirasakan mulai menyimpang dari alur maka kembalikan
pembicaraan secara bijaksana dan simpatik;
c. Probing (pertanyaan penelusuran) dan klarifikasi perlu dilakukan oleh PCL
untuk menggali jawaban responden. Probing dilakukan ketika jawaban
responden tidak jelas, tidak wajar, atau tidak sesuai pertanyaan;
d. PCL tidak mengarahkan jawaban responden. Biarkan responden menjawab
apa adanya dan spontan.

4. Apresiasi pada responden selama wawancara berlangsung.


a. PCL secara bijak menampung pendapat responden yang tidak terkait langsung
dengan pertanyaan;
b. PCL dilarang memberi tanggapan/komentar negatif ataupun menunjukkan
sikap merendahkan atas jawaban-jawaban responden;
c. Ketika wawancara selesai, PCL mengucapkan terima kasih dan memberitahukan
ke responden akan ada kunjungan lain ketika diperlukan untuk klarifikasi data.

3.2 Tata Cara Bertanya

Kualitas data yang diperoleh dari kegiatan pencacahan dipengaruhi oleh cara
mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu, PCL harus mengikuti cara bertanya yang
baku, yaitu dengan mengikuti redaksi pertanyaan. Untuk meningkatkan kemampuan
berwawancara, PCL sebaiknya melakukan beberapa hal berikut ini:

1. Sesering mungkin berlatih membaca pertanyaan sesuai redaksi pertanyaan dalam


kuesioner, agar terbiasa;
2. Latihan bertanya dimulai kepada teman;
3. PCL harus menyingkirkan rasa malu untuk bertanya sesuai redaksi pertanyaan;
4. Berlatih bertanya secara berulang-ulang agar menemukan ritme dan intonasi suara
yang pas;
5. Jika sudah terlatih, maka dengan sendirinya PCL akan menguasai setiap pertanyaan.

20 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Adab Berwawancara, Tata Cara Bertanya, dan Tata Cara Pengisian Kuesioner

3.3 Tata Cara Pengisian Kuesioner

Tata cara pengisian daftar sebagai berikut:


1. Dokumen SP2020-DP dan kuesioner SP2020-C1 dirancangan berbeda, disesuaikan
dengan metode pengolahan yang dipakai;
2. Dokumen SP2020-DP nantinya akan dientry oleh operator, sehingga penulisan
angka dan huruf pada jawaban harus jelas dan dapat dibaca;
3. Dokumen SP2020-C1 nantinya akan diolah menggunakan mesin scanner (cara
kerjanya serupa dengan mesin fotocopy), sehingga penulisan jawaban baik berupa
tanda centang “√” maupun “angka/huruf” harus ditulis dengan jelas dan mengikuti
kaidah penulisan yang ditentukan agar bisa terbaca oleh scanner;
4. Pengisian dokumen SP2020-DP harus dilakukan pada saat pemeriksaan maupun
verifikasi lapangan dengan Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk, tidak boleh
ditunda;
5. Pengisian kuesioner SP2020-C1 harus dilakukan pada waktu wawancara dengan
responden;
6. Setelah wawancara selesai, pengecekan isian harus dilakukan kembali. Jika
ditemukan ketidakwajaran informasi atau isian yang terlewat, PCL harus
menanyakan kembali ke responden;
7. Pengisian dokumen SP2020-DP dilakukan dengan menggunakan pulpen tinta hitam,
sedangkan pengisian kuesioner SP2020-C1 dilakukkan dengan menggunakan pensil
2B.

3.4 Tata Cara Pengisian Dokumen SP2020-DP

Tata Cara pengisian dokumen SP2020-DP adalah:


1. Pengisian dokumen SP2020-DP menggunakan pulpen tinta hitam. Jika terdapat
kesalahan pengisian dokumen SP2020-DP maka coret dengan menggunakan
pulpen tinta hitam dan ganti dengan isian yang benar. Namun, jika ternyata yang
tertulis di daftar dokumen SP2020-DP tersebut sudah benar tetapi sudah terlanjur
dicoret maka tuliskan kembali di tempat yang kosong pada baris yang sama.

Contoh : (DP ada yg dicoret dan diperbaiki)

2. Menuliskan isian dalam dokumen SP2020-DP dengan huruf kapital. Contoh:


a. RAMLAN HANAFI (nama kepala keluarga)

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 21


Adab Berwawancara, Tata Cara Bertanya, dan Tata Cara Pengisian Kuesioner

b. L (jenis kelamin laki-laki)


c. P (jenis kelamin perempuan)
d. ISTRI (status hubungan dalam keluarga)
3. Memberikan tanda silang, seperti pada Kolom CEK.
Contoh:

4. Menuliskan angka, seperti pada kolom nomor urut bangunan.


Contoh (pemberian nomor urut bangunan) :

5. Menuliskan kombinasi huruf dan angka, seperti pada keterangan nomor surat/akta
kematian.
Contoh:

6. Coret dokumen SP2020-DP dari ujung kiri atas ke ujung kanan bawah seperti huruf
“Z” jika tidak ada penambahan penduduk baru.

22 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Adab Berwawancara, Tata Cara Bertanya, dan Tata Cara Pengisian Kuesioner

7. Menuliskan tanda ‘-‘ untuk jawaban kosong.


Contoh :

3.5 Tata Cara Pengisian SP2020-C1 dan SP2020-RC1

3.5.1 Tata Cara Pengisian Kuesioner SP2020-C1

Penulisan angka dan huruf pada kuesioner SP2020-C1 menjadi hal yang penting
dalam pengolahan data. Oleh karena itu, pada bagian atas kuesioner SP2020-C1 diberi
contoh angka dan huruf yang standar, yang bisa dibaca dengan benar oleh mesin pemindai
(scanner). Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengisi kuesioner SP2020-C1:

1. Tuliskan angka dan huruf mengikuti contoh berikut ini.


Contoh :

2. Tulislah angka/huruf di dalam kotak.


3. Tulislah angka dan huruf dalam ukuran yang besar tetapi tidak melewati kotak.
Contoh :

4. Tulislah angka dan huruf dengan jelas. Penulisan angka atau huruf tidak boleh
terputus.
5. Untuk huruf tanpa kotak, penulisan untuk masing-masing huruf harus terpisah
(tidak berdempetan antara satu huruf dengan huruf lainnya).
Contoh :

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 23


Adab Berwawancara, Tata Cara Bertanya, dan Tata Cara Pengisian Kuesioner

6. Apabila ada kesalahan dalam penulisan angka atau huruf, hapus angka atau huruf
yang salah tersebut sampai bersih, kemudian tuliskan angka atau huruf yang benar.
7. Hindari penulisan yang terlalu rapat dan coretan. Contoh yang harus dihindari :

8. Perhatikan contoh penulisan angka yang benar dan salah.


a. Angka 1 :
Penulisan angka l (satu) harus dibedakan dengan jelas perbedaannya dengan
angka 7 (tujuh).

b. Angka 2 :

c. Angka 3 :

d. Angka 4 :

24 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Adab Berwawancara, Tata Cara Bertanya, dan Tata Cara Pengisian Kuesioner

e. Angka 5 :

Angka 6 :

f. Angka 7 :

g. Angka 8 :

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 25


Adab Berwawancara, Tata Cara Bertanya, dan Tata Cara Pengisian Kuesioner

h. Angka 9 :

i. Angka 0 :

9. Menuliskan tanda “√” pada salah satu alternatif jawaban, sesuai dengan jawaban
responden.
Contoh :

3.5.2 Tata Cara Pengisian Daftar Kuesioner SP2020-RC1

1. Mengisikan dengan huruf kapital pada tempat yang tersedia.


Contoh:

26 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Adab Berwawancara, Tata Cara Bertanya, dan Tata Cara Pengisian Kuesioner

2. Menuliskan angka pada tempat dan kotak yang disediakan


Contoh:

3. Memberikan tanda ”√” pada kotak yang disediakan.


Contoh:

3.6 Tata Cara Pengisian SP2020-DP dan SP2020-C1 Menggunakan CAPI

3.6.1. Persiapan Sebelum Pencacahan



Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh PCL sebelum melakukan
pencacahan dengan CAPI, antara lain :
1. Membawa HP Android dengan ketersediaan penyimpanan memori minimal 500
MB, layar minimal 4 inch, system operasi android 4.4.2 (min), RAM 1 GB (min), CPU
Quadcore 1.2 GHz.
2. Aplikasi SP2020-CAPI yang sudah ter-install di perangkat tablet/smartphone.
Aplikasi SP2020-CAPI dapat diunduh di link s.bps.go.id/bpscoolkit.
3. Koneksi internet, baik menggunakan paket data atau wifi.

Tata cara penginstalan aplikasi SP2020-CAPI untuk SP2020 antara lain :


1. Unduh aplikasi di alamat s.bps.go.id/bpscoolkit melalui browser.
2. Install file .apk yang sudah diunduh.
3. Begitu selesai buka aplikasi dan login dengan identitas pencacah.

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 27


Adab Berwawancara, Tata Cara Bertanya, dan Tata Cara Pengisian Kuesioner

Gambar 3.1. Aplikasi SP2020-CAPI

4. Download e-kuesioner dan beban pencacahan. Pencacah menekan tombol sync


untuk mengunduh e-kuesioner dan wilayah kerjanya.

Penjelasan detail mengenai mekanisme pengisian dokumen SP2020-DP dan


SP2020-C1 terdapat pada pedoman teknis yang tersimpan dalam aplikasi SP2020-CAPI.

28 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Adab Berwawancara, Tata Cara Bertanya, dan Tata Cara Pengisian Kuesioner

Bab IV
Kegiatan Lapangan

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 29


Kegiatan Lapangan

BAB IV
KEGIATAN LAPANGAN
Kegiatan lapangan pada SP2020 akan melibatkan perangkat desa/aparatur
kelurahan sampai ke Ketua/Pengurus SLS seperti Ketua RT, Kepala Dusun, Kepala Kampung,
Kepala Lingkungan, Kepala Jorong, dan sejenisnya. Kegiatan lapangan ini dilakukan setelah
tahapan Sensus Penduduk Online yang akan menghasilkan dokumen SP2020-DP.

Sebelum pelaksanaan kegiatan lapangan, perlu diadakan rapat persiapan antara


Kortim dan PCL yang membahas antara lain :
1. Informasi mengenai wilayah tugas dan akses ke wilayah tersebut;
2. Jadwal kegiatan (termasuk waktu untuk berkoordinasi dengan Ketua/Pengurus
SLS/warga yang ditunjuk dan waktu untuk bersama-sama melakukan verifikasi
lapangan dengan Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk);
3. Nama Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk beserta alamat dan nomor
telepon yang dapat dihubungi.

Secara garis besar, kegiatan lapangan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Pemeriksaan Daftar Penduduk
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memeriksa satu per satu daftar nama penduduk
yang ada pada dokumen SP2020-DP. Pemeriksaan daftar nama penduduk dilakukan
bersama Ketua/Pengurus SLS seperti Ketua RT, Kepala Dusun, Kepala Kampung,
Kepala Lingkungan, Kepala Jorong, dan sejenisnya. Jika Ketua/Pengurus SLS
berhalangan untuk memberikan keterangan maka pemeriksaan daftar penduduk
bisa dilakukan bersama warga di wilayah SLS yang ditunjuk oleh Ketua/Pengurus
SLS.
2. Verifikasi Lapangan
PCL didampingi Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk mengelilingi wilayah SLS
untuk melakukan pengecekan lapangan sekaligus mengenali wilayah tugasnya.
Verifikasi lapangan dimaksudkan untuk memastikan keberadaan seluruh penduduk
yang ada di dokumen SP2020-DP. PCL melakukan penomoran bangunan (bangunan
tempat tinggal dan bukan tempat tinggal) pada dokumen SP2020-DP dan
penggambaran bangunan (bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal)
pada peta SP2020-WS.
Khusus untuk PCL yang bertugas di wilayah CAPI, PCL harus mengentri dokumen
SP2020-DP ke dalam aplikasi SP2020-CAPI.
3. Pencacahan Lapangan
Pencacahan atau wawancara penduduk dilakukan menggunakan instrumen CAPI
atau PAPI berdasarkan dokumen SP2020-DP yang telah diverifikasi. Penduduk yang

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 31


Kegiatan Lapangan

dicacah adalah mereka yang tidak melakukan Sensus Penduduk Online melalui
CAWI dan penduduk baru yang tidak terdaftar pada dokumen SP2020-DP.. Pada
saat pencacahan lapangan, PCL juga melengkapi isian pada dokumen SP2020-DP
untuk penduduk yang sudah meninggal.

4.1 Pemeriksaan Daftar Penduduk

Pemeriksaan daftar penduduk dilakukan terhadap dokumen SP2020-DP yang


terdiri atas empat bagian, yaitu:
1. Blok I. Pengenalan Tempat
Blok ini terdiri dari keterangan provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/
kelurahan, dan Nama SLS/ Non SLS yang sudah tercetak. Pada Blok ini terdapat juga
kode SLS/Non SLS BPS, nama SLS/Non SLS BPS, serta rekapitulasi jumlah keluarga,
jumlah bangunan, dan jumlah penduduk berkode 0, 1, 2, 4, dan 5 pada Blok IV
Kolom Cek. Rekapitulasi tersebut dapat dilengkapi isiannya setelah Blok IV selesai
diisi.
2. Blok II. Data Penduduk yang Meninggal
Pada blok ini PCL mengisikan keterangan NIK, nama, jenis kelamin, tanggal
meninggal, kepemilikan dokumen akta kematian, dan nomor surat/akta kematian
dari penduduk yang meninggal. Data penduduk yang meninggal ini dapat dilengkapi
pada saat verifikasi lapangan dan pencacahan.
3. Blok III. Keterangan Petugas
Blok ini berisi keterangan nama dari PCL, Kortim, dan Ketua SLS, kode PCL dan
Kortim, tanggal pencacahan dan pemeriksaan, serta diberikan tanda tangan PCL,
Kortim, dan Ketua/Pengurus SLS.
4. Blok IV. Daftar Nama Penduduk menurut SLS Terkecil
Blok ini berisikan keterangan tempat dan daftar nama penduduk yang harus
diperiksa dan diverifikasi serta penambahan penduduk baru. Pada blok ini juga
dilakukan pencatatan dan penomoran bangunan tempat tinggal dan bangunan
bukan tempat tinggal.

4.1.1 Konsep dan Definisi dalam Dokumen SP2020-DP

1. Satuan Lingkungan Setempat adalah satuan wilayah di bawah desa/kelurahan.


Satuan wilayah ini biasanya ditetapkan dengan peraturan daerah atau peraturan
desa, dimana dalam peraturan tersebut menyebutkan tingkatan dan banyaknya
satuan wilayah di bawah desa beserta batas-batasnya. Tingkatan dan nama SLS bisa
berbeda antar daerah, seperti Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), jorong,
dusun, dan lingkungan. Batas SLS bisa berupa batas alam/buatan, tetapi ada juga
yang hanya berupa dinding rumah atau batas imajiner.

32 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Kegiatan Lapangan

a. Dusun adalah bagian wilayah dalam desa/kelurahan yang merupakan lingkungan


kerja pelaksanaan pemerintahan desa/kelurahan (Undang-undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa). Dusun merujuk pada pemerintahan
desa dan lingkungan merujuk pada kelurahan dimana masing-masing dipimpin
oleh Kepala Dusun atau Kepala Lingkungan.
b. Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) adalah organisasi masyarakat yang
diakui dan dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-
nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotongroyongan dan
kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran pelaksanaan
tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di desa dan kelurahan.
c. Jorong/Korong/Kampuang adalah bagian dari wilayah Nagari menurut Peraturan
Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2018. Sedangkan Jurong
adalah bagian wilayah dalam Gampong (Desa) yang merupakan lingkungan
kerja Pelaksanaan Pemerintahan Gampong di wilayah Aceh. Selain itu terdapat
Pedukuhan yang merupakan satuan tugas kewilayahan pembantu Lurah dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa di DI Yogyakarta.
2. Kartu Keluarga (KK) adalah kartu identitas keluarga yang memuat data tentang
nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.
Nomor KK adalah nomor identitas unik yang terdapat pada KK.
3. Keluarga adalah seseorang atau sekelompok orang yang terdaftar dalam KK.
4. Anggota Keluarga adalah orang-orang yang nama dan identitas biodatanya
tercantum dalam KK.

4.1.2 Tata Cara Pemeriksaan Daftar Penduduk

Tata cara pemeriksaan daftar penduduk adalah sebagai berikut:


1. Sebelum dilaksanakan pemeriksaan daftar penduduk, PCL menghubungi
Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk sesuai wilayah tugasnya. Selanjutnya
menyepakati waktu dan tempat untuk melakukan pemeriksaan daftar penduduk
secara bersama-sama;
2. Pada waktu yang disepakati, PCL menjelaskan kembali maksud dan tujuan SP2020
serta tata cara pendataan penduduk kepada Ketua/Pengurus SLS/warga yang
ditunjuk;
3. PCL menanyakan kesesuaian wilayah SLS berdasarkan dokumen SP2020-DP yang
menjadi wilayah tugasnya. Jika ditemukan adanya perbedaan SLS, PCL harus
melaporkan perbedaan tersebut kepada Kortim, kemudian Kortim melaporkan ke
Koseka untuk diteruskan ke BPS Kabupaten/Kota;
4. PCL menjelaskan struktur tabel pada Blok IV dokumen SP2020-DP kepada Ketua/
Pengurus SLS/warga yang ditunjuk sebagai berikut:

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 33


Kegiatan Lapangan

a. Keterangan wilayah SLS yang terdiri atas kode dan nama provinsi, kabupaten/
kota, kecamatan, desa/kelurahan, serta kode SLS/Non SLS BPS;
b. Nama-nama yang tercantum pada dokumen SP2020-DP adalah penduduk
yang melakukan Sensus Penduduk Online dan penduduk yang KK/KTP-nya
tercatat beralamat di SLS tersebut;
c. Kolom (1) No. Urut Keluarga dan (2) No. Kartu Keluarga menampilkan
informasi kelompok keluarga yang tercatat di SLS tersebut. Setiap perbedaan
nomor kartu keluarga akan membentuk nomor urut keluarga baru. Keluarga
diurutkan berdasarkan nama dari kepala keluarga;
d. Kolom (3) NIK dan (4) No. Urut Anggota Keluarga menampilkan informasi NIK
dan urutan anggota keluarga dan dalam satu keluarga. Nomor urut anggota
keluarga akan berulang pada setiap keluarga;
e. Kolom (5) NAMA merupakan nama lengkap dari penduduk atau anggota
keluarga yang tercatat sesuai KK/KTP;
f. Kolom (6) Status Hubungan dalam Keluarga berisi informasi status hubungan
dalam keluarga yang tercatat pada KK;
g. Kolom (7) Jenis Kelamin berisi informasi jenis kelamin dari penduduk sesuai
KK/KTP;
h. Kolom (8) Alamat Lengkap berisi informasi alamat yang tercantum pada KK/
KTP;
i. Kolom (9) STATUS, berisi kode hasil sinkronisasi data adminduk dengan data
hasil Sensus Penduduk Online yang telah dilakukan sebelumnya. Pada kolom
(9) akan tercetak kode-kode sebagai berikut:
• Kode “0” untuk penduduk yang telah meninggal;
• Kode “1” untuk penduduk sudah melakukan Sensus Penduduk Online
dan alamat di KK/KTP sama dengan alamat saat ini di SLS tersebut;
• Kode “2” untuk penduduk yang sudah melakukan Sensus Penduduk
Online dan alamat KK/KTP di SLS tersebut tetapi alamat saat ini tidak di
SLS tersebut;
• Kode “3” untuk penduduk yang sudah melakukan Sensus Penduduk
Online dan alamat KK/KTP tidak di SLS tersebut tetapi alamat saat ini di
SLS tersebut; dan
• Kode “8” untuk penduduk yang tidak melakukan Sensus Penduduk Online.
j. Kolom (10) CEK berisi pilihan kode yang harus ditentukan oleh PCL dan Ketua/
Pengurus SLS berdasarkan hasil pemeriksaan daftar penduduk dan verifikasi
lapangan. Kode dalam kolom (10) CEK antara lain:
• Kode “0” jika penduduk sudah meninggal dunia;
• Kode “1” jika penduduk ada dan tinggal di SLS tersebut;
• Kode “2” jika penduduk tidak tinggal di SLS tersebut;
• Kode “4” jika penduduk baru tinggal di SLS tersebut;

34 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Kegiatan Lapangan

• Kode “5” jika penduduk ada dan tinggal di wilayah SLS tersebut tetapi
Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk tidak mengakui penduduk
tersebut sebagai warga SLS setempat; dan
• Jika Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk ragu-ragu dengan
keberadaan penduduk yang ada di dokumen SP2020-DP, PCL menuliskan
kode bintang (*) di sebelah kanan isian kolom (9) STATUS dan
mengosongkan kolom (10) CEK untuk diperiksa ulang pada saat verifikasi
lapangan.
k. Kolom (11) Nomor Urut Bangunan merupakan urutan bangunan tempat
tinggal dan bukan tempat tinggal yang harus terisi berdasarkan hasil verifikasi
lapangan;
l. Lembar tambahan SP2020-DP, merupakan lembaran Blok IV kosong yang akan
digunakan untuk mencatat bangunan bukan tempat tinggal dan penduduk
yang tinggal di SLS tersebut tetapi belum ada di dokumen SP2020-DP; dan
m. Pengesahan daftar penduduk adalah tempat PCL dan Ketua/Pengurus SLS
membubuhkan tanda tangannya sebagai tanda telah selesainya kegiatan
lapangan SP2020 di SLS tersebut. Pengesahan oleh Ketua/Pengurus SLS juga
dilakukan di setiap lembar tambahan SP2020-DP.
5. PCL bersama Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk memeriksa satu per satu
isian anggota keluarga di Blok IV SP2020-DP dari kolom (1) sampai kolom(11).

4.1.3 Tata Cara Pengisian Daftar Penduduk

Tata cara mengisi dan melengkapi isian daftar penduduk adalah sebagai berikut:
1. PCL menanyakan satu per satu keberadaan penduduk yang namanya tercantum
pada Blok IV dokumen SP2020-DP kepada Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk;

2. Berdasarkan penjelasan Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk, PCL memberikan


tanda silang (x) pada salah satu kode di Kolom (10) CEK yang sesuai, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Kode “0” jika penduduk sudah meninggal dunia;
b. Kode “1” jika penduduk ada dan tinggal di SLS tersebut;
c. Kode “2” jika penduduk tidak tinggal di SLS tersebut;
d. Kode “4” jika penduduk baru tinggal di SLS tersebut;
e. Kode “5” jika penduduk ada dan tinggal di wilayah SLS tersebut tetapi Ketua/
Pengurus SLS/warga yang ditunjuk tidak mengakui penduduk tersebut sebagai
warga SLS setempat; dan
f. Jika Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk ragu-ragu dengan keberadaan
penduduk yang ada di dokumen SP2020-DP, PCL menuliskan kode bintang (*)
di sebelah kanan isian kolom (9) STATUS dan mengosongkan kolom (10) CEK

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 35


Kegiatan Lapangan

untuk diperiksa ulang pada saat verifikasi lapangan.

3. PCL mengisikan kolom “NAMA” dan “CEK” untuk penduduk baru. Sedangkan isian
lainnya dilengkapi pada saat verifikasi lapangan dan pencacahan;

4. PCL harus melaporkan keberadaan penduduk berkode CEK “5” kepada Kortim
menggunakan form yang telah disediakan;

5. PCL menanyakan keberadaan penduduk lain yang tinggal di SLS tersebut tetapi
belum tercantum pada dokumen SP2020-DP, seperti asisten rumah tangga, bayi
baru lahir, penduduk yang baru datang, kemudian menuliskannya di lembar
tambahan SP2020-DP dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Menuliskan nama penduduk baru pada Kolom (5) NAMA di baris kosong yang
tersedia;
b. Jika Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk ragu-ragu dengan nama
dari penduduk baru, tuliskan keterangan secukupnya (misal “bayi dari Ibu
Ahmad”);
c. Menuliskan isian Kolom (6) Status Hubungan dalam Keluarga, Kolom (7) Jenis
Kelamin, dan Kolom (8) Alamat Lengkap berdasarkan penjelasan dari Ketua/
Pengurus SLS/warga yang ditunjuk;
d. Jika Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk memiliki catatan, PCL menyalin
isian Kolom (2) No. Kartu Keluarga dan (3) NIK dari catatan Ketua/Pengurus
SLS/warga yang ditunjuk; dan
e. Memberikan tanda silang (x) pada kode 4 di Kolom (10) CEK.

6. PCL dan Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk melakukan pemeriksaan ulang


terhadap keseluruhan nama penduduk yang tercantum di dokumen SP2020-DP
untuk mengantisipasi jika ada penduduk yang terlewat.

4.2 Verifikasi Lapangan

Verifikasi lapangan dilakukan dengan menelusuri satu per satu bangunan tempat
tinggal dan bangunan bukan tempat tinggal yang ada di wilayah SLS berdasarkan dokumen
SP2020-DP hasil pemeriksaan dan peta SP2020-WS.
Bangunan adalah tempat berlindung tetap maupun sementara, yang mempunyai
dinding, lantai dan atap. Bangunan terdiri atas Bangunan Tempat Tinggal (BTT) dan
Bangunan Bukan Tempat Tinggal (BBTT).
BTT adalah bangunan yang memiliki pintu keluar masuk sendiri dan berfungsi
sebagai tempat tinggal penduduk. Sedangkan BBTT adalah bangunan yang tidak berfungsi
sebagai tempat tinggal penduduk, seperti toko, restoran/rumah makan, tempat ibadah,

36 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Kegiatan Lapangan

bengkel, salon dan lain-lain.


Bangunan yang tidak digunakan untuk tempat tinggal maupun usaha, dianggap
sebagai satu bangunan jika luas lantainya lebih dari atau sama dengan 10 m2. Sedangkan
bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal atau usaha, walaupun luas lantainya
kurang dari 10 m2 , tetap dianggap satu bangunan.

Catatan :
• Bangunan yang tidak berfungsi sebagai tempat tinggal penduduk tapi digunakan
sebagai tempat tinggal masuk dalam kategori BTT.
• BTT yang tidak dihuni dan mempunyai luas lebih dari atau sama dengan 10 m2
ditulis sebagai rumah kosong.
• Setiap satu kesatuan fungsi dari BBTT dihitung sebagai satu bangunan, misalnya
pasar tradisional, pusat pertokoan, sekolah, gedung perkantoran, dan sejenisnya.
• Kompleks asrama, pesantren, seminari, barak, dan sejenisnya dianggap sebagai
BBTT dan akan dicacah oleh petugas Task force.
• Kamar kos-kosan yang disewakan masing-masing dihitung sebagai satu BTT
tersendiri jika memiliki pintu keluar masuk sendiri.
• Setiap penomoran bangunan harus dituliskan juga di peta SP2020-WS.

Tata cara verifikasi lapangan adalah sebagai berikut:


1. PCL mengidentifikasi penduduk yang telah meninggal, yaitu isian Kolom (9) STATUS
berkode “0” atau Kolom (10) CEK kode “0” disilang, kemudian menyalin NIK, nama,
dan jenis kelamin ke Blok II Data Penduduk yang Meninggal;
2. PCL mengidentifikasi penduduk baru atau penduduk yang keberadaannya
meragukan, yaitu sebelah kanan Kolom (9) ada tanda bintang (*) atau Kolom (10)
kode 4 disilang pada dokumen SP2020-DP;
3. PCL bersama Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk berkeliling SLS dan
melakukan penomoran serta penggambaran bangunan pada peta SP2020-WS.
Beberapa hal yang dilakukan antara lain:
a. Penomoran bangunan dimulai dari ujung barat daya batas SLS, lanjut ke
timur sampai habis dalam satu segmen, kemudian dilanjutkan ke segmen
berikutnya. Segmen adalah wilayah yang dibatasi batas alam atau buatan
seperti jalan, sungai, atau kebun;
b. Untuk wilayah CAPI, di setiap bangunan yang ditemui, PCL mencari penghuni
bangunan tersebut di aplikasi, memberikan nomor bangunan, menggambarkan
titik bangunan dan nomor bangunan pada peta SP2020-WS;
c. Untuk wilayah PAPI, di setiap bangunan yang ditemui, PCL mencari penghuni

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 37


Kegiatan Lapangan

bangunan tersebut di dokumen SP2020-DP dan memberikan nomor bangunan


di dokumen SP2020-DP, serta menggambarkan titik bangunan dan nomor
bangunan pada peta SP2020-WS;
d. Bangunan kosong atau bangunan bukan tempat tinggal diberi nomor dan
ditulis pada pada dokumen SP2020-DP atau lembar tambahan SP2020-DP
(PAPI dan CAPI) dan diinput di aplikasi (CAPI);

Gambar 4.1. Ilustrasi Alur Penomoran Bangunan dalam Satu SLS

Gambar 4.2. Contoh Hasil Penggambaran dan Penomoran Bangunan di Peta

38 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Kegiatan Lapangan

Catatan :
• Jika ada bangunan yang terlewat, penomeran bangunan melanjutkan dari
nomor bangunan terakhir.
• Bangunan seperti kos-kosan/apartemen/rusun dan sejenisnya, penomeran di
peta bisa menggunakan rentang. Contoh, 21-40.
• Jika lokasi bangunan tidak tercakup di Peta SP2020-WS dan berada di wilayah
tugas PCL lain, gambarkan sementara di kertas kosong. Setelah proses verifikasi
selesai, koordinasikan dengan Kortim untuk meminjam peta ke PCL lain, kemu-
dian salin ke peta tersebut.

4. Jika menemukan bangunan tempat tinggal yang berpenghuni:


a. PCL menanyakan nama-nama penduduk yang tinggal di bangunan tersebut
kepada Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk, kemudian mencari dan
menemukannya pada dokumen SP2020-DP;
b. PCL menuliskan nomor urut bangunan pada Kolom (11) secara berurutan,
penduduk yang tinggal dalam satu bangunan akan memiliki nomor urut
bangunan yang sama. Penulisan nomor bangunan pada SP2020-DP harus
sama dengan penomoran bangunan pada peta SP2020-WS;
c. PCL melengkapi isian alamat pada Kolom (8);
d. Jika isian kolom (9) ada kode bintang (*), PCL harus memverifikasi keberadaan
penduduk yang tinggal di bangunan tersebut secara langsung kemudian
memberikan tanda silang (x) pada salah satu kode di Kolom (10) dengan
ketentuan sebagai berikut:
• Kode “0” jika penduduk sudah meninggal dunia;
• Kode “1” jika penduduk ada dan tinggal di SLS tersebut; dan
• Kode “2” jika penduduk tidak tinggal di SLS tersebut;
e. Jika kode “4” pada Kolom (10) disilang, PCL harus memverifikasi keberadaan
penduduk yang tinggal di bangunan tersebut secara langsung kemudian
mencoretnya dari daftar jika tidak ditemukan;
f. Jika masih ditemukan penduduk yang tinggal di SLS tersebut tetapi belum ada
pada dokumen SP2020-DP, lengkapi lembar tambahan SP2020-DP dengan
ketentuan sebagai berikut:
• Tuliskan nama penduduk baru pada Kolom (5) NAMA di baris kosong
yang tersedia;
• Tuliskan isian Kolom (6) Status Hubungan dalam Keluarga, Kolom (7)
Jenis Kelamin dan (8) Alamat Lengkap;
• Berikan tanda silang (x) pada kode “4” di Kolom (10) CEK;
• Tuliskan isian Kolom (11) Nomor Urut Bangunan; dan
• Sedapat mungkin untuk memperoleh isian Kolom (2) No. Kartu Keluarga
dan (3) NIK, dengan menyalinnya dari dokumen KK dan KTP penduduk

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 39


Kegiatan Lapangan

tersebut.
g. Jika isian Kolom (9) atau (10) berkode “0”, PCL harus menemui penduduk yang
tinggal di bangunan tersebut untuk melengkapi data penduduk yang telah
meninggal pada Blok II dokumen SP2020-DP sebagai berikut:
• Verifikasi ulang status meninggal dari penduduk tersebut;
• Menanyakan tanggal meninggal dan mengisikannya pada Kolom (5);
• Menanyakan kepemilikan dokumen akta kematian dan mengisikannya
pada Kolom (6); dan
• Jika dapat menunjukkan dokumen akta kematian, isikan nomor surat/
akta kematian tersebut pada Kolom (7).
• Jika tidak dapat menunjukkan dokumen akta kematian, biarkan isian
pada kolom (7) tetap kosong.

5. PCL melengkapi isian Kolom (1) No. Urut Keluarga dan (4) No. Urut Anggota Keluarga
dari penduduk baru, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika nomor KK penduduk baru sama dengan keluarga yang telah tercetak
pada dokumen SP2020-DP, maka isian untuk kolom (1) nomor urut keluarga
penduduk baru tersebut disamakan dengan nomor urut keluarga yang ada
dan isian kolom (4) nomor urut anggota keluarga melanjutkan dari urutan
anggota keluarga yang terakhir.
Kasus ini berlaku untuk anggota keluarga yang baru bergabung, misalnya
anak yang baru lahir atau penduduk yang baru ditambahkan ke dalam kartu
keluarga;
b. Jika nomor KK penduduk baru tidak sama dengan keluarga yang telah tercetak
pada dokumen SP2020-DP, maka penduduk baru tersebut dianggap sebagai
keluarga tersendiri, isian Kolom (1) melanjutkan dari urutan keluarga yang
terakhir, dan isian Kolom (4) diberi urut “1”.
Kasus ini berlaku untuk penduduk yang tinggal sendirian seperti anak kos atau
penduduk menumpang tetapi bukan anggota keluarga;
c. Jika sekelompok penduduk baru memiliki nomor KK yang sama, maka
kelompok tersebut merupakan satu keluarga, isian Kolom (1) melanjutkan
dari urutan keluarga yang terakhir, dan isian Kolom (4) dimulai dari “1”, “2”,
dan seterusnya.
Kasus ini berlaku untuk keluarga yang belum tercantum pada dokumen
SP2020-DP, misalnya keluarga yang baru pindah ke SLS tersebut atau keluarga
yang alamat KK/KTP berbeda dengan tempat tinggalnya di SLS tersebut;
d. Jika penduduk baru yang tinggal menumpang tidak mengetahui nomor KK,
maka dianggap sebagai anggota dari keluarga induknya sesuai pengakuan,
isian Kolom (1) disamakan, isian Kolom (2) dikosongkan dan isian Kolom (4)
melanjutkan dari urutan anggota keluarga yang terakhir.

40 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Kegiatan Lapangan

Kasus ini berlaku untuk penduduk menumpang seperti asisten rumah tangga,
supir, atau famili lain;
e. Jika penduduk baru yang tinggal sendirian tidak mengetahui nomor KK, maka
dianggap sebagai keluarga tersendiri, isian Kolom (1) melanjutkan dari urutan
keluarga yang terakhir, isian Kolom (2) dikosongkan dan isian Kolom (4) diberi
urut “1”.
Kasus ini berlaku untuk penduduk yang tinggal sendirian seperti anak kos;
f. Jika sekelompok penduduk baru yang tinggal bersama tidak mengetahui
nomor KK, maka dianggap sebagai satu keluarga sesuai pengakuan, isian
Kolom (1) melanjutkan dari urutan keluarga yang terakhir, dan isian Kolom (4)
dimulai dari “1”, “2”, dan seterusnya.
Kasus ini berlaku untuk keluarga yang belum tercantum pada dokumen
SP2020-DP, misalnya keluarga yang baru pindah ke SLS tersebut atau keluarga
yang alamat KK/KTP berbeda dengan tempat tinggalnya di SLS tersebut.;
g. Jika ada anggota keluarga yang telah meninggal atau tidak tinggal di SLS
tersebut, yaitu Kolom (9) atau (10) berkode “0” atau “2”, maka nomor urut
anggota keluarga pada Kolom (4) perlu diperbaiki sesuai urutan anggota
keluarga yang masih ada.
6. Jika menemukan bangunan tempat tinggal yang tidak berpenghuni yang memenuhi
syarat luas minimal 10 m2, maka:
a. PCL menuliskan “Rumah kosong” pada Kolom (5) di baris kosong yang tersedia;
dan
b. PCL menuliskan nomor urut bangunan pada Kolom (11) dan alamat lengkap
pada Kolom (8).
7. Jika menemukan bangunan bukan tempat tinggal yang tidak digunakan untuk
usaha dan memenuhi syarat luas minimal 10 m2, maka:
a. PCL menuliskan nama bangunan bukan tempat tinggal pada Kolom (5) di baris
kosong yang tersedia, misalnya “Masjid Al-Ikhlas”, “Toko Abah Anom”, atau
“Kantor Lurah Aren Jaya”; dan
b. PCL menuliskan nomor urut bangunan pada Kolom (11) dan alamat lengkap
pada Kolom (8).
Contoh poin 7 :

Gambar 4.3. Contoh Pengisian Bangunan Tempat Tinggal yang Tidak Berpenghuni dan
Bangunan Tempat Tinggal Pada Dokumen SP2020-DP

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 41


Kegiatan Lapangan

8. PCL dan Ketua/Pengurus SLS /warga yang ditunjuk memastikan seluruh bangunan,
keluarga, dan penduduk di SLS tersebut telah diperiksa dan diverifikasi secara
lengkap;

9. PCL memindahkan isian dokumen SP2020-DP ke aplikasi SP2020-CAPI. PCL harus


memastikan semua daftar isian yang ada di DP dientri ke dalam aplikasi SP2020-
CAPI termasuk bangunan bukan tempat tinggal, bangunan tempat tinggal kosong
dan nomer urut bangunan tersebut.

Catatan:
1. Apabila ada penduduk baru di dalam satu rumah, namun penduduk lainnya sudah
tercatat sebelumnya, pastikan nomor KK dan nomor urut bangunan pada baris
baru sesuai.
2. Jika penduduk baru dalam satu rumah tersebut masih merupakan satu keluarga,
pastikan nomor KK dan nomor urut bangunannya sama.
3. Jika penduduk baru dalam satu rumah tersebut bukan merupakan satu keluarga,
pastikan nomor urut bangunannya sama.

4.3 Pencacahan Penduduk

Pencacahan lapangan dilakukan setelah kegiatan pemeriksaan daftar penduduk


dan verifikasi lapangan. Pada tahap pencacahan lapangan, PCL melakukan wawancara
kepada penduduk yang tidak melakukan Sensus Penduduk Online dan penduduk baru
yang tidak tercantum dalam dokumen SP2020-DP menggunakan kuesioner SP2020-C1.
Terdapat perbedaan mekanisme pencacahan lapangan di wilayah PAPI dan wilayah CAPI.

4.3.1 Pencacahan Lapangan Penduduk di Wilayah PAPI


Pencacahan penduduk di wilayah PAPI menggunakan kuesioner cetak, yang terdiri
atas dokumen SP2020-DP dan kuesioner SP2020-C1. Satu kuesioner SP2020-C1 digunakan
untuk mewawancarai satu keluarga dengan maksimal enam anggota keluarga. Jika satu
keluarga terdiri lebih dari enam anggota, dapat menggunakan set SP2020-C1 tambahan
untuk disisipkan ke daftar utama. Langkah-langkah sebelum melakukan wawancara
penduduk adalah sebagai berikut:

1. PCL mengidentifikasi penduduk yang belum melakukan Sensus Penduduk Online


dan penduduk baru yang belum terdaftar pada dokumen SP2020-DP, yaitu isian
Blok IV dokumen SP2020-DP:
a. Kode “8” pada Kolom (9) dan kode “1” pada Kolom (10) disilang; atau
b. Kode “4” pada kolom (10) disilang.
2. PCL mempersiapkan kuesioner SP2020-C1 yang akan digunakan untuk wawancara,

42 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Kegiatan Lapangan

satu daftar digunakan untuk satu keluarga; dan


3. PCL mengunjungi tempat tinggal penduduk yang belum melakukan Sensus
Penduduk Online untuk diwawancara, jika salah satu anggota keluarga ada yang
tidak melakukan Sensus Penduduk Online maka satu keluarga tersebut tetap
dikunjungi.

4.3.2 Pencacahan Lapangan di Wilayah CAPI


Pencacahan lapangan di wilayah CAPI menggunakan aplikasi SP2020-CAPI, yang
merupakan gabungan dokumen SP2020-DP dan kuesioner SP2020-C1. Aplikasi SP2020-
CAPI harus sudah terpasang di gawai PCL. Langkah-langkah sebelum melakukan wawancara
penduduk adalah sebagai berikut:
1. Aplikasi SP2020-CAPI akan mengidentifikasi penduduk yang tidak melakukan
Sensus Penduduk Online dan menampilkan informasinya untuk diwawancara; dan
2. PCL mengunjungi tempat tinggal penduduk yang belum melakukan Sensus
Penduduk Online untuk diwawancara.

4.3.3 Pengisian Kuesioner SP2020-C1

Kuesioner SP2020-C1 terdiri atas lima bagian yang harus diisi sesuai hasil
wawancara penduduk, yaitu:
I. Keterangan Tempat;
II. Keterangan Petugas;
III. Data Perumahan Tempat Tinggal Sekarang;
IV. Data Penduduk; dan
V. Penduduk Umur 5 Tahun atau Lebih.

Blok I. Keterangan Tempat


Blok ini berisi keterangan provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan,
nama dan kode SLS, nomor urut keluarga dan bangunan, alamat tempat tinggal sekarang,
nama kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, serta nama dan nomor HP yang bisa
dihubungi. Tata cara pengisian Blok I Keterangan Tempat adalah sebagai berikut:

101. Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa/Kelurahan


Salin kode provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan dari R.101,
R.102, R.103, dan R.104 Blok I dokumen SP2020-DP.
102. Nama SLS/Non SLS
Salin dari R.105 Blok I dokumen SP2020-DP.
103. Kode SLS/Non SLS
Salin dari isian R.106 pada keterangan tempat Blok IV dokumen SP2020-DP.

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 43


Kegiatan Lapangan

Nomor Urut Keluarga dan Nomor Bangunan, salin dari isian Kolom (1) dan (11)
Blok IV dokumen SP2020-DP.
104. Alamat
Tuliskan alamat lengkap tempat tinggal sekarang yang mencakup nama jalan,
nomor rumah, lingkungan, dan keterangan lainnya seperti kode pos.
105. Nama Kepala Keluarga
Tuliskan nama lengkap kepala keluarga sesuai KK/KTP.
106. Jumlah Anggota Keluarga
Tuliskan jumlah anggota keluarga sesuai isian urutan anggota keluarga terakhir
dari Kolom (3) Blok IV dokumen SP2020-DP.
107. Anggota keluarga yang bisa dihubungi
Tuliskan Nama dan Nomor HP (telepon seluler) dari anggota keluarga yang dapat
dihubungi.

Blok II. Keterangan Petugas


Blok ini berisi keterangan nama pencacah dan Kortim, kode pencacah dan Kortim, serta
tanggal pelaksanaan pencacahan dan pengawasan/pemeriksaan.

Blok III. Data Perumahan Tempat Tinggal Sekarang


Blok ini berisi keterangan status kepemilikan rumah, penggunaan listrik, sumber air minum
utama, fasilitas tempat buang air besar, dan jenis lantai terluas. Berikan tanda centang (√)
pada kotak di sebelah pilihan yang sesuai dengan hasil wawancara.
301. Apakah status kepemilikan rumah yang ditempati?
Pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui status kepemilikan dari rumah yang
ditempati saat ini. Status kepemilikan rumah yang ditempati dilihat dari sisi
anggota keluarga yang menempatinya. Pilihan jawaban terdiri dari:
1. Milik Sendiri, jika rumah yang ditempati merupakan milik kepala keluarga
atau milik salah satu anggota keluarga. Rumah yang dibeli secara angsuran
melalui kredit bank atau rumah dengan status sewa beli dianggap rumah milik
sendiri.
2. Kontrak/Sewa, jika rumah disewa oleh kepala keluarga atau salah satu anggota
keluarga dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara
pemilik dan pemakai, misalnya bulanan atau tahunan. Cara pembayaran
dapat sekaligus di muka atau diangsur menurut persetujuan kedua belah
pihak. Pada akhir masa perjanjian, pihak penyewa harus meninggalkan rumah
tempat tinggal atau bila kedua belah pihak setuju bisa diperpanjang kembali
dengan mengadakan perjanjian kontrak baru.
3. Bebas Sewa (menumpang), jika rumah yang ditempati tersebut diperoleh
dari pihak lain bukan anggota keluarga (baik famili maupun bukan famili yang

44 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Kegiatan Lapangan

tinggal di tempat lain) dan ditempati tanpa mengeluarkan suatu pembayaran


apapun.
4. Dinas, jika rumah yang ditempati tersebut dimiliki dan disediakan oleh suatu
instansi/perusahaan tempat bekerja kepala keluarga atau salah satu anggota
keluarga, baik dengan membayar sewa maupun tidak. Jika kepala keluarga
atau salah satu anggota keluarga tidak lagi bekerja pada instansi/perusahaan
tersebut tetapi mereka masih tinggal di situ, maka rumah tersebut berubah
status menjadi rumah sewa jika membayar sewa atau rumah bebas sewa jika
tidak membayar sewa.
5. Lainnya, jika rumah yang ditempati tersebut tidak dapat digolongkan ke
dalam salah satu kategori di atas, misalnya tempat tinggal milik bersama dan
rumah adat.

302. Apakah menggunakan listrik?


Pertanyaan ini untuk mendapatkan informasi penggunaan listrik dan besarnya
daya yang digunakan di rumah yang ditempati. Pilihan jawaban terdiri dari:
1. Ya, PLN dengan daya lebih dari 900 watt, jika rumah yang ditempati
menggunakan listrik PLN dengan daya terpasang lebih dari 900 watt.
2. Ya, PLN dengan daya 450 watt atau 900 watt, jika rumah yang ditempati
menggunakan listrik PLN dengan daya terpasang 450 watt atau 900 watt.
3. Ya, PLN tanpa meteran, jika rumah yang ditempati menggunakan listrik
PLN tanpa meteran, misalnya dengan menyalurkan listrik dari tetangga atau
mengambil dari saluran listrik utama.
4. Ya, listrik non PLN, jika rumah yang ditempati menggunakan listrik non
PLN, misalnya perusahaan listrik daerah, genset berbahan bakar solar, atau
pembangkit listrik tenaga matahari.
5. Tidak menggunakan listrik, jika rumah yang ditempati tidak menggunakan
listrik sebagai sumber penerangan.

303. Apa sumber air minum utama yang digunakan keluarga ini?
Sumber air minum adalah yang digunakan untuk minum sehari-hari. Jika
menggunakan air minum yang berasal dari beberapa sumber air, maka pilih
salah satu sumber air yang volume airnya paling banyak digunakan oleh keluarga
tersebut atau paling banyak anggota keluarga yang menggunakannya. Pilihan
jawaban terdiri dari:
1. Air kemasan/air isi ulang. Air kemasan adalah air yang diproduksi dan
didistribusikan oleh suatu perusahaan dalam kemasan botol (600 ml, 1,5
liter, 12 liter, atau 19 liter) atau kemasan gelas. Air isi ulang adalah air yang
diproduksi melalui proses penjernihan.

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 45


Kegiatan Lapangan

2. Leding, adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan
sebelum dialirkan kepada konsumen, termasuk leding meteran dan leding
eceran.
3. Pompa/sumur bor, adalah air tanah yang cara pengambilannya menggunakan
pompa tangan, pompa listrik, atau kincir angin, termasuk sumur artesis
(sumur bor).
4. Sumur, adalah air tanah yang cara pengambilannya melalui lubang tanah atau
sumur, termasuk sumur terlindung dan tidak terlindung.
5. Mata air, adalah sumber air permukaan tanah dimana air timbul dengan
sendirinya tanpa ditarik menggunakan alat atau pompa, termasuk mata air
terlindung maupun tidak terlindung.
6. Sungai/danau, adalah sumber air permukaan tanah berupa sungai atau
danau, termasuk yang disalurkan melalui pipa paralon atau diambil langsung.
7. Air hujan, jika keluarga menggunakan air hujan sebagai sumber utama air
minum.
8. Lainnya, jika keluarga menggunakan sumber air minum yang tidak disebutkan
di atas, misalnya air laut yang disuling.

Catatan:
• Jika keluarga menggunakan alat penjernih atau penyehatan air sendiri
(misalnya Pure it atau Kangen Water), maka sumber air minum harus melihat
asal sumber air yang digunakan oleh alat tersebut.
• Perlu kehati-hatian jika sumber air minum ditampung dan disalurkan ke
rumah menggunakan pipa paralon, maka harus melihat asal sumber air yang
disalurkan tersebut.
• Keluarga yang menggunakan air hujan pada musim penghujan dan membeli
air pada musim kemarau, maka sumber air minumnya tergantung pada air
yang paling banyak diminum selama sebulan yang lalu.

Gambar 4.4 Contoh Air Kemasan Bermerk Gambar 4.5 Contoh Air Isi Ulang

46 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Kegiatan Lapangan

Gambar 4.6 Contoh Leding Meteran Gambar 4.7 Contoh Leding Eceran

Gambar 4.8 Contoh Sumur Bor/Pompa

Gambar 4.9 Contoh Mata Air Terlindung Gambar 4.10 Contoh Mata Air Tak Terlindung

Gambar 4.11 Contoh Sumur Terlindung Gambar 4.12 Contoh Sumur Tak Terlindung

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 47


Kegiatan Lapangan

Gambar 4.13 Contoh Air Permukaan

304. Apakah di rumah ini ada fasilitas jamban/tempat buang air besar dan septic
tank?
Fasilitas tempat buang air besar adalah ketersediaan jamban/kakus yang dapat
digunakan oleh anggota keluarga.

Septic tank atau tangki septik adalah tempat pembuangan akhir yang berupa bak
penampungan, biasanya terbuat dari pasangan bata/batu/beton di semua sisinya.
Tangki septik dibedakan menjadi 2 yaitu tangki dengan dasar semen dan tangki
tanpa dasar semen.

Pilihan jawaban terdiri dari:


1. Ya, dengan septic tank, jika rumah yang ditempati memiliki fasilitas tempat
buang air besar yang dilengkapi dengan tangki septik;
2. Ya, tanpa septic tank, jika rumah yang ditempati memiliki fasilitas tempat
buang air besar yang tidak dilengkapi dengan tangki septik;
3. Tidak, jika rumah yang ditempati tidak memiliki fasilitas tempat buang air
besar.

305. Apakah jenis lantai terluas rumah ini?


Pertanyaan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi jenis lantai rumah yang
terluas. Lantai adalah bagian bawah atau dasar dari suatu ruangan di suatu rumah.
Jika hanya sebagian kecil lantai rumah yang dapat diamati, tanyakan jenis lantai
rumah di bagian lain yang tak terlihat. Jika terdiri atas beberapa jenis, pilih jenis
lantai yang paling luas, jika luasnya sama pilih kode terkecil. Pilihan jawaban terdiri
dari:
1. Keramik/marmer/granit. Keramik adalah tanah liat yang dibakar dan dicampur
dengan mineral lain. Marmer atau batu pualam adalah batu gamping yang
telah mengalami metamorfosis dan dapat dipakai untuk lantai, dinding, dsb.

48 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Kegiatan Lapangan

Granit adalah batuan keras keputih-putihan yang dapat bertahan lebih lama
dari keramik atau marmer;
2. Ubin/tegel/teraso. Tegel adalah ubin yang terbuat dari semen. Teraso adalah
jenis lantai yg terbuat dari batu alam kecil-kecil, diaduk dengan kapur pasir,
dan dituang di atas dasar batu;
3. Semen, jika rumah yang ditempati memikili lantai yang terbuat dari adukan
semen pasir atau semen saja;
4. Kayu/papan, jika rumah yang ditempati memiliki lantai yang terbuat dari kayu
atau kepingan kayu tipis dan biasanya terbuat dari kayu ulin atau kayu besi;
5. Bambu, jika rumah yang ditempati memiliki lantai yang terbuat dari bambu,
buluh, aur, atau eru, yaitu tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga
dan ruas di batangnya;
6. Tanah, jika lantai rumah langsung ke permukaan bumi tanpa ada alas lain di
atasnya, termasuk lantai pasir atau batu; dan
7. Lainnya, yaitu jenis lantai selain yang disebutkan di atas.
Sebelum mewawancarai anggota keluarga, lengkapi isian di atas Blok IV, Data
Penduduk halaman ganjil. Tata caranya adalah :
1. Salin kode Provinsi, Kab/Kota, Kecamatan, Desa/Kel, SLS/non SLS, No. Urut Keluarga,
dan No. Bangunan pada Blok IV dari R.101 dan R.103 Blok I. Salin No. Urut Anggota
Keluarga dari Kolom (3) Blok IV dokumen SP2020-DP;
2. Jika ada salah satu anggota keluarga yang belum melakukan Sensus Penduduk Online
sedangkan anggota keluarga lainnya sudah melakukan Sensus Penduduk Online, maka
anggota keluarga yang belum melakukan Sensus Penduduk Online di data dengan
menggunakan kuesioner SP2020-C1. Blok IV (data penduduk) di kuesioner SP2020-C1
diisi lengkap untuk anggota keluarga yang belum melakukan Sensus Penduduk Online,
sedangkan Blok IV (data penduduk) yang sudah melakukan Sensus Penduduk Online
diisi hanya sampai pertanyaan 401 (nama lengkap sesuai KK/KTP) dan mencentang
pilihan “sudah terisi di CAWI” pada pojok kanan atas kuesioner SP2020-C1. Untuk
pertanyaan 106 (jumlah anggota keluarga) maka diisikan sesuai isian urutan anggota
keluarga terakhir dari kolom (3) blok IV dokumen SP2020-DP.

Gambar 4.14. Pengisian Anggota Keluarga yang Sudah Melakukan Sensus Penduduk Online

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 49


Kegiatan Lapangan

Blok IV. Data Penduduk


Blok ini berisi keterangan penduduk yang mencakup nama lengkap, jenis kelamin,
NIK, tempat tinggal sekarang, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, suku bangsa,
agama/kepercayaan, orang tua kandung, status perkawinan, status hubungan dengan
kepala keluarga, lama tinggal, dan tingkat pendidikan. Berikan tanda centang (√) atau isikan
kotak yang tersedia sesuai dengan hasil wawancara.

401. Nama Lengkap sesuai KK/KTP


Salin nama lengkap penduduk dari dokumen KK/KTP yang dimiliki. Jika tidak
dapat menunjukkan dokumen KK/KTP, salin nama lengkap dari Kolom (5) Blok
IV dokumen SP2020-DP. Jika sebagai penduduk baru tidak dapat menunjukkan
dokumen KK/KTP, isikan nama lengkap berdasarkan ingatan penduduk yang sesuai
dokumen KK/KTP.

402. Jenis kelamin


Berikan tanda centang (√) pada kotak yang tersedia sesuai jenis kelamin pada
dokumen KK/KTP yang dimiliki. Jika tidak dapat menunjukkan dokumen KK/
KTP, salin jenis kelamin dari Kolom (7) Blok IV dokumen SP2020-DP. Jika sebagai
penduduk baru yang tidak dapat menunjukkan dokumen KK/KTP, isikan jenis
kelamin berdasarkan pengakuan penduduk. Pilihan jawaban terdiri dari:
1. Laki-laki; dan
2. Perempuan.

403. 1. Nomor Induk Kependudukan (NIK)


Nomor Induk Kependudukan (NIK), adalah nomor identitas penduduk yang
bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar
sebagai Penduduk Indonesia. NIK bersifat statis (tidak berubah). Jika NIK
berbeda dengan dokumen kependudukan lainnya maka NIK dalam KTP-el
yang digunakan.
Salin 16 digit NIK dari dokumen KK/KTP yang dimiliki. Jika sebagai penduduk
baru, salin juga 16 digit NIK ke Kolom (3) Blok IV dokumen SP2020-DP. Jika
tidak dapat menunjukkan dokumen KK/KTP, tuliskan tanda strip “-” pada
kotak yang tersedia.

2. Jika NIK tidak terisi, sebutkan alasannya:


Pilihan jawaban alasan NIK tidak terisi terdiri dari:
a. Dokumen hilang/rusak;
b. Belum/tidak punya KK/KTP; dan
c. KK atau KTP ada di tempat lain.

50 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Kegiatan Lapangan

404. Apakah alamat tempat tinggal sekarang (SLS) sesuai dengan alamat yang tertulis
pada KK?
Alamat sesuai dengan kondisi keberadaan/tempat tinggal saat ini, bisa berbeda
dengan alamat yang tertera pada KK/KTP. Pilihan jawaban terdiri dari:
1. Ya, jika alamat tempat tinggal sekarang sesuai/sama dengan alamat KK/KTP;
dan
2. Tidak, jika alamat tempat tinggal sekarang tidak sama dengan alamat KK/KTP.

405. a. Tempat Lahir


Tempat lahir yang dimaksud adalah sesuai dengan catatan dokumen KK/KTP
atau Akta Kelahiran. Jika tidak memiliki dokumen resmi, isikan tempat lahir
sesuai pengakuan penduduk.
Jika lahir di Indonesia, tuliskan nama provinsi dan kabupaten/kota kondisi
saat ini. Misalnya dokumen KK/KTP atau Akta Kelahiran mencantumkan
nama kampung atau kecamatan sebagai tempat lahir, tuliskan provinsi dan
kabupaten/kota di mana kampung atau kecamatan tersebut berada saat ini.
Jika lahir di luar negeri, tuliskan nama negara kondisi saat ini. Misalnya lahir
di Uni Sovyet dapat dituliskan Rusia.
Kode provinsi, kabupaten/kota, atau negara harus dilengkapi oleh Kortim.

b. Apakah tanggal lahir sama dengan KK/KTP?


Pilihan jawaban berdasarkan pengakuan penduduk terdiri dari:
1. Ya, jika tanggal lahir sama dengan yang tercantum pada KK/KTP; dan
2. Tidak, jika tanggal lahir tidak sama dengan yang tercantum pada KK/
KTP.
c. Tanggal/Bulan/Tahun Lahir
Tuliskan tanggal lahir sesuai pengakuan penduduk.
Umur (Tahun)
Tuliskan keterangan umur sesuai perhitungan selisih antara tanggal lahir
dengan tanggal wawancara.
406. a. Apakah memiliki akta kelahiran dari kantor catatan sipil?
Akta kelahiran adalah surat tanda bukti kelahiran yang dikeluarkan oleh kantor
catatan sipil. Pilihan jawaban mengenai kepemilikan akta kelahiran adalah :
1. Ya, jika responden mempunyai akta kelahiran.
2. Tidak memiliki, jika responden tidak memiliki akta kelahiran.
3. Tidak tahu, jika responden tidak mengetahui kepemilikan akta
kelahiran.

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 51


Kegiatan Lapangan

b. Alasan bila tidak memiliki akta kelahiran.


Pertanyaan ini diisi jika anggota keluarga tidak memiliki akta kelahiran (406.a kode
2). Pilihan jawaban untuk pertanyaan ini adalah :
1. Tidak memiliki biaya, apabila responden atau keluarganya tidak mampu
menyediakan biaya untuk membuat akta kelahiran.
2. Akses sulit/tempat mengurus akta jauh, apabila responden
menganggap jarak tempat pengurusan dengan tempat tinggalnya jauh
sehingga sulit untuk dicapai.
3. Tidak tahu manfaat akta, apabila responden tidak mengetahui manfaat
akta.
4. Lainnya, apabila alasan tidak mempunyai akta kelahiran selain yang
disebutkan di atas.

407. Kewarganegaraan
Pilihan jawaban kewarganegaraan terdiri dari:
1. WNI, adalah orang-orang Indonesia asli dan keturunan asing yang mendapat
kewarganegaraan Indonesia; dan
2. WNA, adalah mereka yang mempunyai kewarganegaraan selain WNI.

Apabila tidak dapat menentukan kewarganegaraan penduduk, maka mengikuti


kewarganegaraan ayah. Jika WNA maka lanjutkan wawancara ke pertanyaan 409.

408. Suku
Suku adalah kelompok etnis dan budaya masyarakat yang terbentuk secara turun
temurun. Pada umumnya suku mengikuti garis paternalistik (ayah/laki-laki),
tetapi ada beberapa suku yang mengikuti garis maternalistik (ibu/perempuan)
seperti Suku Minangkabau. Apabila tidak dapat menentukan suku, maka sesuai
pengakuan, sesuai kecenderungan atau kebiasaan, atau berdasarkan persetujuan
berdasarkan persetujuan responden, mengikuti suku ayahnya.
Kode suku harus dilengkapi oleh Kortim.
409. Agama/Kepercayaan
Agama/kepercayaan yang dianut oleh responden. Jika terjadi perbedaan agama
yang dianut dengan yang tertera di dokumen KK/KTP, maka isian yang digunakan
sesuai dengan pengakuan responden.

Pilihan jawaban agama/kepercayaan terdiri dari:


1. Islam;
2. Kristen, termasuk Kristen Protestan, Advent, Pantekosta, Baptis, Kharismatik,
dan lain-lain;
3. Katolik;

52 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Kegiatan Lapangan

4. Hindu;
5. Budha;
6. Khonghucu;
7. Penghayat Kepercayaan, termasuk kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, Organisasi Aji Dipa, Organisasi Hak Sejati, Paguyuban Jaya Sampurna, dan
lain-lain; dan
8. Lainnya, yaitu agama/kepercayaan selain yang disebutkan di atas dan isikan
pada kotak yang disediakan.

410. a. Status Perkawinan


Pilihan jawaban status perkawinan sesuai pengakuan penduduk, terdiri dari:
1. Belum Kawin, adalah status dari seseorang yang belum atau tidak terikat
dalam perkawinan;
2. Kawin, adalah status mempunyai istri bagi laki-laki atau mempunyai suami
bagi perempuan, baik tinggal bersama maupun terpisah, termasuk mereka
yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara, dan sebagainya),
telah hidup bersama, atau oleh masyarakat dianggap sebagai suami-istri;
3. Cerai Hidup, adalah berpisah sebagai suami-istri karena bercerai dan
belum kawin lagi, termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum
resmi secara hukum atau wanita yang mengaku belum pernah kawin
tetapi telah melahirkan anak. Termasuk cerai hidup adalah mereka yang
mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Tidak termasuk
cerai hidup adalah mereka yang hidup terpisah, tetapi masih berstatus
kawin, misalnya suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain
karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain.
4. Cerai Mati, adalah seseorang yang ditinggal meninggal oleh suami atau
istrinya dan belum kawin lagi.

Jika responden menjawab “belum kawin” maka lanjut ke pertanyaan 411.


b. Jika status perkawinan “kawin” atau “cerai hidup” atau “cerai mati” ,
tuliskan nomor surat/akta pernikahan/perceraian atau surat/akta kematian
mantan suami/istri?

Surat/Akta Pernikahan adalah adalah suatu alat bukti otentik yang dikeluarkan
oleh Pemerintah/Instansi pelaksana kepada seorang pria dan seorang wanita
dalam melaksanakan pencatatan perkawinan

Surat/Akta Perceraian adalah suatu bukti otentik tentang putusnya suatu


ikatan perkawinan.

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 53


Kegiatan Lapangan

Surat kematian adalah surat keterangan kematian yang dikeluarkan oleh


kepala desa/lurah/dokter/bidan maupun perawat di fasilitas kesehatan atau
yang dikeluarkan oleh kepolisian/ pengadilan yang selanjutnya digunakan
untuk pelaporan kematian dan sebagai syarat penerbitan akta kematian oleh
pejabat pencacatan sipil.

Akta kematian adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana
(Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil) yang mempunyai kekuatan hukum
sebagai alat bukti autentik perihal peristiwa kematian seseorang.

Salin nomor surat/akta pernikahan/perceraian atau surat kematian dari


dokumen yang sesuai. Jika penduduk tidak memiliki surat/akta pernikahan/
perceraian atau surat kematian, isikan dengan tanda strip “-”.

411. Status Hubungan dengan Kepala Keluarga


Salin status hubungan dengan kepala keluarga dari dokumen KK yang dimiliki.
Jika struktur keluarga berbeda dengan dokumen KK, isikan status hubungan
sesuai kondisi terakhir. Jika tidak dapat menunjukkan dokumen KK, isikan status
hubungan sesuai pengakuan penduduk. Pilihan jawaban terdiri dari:

1. Kepala Keluarga, adalah seorang yang bertanggung jawab di keluarga tersebut


dan tertera sebagai kepala keluarga dalam kartu keluarga. Suami yang
mempunyai istri lebih dari satu yang tinggal di rumah yang berbeda, maka ia
harus dicatat disalah satu keluarga istri yang lebih lama tinggal. Bila diketahui
lamanya tinggal bersama istri-istrinya sama, maka ia dicatat di rumah istri
yang paling lama dinikahi.
2. Suami, adalah suami dari kepala keluarga;
3. Istri, adalah istri dari kepala keluarga;
4. Anak, mencakup anak kandung, anak tiri, atau anak angkat dari kepala
keluarga;
5. Menantu, adalah suami atau istri dari anak kandung, anak tiri, atau anak
angkat;
6. Cucu, adalah anak dari anak kandung, anak tiri, atau anak angkat;
7. Orang tua, yaitu ayah atau ibu dari kepala keluarga;
8. Mertua, yaitu orang tua dari suami atau istri kepala keluarga;
9. Famili lain, yaitu mereka yang ada hubungan famili dengan kepala keluarga
atau dengan suami/istri kepala keluarga, misalnya adik, kakak, bibi, paman,
kakek, atau nenek;
10. Pembantu, yaitu orang yang bekerja sebagai pembantu/sopir yang menginap
di keluarga tersebut dengan menerima upah/gaji baik berupa uang atau pun

54 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Kegiatan Lapangan

barang.

Termasuk pembantu:
a. Famili yang dipekerjakan sebagai pembantu (menerima upah/gaji)
dianggap sebagai pembantu rumah tangga;
b. Tukang kebun yang makan dan menginap di rumah majikan, maka dicatat
sebagai pembantu;
c. Anak pembantu yang ikut tinggal di dalam keluarga, apabila diperlakukan
sebagai pembantu, status hubungan dengan kepala keluarga dicatat
sebagai pembantu. Apabila anak tersebut tidak diperlakukan sebagai
pembantu, maka dicatat sebagai lainnya;
d. Sopir adalah orang yang bekerja untuk mengemudikan kendaraan
bermotor yang menginap di keluarga majikan dan menerima upah/gaji
baik berupa uang ataupun barang.
11. Lainnya, yaitu orang yang tidak ada hubungan famili dengan kepala keluarga
atau anggota keluarga lainnya, yang tinggal di rumah tersebut lebih dari 1
tahun, seperti tamu, teman, dan orang yang mondok dengan makan (indekos),
termasuk anak pembantu yang juga tinggal dan makan di keluarga majikannya.
Termasuk lainnya adalah: mantan menantu yang tidak ada hubungan famili
dengan kepala keluarga.
Catatan:
Urutan anggota keluarga pertama harus berkode “1” sebagai kepala keluarga,
status hubungan dengan kepala keluarga dari anggota keluarga berikutnya
mengacu kepada anggota keluarga urutan pertama.
412. a. Lama tinggal di alamat yang sekarang (SLS)
Isikan “ya” jika tinggal di alamat sekarang (SLS) sama atau lebih dari satu tahun dan
isikan lama tinggal dalam tahun (pembulatan ke bawah). Isikan “tidak” jika tinggal
di alamat sekarang (SLS) kurang dari 1 tahun dan isikan lama tinggal dalam bulan
(pembulatan ke bawah).

Jika 412.a. terisi “ya” maka lanjut ke pertanyaan 413.

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 55


Kegiatan Lapangan

Catatan :
Lama tinggal di alamat sekarang batasannya adalah SLS. Jika ada penduduk yang
pindah rumah tetapi masih dalam satu SLS, maka lama tinggal dihitung selama dia
tinggal di SLS tersebut meskipun tinggal di bangunan yang berbeda.
Jika ada penduduk yang pindah rumah dan tinggal di SLS yang berbeda meskipun
dalam satu desa/kelurahan, maka lama tinggal dihitung sejak dia tinggal di SLS
yang baru.

b. Jika lama tinggal di alamat yang sekarang kurang dari 1 tahun, apakah berniat
menetap?
Pilihan jawaban sesuai pengakuan penduduk terdiri dari:
1. Ya, jika penduduk berniat menetap di alamat yang sekarang; dan
2. Tidak, jika penduduk tidak berniat menetap di alamat yang sekarang.
413. Ijazah/Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan mengacu pada ijazah pendidikan formal
tertinggi yang dimiliki penduduk. Pilihan jawaban sesuai pengakuan penduduk
terdiri dari:

01. Tidak/belum sekolah, jika penduduk sama sekali belum pernah bersekolah,
termasuk mereka yang sudah/belum tamat Taman Kanak-Kanak tetapi tidak
atau belum melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD);

02. Belum tamat SD/sederajat, jika penduduk pernah bersekolah tetapi tidak/
belum tamat SD, termasuk Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Luar Biasa
Tingkat Dasar, atau yang sederajat;

03. Tamat SD/sederajat, jika penduduk telah tamat SD, termasuk MI, Sekolah
Luar Biasa Tingkat Dasar, Sekolah Rakyat (SR), atau mereka yang belum tamat
sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP)/sederajat;

04. SLTP/sederajat, jika penduduk telah tamat SLTP, termasuk sekolah menengah
pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Luar Biasa Menengah
Pertama, MULO, HBS 3 tahun, SLP Proyek Perintis Sekolah Pembangunan,
SLTP Olahraga, atau mereka yang belum tamat sekolah lanjutan tingkat atas
(SLTA)/sederajat;

05. SLTA/sederajat, jika penduduk telah tamat SLTA, termasuk Sekolah Menengah
Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Luar Biasa, HBS 5 tahun, AMS, Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial
(SMPS), Sekolah Menengah Industri Kerajinan, Sekolah Menengah Seni Rupa,
Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), Sekolah Menengah Musik,
Sekolah Teknologi Menengah Pembangunan, Sekolah Menengah Ekonomi
Atas (SMEA), Sekolah Teknologi Menengah (STM), Sekolah Menengah

56 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Kegiatan Lapangan

Teknologi Pertanian, Sekolah Menengah Teknologi Perkapalan, Sekolah


Menengah Teknologi Pertambangan, Sekolah Menengah Teknologi Grafika,
Sekolah Guru Olahraga (SGO), Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB),
Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak, Sekolah Menengah Analis Kimia, Sekolah
Asisten Apoteker (SAA), Sekolah Bidan, Sekolah Penata Rontgen, dan lain-lain;

06. Diploma I/II, jika penduduk telah menyelesaikan pendidikan formal program
DI/DII pada suatu perguruan tinggi, termasuk program Akta I dan II;

07. Akademi/Diploma III/Sarjana Muda, jika penduduk telah menyelesaikan


pendidikan formal program DIII atau mendapatkan gelar sarjana muda pada
suatu akademi/perguruan tinggi;

08. Diploma IV/Strata I, jika penduduk telah menamatkan program pendidikan


diploma IV atau strata 1 pada suatu Universitas/Institut/Sekolah Tinggi,
termasuk program Akta IV;

09. Strata II, jika penduduk telah menamatkan program pendidikan pascasarjana
strata 2 dan mendapatkan gelar master pada suatu perguruan tinggi, termasuk
pendidikan spesialis 1; dan

10. Strata III, jika penduduk telah menamatkan program pendidikan pascasarjana
strata 3 dan mendapatkan gelar doktor pada suatu perguruan tinggi, termasuk
pendidikan spesialis 2 dan mereka yang mendapatkan gelar Doktor Honoris
Causa.

Blok V. Penduduk Umur 5 Tahun atau Lebih


Blok ini mencakup informasi kemampuan berbahasa Indonesia, aktivitas sehari-
hari, pekerjaan, dan status pekerjaan yang hanya ditanyakan kepada penduduk yang berusia
5 tahun atau lebih. Jika umur kurang dari 5 tahun maka penduduk tidak perlu diwawancara
dan Blok V kosong. Jika umur 5 tahun atau lebih maka penduduk harus diwawancara dan
Blok V harus ada isian.
501. Apakah bisa berbahasa Indonesia
Seseorang dikatakan bisa berbahasa Indonesia apabila responden mengerti apa
yang diucapkan orang (didengar oleh responden) dan dapat mengucapkan kata-
kata yang dimengerti orang lain dalam bahasa Indonesia. Salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah mengajukan pertanyaan dalam bahasa Indonesia: “Apakah bisa
berbahasa Indonesia?” (Jangan terjemahkan ke dalam bahasa daerah walaupun
wawancara dilaksanakan dalam bahasa daerah). Jika responden mengerti maksud
pertanyaan tersebut maka ia dianggap bisa berbahasa Indonesia. Sebaliknya, jika
responden menunjukkan tanda-tanda tidak tahu maksudnya, misalnya responden
berusaha menanyakan arti yang dibacakan tadi, maka ia dianggap tidak bisa
berbahasa Indonesia.

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 57


Kegiatan Lapangan

502. a. Aktivitas yang Biasa Dilakukan


Berikan tanda centang (√) pada kotak yang tersedia sesuai pengakuan penduduk
dengan pilihan jawaban sebagai berikut:
1. Ya, jika penduduk biasa melakukan aktivitas yang ditanyakan; dan
2. Tidak, jika penduduk tidak melakukan aktivitas yang ditanyakan.
i. Bekerja
Bekerja adalah melakukan kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang atau
jasa, penghasilan atau keuntungan, upah atau gaji, hasil usaha sewa, bunga,
dan lain-lain. Termasuk bekerja:
a. Orang yang hanya membantu bekerja dan tidak menerima upah/gaji
(pekerja tidak dibayar);
b. Orang yang memanfaatkan profesinya untuk membantu keluarga dan
tidak menerima bayaran;
c. Orang yang menyewakan barang bergerak maupun tidak bergerak; dan
d. Olahragawan atau seniman yang sedang berlatih.
ii. Mengurus Rumah Tangga
Mengurus Rumah Tangga adalah kegiatan mengelola kebutuhan keluarga
dan urusan rumah tangga tanpa mendapat upah atau gaji, termasuk anggota
keluarga yang membantu mengurus rumah tangga. Asisten rumah tangga
yang mengurus rumah tangga dengan mendapat upah/gaji, dianggap bekerja
dan tidak mengurus rumah tangga.
ii. Sekolah/kuliah
Sekolah adalah mengikuti kegiatan pendidikan formal dan non formal pada
jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan menengah (SLTA). Kuliah adalah
mengikuti kegiatan pendidikan formal pada jenjang pendidikan tinggi,
termasuk pendidikan diploma (D1/D2), sarjana muda (D3), sarjana (D4/S1),
dan pascasarjana (S2 dan S3).
iv. Lainnya (Jika Ya, sebutkan)
Jika penduduk biasa melakukan sesuatu aktivitas yang tidak termasuk dalam
pilihan jawaban, tuliskan aktivitas yang dimaksud pada tempat yang tersedia.
b. Apakah Pensiunan? (Menerima Pesangon/Dana Pensiun)
Pensiunan adalah seseorang yang sudah tidak bekerja lagi karena usia atau
atas permintaan sendiri dan berhak atas pesangon atau dana pensiun yang
diberikan setiap bulan sampai ia meninggal dunia.
Catatan :
Jika responden tidak bekerja (ada tanda centang (v) pada kotak “2” pertanyaan
501.a.i), maka pertanyaan 502 hingga 503 tidak perlu ditanyakan dan
wawancara dilanjutkan ke anggota keluarga berikutnya.

58 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Kegiatan Lapangan

503. Pekerjaan
Tuliskan selengkap-lengkapnya pekerjaan yang biasa dilakukan penduduk. Tanyakan
pekerjaannya sebagai apa dan tempat bekerjanya dimana. Kode pekerjaan harus
dilengkapi oleh Kortim.
Contoh penulisan pekerjaan:

504. Status Pekerjaan


Pilihan jawaban dari status atau kedudukan dalam pekerjaan terdiri dari:
1. Berusaha sendiri/dibantu pekerja tidak dibayar adalah bekerja atau berusaha
tanpa dibantu pekerja dengan menanggung risiko sendiri secara ekonomis,
seperti sopir lepas, tukang becak, tukang kayu, tukang batu, tukang listrik,
tukang pijat, tukang gali sumur, agen koran, tukang ojek, pedagang, dan lain-
lain.
Berusaha dibantu pekerja tidak dibayar adalah bekerja atau berusaha yang
menggunakan pekerja tak dibayar dengan menanggung risiko sendiri secara
ekonomis.
2. Berusaha dibantu pekerja dibayar adalah bekerja atau berusaha yang
menggunakan paling sedikit satu orang pekerja dibayar dengan menanggung
risiko sendiri secara ekonomis.
3. Buruh/Karyawan/Pegawai/Pekerja dibayar adalah penduduk yang bekerja
kepada orang lain atau instansi/perusahaan secara tetap dengan menerima
upah/gaji baik berupa uang maupun barang.
Pekerja dibayar disini merupakan pekerja bebas. Pekerja bebas adalah
seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap
(lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir) dengan menerima upah
atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem
pembayaran harian maupun borongan
4. Pekerja Tidak Dibayar/Pekerja Keluarga adalah seseorang yang bekerja
membantu orang lain yang berusaha (baik anggota keluarga atau bukan)
dengan tidak mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun barang.
Contoh:
a. Anggota keluarga dari orang yang dibantunya, seperti istri yang
membantu suaminya bekerja di sawah dan tidak memperoleh bayaran.
b. Membantu orang tua melayani penjualan di warung dengan tidak
memperoleh bayaran.

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 59


Kegiatan Lapangan

4.4 Evaluasi dan Pemeriksaan Dokumen

Setelah kegiatan pemeriksaan daftar penduduk, verifikasi lapangan, dan


pencacahan lapangan, PCL harus menghadiri rapat pertemuan tim dalam rangka evaluasi
dan pemeriksaan yang diadakan oleh Kortim. Dalam rapat ini, PCL dan Kortim memeriksa
hasil kegiatan lapangan. Dokumen SP2020-C1 perlu dicocokkan dengan isian dokumen
SP2020-DP, demikian pula sebaliknya. Untuk setiap dokumen SP2020-C1, harus ada
padanan penduduk dan keluarganya pada dokumen SP2020-DP.
Dokumen SP2020-DP juga harus diperiksa dan disahkan. Tata cara pemeriksaan
dan pengesahan dokumen SP2020-DP adalah sebagai berikut:
1. Mengurutkan dokumen SP2020-C1 hasil wawancara penduduk dalam satu SLS
berdasarkan nomor urut keluarga, setiap set C1 tambahan harus disisipkan pada
dokumen SP2020-C1 keluarganya masing-masing;
2. Mencocokkan identitas dokumen pada dokumen SP2020-C1 dengan dokumen
SP2020-DP, yang mencakup keterangan tempat seperti kode provinsi, kabupaten/
kota, kecamatan, desa/kelurahan, dan SLS/non SLS, serta keterangan keluarga yang
mencakup nomor urut bangunan, keluarga, dan anggota keluarga;
3. Memperbaiki nomor urut keluarga dan anggota keluarga pada Kolom (1) dan (4)
Blok IV dokumen SP2020-DP berdasarkan dokumen SP2020-C1 hasil wawancara
penduduk;
4. Melengkapi NIK penduduk pada kolom (3) Blok IV dokumen SP2020-DP berdasarkan
isian dokumen SP2020-C1;
5. Menambahkan nama dan keterangan penduduk yang baru ditemukan pada saat
wawancara tetapi belum ada di dokumen SP2020-DP;
6. Melengkapi keterangan rekapitulasi jumlah penduduk menurut kode CEK pada
setiap halaman Blok IV dokumen SP2020-DP;
7. Melengkapi isian rekapitulasi daftar penduduk pada R.107, R.108, dan R.109 Blok I
dokumen SP2020-DP berdasarkan isian pada Blok IV;
8. Memeriksa dan melengkapi isian Blok II dokumen SP2020-DP;
9. Mengisikan keterangan petugas pada Blok III dokumen SP2020-DP dan memberikan
tanda tangan pada kolom yang sesuai;
10. Pada halaman terakhir dokumen SP2020-DP, PCL dan Ketua/Pengurus SLS
memberikan pengesahan hasil kegiatan lapangan dengan cara membubuhkan
tanda tangan dan stempel SLS (jika ada).
11. Pada lembar pengesahan dokumen SP2020-DP, PCL menuliskan keterangan urutan
dan jumlah halaman (Halaman … dari …halaman).

60 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Lampiran
Lampiran

LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar SP2020-RP3

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 63


Lampiran

Lampiran 2. Dokumen SP2020-DP

64 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Lampiran

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 65


Lampiran

66 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Lampiran

Lampiran 3. Dokumen SP2020-C1

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 67


Lampiran

68 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Lampiran

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 69


Lampiran

70 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Lampiran

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 71


Lampiran

72 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Lampiran

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 73


Lampiran

74 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Lampiran

Lampiran 4. Daftar SP2020-RC1

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 75


Lampiran

Lampiran 5. Laporan Keberadaan Penduduk yang Tidak Diakui Ketua SLS

76 Buku 1F. Pedoman Pencacahan


Lampiran

Lampiran 6. Laporan Keberadaan Penduduk di Wilayah Non SLS

Buku 1F. Pedoman Pencacahan 77

Anda mungkin juga menyukai