S
ensus Penduduk 2020 (SP2020) adalah sensus penduduk ke tujuh di Indonesia
yang akan dilaksanakan sejak tahun 1961. Sensus Penduduk merupakan kegiatan
nasional yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan amanat
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi
PBB. Kegiatan SP2020 bertujuan untuk memperoleh data dasar kependudukan yang
sangat strategis dan terkini dalam rangka menuju satu data kependudukan Indonesia.
Selamat bekerja, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan memberikan bimbingan-
Nya kepada kita semua.
Margo Yuwono
Halaman Depan i
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Daftar Gambar vi
Daftar Tabel vii
Daftar Istilah viii
Bab 1. Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 3
1.3 Landasan Hukum 4
1.4 Proses Bisnis SP2020 4
1.5 Data yang Dikumpulkan 5
1.6 Instrumen yang Digunakan PCL 6
1.7 Jadwal Kegiatan SP2020 7
Bab 2. Metodologi 9
2.1 Pelaksanaan Sensus Penduduk dengan Metode Kombinasi 11
2.2 Tahapan Kegiatan Lapangan SP2020 11
2.3 Konsep Kependudukan 12
2.4 Organisasi Lapangan 13
2.5 Tugas dan Tanggung Jawab PCL 13
2.6 Penggunaan Peta 16
Daftar Isi
Lampiran 61
Lampiran 1. Daftar SP2020-RP3 63
Lampiran 2. Dokumen SP2020-DP 64
Lampiran 3. Dokumen SP2020-C1 67
Lampiran 4. Daftar SP2020-RC1 75
Lampiran 5. Laporan Keberadaan Penduduk yang Tidak Diakui 76
Ketua SLS
Lampiran 6. Laporan Keberadaan Penduduk di Wilayah Non SLS 77
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hasil SP2020 tidak serta merta dapat memutakhirkan data registrasi di catatan
sipil setempat. Hal ini dikarenakan perlindungan data pribadi hasil sensus menjadi
tanggung jawab petugas sensus hingga Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai instansi
penyelenggara. Hasil SP2020 perlu diolah kembali supaya dapat dijadikan data balikan
untuk Ditjen Dukcapil. Oleh karena itu, tujuan utama SP2020 adalah menyediakan data
jumlah, komposisi, distribusi, dan karakteristik penduduk Indonesia menuju “SATU DATA
KEPENDUDUKAN INDONESIA”.
SP2020 diawali dengan kegiatan Pilot Sensus Penduduk 2020 pada tahun 2018, Uji
Coba Sensus Penduduk 2020 dan Geladi Bersih Sensus Penduduk 2020 pada tahun 2019.
Hasil Geladi Bersih SP2020 digunakan sebagai dasar pelaksanaan SP2020.
1.2 Tujuan
yang akurat, tepat waktu, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan secara khusus,
buku ini disusun dengan tujuan memberikan pedoman bagi PCL dalam pelaksanaan SP2020
mencakup tugas dan tanggung jawab PCL, tata cara bertanya dan pengisian kuesioner serta
pedoman pelaksanaan kegiatan lapangan.
• Agama/Kepercayaan
• Status perkawinan
• Nomor surat/akta pernikahan/perceraian atau surat/akta kematian mantan
suami/istri
• Status hubungan dengan kepala keluarga
• Lama tinggal di alamat sekarang (SLS)
• Ijazah/pendidikan tertinggi yang ditamatkan
• Kemampuan berbahasa Indonesia
• Aktivitas yang biasa dilakukan
• Pensiunan
• Pekerjaan
• Status pekerjaan
Kegiatan SP2020 akan dilaksanakan dengan jadwal dan rincian kegiatan sebagai
berikut:
Tabel 2. Jadwal Kegiatan SP2020
Bab II
Metodologi
BAB II
METODOLOGI
2.1 Pelaksanaan Sensus Penduduk dengan Metode Kombinasi
Proses pengumpulan data pada SP2020 dilakukan dengan beberapa cara. Pertama,
Sensus Penduduk Online dengan CAWI, yaitu setiap penduduk mengisi datanya sendiri atau
anggota keluarganya melalui website sensus.bps.go.id tanpa ada proses wawancara tatap
muka dengan PCL. Kedua, metode pencacahan dengan CAPI, yaitu melakukan wawancara
tatap muka dengan PCL dan langsung diinput ke media elektronik yang telah disiapkan.
Ketiga, metode pencacahan dengan PAPI, yaitu melakukan wawancara tatap muka dengan
PCL dan mengisikan jawaban ke kuesioner kertas yang telah disiapkan.
Tahapan kegiatan lapangan SP2020 yang dilakukan PCL adalah pemeriksaan daftar
penduduk, verifikasi lapangan dan pencacahan lapangan menggunakan teknik CAPI atau
PAPI.
1. Tahap Pemeriksaan Daftar Penduduk
a. Pencetakan dokumen SP2020-DP dilakukan oleh BPS Kabupaten/Kota
dan didistribusikan ke PCL pada saat pelatihan;
b. PCL melakukan pemeriksaan daftar penduduk bersama Ketua/Pengurus
SLS/warga yang ditunjuk;
c. PCL memberikan tanda silang (x) pada salah satu kode di kolom CEK
yang sesuai berdasarkan penjelasan Ketua/Pengurus SLS/warga yang
ditunjuk;
d. PCL menanyakan keberadaan penduduk lain yang tinggal di SLS
tersebut tetapi belum tercantum pada dokumen SP2020-DP dan
menambahkannya pada dokumen SP2020-DP.
Petugas lapangan terdiri dari PCL, koordinator tim (Kortim) dan koordinator sensus
kecamatan (Koseka):
1. Satu Kortim membawahi sekitar 5 (lima) PCL.
2. Seorang PCL akan bertugas pada sekitar 300 KK atau sekitar 5 SLS
PCL mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut, untuk wilayah SP2020
yang menggunakan PAPI:
Tugas dan tanggung jawab PCL untuk wilayah SP2020 yang menggunakan CAPI :
1. Mengikuti pelatihan petugas SP2020;
2. Membawa HP Android dengan ketersediaan penyimpanan memori minimal 500
MB, layar minimal 4 inch, system operasi android 4.4.2 (min), RAM 1 GB (min), CPU
Quadcore 1.2 GHz;
3. Menerima dokumen pencacahan: buku pedoman, dokumen SP2020-DP, dan peta
SP2020-WS;
4. Melakukan instalasi aplikasi SP2020-CAPI di HP android;
5. Melakukan koordinasi dengan Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk bersama-
sama dengan Kortim untuk menginformasikan kegiatan lapangan SP2020;
6. Melakukan pemeriksaan dokumen SP2020-DP bersama Ketua/Pengurus SLS/warga
yang ditunjuk dengan cara memberi tanda silang pada salah satu kode di kolom
CEK;
7. Melakukan verifikasi lapangan bersama Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk;
8. Pada saat verifikasi lapangan, PCL dan Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk
menelusuri wilayah SLS secara bersama-sama. PCL memberikan penomoran
bangunan pada peta SP2020-WS untuk bangunan tempat tinggal dan bangunan
bukan tempat tinggal dengan menggunakan pensil/pulpen. Penomoran bangunan
dimulai dari ujung barat daya batas SLS, lanjut ke timur sampai habis dalam satu
segmen, kemudian dilanjutkan ke segmen berikutnya. Segmen adalah wilayah yang
dibatasi batas alam atau buatan seperti jalan, sungai, dan kebun;
9. Memberikan nomor urut bangunan tempat tinggal untuk setiap penduduk (kolom
CEK berkode 1 dan 4) maupun bangunan bukan tempat tinggal pada dokumen
SP2020-DP. Nomor bangunan pada dokumen SP2020-DP harus sama dengan
nomor urut bangunan pada peta SP2020-WS;
10. Melapor kepada Kortim jika PCL kekurangan lembar tambahan SP2020-DP;
11. Mengentri data hasil verifikasi lapangan dokumen SP2020-DP menggunakan CAPI;
12. Melakukan pencacahan dengan menggunakan CAPI untuk penduduk yang tidak
melakukan Sensus Penduduk Online dan penduduk baru yang belum terdaftar
pada dokumen SP2020-DP;
13. Mengirimkan data pencacahan CAPI secara berkala;
14. Melakukan backup data pencacahan CAPI secara berkala;
15. Memeriksa kelengkapan setiap isian pertanyaan dalam CAPI;
16. Memeriksa kesesuaian/konsistensi isian antara pertanyaan dalam CAPI;
17. Memperbaiki jawaban yang di-reject (dinyatakan salah) oleh Kortim;
18. Mendiskusikan dengan Kortim setiap permasalahan pencacahan;
19. Mematuhi mekanisme pelaksanaan pencacahan dan jadwal waktu yang ditentukan;
20. Melaporkan keberadaan penduduk wilayah non SLS yang ditemui di wilayah tugas
kepada Kortim melalui form yang disediakan;
21. Melaporkan keberadaan penduduk yang tidak diakui oleh Ketua/Pengurus SLS/
warga yang ditunjuk kepada Kortim melalui form yang disediakan;
22. Menghadiri rapat persiapan dan rapat evaluasi dan pemeriksaan dengan Kortim;
23. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh Kortim berdasarkan petunjuk dalam buku
pedoman;
24. Menyerahkan dokumen SP2020-DP yang sudah disahkan dan peta SP2020-WS
kepada Kortim; dan
25. Membantu tugas Task Force.
Informasi batas SLS pada peta SP2020-WS didapat dari Ketua/Pengurus SLS/warga
yang ditunjuk saat kegiatan Pemetaan SP2020 tahun 2019. Selain itu, petugas pemetaan
saat itu juga melakukan identifikasi wilayah SLS di lapangan.
BAB III
ADAB BERWAWANCARA,
TATA CARA BERTANYA,
DAN TATA CARA PENGISIAN KUESIONER
Agar hasil pengisian dokumen SP2020-DP dan kuesioner SP2020-C1 dapat terbaca
oleh pemeriksa dan mesin scanner perekam data, PCL perlu memerhatikan tata cara
penulisan isian. Keterangan tentang perumahan dalam kuesioner SP2020-C1 diperoleh
dengan mewawancarai kepala keluarga, suami/istri kepala keluarga, atau anggota keluarga
lain yang mengetahui karakteristik yang ditanyakan. Sementara untuk keterangan individu
diusahakan sebisa mungkin langsung ditanyakan kepada responden yang bersangkutan.
Untuk penduduk yang tidak mampu memberikan informasi tentang dirinya (anak-anak,
lansia, penyandang disablitas, dll), keterangan individu dapat diperoleh dari anggota
keluarga lain yang mengetahui.
Agar pencacahan SP2020 dapat berjalan dengan baik maka PCL perlu memerhatikan
adab berwawancara berikut ini :
1. Tata krama dan sopan santun perlu disesuaikan dengan adat istiadat setempat
(kearifan lokal), antara lain:
a. Memerhatikan waktu yang tepat untuk berkunjung;
b. Berpakaian rapi dan sopan;
c. Meminta izin dengan mengetuk pintu dan mengucapkan salam;
d. Memperkenalkan diri dengan menunjukkan tanda pengenal PCL dan
menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan;
e. Memberikan pengertian yang jelas tentang perlunya kegiatan sensus
penduduk;
f. Menjelaskan bahwa keterangan yang diberikan oleh responden dan anggota
keluarga akan dirahasiakan.
2. Komunikasi dua arah antara PCL dan Ketua/Pengurus SLS /warga yang ditunjuk
maupun PCL dan responden. Agar informasi yang didapat mudah akurat, maka PCL
perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Menggunakan bahasa yang sederhana dan dimengerti oleh responden. Jika
diperlukan pertanyaan dapat diterjemahkan dari Bahasa Indonesia menjadi
bahasa daerah/lokal dengan tidak mengubah arti setiap pertanyaan;
b. PCL bersikap simpatik (ramah dan sopan) sehingga menciptakan suasana
akrab;
c. PCL bersikap sabar ketika menghadapi sikap responden yang tidak diharapkan
(misalnya menolak memberikan keterangan) dan bersikap persuasif (berhati-
hati dan tidak menyinggung perasaan) untuk mendapatkan keterangan
khususnya pertanyaan yang sifatnya sensitif misalnya kematian. Jika usaha
persuasif mengalami kegagalan, PCL melaporkan kepada kortim.
3. Fokus pada maksud dan tujuan wawancara. Menyadari pentingnya akurasi data
wawancara maka PCL harus:
a. Memastikan setiap kolom dan baris pada dokumen SP2020-DP sudah terisi
dengan benar;
b. Mengikuti alur pertanyaan pada kuesioner SP2020-C1. Ketika pembicaraan
responden dirasakan mulai menyimpang dari alur maka kembalikan
pembicaraan secara bijaksana dan simpatik;
c. Probing (pertanyaan penelusuran) dan klarifikasi perlu dilakukan oleh PCL
untuk menggali jawaban responden. Probing dilakukan ketika jawaban
responden tidak jelas, tidak wajar, atau tidak sesuai pertanyaan;
d. PCL tidak mengarahkan jawaban responden. Biarkan responden menjawab
apa adanya dan spontan.
Kualitas data yang diperoleh dari kegiatan pencacahan dipengaruhi oleh cara
mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu, PCL harus mengikuti cara bertanya yang
baku, yaitu dengan mengikuti redaksi pertanyaan. Untuk meningkatkan kemampuan
berwawancara, PCL sebaiknya melakukan beberapa hal berikut ini:
5. Menuliskan kombinasi huruf dan angka, seperti pada keterangan nomor surat/akta
kematian.
Contoh:
6. Coret dokumen SP2020-DP dari ujung kiri atas ke ujung kanan bawah seperti huruf
“Z” jika tidak ada penambahan penduduk baru.
Penulisan angka dan huruf pada kuesioner SP2020-C1 menjadi hal yang penting
dalam pengolahan data. Oleh karena itu, pada bagian atas kuesioner SP2020-C1 diberi
contoh angka dan huruf yang standar, yang bisa dibaca dengan benar oleh mesin pemindai
(scanner). Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengisi kuesioner SP2020-C1:
4. Tulislah angka dan huruf dengan jelas. Penulisan angka atau huruf tidak boleh
terputus.
5. Untuk huruf tanpa kotak, penulisan untuk masing-masing huruf harus terpisah
(tidak berdempetan antara satu huruf dengan huruf lainnya).
Contoh :
6. Apabila ada kesalahan dalam penulisan angka atau huruf, hapus angka atau huruf
yang salah tersebut sampai bersih, kemudian tuliskan angka atau huruf yang benar.
7. Hindari penulisan yang terlalu rapat dan coretan. Contoh yang harus dihindari :
b. Angka 2 :
c. Angka 3 :
d. Angka 4 :
e. Angka 5 :
Angka 6 :
f. Angka 7 :
g. Angka 8 :
h. Angka 9 :
i. Angka 0 :
9. Menuliskan tanda “√” pada salah satu alternatif jawaban, sesuai dengan jawaban
responden.
Contoh :
Bab IV
Kegiatan Lapangan
BAB IV
KEGIATAN LAPANGAN
Kegiatan lapangan pada SP2020 akan melibatkan perangkat desa/aparatur
kelurahan sampai ke Ketua/Pengurus SLS seperti Ketua RT, Kepala Dusun, Kepala Kampung,
Kepala Lingkungan, Kepala Jorong, dan sejenisnya. Kegiatan lapangan ini dilakukan setelah
tahapan Sensus Penduduk Online yang akan menghasilkan dokumen SP2020-DP.
Secara garis besar, kegiatan lapangan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Pemeriksaan Daftar Penduduk
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memeriksa satu per satu daftar nama penduduk
yang ada pada dokumen SP2020-DP. Pemeriksaan daftar nama penduduk dilakukan
bersama Ketua/Pengurus SLS seperti Ketua RT, Kepala Dusun, Kepala Kampung,
Kepala Lingkungan, Kepala Jorong, dan sejenisnya. Jika Ketua/Pengurus SLS
berhalangan untuk memberikan keterangan maka pemeriksaan daftar penduduk
bisa dilakukan bersama warga di wilayah SLS yang ditunjuk oleh Ketua/Pengurus
SLS.
2. Verifikasi Lapangan
PCL didampingi Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk mengelilingi wilayah SLS
untuk melakukan pengecekan lapangan sekaligus mengenali wilayah tugasnya.
Verifikasi lapangan dimaksudkan untuk memastikan keberadaan seluruh penduduk
yang ada di dokumen SP2020-DP. PCL melakukan penomoran bangunan (bangunan
tempat tinggal dan bukan tempat tinggal) pada dokumen SP2020-DP dan
penggambaran bangunan (bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal)
pada peta SP2020-WS.
Khusus untuk PCL yang bertugas di wilayah CAPI, PCL harus mengentri dokumen
SP2020-DP ke dalam aplikasi SP2020-CAPI.
3. Pencacahan Lapangan
Pencacahan atau wawancara penduduk dilakukan menggunakan instrumen CAPI
atau PAPI berdasarkan dokumen SP2020-DP yang telah diverifikasi. Penduduk yang
dicacah adalah mereka yang tidak melakukan Sensus Penduduk Online melalui
CAWI dan penduduk baru yang tidak terdaftar pada dokumen SP2020-DP.. Pada
saat pencacahan lapangan, PCL juga melengkapi isian pada dokumen SP2020-DP
untuk penduduk yang sudah meninggal.
a. Keterangan wilayah SLS yang terdiri atas kode dan nama provinsi, kabupaten/
kota, kecamatan, desa/kelurahan, serta kode SLS/Non SLS BPS;
b. Nama-nama yang tercantum pada dokumen SP2020-DP adalah penduduk
yang melakukan Sensus Penduduk Online dan penduduk yang KK/KTP-nya
tercatat beralamat di SLS tersebut;
c. Kolom (1) No. Urut Keluarga dan (2) No. Kartu Keluarga menampilkan
informasi kelompok keluarga yang tercatat di SLS tersebut. Setiap perbedaan
nomor kartu keluarga akan membentuk nomor urut keluarga baru. Keluarga
diurutkan berdasarkan nama dari kepala keluarga;
d. Kolom (3) NIK dan (4) No. Urut Anggota Keluarga menampilkan informasi NIK
dan urutan anggota keluarga dan dalam satu keluarga. Nomor urut anggota
keluarga akan berulang pada setiap keluarga;
e. Kolom (5) NAMA merupakan nama lengkap dari penduduk atau anggota
keluarga yang tercatat sesuai KK/KTP;
f. Kolom (6) Status Hubungan dalam Keluarga berisi informasi status hubungan
dalam keluarga yang tercatat pada KK;
g. Kolom (7) Jenis Kelamin berisi informasi jenis kelamin dari penduduk sesuai
KK/KTP;
h. Kolom (8) Alamat Lengkap berisi informasi alamat yang tercantum pada KK/
KTP;
i. Kolom (9) STATUS, berisi kode hasil sinkronisasi data adminduk dengan data
hasil Sensus Penduduk Online yang telah dilakukan sebelumnya. Pada kolom
(9) akan tercetak kode-kode sebagai berikut:
• Kode “0” untuk penduduk yang telah meninggal;
• Kode “1” untuk penduduk sudah melakukan Sensus Penduduk Online
dan alamat di KK/KTP sama dengan alamat saat ini di SLS tersebut;
• Kode “2” untuk penduduk yang sudah melakukan Sensus Penduduk
Online dan alamat KK/KTP di SLS tersebut tetapi alamat saat ini tidak di
SLS tersebut;
• Kode “3” untuk penduduk yang sudah melakukan Sensus Penduduk
Online dan alamat KK/KTP tidak di SLS tersebut tetapi alamat saat ini di
SLS tersebut; dan
• Kode “8” untuk penduduk yang tidak melakukan Sensus Penduduk Online.
j. Kolom (10) CEK berisi pilihan kode yang harus ditentukan oleh PCL dan Ketua/
Pengurus SLS berdasarkan hasil pemeriksaan daftar penduduk dan verifikasi
lapangan. Kode dalam kolom (10) CEK antara lain:
• Kode “0” jika penduduk sudah meninggal dunia;
• Kode “1” jika penduduk ada dan tinggal di SLS tersebut;
• Kode “2” jika penduduk tidak tinggal di SLS tersebut;
• Kode “4” jika penduduk baru tinggal di SLS tersebut;
• Kode “5” jika penduduk ada dan tinggal di wilayah SLS tersebut tetapi
Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk tidak mengakui penduduk
tersebut sebagai warga SLS setempat; dan
• Jika Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk ragu-ragu dengan
keberadaan penduduk yang ada di dokumen SP2020-DP, PCL menuliskan
kode bintang (*) di sebelah kanan isian kolom (9) STATUS dan
mengosongkan kolom (10) CEK untuk diperiksa ulang pada saat verifikasi
lapangan.
k. Kolom (11) Nomor Urut Bangunan merupakan urutan bangunan tempat
tinggal dan bukan tempat tinggal yang harus terisi berdasarkan hasil verifikasi
lapangan;
l. Lembar tambahan SP2020-DP, merupakan lembaran Blok IV kosong yang akan
digunakan untuk mencatat bangunan bukan tempat tinggal dan penduduk
yang tinggal di SLS tersebut tetapi belum ada di dokumen SP2020-DP; dan
m. Pengesahan daftar penduduk adalah tempat PCL dan Ketua/Pengurus SLS
membubuhkan tanda tangannya sebagai tanda telah selesainya kegiatan
lapangan SP2020 di SLS tersebut. Pengesahan oleh Ketua/Pengurus SLS juga
dilakukan di setiap lembar tambahan SP2020-DP.
5. PCL bersama Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk memeriksa satu per satu
isian anggota keluarga di Blok IV SP2020-DP dari kolom (1) sampai kolom(11).
Tata cara mengisi dan melengkapi isian daftar penduduk adalah sebagai berikut:
1. PCL menanyakan satu per satu keberadaan penduduk yang namanya tercantum
pada Blok IV dokumen SP2020-DP kepada Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk;
3. PCL mengisikan kolom “NAMA” dan “CEK” untuk penduduk baru. Sedangkan isian
lainnya dilengkapi pada saat verifikasi lapangan dan pencacahan;
4. PCL harus melaporkan keberadaan penduduk berkode CEK “5” kepada Kortim
menggunakan form yang telah disediakan;
5. PCL menanyakan keberadaan penduduk lain yang tinggal di SLS tersebut tetapi
belum tercantum pada dokumen SP2020-DP, seperti asisten rumah tangga, bayi
baru lahir, penduduk yang baru datang, kemudian menuliskannya di lembar
tambahan SP2020-DP dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Menuliskan nama penduduk baru pada Kolom (5) NAMA di baris kosong yang
tersedia;
b. Jika Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk ragu-ragu dengan nama
dari penduduk baru, tuliskan keterangan secukupnya (misal “bayi dari Ibu
Ahmad”);
c. Menuliskan isian Kolom (6) Status Hubungan dalam Keluarga, Kolom (7) Jenis
Kelamin, dan Kolom (8) Alamat Lengkap berdasarkan penjelasan dari Ketua/
Pengurus SLS/warga yang ditunjuk;
d. Jika Ketua/Pengurus SLS/warga yang ditunjuk memiliki catatan, PCL menyalin
isian Kolom (2) No. Kartu Keluarga dan (3) NIK dari catatan Ketua/Pengurus
SLS/warga yang ditunjuk; dan
e. Memberikan tanda silang (x) pada kode 4 di Kolom (10) CEK.
Verifikasi lapangan dilakukan dengan menelusuri satu per satu bangunan tempat
tinggal dan bangunan bukan tempat tinggal yang ada di wilayah SLS berdasarkan dokumen
SP2020-DP hasil pemeriksaan dan peta SP2020-WS.
Bangunan adalah tempat berlindung tetap maupun sementara, yang mempunyai
dinding, lantai dan atap. Bangunan terdiri atas Bangunan Tempat Tinggal (BTT) dan
Bangunan Bukan Tempat Tinggal (BBTT).
BTT adalah bangunan yang memiliki pintu keluar masuk sendiri dan berfungsi
sebagai tempat tinggal penduduk. Sedangkan BBTT adalah bangunan yang tidak berfungsi
sebagai tempat tinggal penduduk, seperti toko, restoran/rumah makan, tempat ibadah,
Catatan :
• Bangunan yang tidak berfungsi sebagai tempat tinggal penduduk tapi digunakan
sebagai tempat tinggal masuk dalam kategori BTT.
• BTT yang tidak dihuni dan mempunyai luas lebih dari atau sama dengan 10 m2
ditulis sebagai rumah kosong.
• Setiap satu kesatuan fungsi dari BBTT dihitung sebagai satu bangunan, misalnya
pasar tradisional, pusat pertokoan, sekolah, gedung perkantoran, dan sejenisnya.
• Kompleks asrama, pesantren, seminari, barak, dan sejenisnya dianggap sebagai
BBTT dan akan dicacah oleh petugas Task force.
• Kamar kos-kosan yang disewakan masing-masing dihitung sebagai satu BTT
tersendiri jika memiliki pintu keluar masuk sendiri.
• Setiap penomoran bangunan harus dituliskan juga di peta SP2020-WS.
Catatan :
• Jika ada bangunan yang terlewat, penomeran bangunan melanjutkan dari
nomor bangunan terakhir.
• Bangunan seperti kos-kosan/apartemen/rusun dan sejenisnya, penomeran di
peta bisa menggunakan rentang. Contoh, 21-40.
• Jika lokasi bangunan tidak tercakup di Peta SP2020-WS dan berada di wilayah
tugas PCL lain, gambarkan sementara di kertas kosong. Setelah proses verifikasi
selesai, koordinasikan dengan Kortim untuk meminjam peta ke PCL lain, kemu-
dian salin ke peta tersebut.
tersebut.
g. Jika isian Kolom (9) atau (10) berkode “0”, PCL harus menemui penduduk yang
tinggal di bangunan tersebut untuk melengkapi data penduduk yang telah
meninggal pada Blok II dokumen SP2020-DP sebagai berikut:
• Verifikasi ulang status meninggal dari penduduk tersebut;
• Menanyakan tanggal meninggal dan mengisikannya pada Kolom (5);
• Menanyakan kepemilikan dokumen akta kematian dan mengisikannya
pada Kolom (6); dan
• Jika dapat menunjukkan dokumen akta kematian, isikan nomor surat/
akta kematian tersebut pada Kolom (7).
• Jika tidak dapat menunjukkan dokumen akta kematian, biarkan isian
pada kolom (7) tetap kosong.
5. PCL melengkapi isian Kolom (1) No. Urut Keluarga dan (4) No. Urut Anggota Keluarga
dari penduduk baru, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika nomor KK penduduk baru sama dengan keluarga yang telah tercetak
pada dokumen SP2020-DP, maka isian untuk kolom (1) nomor urut keluarga
penduduk baru tersebut disamakan dengan nomor urut keluarga yang ada
dan isian kolom (4) nomor urut anggota keluarga melanjutkan dari urutan
anggota keluarga yang terakhir.
Kasus ini berlaku untuk anggota keluarga yang baru bergabung, misalnya
anak yang baru lahir atau penduduk yang baru ditambahkan ke dalam kartu
keluarga;
b. Jika nomor KK penduduk baru tidak sama dengan keluarga yang telah tercetak
pada dokumen SP2020-DP, maka penduduk baru tersebut dianggap sebagai
keluarga tersendiri, isian Kolom (1) melanjutkan dari urutan keluarga yang
terakhir, dan isian Kolom (4) diberi urut “1”.
Kasus ini berlaku untuk penduduk yang tinggal sendirian seperti anak kos atau
penduduk menumpang tetapi bukan anggota keluarga;
c. Jika sekelompok penduduk baru memiliki nomor KK yang sama, maka
kelompok tersebut merupakan satu keluarga, isian Kolom (1) melanjutkan
dari urutan keluarga yang terakhir, dan isian Kolom (4) dimulai dari “1”, “2”,
dan seterusnya.
Kasus ini berlaku untuk keluarga yang belum tercantum pada dokumen
SP2020-DP, misalnya keluarga yang baru pindah ke SLS tersebut atau keluarga
yang alamat KK/KTP berbeda dengan tempat tinggalnya di SLS tersebut;
d. Jika penduduk baru yang tinggal menumpang tidak mengetahui nomor KK,
maka dianggap sebagai anggota dari keluarga induknya sesuai pengakuan,
isian Kolom (1) disamakan, isian Kolom (2) dikosongkan dan isian Kolom (4)
melanjutkan dari urutan anggota keluarga yang terakhir.
Kasus ini berlaku untuk penduduk menumpang seperti asisten rumah tangga,
supir, atau famili lain;
e. Jika penduduk baru yang tinggal sendirian tidak mengetahui nomor KK, maka
dianggap sebagai keluarga tersendiri, isian Kolom (1) melanjutkan dari urutan
keluarga yang terakhir, isian Kolom (2) dikosongkan dan isian Kolom (4) diberi
urut “1”.
Kasus ini berlaku untuk penduduk yang tinggal sendirian seperti anak kos;
f. Jika sekelompok penduduk baru yang tinggal bersama tidak mengetahui
nomor KK, maka dianggap sebagai satu keluarga sesuai pengakuan, isian
Kolom (1) melanjutkan dari urutan keluarga yang terakhir, dan isian Kolom (4)
dimulai dari “1”, “2”, dan seterusnya.
Kasus ini berlaku untuk keluarga yang belum tercantum pada dokumen
SP2020-DP, misalnya keluarga yang baru pindah ke SLS tersebut atau keluarga
yang alamat KK/KTP berbeda dengan tempat tinggalnya di SLS tersebut.;
g. Jika ada anggota keluarga yang telah meninggal atau tidak tinggal di SLS
tersebut, yaitu Kolom (9) atau (10) berkode “0” atau “2”, maka nomor urut
anggota keluarga pada Kolom (4) perlu diperbaiki sesuai urutan anggota
keluarga yang masih ada.
6. Jika menemukan bangunan tempat tinggal yang tidak berpenghuni yang memenuhi
syarat luas minimal 10 m2, maka:
a. PCL menuliskan “Rumah kosong” pada Kolom (5) di baris kosong yang tersedia;
dan
b. PCL menuliskan nomor urut bangunan pada Kolom (11) dan alamat lengkap
pada Kolom (8).
7. Jika menemukan bangunan bukan tempat tinggal yang tidak digunakan untuk
usaha dan memenuhi syarat luas minimal 10 m2, maka:
a. PCL menuliskan nama bangunan bukan tempat tinggal pada Kolom (5) di baris
kosong yang tersedia, misalnya “Masjid Al-Ikhlas”, “Toko Abah Anom”, atau
“Kantor Lurah Aren Jaya”; dan
b. PCL menuliskan nomor urut bangunan pada Kolom (11) dan alamat lengkap
pada Kolom (8).
Contoh poin 7 :
Gambar 4.3. Contoh Pengisian Bangunan Tempat Tinggal yang Tidak Berpenghuni dan
Bangunan Tempat Tinggal Pada Dokumen SP2020-DP
8. PCL dan Ketua/Pengurus SLS /warga yang ditunjuk memastikan seluruh bangunan,
keluarga, dan penduduk di SLS tersebut telah diperiksa dan diverifikasi secara
lengkap;
Catatan:
1. Apabila ada penduduk baru di dalam satu rumah, namun penduduk lainnya sudah
tercatat sebelumnya, pastikan nomor KK dan nomor urut bangunan pada baris
baru sesuai.
2. Jika penduduk baru dalam satu rumah tersebut masih merupakan satu keluarga,
pastikan nomor KK dan nomor urut bangunannya sama.
3. Jika penduduk baru dalam satu rumah tersebut bukan merupakan satu keluarga,
pastikan nomor urut bangunannya sama.
Kuesioner SP2020-C1 terdiri atas lima bagian yang harus diisi sesuai hasil
wawancara penduduk, yaitu:
I. Keterangan Tempat;
II. Keterangan Petugas;
III. Data Perumahan Tempat Tinggal Sekarang;
IV. Data Penduduk; dan
V. Penduduk Umur 5 Tahun atau Lebih.
Nomor Urut Keluarga dan Nomor Bangunan, salin dari isian Kolom (1) dan (11)
Blok IV dokumen SP2020-DP.
104. Alamat
Tuliskan alamat lengkap tempat tinggal sekarang yang mencakup nama jalan,
nomor rumah, lingkungan, dan keterangan lainnya seperti kode pos.
105. Nama Kepala Keluarga
Tuliskan nama lengkap kepala keluarga sesuai KK/KTP.
106. Jumlah Anggota Keluarga
Tuliskan jumlah anggota keluarga sesuai isian urutan anggota keluarga terakhir
dari Kolom (3) Blok IV dokumen SP2020-DP.
107. Anggota keluarga yang bisa dihubungi
Tuliskan Nama dan Nomor HP (telepon seluler) dari anggota keluarga yang dapat
dihubungi.
303. Apa sumber air minum utama yang digunakan keluarga ini?
Sumber air minum adalah yang digunakan untuk minum sehari-hari. Jika
menggunakan air minum yang berasal dari beberapa sumber air, maka pilih
salah satu sumber air yang volume airnya paling banyak digunakan oleh keluarga
tersebut atau paling banyak anggota keluarga yang menggunakannya. Pilihan
jawaban terdiri dari:
1. Air kemasan/air isi ulang. Air kemasan adalah air yang diproduksi dan
didistribusikan oleh suatu perusahaan dalam kemasan botol (600 ml, 1,5
liter, 12 liter, atau 19 liter) atau kemasan gelas. Air isi ulang adalah air yang
diproduksi melalui proses penjernihan.
2. Leding, adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan
sebelum dialirkan kepada konsumen, termasuk leding meteran dan leding
eceran.
3. Pompa/sumur bor, adalah air tanah yang cara pengambilannya menggunakan
pompa tangan, pompa listrik, atau kincir angin, termasuk sumur artesis
(sumur bor).
4. Sumur, adalah air tanah yang cara pengambilannya melalui lubang tanah atau
sumur, termasuk sumur terlindung dan tidak terlindung.
5. Mata air, adalah sumber air permukaan tanah dimana air timbul dengan
sendirinya tanpa ditarik menggunakan alat atau pompa, termasuk mata air
terlindung maupun tidak terlindung.
6. Sungai/danau, adalah sumber air permukaan tanah berupa sungai atau
danau, termasuk yang disalurkan melalui pipa paralon atau diambil langsung.
7. Air hujan, jika keluarga menggunakan air hujan sebagai sumber utama air
minum.
8. Lainnya, jika keluarga menggunakan sumber air minum yang tidak disebutkan
di atas, misalnya air laut yang disuling.
Catatan:
• Jika keluarga menggunakan alat penjernih atau penyehatan air sendiri
(misalnya Pure it atau Kangen Water), maka sumber air minum harus melihat
asal sumber air yang digunakan oleh alat tersebut.
• Perlu kehati-hatian jika sumber air minum ditampung dan disalurkan ke
rumah menggunakan pipa paralon, maka harus melihat asal sumber air yang
disalurkan tersebut.
• Keluarga yang menggunakan air hujan pada musim penghujan dan membeli
air pada musim kemarau, maka sumber air minumnya tergantung pada air
yang paling banyak diminum selama sebulan yang lalu.
Gambar 4.4 Contoh Air Kemasan Bermerk Gambar 4.5 Contoh Air Isi Ulang
Gambar 4.6 Contoh Leding Meteran Gambar 4.7 Contoh Leding Eceran
Gambar 4.9 Contoh Mata Air Terlindung Gambar 4.10 Contoh Mata Air Tak Terlindung
Gambar 4.11 Contoh Sumur Terlindung Gambar 4.12 Contoh Sumur Tak Terlindung
304. Apakah di rumah ini ada fasilitas jamban/tempat buang air besar dan septic
tank?
Fasilitas tempat buang air besar adalah ketersediaan jamban/kakus yang dapat
digunakan oleh anggota keluarga.
Septic tank atau tangki septik adalah tempat pembuangan akhir yang berupa bak
penampungan, biasanya terbuat dari pasangan bata/batu/beton di semua sisinya.
Tangki septik dibedakan menjadi 2 yaitu tangki dengan dasar semen dan tangki
tanpa dasar semen.
Granit adalah batuan keras keputih-putihan yang dapat bertahan lebih lama
dari keramik atau marmer;
2. Ubin/tegel/teraso. Tegel adalah ubin yang terbuat dari semen. Teraso adalah
jenis lantai yg terbuat dari batu alam kecil-kecil, diaduk dengan kapur pasir,
dan dituang di atas dasar batu;
3. Semen, jika rumah yang ditempati memikili lantai yang terbuat dari adukan
semen pasir atau semen saja;
4. Kayu/papan, jika rumah yang ditempati memiliki lantai yang terbuat dari kayu
atau kepingan kayu tipis dan biasanya terbuat dari kayu ulin atau kayu besi;
5. Bambu, jika rumah yang ditempati memiliki lantai yang terbuat dari bambu,
buluh, aur, atau eru, yaitu tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga
dan ruas di batangnya;
6. Tanah, jika lantai rumah langsung ke permukaan bumi tanpa ada alas lain di
atasnya, termasuk lantai pasir atau batu; dan
7. Lainnya, yaitu jenis lantai selain yang disebutkan di atas.
Sebelum mewawancarai anggota keluarga, lengkapi isian di atas Blok IV, Data
Penduduk halaman ganjil. Tata caranya adalah :
1. Salin kode Provinsi, Kab/Kota, Kecamatan, Desa/Kel, SLS/non SLS, No. Urut Keluarga,
dan No. Bangunan pada Blok IV dari R.101 dan R.103 Blok I. Salin No. Urut Anggota
Keluarga dari Kolom (3) Blok IV dokumen SP2020-DP;
2. Jika ada salah satu anggota keluarga yang belum melakukan Sensus Penduduk Online
sedangkan anggota keluarga lainnya sudah melakukan Sensus Penduduk Online, maka
anggota keluarga yang belum melakukan Sensus Penduduk Online di data dengan
menggunakan kuesioner SP2020-C1. Blok IV (data penduduk) di kuesioner SP2020-C1
diisi lengkap untuk anggota keluarga yang belum melakukan Sensus Penduduk Online,
sedangkan Blok IV (data penduduk) yang sudah melakukan Sensus Penduduk Online
diisi hanya sampai pertanyaan 401 (nama lengkap sesuai KK/KTP) dan mencentang
pilihan “sudah terisi di CAWI” pada pojok kanan atas kuesioner SP2020-C1. Untuk
pertanyaan 106 (jumlah anggota keluarga) maka diisikan sesuai isian urutan anggota
keluarga terakhir dari kolom (3) blok IV dokumen SP2020-DP.
Gambar 4.14. Pengisian Anggota Keluarga yang Sudah Melakukan Sensus Penduduk Online
404. Apakah alamat tempat tinggal sekarang (SLS) sesuai dengan alamat yang tertulis
pada KK?
Alamat sesuai dengan kondisi keberadaan/tempat tinggal saat ini, bisa berbeda
dengan alamat yang tertera pada KK/KTP. Pilihan jawaban terdiri dari:
1. Ya, jika alamat tempat tinggal sekarang sesuai/sama dengan alamat KK/KTP;
dan
2. Tidak, jika alamat tempat tinggal sekarang tidak sama dengan alamat KK/KTP.
407. Kewarganegaraan
Pilihan jawaban kewarganegaraan terdiri dari:
1. WNI, adalah orang-orang Indonesia asli dan keturunan asing yang mendapat
kewarganegaraan Indonesia; dan
2. WNA, adalah mereka yang mempunyai kewarganegaraan selain WNI.
408. Suku
Suku adalah kelompok etnis dan budaya masyarakat yang terbentuk secara turun
temurun. Pada umumnya suku mengikuti garis paternalistik (ayah/laki-laki),
tetapi ada beberapa suku yang mengikuti garis maternalistik (ibu/perempuan)
seperti Suku Minangkabau. Apabila tidak dapat menentukan suku, maka sesuai
pengakuan, sesuai kecenderungan atau kebiasaan, atau berdasarkan persetujuan
berdasarkan persetujuan responden, mengikuti suku ayahnya.
Kode suku harus dilengkapi oleh Kortim.
409. Agama/Kepercayaan
Agama/kepercayaan yang dianut oleh responden. Jika terjadi perbedaan agama
yang dianut dengan yang tertera di dokumen KK/KTP, maka isian yang digunakan
sesuai dengan pengakuan responden.
4. Hindu;
5. Budha;
6. Khonghucu;
7. Penghayat Kepercayaan, termasuk kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, Organisasi Aji Dipa, Organisasi Hak Sejati, Paguyuban Jaya Sampurna, dan
lain-lain; dan
8. Lainnya, yaitu agama/kepercayaan selain yang disebutkan di atas dan isikan
pada kotak yang disediakan.
Surat/Akta Pernikahan adalah adalah suatu alat bukti otentik yang dikeluarkan
oleh Pemerintah/Instansi pelaksana kepada seorang pria dan seorang wanita
dalam melaksanakan pencatatan perkawinan
Akta kematian adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana
(Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil) yang mempunyai kekuatan hukum
sebagai alat bukti autentik perihal peristiwa kematian seseorang.
barang.
Termasuk pembantu:
a. Famili yang dipekerjakan sebagai pembantu (menerima upah/gaji)
dianggap sebagai pembantu rumah tangga;
b. Tukang kebun yang makan dan menginap di rumah majikan, maka dicatat
sebagai pembantu;
c. Anak pembantu yang ikut tinggal di dalam keluarga, apabila diperlakukan
sebagai pembantu, status hubungan dengan kepala keluarga dicatat
sebagai pembantu. Apabila anak tersebut tidak diperlakukan sebagai
pembantu, maka dicatat sebagai lainnya;
d. Sopir adalah orang yang bekerja untuk mengemudikan kendaraan
bermotor yang menginap di keluarga majikan dan menerima upah/gaji
baik berupa uang ataupun barang.
11. Lainnya, yaitu orang yang tidak ada hubungan famili dengan kepala keluarga
atau anggota keluarga lainnya, yang tinggal di rumah tersebut lebih dari 1
tahun, seperti tamu, teman, dan orang yang mondok dengan makan (indekos),
termasuk anak pembantu yang juga tinggal dan makan di keluarga majikannya.
Termasuk lainnya adalah: mantan menantu yang tidak ada hubungan famili
dengan kepala keluarga.
Catatan:
Urutan anggota keluarga pertama harus berkode “1” sebagai kepala keluarga,
status hubungan dengan kepala keluarga dari anggota keluarga berikutnya
mengacu kepada anggota keluarga urutan pertama.
412. a. Lama tinggal di alamat yang sekarang (SLS)
Isikan “ya” jika tinggal di alamat sekarang (SLS) sama atau lebih dari satu tahun dan
isikan lama tinggal dalam tahun (pembulatan ke bawah). Isikan “tidak” jika tinggal
di alamat sekarang (SLS) kurang dari 1 tahun dan isikan lama tinggal dalam bulan
(pembulatan ke bawah).
Catatan :
Lama tinggal di alamat sekarang batasannya adalah SLS. Jika ada penduduk yang
pindah rumah tetapi masih dalam satu SLS, maka lama tinggal dihitung selama dia
tinggal di SLS tersebut meskipun tinggal di bangunan yang berbeda.
Jika ada penduduk yang pindah rumah dan tinggal di SLS yang berbeda meskipun
dalam satu desa/kelurahan, maka lama tinggal dihitung sejak dia tinggal di SLS
yang baru.
b. Jika lama tinggal di alamat yang sekarang kurang dari 1 tahun, apakah berniat
menetap?
Pilihan jawaban sesuai pengakuan penduduk terdiri dari:
1. Ya, jika penduduk berniat menetap di alamat yang sekarang; dan
2. Tidak, jika penduduk tidak berniat menetap di alamat yang sekarang.
413. Ijazah/Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan mengacu pada ijazah pendidikan formal
tertinggi yang dimiliki penduduk. Pilihan jawaban sesuai pengakuan penduduk
terdiri dari:
01. Tidak/belum sekolah, jika penduduk sama sekali belum pernah bersekolah,
termasuk mereka yang sudah/belum tamat Taman Kanak-Kanak tetapi tidak
atau belum melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD);
02. Belum tamat SD/sederajat, jika penduduk pernah bersekolah tetapi tidak/
belum tamat SD, termasuk Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Luar Biasa
Tingkat Dasar, atau yang sederajat;
03. Tamat SD/sederajat, jika penduduk telah tamat SD, termasuk MI, Sekolah
Luar Biasa Tingkat Dasar, Sekolah Rakyat (SR), atau mereka yang belum tamat
sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP)/sederajat;
04. SLTP/sederajat, jika penduduk telah tamat SLTP, termasuk sekolah menengah
pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Luar Biasa Menengah
Pertama, MULO, HBS 3 tahun, SLP Proyek Perintis Sekolah Pembangunan,
SLTP Olahraga, atau mereka yang belum tamat sekolah lanjutan tingkat atas
(SLTA)/sederajat;
05. SLTA/sederajat, jika penduduk telah tamat SLTA, termasuk Sekolah Menengah
Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Luar Biasa, HBS 5 tahun, AMS, Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial
(SMPS), Sekolah Menengah Industri Kerajinan, Sekolah Menengah Seni Rupa,
Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), Sekolah Menengah Musik,
Sekolah Teknologi Menengah Pembangunan, Sekolah Menengah Ekonomi
Atas (SMEA), Sekolah Teknologi Menengah (STM), Sekolah Menengah
06. Diploma I/II, jika penduduk telah menyelesaikan pendidikan formal program
DI/DII pada suatu perguruan tinggi, termasuk program Akta I dan II;
09. Strata II, jika penduduk telah menamatkan program pendidikan pascasarjana
strata 2 dan mendapatkan gelar master pada suatu perguruan tinggi, termasuk
pendidikan spesialis 1; dan
10. Strata III, jika penduduk telah menamatkan program pendidikan pascasarjana
strata 3 dan mendapatkan gelar doktor pada suatu perguruan tinggi, termasuk
pendidikan spesialis 2 dan mereka yang mendapatkan gelar Doktor Honoris
Causa.
503. Pekerjaan
Tuliskan selengkap-lengkapnya pekerjaan yang biasa dilakukan penduduk. Tanyakan
pekerjaannya sebagai apa dan tempat bekerjanya dimana. Kode pekerjaan harus
dilengkapi oleh Kortim.
Contoh penulisan pekerjaan:
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar SP2020-RP3