KARAKTERISTIK RESERVOIR
S a n d s to n e
100 %
L im y S h a ly
S a n d s to n e S a n d s to n e
Sa n d y Sa n d y
L im e s t o n e S h a le
L im e s t o n e S h a ly L im y S h a le
100 % L im e s t o n e S h a le 100 %
Gambar 2.1.
Diagram Komponen Penyusun Batuan 1)
5
Tabel II-1
Rumus Kimia Mineral-Mineral Utama32)
Mineral Komposisi
Quartz SiO2
Orthoclase (Feldspar) KAlSi3O8
Microline KAlSi3O8
Plagioclase NaAlSi3O8-CaAl2Si2O8
Muscovite KAl3Si3O10(OH)2
Biotite K(Mg, Fe)3AlSi3O10(OH)2
Kaolinite Al4Si4O10(OH)8
Montmorillonite (smectite) (Al, Mg, Fe)4(Al, Si)8O20(OH)4.nH2O
Illite K0-2Al4(Al, Si)8O20(OH)4
Chlorite (Mg, Fe, Al)3(Al, Si)4O10(OH)2.(Mg, Al)3(OH)6
Calcite CaCO3
Aragonite CaCO3
Dolomite CaMg(CO3)2
2.1.1.1. Batupasir
Tabel II-2
Skala Wenthworth32)
batupasir, yang merupakan akibat dari sementasi, pelarutan serta proses sekunder
lainnya, sehingga porositas batupasir bersifat intergranular.
Berdasarkan mineral penyusunnya serta kandungan mineralnya, maka
batupasir dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu orthoquartzites (kuarsa),
graywacke (pasir lempungan), dan arkose.
a) Orthoquartzites
Orthoquartzites merupakan jenis batuan sedimen yang terbentuk dari
proses sedimentasi yang menghasilkan unsur silika yang tinggi, tanpa mengalami
metaformosa dan pemadatan, terutama terdiri atas mineral kwarsa (quartz) dan
mineral lainnya yang stabil. Proses metamorfosa adalah proses perubahan mineral
batuan, karena adanya kondisi yang berbeda dengan kondisi awal. Material
pengikatnya (semen) terutama terdiri atas kalsium karbonat dan silika.
Orthoquartzites merupakan jenis batuan sedimen yang relatif bersih yaitu bebas
dari kandungan shale dan clay.
Tabel II-3
Komposisi Kimia Batupasir Orthoquartzites 18
)
MIN. A B C D E F G H I
SiO2 95,32 99,45 98,87 97,80 99,39 93,13 61,70 99,58 93,16
TiO2 .... .... .... .... 0,03 .... .... .... 0,03
Al2O3 2,85 .... 0,41 0,90 0,30 3,86 0,31 0,31 1,28
Fe2O3 0,05 0,08 0,85 0,12 0,11 0,24 1,20
0,30 0,43
FeO .... 0,11 .... .... 0,54 .... ....
MgO 0,04 T 0,04 0,15 None 0,25 .... 0,10 0,07
CaO T 0,13 .... 0,10 0,29 0,19 21,00 0,14 3,12
Na2O 0,80 0,17 0,10
0,30 .... 0,40 .... .... 0,39
K2O 0,15 .... 0,03
H2O +
1,44a) .... 0,17 .... 0,17 1,43a) .... 0,03a) 0,65
H2O -
CO2 .... .... .... .... .... .... 16,10 .... 2,01
Total 100 99,88 99,91 100,2 100,3 99,51 99,52 99,6b) 101,1
Pada Tabel II-3 diatas, dapat dilihat bahwa unsur silika merupakan unsur
penyusun orthoquarzites dengan prosentase yang sangat tinggi jika dibandingkan
8
dengan unsur-unsur yang lain. Komposisi unsur silika (SiO 2) berkisar antara 61,7
% sampai dengan 99,58 %, sedangkan sisanya adalah unsur penyusun yang lain,
seperti TiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O+, H2O- dan CO2.
b) Graywacke
Graywacke merupakan jenis batupasir yang tersusun dari mineral berbutir
besar yang sebagian besar adalah quartz, clay, mika flake {KAl2(OH2) AlSi3O10},
magnesite (MgCO3), fragmen phillite, fragmen batuan beku, feldspar dan mineral
lainnya. Sortasi (pemilahan) butir pada graywacke tidak bagus karena adanya
matriks-matriks batuan. Hal ini juga menyebabkan berkurangnya porositas
batuannya. Material pengikatnya adalah clay dan karbonat. Mineral – mineral
penyusun batupasir graywacke lainnya adalah chert, hornblende, carbonat dan
lainnya seperti yang tercantum pada Tabel II-4 dibawah ini.
Tabel II-4
Komposisi Mineral Graywacke 18
)
MINERAL A B C D E F
Quartz 45,6 46,0 24,6 9,0 tr 34,7
Chert 1,1 7,0 .... .... .... ....
Feldspar 16,7 20,0 32,1 44,0 29,9 29,7
Hornblende .... .... .... 3,0 10,5 ....
Rock Fragments 6,7 . . . .a 23,0 9,0 13,4 ....
Carbonate 4,6 2,0 .... .... .... 5,3
Chloride-Sericite 25,0 22,5 20,0b 25,0 46,2d 23,3
T o t a l 99,7 97,5 99,7 90,0 100,0 96,0
A. Average of Six (3 Archean, 1 Huronian, 1 Devonian, and 1 Late Paleozoic).
B. Krynine’s average “high-rank graywacke” (Krynine, 1948).
C. Average of 3 Tanner graywackes (Upper Devonian – Lower Carboniferous)
D. Average of 4 Cretaceous graywackes, Papua (Edwards, 1947 b).
E. Average 0f 2 Meocene graywackes, Papua (Edwards, 1947 a).
F. Average of 2 parts average shale and 1 part average Arkose.
a)
. Not separately listed.
b)
. Include 2,8 per cent “limonitic subtance”
c)
. Balance in glauconite, mica, chlorite, and iron ores.
d)
. “Matrix”
Komposisi kimia graywacke tersusun dari unsur silika dengan kadar lebih
rendah dibandingkan dengan batupasir lainnya, dan kebanyakan silika yang ada
bercampur dengan silikat. Silika bebas seperti detrial quartz, walaupun jumlahnya
9
Tabel II-5
Komposisi Kimia Graywacke 18
)
MINERAL A B C D E F
SiO2 68,20 63,67 62,40 61,52 69,69 60,51
TiO2 0,31 .... 0,50 0,62 0,40 0,87
Al2O3 16,63 19,43 15,20 13,42 13,43 15,36
Fe2O3 0,04 3,07 0,57 1,72 0,74 0,76
FeO 3,24 3,51 4,61 4,45 3,10 7,63
MnO 0,30 .... .... .... 0,01 0,16
MgO 1,30 0,84 3,52 3,39 2,00 3,39
CaO 2,45 3,18 4,59 3,56 1,95 2,14
Na2O 2,43 2,73 2,68 3,73 4,21 2,50
P2O3 0,23 .... .... .... 0,10 0,27
SO3 0,13 .... .... .... .... ....
CO2 0,50 .... 1,30 3,04 0,23 1,01
H2O + 1,75 1,56 2,33 2,08 3,38
2,36
H2O – 0,55 0,07 0,06 0,26 0,15
S .... .... .... .... .... 0,42
T o t a l 99,84 100,06 99,57 100,01 100,01 100,24
A. Average of 23 graywackes
B. Average of 30 graywackes, after Tyrrell (1933).
C.Average of 2 parts avrg. Shale and 1 part avrg. Arkose.
a)
. Probably in error; Fe2O3 probably should be 1,4 and the total 100,0
c) Arkose
Arkose merupakan jenis batupasir yang tersusun dari kuarsa sebagai
mineral yang dominan, dan feldspar juga terdapat dalam jumlah yang cukup
banyak. Selain dua mineral utama tersebut, arkose juga mengandung mineral-
mineral yang bersifat kurang stabil, seperti clay, microline, biotite dan plagioklas.
Batuan ini biasanya didapatkan dari hasil pelapukan batuan granit dan mempunyai
sortasi butiran yang kurang baik, dengan bentuk butir yang bersudut – sudut.
Kandungan mineral lainnya, secara berurutan sesuai prosentasenya dapat dilihat
pada Tabel II-6 dan komposisi kimia arkose ditunjukkan pada Tabel II-7.
Tabel II – 6
Komposisi Mineral Arkose (%) 18
)
MINERAL A B C D a) E a) F a) G
10
Quartz 57 51 60 57 35 28 48
Microcline 24 30 34
35 b) 59 b) 64 43
Plaglioclase 6 11 ....
Micas 3 1 .... .... .... .... 2
Clay 9 7 .... .... .... .... 8
Carbonate c) c) c)
2 .... c)
Other 1 .... 6 d)
8 e)
4 e) 8 e) c)
Tabel II – 7
Komposisi Kimia Arkose (%) 18)
MINERAL A B C D E F
Si O2 69,94 82,14 75,57 73,32 80,89 76,37
Ti O2 .... .... 0,42 .... 0,40 0,41
Al2 O3 13,15 9,75 11,38 11,31 7,57 10,63
Fe2 O3 1,23 0,82 3,54 2,90 2,12
2,48
Fe O .... 1,63 0,72 1,30 1,22
Mn O 0,70 .... 0,05 T .... 0,25
Mg O T 0,19 0,72 0,24 0,04 0,23
Ca O 3,09 0,15 1,69 1,53 0,04 1,30
Na2 O 3,30 0,50 2,45 2,34 0,63 1,84
K2 O 5,43 5,27 3,35 6,16 4,75 4,99
H2 O + 1,06
1,01 0,64 a 0,30 a 1,11 0,83
H2 O – 0,05
P2 O3 .... 0,12 0,30 .... .... 0,21
C O2 .... 0,19 0,51 0,92 .... 0,54
T o t a l 99,1 100,18 100 100,2 99,63 100,9
A. Portland stone, Triassic (Merrill, 1891).
B. Torridon sandstone, Preeambrian (Mackie, 1905).
C. Torridonian arkose (avg. of 3 analyses) (Kennedy, 1951).
D. Lower Old Red Sandstone, Devonian (Mackie, 1905).
E. Sparagmite (unmetamorphosed) (Barth, 1938).
F. Average of A – E, inclusive.
a)
. Loss of ignition.
dalam bahasan ini adalah limestone, dolomite, dan yang bersifat diantara
keduanya. Komposisi kimia batuan karonat terdiri dari 50% mineral karbonat
diantaranya terdiri dari mineral calcite dan aragonite dengan sedikit mineral clay.
Bentuk batuan karbonat yang sering dijumpai adalah dolomite dan limestone.
Pada limestone fraksi disusun terutama oleh mineral calcite, sedangkan pada
dolomite mineral penyusun utamanya adalah mineral dolomite dengan
kandungan MgO cukup tinggi.
1. Limestone
Limestone adalah istilah yang biasa dipakai untuk kelompok batuan yang
mengandung paling sedikit 80 % calcium carbonate atau magnesium. Istilah
limestone juga dipakai untuk batuan yang mempunyai fraksi karbonat melebihi
unsur non-karbonatnya. Komposisi kimia limestone dapat menggambarkan
adanya sifat dari komposisi mineralnya yang cukup padat, karena pada limestone
sebagian besar terbentuk dari calcite, bahkan jumlahnya bisa mencapai lebih dari
95%. Unsur lainnya yang dianggap penting adalah MgO, bila jumlahnya lebih
dari 1% atau 2%, maka menunjukkan adanya mineral dolomite. Komposisi kimia
limestone dapat dilihat pada Tabel II-8.
2. Dolomite
Dolomite adalah jenis batuan yang merupakan variasi dari limestone yang
mengandung unsur carbonate lebih besar dari 50 %, sedangkan untuk batuan-
batuan yang mempunyai komposisi pertengahan antara limestone dan dolomite
akan mempunyai nama yang bermacam-macam tergantung dari unsur yang
dikandungnya. Dolomite merupakan batuan karbonat yang mengalami perubahan
karena adanya proses dolomitisasi yang bekerja padanya. Batuan yang unsur
calcite-nya melebihi dolomite disebut dolomite limestone, dan yang unsur
dolomite-nya melebihi calcite disebut dengan limy, calcitic, calciferous atau
calcitic dolomite. Komposisi kimia dolomite pada dasarnya hampir mirip dengan
limestone, kecuali unsur MgO merupakan unsur yang penting dan jumlahnya
cukup besar. Dolomite pada umumnya bersifat sekunder atau terbentuk setelah
12
Tabel II – 8
Komposisi Kimia Limestone 18
)
MINERAL A B C D E F
Si O2 5,19 0,70 7,41 2,55 1,15 0,09
Ti O2 0,06 .... 0,14 0,02 .... ....
Al2 O3 0,81 0,68 1,55 0,23 0,45
Fe2 O3 0,08 0,70 0,02 .... 0,11
0,54
Fe O .... 1,20 0,28 0,26
Mn O 0,05 .... 0,15 0,04 .... ....
Mg O 7,90 0,59 2,70 7,07 0,56 0,35
Ca O 42,61 54,54 45,44 45,65 53,80 55,37
Na2 O 0,05 0,16 0,15 0,01 ....
0,07
K2 O 0,33 None 0,25 0,03 0,04
H2 O + 0,56 .... 0,38 0,05 0,69
0,32
H2 O – 0,21 .... 0,30 0,18 0,23
P2 O3 0,04 .... 0,16 0,04 .... ....
C O2 41,58 42,90 39,27 43,60 42,69 43,11
S 0,09 0,25 0,25 0,30 .... ....
Li2 O T .... .... .... .... ....
Organic .... T 0,29 0,40 .... 0,17
T o t a l 100,09 99,96 100,16 100,04 99,9 100,1
A. Composite analysis of 345 limestones, HN Stokes, analyst (Clarke, 1924, p. 564)
B. “Indiana Limestone” (Salem, Mississippian), AW Epperson, analyst (Loughlin, 1929, p. 150)
C. Crystalline, crinoidal limestone (Brassfield, Silurian, Ohio), Down Schaff, analyst (Stout, 1941, p. 77)
D. Dolomitic Limestone (Monroe form., Devonian, Ohio), Down Schaff, analyst (Stout, 1941, p. 132)
E. Lithoeraphic Limestone (Solenhofen, Bavaria), Geo Steigner, analyst (Clarke, 1924, p. 564)
F. Travertine, Mammoth Hot Spring, Yellowstone, FA Gooch, analyst (Clarke, 1904, p.323)
Tabel II-9
Komposisi Kimia Dolomite 18
)
MINERAL A B C D E F
Si O2 .... 2,55 7,96 3,24 24,92 0,73
Ti O2 .... 0,02 0,12 .... 0,18 ....
Al2 O3 .... 0,23 1,97 0,17 1,82 0,20
Fe2 O3 .... 0,02 0,14 0,17 0,66 ....
Fe O .... 0,18 0,56 0,06 0,40 1,03
13
2.1.2.1. Porositas
Porositas (Φ) didefinisikan sebagai fraksi atau persen dari volume ruang
pori-pori terhadap volume batuan total (bulk volume). Besar-kecilnya porositas
suatu batuan akan menentukan kapasitas penyimpanan fluida reservoir. Secara
matematis porositas dapat dinyatakan sebagai :
Vb - Vs Vp
Φ= = …………………………….………............…… (2-
Vb Vb
1)
Dimana :
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vs = volume padatan batuan total (grain volume)
Vp = volume ruang pori-pori batuan.
14
Gambar 2.2
Hubungan Packing Butiran Terhadap Harga Porositas Batuan30)
1. Porositas absolut adalah persen volume pori-pori total terhadap volume batuan
total (bulk volume).
Volume pori total
Φ= ×100% ………....………….............………..
bulk volume
(2-2)
2. Porositas efektif adalah persen volume pori-pori yang saling berhubungan
terhadap volume batuan total (bulk volume).
15
(2-3)
C o n n e c te d o r
E f f e c t iv e
P o r o s it y
To t a l
P o r o s it y
Is o la t e d o r
N o n - E f f e c t iv e
P o r o s it y
Gambar 2.3.
Skema Perbandingan Porositas Efektif, Non-Efektif
dan Porositas Absolut Batuan 5)
2. Porositas fracture, yang terbentuk karena adanya fracture pada batuan sedimen
atau juga karena adanya failure (kerusakan) struktur batuan sebagai akibat dari
variasi beban, seperti : lipatan, sesar, atau patahan. Porositas tipe ini sulit untuk
dievaluasi atau ditentukan secara kuantitatif karena bentuknya tidak teratur.
3. Porositas akibat dolomitisasi, dalam proses ini batugamping (CaCO 3)
ditransformasikan menjadi dolomit (CaMg(CO3)2) atau menurut reaksi kimia :
2CaCO3 + MgCl3 → CaMg(CO3)2 + CaCl2
Batugamping yang terdolomitasi mempunyai porositas yang lebih besar dari pada
batugampingnya sendiri.
Besar-kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : ukuran
butir (semakin baik distribusinya, semakin baik porositasnya), susunan butir
(susunan butir berbentuk kubus mempunyai porositas lebih baik dibandingkan
bentuk rhombohedral), kompaksi, dan sementasi.
2.1.2.2. Wettabilitas
wo
so sw
c o s
wo
so sw
O il W a te r S o lid
Gambar 2.4.
17
saturasi air yang demikian disebut residual water saturation. Pada saat yang
demikian minyak merupakan fasa yang kontinyu dan bersifat mobile.
Setelah produksi mulai berjalan, minyak akan terus berkurang digantikan
oleh air. Saturasi minyak akan semakin berkurang dan saturasi air akan terus
bertambah, sampai pada saat tertentu saturasi air akan menjadi fasa kontinyu, dan
minyak merupakan cincin-cincin. Pada saat ini, air bersifat mobile dan akan
bergerak bersama-sama minyak. Gambaran tentang water wet dan oil wet
ditunjukkan pada Gambar 2.5, yaitu pembasahan fluida dalam pori-pori batuan.
Fluida yang membasahi akan cenderung menempati pori-pori batuan yang lebih
kecil, sedangkan fluida tidak membasahi cenderung menempati pori-pori batuan
yang lebih besar.
a . O il W e t b . W a te r W e t
P o r e s p a c e o c c u p ie d b y H O
R o c k m a t r ix
P o r e s p a c e o c c u p ie d b y O il
Gambar 2.5.
Pembasahan Fluida dalam Pori-pori Batuan 1)
Oleh karena minyak lebih ringan dari air, maka minyak akan selalu
mengisi tempat diatas air dan akan mendesak air ke bawah saat terjadi akumulasi.
Pendesakan oleh minyak akan terus berjalan hingga saturasi menjapai suatu harga
tertentu, dimana air tidak lagi kontinyu dan tidak dapat lagi mengalir (irreductible
saturation) yang menimbulkan zona saturasi air berubah secara perlahan-lahan
yang disebabkan oleh tekanan kapiler.
19
Tekanan permukaan fluida yang lebih rendah terjadi pada sisi pertemuan
permukaan fluida immiscible yang cembung. Di reservoir biasanya air sebagai
fasa yang membasahi (wetting fasa), sedangkan minyak dan gas sebagai non-
wetting fasa atau tidak membasahi.
Tekanan kapiler dalam batuan berpori tergantung pada teangan
permukaan, jari-jari lengkung pori-pori dan macam fluidanya. Secara kuantitatif
dapat dinyatakan dalam hubungan sebagai berikut :
2. . cos
Pc .g .h …………….............……………………..
r
(2-6)
dimana :
Pc = tekanan kapiler
σ = tegangan permukaan antara dua fluida
cos θ = sudut kontak permukaan antara dua fluida
r = jari-jari lengkung pori-pori
Δρ = perbedaan densitas dua fluida
g = percepatan gravitasi
h = tinggi kolom
Pada Persamaan (2-6) dapat dilihat bahwa tekanan kapiler berhubungan
dengan ketinggian di atas permukaan air bebas (oil-water contact), sehingga data
tekanan kapiler dapat dinyatakan menjadi plot antara h versus saturasi air (Sw.
Perubahan ukuran pori-pori dan densitas fluida akan mempengaruhi bentuk kurva
tekanan kapiler dan ketebalan zona transisi.
20
Gambar 2.6.
Hubungan Tekanan Kapiler dengan Variasi Ketinggian Kolom6)
Pengaruh tekanan kapiler dalam reservoir minyak atau gas antara lain
mengontrol distribusi saturasi dalam reservoir. Ukuran pori-pori batuan reservoir
sering dihubungkan dengan besaran permeabilitas yang besar akan mempunyai
tekanan kapiler yang rendah, dan sebaliknya pada reservoir dengan permeabilitas
yang rendah memiliki tekanan kapiler yang tinggi, seperti yang ditunjukan pada
21
gambar 2.7. Selain itu pengaruh tekanan kapiler dalam reservoir adalah
merupakan mekanisme pendorong minyak dan gas untuk bergerak atau mengalir
melalui pori-pori secara vertikal.
30 20 0 90
27 18 0 81
900 m d
100 m d
H ig h A b o v e Z e r o C a p illa r y P r e s s u r e , f t
200 m d
500 m d
24 16 0 72
O il- W a t e r C a p illa r y P r e s s u r e , p s i
A ir- W a t e r C a p illa r y P r e s s u r e , p s i
50 m d
21 14 0 63
( r e s e r v o ir c o n d it io n s )
( la b o r a t o r y d a t a )
18 12 0 54
15 10 0 45
12 80 36
9 60 27
6 40 18
3 20 9
0 0 0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 10 0
W a t e r S a t u r a t io n , %
Gambar 2.7.
Kurva Distribusi Fluida 1).
Dalam batuan reservoir minyak umumnya terdapat lebih dari satu macam
fluida, kemungkinan terdapat air, minyak dan gas yang tersebar ke seluruh bagian
reservoir.
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume pori-
pori total pada suatu batuan berpori.
Secara matematis besarnya saturasi untuk masing-masing fluida dituliskan
dalam persamaan berikut :
volume pori pori yang diisi oleh fluida tertentu
S = volume pori total
...........................
(2-7)
Karena fluida yang mengisi batuan reservoir terdiri dari minyak, gas dan
air, maka persamaan (2-7) dapat ditulis dalam persamaan berikut :
22
(2-8)
Saturasi air (Sw) adalah :
volume pori pori yang diisi air
Sw = ……………..……..............
volume pori pori total
(2-9)
Saturasi gas (Sg) adalah :
volume pori pori yang diisi gas
Sg = …………...…................... (2-
volume pori pori total
10)
Jika pori-pori batuan diisi oleh gas-minyak-air maka berlaku hubungan :
Sg + So + Sw = 1 …………………………….…………..….. (2-11)
Terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan mengenai saturasi fluida, yaitu :
1) Saturasi fluida akan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dalam
reservoir,saturasi air cenderung untuk lebih besar dalam bagian batuan yang
kurang porous. Bagian struktur reservoir yang lebih rendah relatif akan
mempunyai Sw yang tinggi dan Sg yang relatip rendah. Demikian juga untuk
bagian atas dari struktur reservoir berlaku sebaliknya. Hal ini disebabkan
oleh adanya perbedaan densitas dari masing-masing fluida.
2) Saturasi fluida akan bervariasi dengan kumulatif produksi minyak. Jika
minyak diproduksikan maka tempatnya di reservoir akan digantikan oleh air
dan atau gas bebas, sehingga pada lapangan yang memproduksikan minyak,
saturasi fluida berubah secara kontinyu.
3) Saturasi minyak dan saturasi gas sering dinyatakan dalam istilah pori-pori
yang diisi oleh hidrokarbon. Jika volume contoh batuan adalah V, ruang
pori-porinya adalah Φ.V, maka ruang pori-pori yang diisi oleh hidrokarbon
adalah
So.Φ.V + Sg.Φ.V = (1-Sw).Φ.V ................................................... (2-12)
23
2.1.2.5. Permeabilitas
dimana :
V = kecepatan aliran, cm/sec
μ = viskositas fluida yang mengalir, cp
dP/dL = gradient tekanan dalam arah aliran, atm/cm
k = permeabilitas media berpori.
Tanda negatif dalam persamaan (2-13) menunjukkan bahwa bila tekanan
bertambah dalam satu arah, maka arah alirannya berlawanan dengan arah
pertambahan tekanan tersebut.
Beberapa anggapan yang digunakan oleh Darcy dalam persamaan diatas
adalah :
1) Alirannya mantap (steady state)
2) Fluida yang mengalir satu fasa
3) Viskositas fluida yang mengalir konstan
4) Kondisi aliran isothermal
5) Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal
6) Fluidanya incompressible.
Gambar 2.8.
Diagram Percobaan Pengukuran Permeabilitas21)
k .( P1 P2 ). A Q. .L
Q atau K ……….….. (2-
.L A.( P1 - P2 )
14)
25
(2-15)
16)
Q w . μ w .L
Kw = …………...…………………............…………... (2-
A.( P1 - P2 )
17)
dimana :
μo = viskositas minyak
μw = viskositas air.
Percobaan ini diulangi untuk laju permukaan (input rate) yang berbeda
untuk minyak dan air, dengan (Qo + Qw) tetap kontan. Harga-harga Ko dan Kw
26
pada Persamaan (2-16) dan (2-17) jika diplot terhadap So dan Sw akan diperoleh
hubungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9.
Dari Gambar 2.9. dapat ditunjukkan bahwa Ko pada Sw = 0 dan So = 1
akan sama dengan harga K absolut, demikian juga untuk harga K absolutnya (titik
A dan B).
1 1
E f f e c t iv e P e r m e a b i li t y t o W a t e r, k w
B A
E f f e c t iv e P e r m e a b i li t y t o O i l, k o
0 C D 0
0 O il S a t u r a t io n , S o 1
1 W a t e r S a t u r a t io n , S w 0
Gambar 2.9.
Kurva Permeabilitas Efektif untuk
Sistem Minyak dan Air 21)
Terdapat tiga hal penting untuk kurva permeabilitas efektif sistem minyak-
air (Gambar 2.9.) , yaitu :
Harga ko akan turun dengan cepat jika Sw bertambah dari nol, demikian juga
kw akan turun dengan cepat jika Sw berkurang dari satu, sehingga dapat
dikatakan untuk So yang kecil akan mengurangi laju aliran minyak karena ko-
nya yang kecil, demikian pula untuk air.
Harga ko akan turun sama dengan nol walau masih ada saturasi minyak dalam
batuan, meskipun So belum mencapai nol. Pada keadaan ini (titik C) minyak
sudah tidak dapat bergerak lagi. Saturasi minimum ini disebut residual oil
saturation (Sor) atau critical oil saturation (Soc), demikian juga untuk air yaitu
(Swr atau Swc).
Harga ko dan kw selalu lebih kecil dari harga k absolut, kecuali pada titik A
dan B, sehingga diperoleh persamaan :
27
k o k w 1 ................................................................................. (2-14)
1 1
E f f e c t i v e P e r m e a b il it y t o W a t e r, k w
E f f e c t iv e P e r m e a b il it y t o O il , k o
0 0
0 O il S a t u ra t io n , S o 1
Gambar 2.10.
Kurva krelatif sistem Air-Minyak 21)
Jika harga kro dan krw diplot terhadap saturasi fluida So dan Sw, maka akan
didapat kurva seperti Gambar 2.10. diatas.
Harga kro dan krw berkisar antara 0 sampai 1, sehingga diperoleh persamaan :
k ro k rw 1 ...................................................................................... (2-15)
Untuk sistem gas dan air, harga Krg dan Krw selalu lebih kecil dari satu atau :
k rg k rw 1 ....................................................................................... (2-16)
Pada formasi batuan kedalaman tertentu terdapat dua gaya yang bekerja
padanya, yaitu gaya akibat beban batuan diatasnya (overburden) dan gaya yang
timbul akibat adanya fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan tersebut.
Pada keadaan statik, kedua gaya berada dalam keadaan setimbang. Bila tekanan
reservoir berkurang akibat pengosongan fluida, maka kesetimbangan gaya ini
terganggu, akibatnya terjadi penyesuaian dalam bentuk volume pori-pori,
perubahan pada butir-butir batuan dan volume total batuan (bulk volume).
Koefisien penyesuaian inilah yang disebutsebagai kompresibilitas batuan.
28
dimana :
Vr = volume padatan batuan (grains)
Vp = volume pori-pori batuan, cuft
P = tekanan hidrostatik fluida di dalam batuan, psi
P* = tekanan luar (tekanan overburden), psi
10
9
8
6
C o m p r e s s ib ilit y , x 1 0
7
E ff e c t iv e R o c k
6
5
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
P o r o s i t y, %
Gambar 2.11.
Kurva Kompressibilitas Effektif Batuan 1)