Anda di halaman 1dari 12

Tugas Hukum Acara Pidana

“Penjelasan Hukum Acara Pidana”

OLEH :

Nama : BAYU PRAWIRA PUTRA HARYAWAN

NIM : D1A018063

Kelas : A1

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Penjelasan Hukum Acara Pidana ini tepat
pada waktunya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Lalu Adnan Ibrahim, SH. M.Hum
selaku Dosen Mata Kuliah Hukum Acara Pidana yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 9 April 2020

Bayu Prawira Putra Haryawan


DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………..1

Kata Pengantar …………………………………………………………2

Daftar Isi ………………………………………………………………..3

Pendahuluan …………………………………………………………..4

Latar belakang…………………………………………………..4

Pembahasan……………………………………………………………..5

Pengertian Hukum Acara Pidana ……………………………..5

Fungsi Hukum Acara Pidana ………………………………….6

Tujuan Hukum Acara Pidana …………………………………..7

Asas Hukum Acara Pidana ……………………………………..8

Penyidikan ……………………………………………………….8

Penahanan……………………………………………………….10

Penangkapan…………………………………………………….10

Kesimpulan……………………………………………………………..12
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Hukum acara pidana berhubungan erat dengan diadakannya hukum


pidana, oleh karena itu, hukum acara pidana merupakan suatu rangkaian
peraturan yang memuat cara bagaimana badan-badan pemerintah yang
berkuasa yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan harus bertindak guna
mencapai tujuan negara dengan mengadakan hukum pidana.

Polri merupakan salah satu aparat penegak hukum, karena Kepolisian


Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam
negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,
tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya masyarakat yang menjunjung
tinggi hak asasi manusia. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Negara
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia Pasal 4, keamanan dan ketertiban tersebut dapat tercipta dengan
baik apabila setiap orang mau dan mampu mematuhi peraturan Undangundang yang ada yaitu
KUHAP.
PEMBAHASAN
 Pengertian Dari Hukum Acara Pidana

Hukum Acara Pidana merupakan hukum proses atau dikatakan hukum formil karena dia
melaksanakan dan menetukan pelaksanaan dari hukum pidana materil ada beberapa pengertian
hukum acara pidana menurut para ahli :

1. Wiryono Prodjodikoro
Hukum Acara Pidana berhubungan erat dengan adanya hukum pidana maka dari itu merupakan
suatu rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana badan-badan pemerintah yang
berkuasa yaitu Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan harus bertindak guna mencapai tujuan
negara dengan mengadakan hukum pidana.

2. Samidjo
Hukum Acara Pidana ialah rangkaian peraturan hukum yang menentukan bagaimana cara-cara
mengajukan ke depan pengadilan, perkara-perkara kepidanaan, dan bagaimana cara-cara
menjatuhkan hukuman oleh hakim, jika ada orang yang disangka melanggar aturan hukum
pidana yang telah ditetapkan sebelum perbuatan melanggar hukum itu terjadi; dengan kata
lain, Hukum Acara Pidana ialah hukum yang mengatur tata-cara bagaimana alat-alat negara
(kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan) harus bertindak jika terjadi pelanggaran.

3. R. Abdoel Djamali
Hukum Acara Pidana yang disebut juga hukum pidana formal mengatur cara pemerintah
menjaga kelangsungan pelaksanaan hukum pidana material.

4. Bambang Poernomo:
Hukum Acara Pidana ialah pengetahuan tentang hukum acara dengan segala bentuk dan
manifestasinya yang meliputi berbagai aspek proses penyelenggaraan perkara pidana dalam hal
terjadi dugaan perbuatan pidana yang diakibatkan oleh pelanggaran hukum pidana.
 Fungsi Hukum Acara Pidana

Pada uraian di atas telah dijelaskan, bahwa hukum pidana itu dibagi atas dua macam, yaitu
hukum pidana material dan hukum pidana formal. Fungsi hukum pidana material atau hukum
pidana adalah menentukan perbuatan-perbuatan apa yang dapat dipidana, siapa yang dapat
dipidana dan pidana apa yang dapat dijatuhkan, sedangkan fungsi hukum pidana formal atau
hukum acara pidana adalah melaksanakan hukum pidana material, artinya memberikan peraturan
cara bagaimana negara dengan mempergunakan alat-alatnya dapat mewujudkan wewenangnya
untuk mempidana atau membebaskan pidana.
Dalam mewujudkan wewenang tersebut di atas, ada dua macam kepenting-an yang
menuntut kepada alat negara, yaitu:
1. Kepentingan umum, bahwa seorang yang melanggar suatu peraturan hukum pidana harus
mendapatkan pidana yang setimpal dengan kesalahannya untuk mempertahan-kan keamanan
umum, dan
2. Kepentingan orang yang dituntut, bahwasanya orang yang dituntut perkara itu harus
diperlakukan secara jujur dan adil, artinya harus dijaga jangan sampai orang yang tidak
bersalah dijatuhi pidana, atau apabila ia memang bersalah, jangan sampai ia memperoleh
pidana yang terlampau berat, tidak seimbang dengan kesalahannya.

Maka berdasarkan hal-hal di atas, maka dapatlah diambil kesimpulan, bahwa tiga fungsi pokok
hukum acara pidana, yaitu:
1) Mencari dan Menemukan Kebenaran.
2) Pegambilan putusan oleh hakim.
3) Pelaksanaan daripada putusan yang telah diambil.
 Tujuan Hukum Acara Pidana

Timbulnya penemuan hukum baru dan pembentukan peraturan perundang-undangan baru


terutama sejak pemerintah Orde Baru cukup menggembirakan dan merupakan titik cerah dalam
kehidupan hukum di Indonesia, termasuk di dalamnya adalah disusunnya KUHAP. Apabila
diteliti beberapa pertimbangan yang menjadi alasan disusunnya KUHAP maka secara singkat
KUHAP memiliki lima tujuan sebagai berikut.
1. Perlindungan atas harkat dan martabat manusia (tersangka atau terdakwa).
2. Perlindungan atas kepentingan hukum dan pemerintahan.
3. Kodifikasi dan unifikasi Hukum Acara Pidana.
4. Mencapai kesatuan sikap dan tindakan aparat penegak hukum.
5. Mewujudkan Hukum Acara Pidana yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Dalam Pedoman Pelaksanaan KUHAP telah dirumuskan mengenai tujuan Hukum Acara
Pidana yakni “Untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran
materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan
menerapkan ketentuan Hukum Acara Pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencari
siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya
meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menentukan apakah terbukti bahwa
suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.”
Jika menilik rumusan tersebut di atas maka dapat dirinci tujuan Hukum Acara Pidana sebagai
berikut.

1. Suatu kebenaran materiil yaitu kebenaran hakiki dan lengkap dari suatu perkara pidana
melalui penerapan ketentuan Hukum Acara Pidana secara tepat dan jujur.
2. Menentukan subyek hukum berdasarkan alat bukti yang sah, hingga dapat didakwa
melakukan suatu tindak pidana.
3. Menggariskan suatu pemeriksaan dan putusan pengadilan, agar dapat ditentukan apakah
suatu tindak pidana telah terbukti dilakukan orang yang didakwa itu.
Tujuan Hukum Acara Pidana ini sejalan dengan fungsi hukum menurut van Bemmelen yaitu
mencari dan menemukan kebenaran, pemberian keputusan oleh hakim, dan pelaksanaan
keputusan.

 Asas-Asas Hukum Acara Pidana

1. Asas Legalitas: Asas legalitalitas yang dalam bahasa latinnya “Nullum Delictum Nulla
Poena Sine Previa Lege Poenali” artinya tiada suatu perbuatan dapat dipidana, kecuali
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pidana yang telah ada. Asas ini
dalam hukum acara pidana berarti bahwa setiap perkara pidana harus diajukan kedepan
hakim.
2. Equality Before The Law/Perlakuan sama didepan hukum
3. Presumption Of Innocent/Asas Praduga Tak Bersalah
4. Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan
5. Asas tersangka/terdakwa berhak mendapatkan bantuan hukum
6. Asas Pengadilan Memeriksa Perkara Pidana dengan Hadirnya Terdakwa: Adapun
pengecualian dari asas ini ialah putusan dijatuhkan tanpa hadirnya terdakwa, yaitu
putusan verstek atau in absentia. Tetapi ini hanya dalam acara pemeriksaan perkara
pelanggaran lalu lintas jalan.
7. Asas Peradilan Terbuka untuk Umum : Asas ini dikecualikan terhadap perkara mengenai
kesusilaan atau terdakwanya masih anak-anak.

 Penyelidikan
Apa Penyelidikan itu?
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik, untuk mencari dan menemukan
sesuatu keadaan atau peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
tindaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini. Adapun
syarat dan tata cara dari penyidikan ini yaitu :
1. Penyidikan cara tertutup
 Petugas yang melakukan dalam upaya dan usahanya harus mengdiarkan tindakan yang
bertentangan dengan ketentuan hukum dan peraturan per undang-undangan yang berlaku
 Petugas yang melakukan harus mampu menguasai Teknik yang diperlukan berupa AI
interview , Observasi, surveillance, undercover

2. Tata Cara Penyidikan


 Menunjukkan tanda pengenal
 Mengetahui, menerima laporan atau pengaduan terjadinya peristiwa
 KUHAP 102 (1) (2) (3) yang berisi :
Pasal 102 ayat 1, berbunyi :
Pennyidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya
suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana wajib segera
melakukan tindakan penyelidikan yang diperlukan. 

Pasal 102 ayat 2, berbunyi :


Dalam hal tertangkap tangan tanpa menunggu perintah penyidik, penyelidik wajib
segera melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka penyelidikan
sebagaimana tersebut pada pasal 5 ayat 1 huruf b.

Pasal 102 ayat 3, berbunyi :


Terhadap tindakan yang dilakukan tersebut pada ayat 1 dan ayat 2 penyelidik
wajib membuat berita acara dan melaporkannya kepada penyidik sedaerah
hukum.
 Di koordinasi , diawasi dan diberi petunjuk oleh penyidik

Tindakan apa saja yang dilakukan oleh penyidik dalam penyelidikan?


1. Penangkapan
2. Penahanan
3. Penggeledahan
4. Penyitaan
5. Pemeriksaan surat
 Penahanan
Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh
penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

1. SYARAT   PENAHANAN
Syarat  Penahanan  terdiri   :
 syarat subjektif : ada kekhawatiran terdangka melarikan diri,
merusak/menghilangkan barang bukti  dan atau mengulangi tindak pidana (pasal
20 ayat 1).
 Syarat objektif : dikenakan pada tindak  pidana yang diancam dengan pidana
penjara 5 tahun atau lebih dan pasal-pasal tertentu dalam KUHP maupun
diluarnya yang ditentukan pasal 21 ayat 4 butir b. Selain penyidik, penuntut
umum dan hakim juga berwenang menahan tersangka/terdakwa  ( pasal 20 ayat 2
dan 3). 

2. JENIS – JENIS  PENAHANAN
Ada 3 Jenis penahanan yaitu
1. Penahanan rumah tahanan negara (rutan),
2. Penahanan kota
3. Penahanan rumah (pasal 22 ayat 1).

 Penangkapan

Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan kebebasan sementara waktu
tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti untuk kepentingan penyidikan atau
penuntutan dan atau peradilan dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang. Setiap orang
dapat melakukan penangkapan jika pelaku kejahatan tertangkap tangan.

Apa syarat-syarat penangkapan yang wajib diperhatikan ?


Berikut adalah penjelasannya.
1. Penangkapan wajib didasarkan pada bukti permulaan yang cukup.
2. Melakukan penangkapan tidak sewenang-wenang.
3. Berpijak pada landasan hukum.
4. Tidak menggunakan kekerasan.
5. Melengkapi penangkapan dengan surat perintah penangkapan.
6. Dalam melakukan penangkapan wajib dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
A. Keseimbangan antara tindakan yang dilakukan dengan bobot ancaman.
B. Senantiasa menghargai/menghormati hak-hak tersangka yang ditangkap. Dan
C. Tidakan penangkapan bukan merupakan penghukuman bagi tersangka.

 Dasar hukum

1. Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana.


2. Peraturan kepala kepolisian negara republik indonesia nomor 8 tahun 2009 tentang
implementasi prinsip dan standar HAM dalam penyelenggaraan tugas kepolisian negara
republik indonesia.
3. Peraturan kepala kepolisian negara republik indonesia nomor 14 tahun 2012 tentang
manajemen penyidikan tindak pidana.
KESIMPULAN
Hukum Acara Pidana merupakan hukum proses atau dikatakan hukum formil karena dia
melaksanakan dan menetukan pelaksanaan dari hukum pidana materil

Dalam mewujudkan wewenang tersebut di atas, ada dua macam kepenting-an yang menuntut
kepada alat negara, yaitu:
1. Kepentingan umum, bahwa seorang yang melanggar suatu peraturan hukum
pidana harus mendapatkan pidana yang setimpal dengan kesalahannya untuk
mempertahan-kan keamanan umum, dan
2. Kepentingan orang yang dituntut, bahwasanya orang yang dituntut perkara itu
harus diperlakukan secara jujur dan adil, artinya harus dijaga jangan sampai orang
yang tidak bersalah dijatuhi pidana, atau apabila ia memang bersalah, jangan
sampai ia memperoleh pidana yang terlampau berat, tidak seimbang dengan
kesalahannya

Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik, untuk mencari dan menemukan sesuatu
keadaan atau peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
tindaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini

Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau


penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini

Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan kebebasan sementara waktu
tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti untuk kepentingan penyidikan atau
penuntutan dan atau peradilan dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang. Setiap orang
dapat melakukan penangkapan jika pelaku kejahatan tertangkap tangan.

Anda mungkin juga menyukai