Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
Della Madeline Ester Amodi
711430117006
A. Pengkajian
1.Identitas pasien
Nama : Ny M
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Malalayang
Penamggung jawab
Nama : Tn B
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Ayah
Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien datang ke RSUD Kandou Malalayang pada tanggal 2 Februari 2021,dengan
kecelakaan motor ,pasien mengalami penurunan kesadaran. Terdapat hematome di kepala
dan krepitasi pada paha bagian kanan sepertiga medial dextra.
3. Primary survey
a. Airway : terdapat sumbatan jalan nafas berupa darah dan lendir.
b. Breathing
Look : adanya pengembangan dinding dada .frekuensi 32 /menit
Listen : terdengar suara nafas stidor.
Feel : terasa hembusan nafas ,terlihat otot bantu pernafasan
c. Circulation : Akral dingin,kulit pucat,terdapat perdarahan di
telinga,hidung,mulut, CRT > 3 detik, akral dingin
d. Disability : GCS 7 (E2,M3,V2) dan kesadaran sopor.
4. Secondary survey
Kesadaran : Sopor
Keadaan umum : Jelek
GCS : 7
TTV : TD: 100/60 mmhg
N : 102 X/m
P : 32 X/m
S : 37.8 c
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Inspeksi : bentuk simetris ,rambut tampak kusam,terdapat hematome dibagian wajah
dan kepala
Palpasi : tidak ada ketombe,benjolan ,terdapat nyeri tekan pada bagian oksipital.
b. Mata
Inspeksi : bentuk simetris,klien selalu memejamkan matanya karna mata terdapat
hematom, blue eyes dikedua mata.
Palpasi : ada nyeri tekan dikedua mata.
c .Hidung
Inspeksi : bentuk simetris,tidak ada polip, keluar darah dari hidung
Palpasi : ada nyeri tekan.
d .Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, terdapat darah
Palpasi : ada nyeri tekan
e .Mulut
Inspeksi : keluarnya darah segar,dan lender
f .Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,getah bening dan vena jugularis,
dicurigai adanya fraktur servikal.
g .Thorak
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, terdapat otot bantu pernapasan ,bentuk
dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan , dan tidak ada benjolan
Perkusi : resonan
Auskultasi : bunyi nafas stridor ,frekuensi 32 x/menit,tidak ada wheezing dan ronhci
h .Jantung
Perkusi : mur-mur(-) ,gallop (-),bj1 dan bj2 normal
i . Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak terdapat jejas
Auskultasi : bissing usus normal(10 x/menit)
Palpasi : turgor kulit elastis, ada nyeri tekan.
Perkusi : timpani (redup pada organ)
j .Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter
k . Kulit
Turgor kulit elastis, warna kulit sama dengan warna kulit lainnya
l .Ekstremitas
Atas: reflek bisep dan trisep normal ,tidak ada kelainan,ada bekas luka ditangan kanan
,terpasang infus ditangan kanan,fleksi dan ekstensi(+)
Bawah : tidak ada kelainan,jari-jari lengkap ,
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratoorium
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Haemoglobin 9,4
b.
2. Hematokrit 33
3 Leukosit 21.200
4 Trombosit 198000
Pemeriksaan CT- Scan
Terdapat edema serebral pada daerah kepala
6. Therapi pengobatan
IVFD RL 30 tts/m
Dexa metahson 3x1,injeksi ampul (iv)
Citicolin 3x1 ampul,injeksi (iv)
Asam transamin 3x1 ampul,injeksi (iv)
Vit k 3x1 ampul ,injeksi (iv)
Keterolac 3x1 ampul, injeksi(iv)
Cefotaxime 2x1 gr,injeksi ST (-) / IV
Kateter polay
NGT
Suction
7. Analisa data
Nama : Ny M No registrasi : 532350
Umur : 24 tahun Ruangan : IGD
Y6
No Data senjang Etiologi Masalah
1. DO : Intra kranial Bersihan jalan
-suara nafas stridor ↓ napas tidak efektif
-terdapat sumbatan berupa darah Jaringan otak rusak
dan lendir ↓
-pasien terlihat sesak frekuensi Edema cerebral
pernafasan 32 x / m ↓
Obstruksi jalan
DS : napas
-keluarga mengatakan pasien belum
sadar
Gangguan perfusi
2. D O: Aliran darah ke jaringan serebral
-tingkat kesadaran sopor otak menurun
-GCS 7(E 2,M3,V2) ↓
-akral dingin Oksigen menurun
-CRT > 3 detik ↓
- mengalami pendarahan Gangguan
DS: metabolism
-keluarga mengatakan pasien masih ↓
belum sadar Asam laktat
↓
Edema otak
B. Diagnosa Keperawatan
Nama : Ny M No.Register : 532350
Umur : 24 tahun Ruangan :IGD
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan edema otak.
C. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas (I.01011)
napas tidak tindakan keperawatan Observasi:
efektif selama 1x24 jam pola - Monitor pola napas (frekuensi,
(D.0001) nafas dapat efektif kedalaman, usaha napas)
dengan kriteria hasil : - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
- Produksi sputum Gurgling, mengi wheezing, romkhi
menurun kering)
- Gelisah menurun - Monitor sputum (jumlah, warna,
- Frekuensi napass aroma)
membaik Terapeutik:
- Pola napas - Pertahankan kepatenan jalan napas
membaik dengan head-tilt dan chin-lift
1. - Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindiksi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
sinapsunsrat@gmail.com
*
Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis–1, Bagian Neurologi Universitas Sam
Ratulangi/ RSUP Prof.dr.R.D.Kandou Manado
**
Staf Bagian Neurologi Universitas Sam Ratulangi/ RSUP Prof.dr.R.D.Kandou Manado
ABSTRAK
Pendahuluan: Luaran cedera kepala dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
inflamasi. Rasio neutrofil limfosit (RNL) adalah salah satu penanda inflamasi yang mudah
dilakukan dan diaplikasikan, namun jarang diteliti. Tujuan: Mengetahui apakah terdapat
hubungan RNL dengan luaran cedera kepala. Metode: Penelitian potong lintang terhadap
pasien cedera kepala sedang–berat (CKS-B) yang dirawat di RSUP Prof. R.D Kandou bulan
November 2017–Februari 2018. Subjek dilakukan pemeriksaan laboratorium hitung jenis
leukosit dan dihitung RNL. Skala Luaran Glasgow (SLG) dinilai saat keluar rumah sakit dan
dibagi menjadi luaran buruk (SLG <4) dan baik (SLG ≥4). Analisis data menggunakan chi
square. Hasil: Terdapat 60 subjek penelitian, dengan proporsi terbanyak laki-laki (70%). Nilai
median RNL lebih tinggi pada luaran buruk (6,82) dibandingkan luaran baik (4,16). Nilai cut
off point RNL adalah 3,62. Subjek dengan RNL ≥3,62 memiliki luaran buruk dibandingkan
subjek dengan RNL <3,62 , secara statistik bermakna (p=0,04). Diskusi: Terdapat
perbedaan bermakna luaran pasien cedera kepala diihat dari RNL. Pasien dengan RNL
rendah memiliki luaran lebih baik dibandingkan pasien dengan RNL tinggi.
ABSTRACT
Introduction : The outcome of traumatic brain injury (TBI) can be affected by several factors,
one of which is inflammation. Neutrophyl lymphocyte ratio (NLR) is an easy and applicable
inflammatory markers but rarely studied in TBI. Aims: Determining if there is difference in the
outcome of traumatic brain injury based on NLR. Methods : a cross sectional study of
moderate-severe TBI patients admitted at RSUP Prof. R.D Kandou from November 2017-
Februari 2018.The subjects were performed differential count and calculated NLR. Glasgow
Outcome Scale (GOS) at hospital discharge was assessed and classified as poor (GOS<4)
and good outcome (GOS ≥4). Data was analyzed using chi-square test. Results :there were
60 subjects with the largest proportion is male (70%. NLR median score was higher in the
poor outcome group (6.82) than in the good one (4.16). Cut off point of NLR was 3,62.
Subjects with RNL ≥3,62 had poor outcomes compared to subjects with RNL <3,62,
statistically significant (p=0.04). Discussion: There was a significant difference in TBI
outcome based on RNL. Patients with low RNL have better outcomes than patients with high
RNL.
* mean (SD); ** median (min-max) RNL ≥3,62 dan 23 (50%) memiliki RNL
<3,62. Uji chi square mendapatkan
SKG: Skala Koma Glasgow; SLG: Skala hubungan yang bermakna (p=0.004; IK
Limfosit
Tabel 2 Analisis bivariat kadar RNL
Analisis hubungan RNL dengan luaran dengan luaran pasien cedera kepala
luaran baik. Begitu juga halnya dengan karakteristik usia subjek penelitian pada
penelitian ini didapatkan median 23.5
ventrikel dapat memainkan peran terhadap
dengan rentang usia (16-60) tahun untuk
peningkatan jumlah leukosit pada kasus
luaran buruk dan 26.5 tahun dengan
cedera kepala.15
rentang usia (15-60) tahun untuk luaran
Pada cedera kepala dapat terjadi
baik.Untuk jenis kelamin, pada penelitian
peningkatan leukosit darah. Leukositosis
ini didapatkan subjek penelitian pria :
secara bermakna memprengaruhi derajat
wanita adalah 2.33 : 1 (70% : 30%). Hal
keparahan dan luaran cedera kepala.
ini disebabkan karena umumnya laki-laki
Penelitian Gürkanlar16 menunjukkan
dan usia dewasa muda memiliki mobilitas
leukositosis akan memberikan nilai
yang lebih tinggi.14
prediktif terhadap luaran cedera kepala.
Penelitian ini menekankan pada
Penelitian ini mendapatkan rerata kadar
aspek inflamasi yang terjadi pada cedera
leukosit pada kelompok luaran buruk
kepala. Peningkatan jumlah leukosit dan
sebesar 15868,75 6012,42/μL lebih
neutrofil dianggap sebagai indikator non
tinggi dibandingkan luaran baik sebesar
spesifik pada infeksi, inflamasi, nekrosis
14537,5 5540,23/μL. Hasil tersebut
jaringan, perdarahan atau kondisi stress.
hampir sama dengan penelitian yang
Hubungan antara penyakit sistem saraf
dilakukan oleh Rovlias dkk15 yang
pusat dan jumlah leukosit sudah lama
mendapatkan nilai rerata leukosit sebesar
diamati sejak tahun 1896.9,10 Setelah
15986,36646.74 pada luaran buruk dan
cedera kepala, hormon katabolik dan level
14524.02362.19 pada luaran baik.15
sitokin meningkat. Katekolamin
Neutrofilia dan limfositopenia
meningkatkan pelepasan jumlah leukosit.
yang terjadi sebagai respon inflamasi akut
Kortikosteroid meningkatkan jumlah
menjadi dasar pengukuran rasio neutrofil
neutrofil dengan melepaskan sel–sel dari
dengan limfosit yang dikenal sebagai
pool penyimpanan dalam sum – sum
RNL. Neutrofilia sebagai respon inflamasi
tulang ke dalam darah. Setelah cedera
diakibatkan oleh demarginasi neutrofil,
kepala terjadi fase respons akut yang
apoptosis yang melambat, dan stimulasi
diperantarai oleh peningkatan kadar
sel punca oleh faktor pertumbuhan.
sitokin seperti interleukin dan TNF-.
Limfositopenia pada respon inflamasi
Pelepasan interleukin dan peningkatan
merupakan indikator terjadinya penurunan
aktivitas mereka di plasma dan cairan
imunitas seluler. Mekanisme yang terlibat
meliputi marginasi dan redistribusi
Neurology. 2015;6:1-17
10. Paladino L, Subramanian RA, Bonilla E, Sinert RH. Leukocytosis as prognostic indicator of
major injury. Western J Emergency Med. 2010;11(5):450-5
11. Liao Y, Liu P, Guo F, Zhang ZY, Zhang Z. Oxidative burst of circulating neutrophils
following traumatic brain injury in human. Plos One. 2013; 8:1-12
12. Chen W, Yang J, Li Bingbing, Peng G, Li Tianfei, Wang S. Neutrophil to lymphocyte ratio as
a novel predictor of outcome in patients with severe traumatic brain injury. J Head Trauma
Rehabil. 2017;1-7
13. Leitgeb J, Mauritz W, Brazinova A, Majdan M, Janciak I, Wilbacher I, et al. Glasgow Coma
Scale score at intensive care unit discharge predicts the 1-year outcome of patients with severe
traumatic brain injury. Eur J Trauma Emerg Surg. 2013 Jun;39(3):285–92.
14. Langlois JA, Brown BR, Wald MM. The epidemiology and impact of traumatic brain injury:
A Brief Overview. J Head Trauma Rehabil. 2006;21(5):375–8
15. Rovlias A, Kotsou S. The blood leukocyte count and its prognostic significance in severe head
injury. Surg Neurol. 2001;55:190 – 6
16. Gürkanlar D, Lakadamyali SKG, Ergun T, Yilmaz C, Yücel E, Altinörs
N. Predictive value of leucocytosis in head trauma. Turkish Neurosurgery. 2009;19(3):211-5
17. Zahorec R. Ratio of neutrophil to lymphocyte counts rapid and simple parameter of
systemic inflammation and stress in critically ill. Bratisl Lek Listy. 2001; 102(1): 5-14
18. Forget P, Khalifa C, Defour JP, Latinne D, Van Pel MC, De Kock M. What is the normal
value of the neutrophil to lymphocite ratio?. BMC Res Notes. 2017;10:12
19. Balta S, Aparcı M, Ozturk C, Demirkol S, Celik T. Neutrophil- lymphocyte ratio as an
useful mortality marker. Am J Emerg Med. 2014;32(12):1546–7.