Anda di halaman 1dari 17

ASKEP GADAR 2

ASUHAN KEPERAWATAN TN.D DENGAN


DIAGNOSA CKB

DISUSUN OLEH :
Della Madeline Ester Amodi
711430117006

PRODI D-IV KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.D  DENGAN CIDERA KEPALA BERAT

Ruangan                      :  IGD


Tanggal masuk            : 2 Februari 2021
Tanggal pengkajian     : 2 Februari 2021
Dx                               : Cidera kepala berat (CKB)

A.    Pengkajian
         1.Identitas pasien
            Nama               : Ny M
Umur               : 24 tahun
Jenis kelamin   : Perempuan
Alamat             : Malalayang
 Penamggung jawab
            Nama               : Tn B
            Umur               : 50 tahun
            Jenis kelamin   : Laki-laki
            Hubungan dengan pasien : Ayah
Riwayat kesehatan
1.      Keluhan utama
Pasien datang ke RSUD Kandou Malalayang pada tanggal 2 Februari 2021,dengan
kecelakaan motor ,pasien mengalami penurunan  kesadaran. Terdapat hematome di kepala
dan krepitasi pada paha bagian kanan sepertiga medial dextra.

2.      Riwayat kesehatan sekarang


Pasien datang ke IGD dibawa oleh keluarganya pada jam 20 .30 WITA tanggal 2 Februari
2021.
Pasien tabrakan dengan kendaraan bermotor dengan penurunan kesadaran, terdapat
hematome pada kepaladan krepitasi pada paha bagian kanan sepertiga meial dextra dan wajah
hematome,keluar darah dari mulut ,telinga dan hidung,pasien sesak.

3.      Primary survey
a.       Airway      : terdapat sumbatan jalan nafas berupa darah dan lendir.
b.      Breathing  
Look   : adanya pengembangan dinding dada .frekuensi 32 /menit
Listen : terdengar suara nafas stidor.
Feel    :  terasa hembusan nafas ,terlihat otot bantu pernafasan
c.       Circulation  : Akral dingin,kulit pucat,terdapat perdarahan di
telinga,hidung,mulut, CRT  >  3 detik, akral dingin
d.      Disability :  GCS 7 (E2,M3,V2) dan kesadaran sopor.
4.      Secondary survey
Kesadaran             :     Sopor
Keadaan umum   :       Jelek
GCS                     :      7
TTV                      :     TD: 100/60 mmhg
                                 N   : 102 X/m
                                    P    : 32 X/m
                                    S     : 37.8 c

5.      Pemeriksaan fisik
a.  Kepala
Inspeksi : bentuk simetris ,rambut tampak kusam,terdapat hematome dibagian wajah
dan kepala
Palpasi  : tidak ada ketombe,benjolan ,terdapat nyeri  tekan pada bagian oksipital.
b.  Mata
Inspeksi : bentuk simetris,klien selalu memejamkan matanya karna mata terdapat
hematom, blue eyes dikedua mata.
Palpasi :  ada nyeri tekan dikedua mata.
c .Hidung
Inspeksi : bentuk simetris,tidak ada polip, keluar darah dari hidung
Palpasi : ada nyeri tekan.
d .Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, terdapat darah
Palpasi : ada nyeri tekan
e .Mulut
Inspeksi : keluarnya darah segar,dan lender
f .Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,getah bening dan vena    jugularis,
dicurigai adanya fraktur servikal.
g .Thorak
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, terdapat otot bantu pernapasan ,bentuk
dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan , dan tidak ada benjolan
Perkusi : resonan
Auskultasi : bunyi nafas stridor  ,frekuensi 32 x/menit,tidak ada wheezing dan ronhci
h .Jantung
Perkusi : mur-mur(-) ,gallop (-),bj1 dan bj2 normal
i . Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak terdapat jejas
Auskultasi : bissing usus normal(10 x/menit)
Palpasi : turgor kulit elastis, ada nyeri tekan.
Perkusi : timpani (redup pada organ)
j .Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter
k . Kulit
Turgor kulit elastis, warna kulit sama dengan warna kulit lainnya
l .Ekstremitas
Atas: reflek bisep dan trisep normal ,tidak ada kelainan,ada bekas luka ditangan kanan
,terpasang infus ditangan kanan,fleksi dan ekstensi(+)
Bawah : tidak ada kelainan,jari-jari  lengkap ,

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratoorium
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Haemoglobin 9,4
b.
2. Hematokrit 33
3 Leukosit 21.200
4 Trombosit 198000
Pemeriksaan CT- Scan
            Terdapat edema serebral pada daerah kepala

6.      Therapi pengobatan
IVFD RL 30 tts/m
Dexa metahson  3x1,injeksi  ampul (iv)
Citicolin 3x1 ampul,injeksi (iv)
Asam transamin  3x1 ampul,injeksi (iv)
Vit k 3x1 ampul ,injeksi (iv)
Keterolac 3x1  ampul, injeksi(iv)
Cefotaxime 2x1 gr,injeksi ST (-) / IV
Kateter polay
NGT
Suction

7. Analisa data
Nama  :  Ny M                                                 No registrasi    : 532350
Umur   : 24 tahun                                            Ruangan          : IGD
Y6
No Data senjang Etiologi Masalah
1. DO : Intra kranial Bersihan jalan
-suara nafas stridor ↓ napas tidak efektif
-terdapat sumbatan berupa darah Jaringan otak rusak
dan lendir ↓
-pasien terlihat sesak  frekuensi Edema cerebral
pernafasan 32 x / m ↓
Obstruksi jalan
DS : napas
-keluarga mengatakan pasien belum
sadar
Gangguan perfusi
2. D O: Aliran darah ke jaringan serebral 
-tingkat kesadaran sopor otak menurun
-GCS 7(E 2,M3,V2) ↓
-akral dingin Oksigen menurun
-CRT  > 3 detik ↓
- mengalami pendarahan Gangguan
DS: metabolism
-keluarga mengatakan pasien masih ↓
belum sadar Asam laktat

Edema otak

B. Diagnosa Keperawatan
            Nama   :           Ny M                                       No.Register     : 532350
            Umur   :           24 tahun                                  Ruangan          :IGD
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan edema otak.

C. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas (I.01011)
napas tidak tindakan keperawatan Observasi:
efektif selama 1x24 jam pola - Monitor pola napas (frekuensi,
(D.0001) nafas dapat efektif kedalaman, usaha napas)
dengan kriteria hasil : - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
- Produksi sputum Gurgling, mengi wheezing, romkhi
menurun kering)
- Gelisah menurun - Monitor sputum (jumlah, warna,
- Frekuensi napass aroma)
membaik Terapeutik:
- Pola napas - Pertahankan kepatenan jalan napas
membaik dengan head-tilt dan chin-lift
1.       - Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindiksi
- Ajarkan teknik batuk efektif

2. Perfusi Setelah dilakukan Manajemen syok (I.02048


jaringan tindakan keperawatan
Observasi:
selebral selama 1x24 jam perfusi
perifer tidak efektif - Monitor status kardiopilmonal ( frekuensi
dengan kriteria hasil : dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD)
- Warna kulit pucat
menurun - Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi)
- Kelemahan otot
- Monitor status cairan (masukan dan
menurun
haluaran, turgor kulit, CRT)
- Akral membaik
- Turgor kulit Terapeutik:
membaik
- Pertahankan jalan napas paten
- Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%

- Pasang kateter urine untuk menilai


produksi urine

- Pasang selang nasogastric untuk


dekompresi lambung

Kolaborasi:

- Kolaborasi pemberian dara, jika perlu


RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT DAN LUARAN CEDERA KEPALA

NEUTROPHYL LYMPHOCYTE RATIO AND THE OUTCOME OF


TRAUMATIC BRAIN INJURY
Merlin Kastilong , Irene Subrata I*, Gilbert Tangkudung **, Herlyani Khosama**
*

sinapsunsrat@gmail.com
*
Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis–1, Bagian Neurologi Universitas Sam
Ratulangi/ RSUP Prof.dr.R.D.Kandou Manado
**
Staf Bagian Neurologi Universitas Sam Ratulangi/ RSUP Prof.dr.R.D.Kandou Manado

ABSTRAK
Pendahuluan: Luaran cedera kepala dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
inflamasi. Rasio neutrofil limfosit (RNL) adalah salah satu penanda inflamasi yang mudah
dilakukan dan diaplikasikan, namun jarang diteliti. Tujuan: Mengetahui apakah terdapat
hubungan RNL dengan luaran cedera kepala. Metode: Penelitian potong lintang terhadap
pasien cedera kepala sedang–berat (CKS-B) yang dirawat di RSUP Prof. R.D Kandou bulan
November 2017–Februari 2018. Subjek dilakukan pemeriksaan laboratorium hitung jenis
leukosit dan dihitung RNL. Skala Luaran Glasgow (SLG) dinilai saat keluar rumah sakit dan
dibagi menjadi luaran buruk (SLG <4) dan baik (SLG ≥4). Analisis data menggunakan chi
square. Hasil: Terdapat 60 subjek penelitian, dengan proporsi terbanyak laki-laki (70%). Nilai
median RNL lebih tinggi pada luaran buruk (6,82) dibandingkan luaran baik (4,16). Nilai cut
off point RNL adalah 3,62. Subjek dengan RNL ≥3,62 memiliki luaran buruk dibandingkan
subjek dengan RNL <3,62 , secara statistik bermakna (p=0,04). Diskusi: Terdapat
perbedaan bermakna luaran pasien cedera kepala diihat dari RNL. Pasien dengan RNL
rendah memiliki luaran lebih baik dibandingkan pasien dengan RNL tinggi.

Kata Kunci: cedera kepala, luaran, RNL

ABSTRACT
Introduction : The outcome of traumatic brain injury (TBI) can be affected by several factors,
one of which is inflammation. Neutrophyl lymphocyte ratio (NLR) is an easy and applicable
inflammatory markers but rarely studied in TBI. Aims: Determining if there is difference in the
outcome of traumatic brain injury based on NLR. Methods : a cross sectional study of
moderate-severe TBI patients admitted at RSUP Prof. R.D Kandou from November 2017-
Februari 2018.The subjects were performed differential count and calculated NLR. Glasgow
Outcome Scale (GOS) at hospital discharge was assessed and classified as poor (GOS<4)
and good outcome (GOS ≥4). Data was analyzed using chi-square test. Results :there were
60 subjects with the largest proportion is male (70%. NLR median score was higher in the
poor outcome group (6.82) than in the good one (4.16). Cut off point of NLR was 3,62.
Subjects with RNL ≥3,62 had poor outcomes compared to subjects with RNL <3,62,
statistically significant (p=0.04). Discussion: There was a significant difference in TBI
outcome based on RNL. Patients with low RNL have better outcomes than patients with high
RNL.

Keyword :NLR, outcome, traumatic brain injury

PENDAHULUAN Prevalensi nasional cedera kepala menurut


Cedera kepala merupakan salah satu Riskesdas 2013 adalah 8,2%, meningkat
kasus penyebab kecacatan dan kematian 0,7% dibandingkan tahun 2007. Menurut
sebaran kelompok usia, cedera kepala lebih
yang cukup tinggi dalam neurologi.
banyak terjadi pada pasien dengan usia komponen pemeriksaan darah rutin.
produktif.1,2
Berbagai penelitian menunjukkan
Patogenesis cedera kepala
peningkatan neutrofil (neutrofilia) dan
mencakup cedera primer dan sekunder.
penurunan limfosit (limfositopenia) segera
Pada cedera primer terjadi kerusakan
setelah terjadi cedera jaringan, termasuk
jaringan otak langsung akibat trauma.
pada pasien cedera kepala. Peran penting
Cedera sekunder ditandai dengan aktivitas
dari netrofil dalam cedera iskemik– reperfusi
kaskade biokimia, seluler, dan molekular
dikemukakan oleh beberapa studi yang
yang sekali teraktivasi, mengeksaserbasi
menunjukkan hubungan erat antara
homeostasis yang telah berubah akibat
akumulasi neutrofil dan cedera jaringan.9,10
cedera parenkim otak. 3,4,5
Neutrofil merupakan jenis sel
Inflamasi merupakan bagian
yang berespons pertama setelah cedera
penting dalam patofisiologi cedera otak
jaringan. Neutrofil sering dipandang
traumatik. Peran utama dalam proses ini
sebagai sel proinflamasi dan dengan cepat
adalah sejumlah mediator imun yang
direkruit di sistem saraf pusat setelah
dilepaskan dalam beberapa menit setelah
cedera otak traumatik dan memasuki
cedera primer. Mediator – mediator
pembuluh darah meningeal dan pleksus
tersebut menjadi awal dari peristiwa
koroid. Neutrofil tidak selalu bersifat
berikutnya, termasuk ekspresi molekul
neuroprotektif dan memiliki kemampuan
adhesi, infiltrasi seluler, dan sekresi
untuk merusak sawar darah otak dengan
molekul inflamasi dan faktor – faktor
melepaskan metaloproteinase, protease,
pertumbuhan, yang menyebabkan
TNF α, dan reactive oxygen species
regenerasi atau kematian sel.6,7,8
(ROS). Neutrofil menyebabkan kematian
Peningkatan jumlah leukosit dan
sel neuron dengan menggunakan mediator
neutrofil biasanya dianggap sebagai
yang sama dengan yang merusak sawar
indikator nonspesifik pada infeksi,
darah otak. Dalam 24 jam setelah cedera
inflamasi, nekrosis jaringan, perdarahan
otak , jumlah neutrofil yang beredar di
atau kondisi stress. Hubungan antara
sirkulasi sangat meningkat, dibandingkan
penyakit sistem saraf pusat dan jumlah
kelompok kontrol yang tidak cedera
leukosit sudah lama diamati sejak tahun
Monosit juga meningkat tapi hanya
1896. Salah satu penanda inflamasi yang
sedikit.9,11
dapat digunakan adalah rasio neutrofil
Peran sel limfosit T pada
terhadap limfosit (RNL). Kadar neutrofil
patogenesis cedera otak traumatik masih
dan limfosit didapat dari hitung jenis
tidak jelas. Setelah cedera otak, sel T yang
leukosit yang merupakan salah satu
teraktivasi direkruit di tempat lesi dan nilai RNL
pelepasan ROS dapat memfasilitasi
rekruitmen ini dengan mengaktivasi sawar METODE PENELITIAN
endotel. Penelitian pada tikus percobaan, Penelitian ini merupakan suatu penelitian
menunjukkan bahwa sel T tidak potong lintang pada penderita cedera
memainkan peran dalam patogenesis kepala sedang-berat yang dirawat di
cedera otak traumatik tahap awal (1 RSUP Prof. Dr. R.D Kandou mulai bulan
minggu pertama).9,11 November 2017 sampai Februari 2018.
Penelitian terhadap rasio neutrofil Kriteria inklusi dalam penelitian ini
limfosit sebagai prediktor pada pasien meliputi: pasien dengan cedera kepala
dengan cedera kepala masih kurang. sedang (CKS) dan berat (CKB)
Penelitian yang dilakukan oleh Chen dkk12, berdasarkan kriteria Skala Koma Glasgow
menunjukkan bahwa rasio neutrofil (SKG) dan gejala klnis. Diagnosis CKS
limfosit dapat menjadi prediktor yang bila memenuhi kriteria Skala Koma
berguna terhadap luaran pasien cedera Glasgow (SKG) 9-13, pingsan lebih dari
kepala setelah 1 tahun dan mortalitas.12 10 menit tapi kurang dari 6 jam, terdapat
Skala Luaran Glasgow (SLG) defisit neurologis, Computed Tomography
pertama kali dijelaskan oleh Jennet and (CT) scan kepala abnormal. Diagnosis
Bond di tahun 1975. Penelitian oleh CKB bila memenuhi kriteria Skala Koma
Rosmary dkk13 menunjukkan bahwa GOS Glasgow (SKG) 3-8, pingsan lebih dari 6
hospital discharge (GOS-HD) bisa jam, terdapat defisit neurologis, Computed
menjadi indikator prognosis pasien dengan Tomography (CT) scan kepala abnormal,
cedera kepala.13 usia 14-60 tahun dan bersedia untuk ikut
Dasar penelitian ini dilakukan dalam penelitian. Kriteria eksklusi dalam
karena rasio neutrofil-limfosit mudah penelitian ini meliputi usia <14 tahun atau
dilakukan dan diaplikasikan, namun lebih dari 60 tahun, memiliki riwayat
penelitian rasio neutrofil-limfosit terhadap cedera kepala, infeksi otak, tumor otak
luaran pasien cedera kepala masih jarang stroke atau penyakit sistemik lain
diteliti. sebelumnya, memiliki riwayat
penggunaan antiplatelet atau antikoagulan,
memiliki riwayat penggunaan steroid, dan
TUJUAN
pasien yang pulang atas permintaan
Penelitian ini bertujuan untuk
sendiri.
mengetahui apakah terdapat perbedaan
Sampel penelitian diambil dari pasien
luaran pasien cedera kepala dilihat dari
cedera kepala sedang dan berat yang
digunakan uji chi square test, tingkat
dirawat di RSUP Prof. R.D Kandou,
kemaknaan dinyatakan dengan p dan
dilakukan pemeriksaan hitung jenis
interval kepercayaan (IK) 95%. Nilai cut
leukosit di laboratorium. Subjek dilakukan
off point RNL ditentukan berdasarkan
follow up penilaian skor SLG saat keluar
nilai batas atas normal RNL yaitu 3,62.18
dari rumah sakit. Skor SLG ditentukan
sebagai nilai 1=meninggal, 2= persisten
HASIL PENELITIAN
vegetative state, 3= disabilitas berat, 4=
Karakteristik umum subjek penelitian
disabilitas moderat, 5= good recovery.
Sebanyak 60 subjek diikutsertakan dalam
Skor GOS kemudian dibagi menjadi dua,
penelitian ini yang dibagi menjadi 28
luaran buruk(SLG 1-3) dan luaran baik
kasus cedera kepala berat (46,67%) dan 32
(SLG 4-5).
kasus cedera kepala sedang (53,33%), di
Variabel tergantung penelitian ini
mana sebanyak 42 orang (70%) berjenis
adalah luaran perawatan cedera kepala
kelamin pria dan 18 orang (30%) berjenis
berdasarkan nilai SLG di atas saat pasien
kelamin wanita. Median umur pada
keluar dari rumah sakit. Variabel bebas
penelitian ini adalah 26,5 tahun dengan
penelitian adalah rasio neutrofil limfosit
rentang usia 15-60 tahun. Karakteristik
(RNL).
subjek penelitian meliputi usia, jenis
Analisis statistik menggunakan
kelamin, klasifikasi cedera kepala, GCS,
komputer dengan perangkat lunak SPSS
jumlah leukosit, neutrophil, limfosit, rasio
versi 23.00. Analisis deskriptif digunakan
neutrophil limfosit dan SLG saat keluar
untuk melihat gambaran karakteristik usia,
rumah sakit disajikan pada table 1.
jenis kelamin, klasifikasi cedera kepala,
SKG, kadar leukosit, kadar neutrofil,
limfosit, RNL dan SLG. Untuk
mengetahui hubungan RNL dengan luaran
pasien cedera kepala sedang dan berat

Tabel 1. Karakteristik Umum Subjek Berat 28(46,67)


Penelitian Sedang 32(53,3)
Karakteristik n(%)
Umur 26.5 (15-60)** SKG masuk 10(3,86)*
Jenis Kelamin Leukosit 15070(5721,83)*
Pria 42 (70) Neutrofil 71,5(11,24)*
Wanita 18 (30) Limfosit 15(7,62)*
Cedera Kepala
RNL 4,72(1,1- luaran buruk dengan RNL ≥3,62 sebanyak
11,71)**
SLG 23 orang (50%) dan 13 orang (92,9%)
RNL ≥3,62 46(76,67) dengan RNL <3,62. Pada kelompok luaran
RNL <3,62 14(23,33) baik sebanyak 1 orang (7,1%) memiliki

* mean (SD); ** median (min-max) RNL ≥3,62 dan 23 (50%) memiliki RNL
<3,62. Uji chi square mendapatkan

SKG: Skala Koma Glasgow; SLG: Skala hubungan yang bermakna (p=0.004; IK

Luaran Glasgow; RNL: Rasio Neutrofil 95% 1,04-47,30 (tabel 2).

Limfosit
Tabel 2 Analisis bivariat kadar RNL

Analisis hubungan RNL dengan luaran dengan luaran pasien cedera kepala

cedera kepala Luaran Perawatan p IK95


%
Pasien dengan cedera kepala sebanyak 60 Baik Buruk

orang, dari jumlah tersebut 24 orang RNL


*
( 40%) dengan luaran buruk dan 36 orang <3,62 13 1(7,1%) 0,00 1,04-
(60%) dengan luaran baik. Jika melihat (92,9%) 4 47,30
≥3,62 23(50% 23(50%
RNL dari keseluruhan subjek penelitian ) )
Total 36 24(40%
sebanyak 46 orang (76,67%) memiliki (60%) )
RNL ≥3,62 dan 14 orang (23,33%)
dengan RNL <3,62. Pada kelompok PEMBAHASAN
Penelitian ini melibatkan 60 subjek yang
memenuhi kriteria inklusi untuk dijadikan
sampel penelitian. Sebanyak 24 subjek
CKS-B mengalami luaran buruk (40%)
dan 36 subjek mengalami luaran baik
selama perawatan (60%). Khusus untuk
kasus CKB didapatkan 64,3% luaran
buruk dan 35,7% luaran baik. Hasil ini
lebih rendah dibandingkan penelitian yang
dilakukan oleh Chen dkk (2017)12 terhadap
pasien CKB yaitu 73.8% subjek memiliki
luaran buruk dan 26.2% subjek memiliki

luaran baik. Begitu juga halnya dengan karakteristik usia subjek penelitian pada
penelitian ini didapatkan median 23.5
ventrikel dapat memainkan peran terhadap
dengan rentang usia (16-60) tahun untuk
peningkatan jumlah leukosit pada kasus
luaran buruk dan 26.5 tahun dengan
cedera kepala.15
rentang usia (15-60) tahun untuk luaran
Pada cedera kepala dapat terjadi
baik.Untuk jenis kelamin, pada penelitian
peningkatan leukosit darah. Leukositosis
ini didapatkan subjek penelitian pria :
secara bermakna memprengaruhi derajat
wanita adalah 2.33 : 1 (70% : 30%). Hal
keparahan dan luaran cedera kepala.
ini disebabkan karena umumnya laki-laki
Penelitian Gürkanlar16 menunjukkan
dan usia dewasa muda memiliki mobilitas
leukositosis akan memberikan nilai
yang lebih tinggi.14
prediktif terhadap luaran cedera kepala.
Penelitian ini menekankan pada
Penelitian ini mendapatkan rerata kadar
aspek inflamasi yang terjadi pada cedera
leukosit pada kelompok luaran buruk
kepala. Peningkatan jumlah leukosit dan
sebesar 15868,75  6012,42/μL lebih
neutrofil dianggap sebagai indikator non
tinggi dibandingkan luaran baik sebesar
spesifik pada infeksi, inflamasi, nekrosis
14537,5  5540,23/μL. Hasil tersebut
jaringan, perdarahan atau kondisi stress.
hampir sama dengan penelitian yang
Hubungan antara penyakit sistem saraf
dilakukan oleh Rovlias dkk15 yang
pusat dan jumlah leukosit sudah lama
mendapatkan nilai rerata leukosit sebesar
diamati sejak tahun 1896.9,10 Setelah
15986,36646.74 pada luaran buruk dan
cedera kepala, hormon katabolik dan level
14524.02362.19 pada luaran baik.15
sitokin meningkat. Katekolamin
Neutrofilia dan limfositopenia
meningkatkan pelepasan jumlah leukosit.
yang terjadi sebagai respon inflamasi akut
Kortikosteroid meningkatkan jumlah
menjadi dasar pengukuran rasio neutrofil
neutrofil dengan melepaskan sel–sel dari
dengan limfosit yang dikenal sebagai
pool penyimpanan dalam sum – sum
RNL. Neutrofilia sebagai respon inflamasi
tulang ke dalam darah. Setelah cedera
diakibatkan oleh demarginasi neutrofil,
kepala terjadi fase respons akut yang
apoptosis yang melambat, dan stimulasi
diperantarai oleh peningkatan kadar
sel punca oleh faktor pertumbuhan.
sitokin seperti interleukin dan TNF-.
Limfositopenia pada respon inflamasi
Pelepasan interleukin dan peningkatan
merupakan indikator terjadinya penurunan
aktivitas mereka di plasma dan cairan
imunitas seluler. Mekanisme yang terlibat
meliputi marginasi dan redistribusi

limfosit pada sistem limfatik, serta peningkatan apoptosis. Neutrofilia dan


limfositopenia terjadi dalam 4-8 jam sejak
square mendapatkan hubungan yang
terjadinya cedera, kemudian menetap
bermakna antara nilai RNL dan luaran
selama 2-7 hari, tergantung beratnya
cedera kepala (p=0.004; IK 95% 1,04-47.
derajat cedera.17 Penelitian pada 413
Pada penelitian ini nilai cut off point RNL
18
subjek oleh Patrice dkk didapatkan nilai
lebih rendah dibandingkan oleh Chen dkk
rerata RNL normal adalah 1.65±1.96.18
(2017)12 yang mendapatkan nilai cut off
Nilai cut off point RNL pada penelitian ini
point RNL sebesar 13,05 dengan
adalah 3,62.
sensitivitas 80,1% dan spesifisitas 72,5%.
Terdapat bukti yang menunjukkan
Perbedaan hasil ini mungkin disebabkan
bahwa RNL merupakan prediktor
oleh beberapa hal. Pertama adanya
signifikan terhadap morbiditas dan
perbedaan kriteria inklusi, dimana
mortalitas. Rasio neutrofil-limfosit (RNL)
penelitian Chen dkk12 hanya melibatkan
merupakan biomarker yang memberikan
cedera kepala berat sebagai subjek. Kedua,
informasi penting tentang aktivitas
penelitian ini membandingkan RNL dan
inflamasi dan menjadi indikator prognosis
GOS saat subjek keluar RS (GOS hospital
pada pasien dengan stroke iskemik, stroke
discharge, GOS-HD) sedangkan
hemorargik, tumor glial, status epileptikus
penelitian Chen dkk12 membandingkan
konvulsif. Penelitian untuk mengetahui
RNL dan GOS 1 tahun. Ketiga,
apakah RNL dapat memprediksi luaran
pengambilan sampel darah hitung jenis
pasien dengan cedera kepala masih
leukosit pada penelitian ini tidak diambil
19
terbatas.
saat pasien pertama kali datang ke IGD
Dari keseluruhan subjek penelitian
dengan batasan onset 6 jam sebagaimana
sebanyak 46 orang (76,67%) memiliki
yang dilakukan penelitian Chen dkk12.
RNL ≥3,62 dan 14 orang (23,33%)
Pengambilan sampel laboratorium hitung
memiliki RNL <3,62. Pada kelompok
jenis leukosit pada penelitian ini adalah
luaran buruk dengan RNL ≥3,62 sebanyak
selama subjek dirawat di rumah sakit
23 orang (50%) dan 13 orang (92,9%)
dengan rata – rata pengambilan darah 48-
dengan RNL <3,62. Pada kelompok luaran
72 jam sejak onset.
baik sebanyak 1 orang (7,1%) memiliki
Nilai RNL yang diambil dari
RNL ≥3,62 dan 23 (50%) memiliki RNL
pemeriksaan laboratorium hitung jenis
<3,62. Analisis statistik dengan uji chi
leukosit merupakan suatu pemeriksaan
laboratorium rutin, mudah didapat dan
dihitung, serta biayanya relatif murah.

Pemeriksaan RNL juga merupakan pemeriksaan yang obyektif untuk


memprediksi luaran CKS-B dibandingkan
Journal of Medical Science.
pemeriksaan GCS sebagai prediktor luaran
2009;1:368-379.
yang sudah biasa digunakan untuk
3. Wahjoepramono E. Cedera kepala.
memprediksi luaran CKS-B. Mengetahui
Jakarta: FK Universita Pelita
nilai RNL secara dini dapat menjadi
Harapan; 2005.
indikator bagi dokter untuk memberikan
4. Kelso ML. Gelman H. Bridge
perawatan intensif pasien cedera kepala.
between neuroimmunity and
Beberapa keterbatasan pada
traumatic brain injury.Curr Pharm
penelitian ini adalah jumlah subjek yang
Des. 2014;20(26):4284–4298.
sedikit dan hanya memasukkan CKS-B
5. Corps KN, Roth TL, McGavern DB.
sebagai subjek penelitian sehingga nilai
Inflammation and neuroprotection in
prognostik RNL untuk seluruh kasus
traumatic brain injury. JAMA Neurol.
cedera kepala belum didapatkan. Waktu
2015;72(3):355-362.
pengambilan sampel darah sebaiknya
6. Baum J, Entezami P, Shah K,
dilakukan pada saat yang sama.
Medhkour A. Predictors of outcome
in traumatic brain injury. World
KESIMPULAN Neurosurg. 2016;90:525-529.
Terdapat perbedaan bermakna luaran
7. Gyoneva S, Ransohoff RM.
pasien cedera kepala dilihat dari RNL.
Inflammatory reaction after traumatic
Pasien dengan RNL rendah memiliki
brain injury: Therapeutic potential of
luaran lebih baik dibandingkan pasien
targeting cell-cell communication by
dengan RNL tinggi. chemokines. Trends Pharmacol Sci.
2015;36(7):471–480.
DAFTAR PUSTAKA
8. Tangkudung G, Sampoerna JM,
1. Ramli, Y, Zairinal RA. Buku ajar Khosama H. Hubungan jumlah
neurologi. Jakarta: Departemen leukosit dengan gangguan fungsi
Neurologi FK UI-RSCM; 2017. eksekutif pada cedera kepala ringan –
2. Adhimarta, W, Islam A. sedang. Neurona. 2016;33:164-170
Inflammation process and 9. Hazeldine J, Lord JM, Belli
glukoneogenesis process at severe A.Traumatic brain injury and
head Injury, Jakarta: The Indonesian peripheral immune suppression :
primer and prospectus. Frontiers in
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 2 (2018), hlm. 20-28

Neurology. 2015;6:1-17
10. Paladino L, Subramanian RA, Bonilla E, Sinert RH. Leukocytosis as prognostic indicator of
major injury. Western J Emergency Med. 2010;11(5):450-5
11. Liao Y, Liu P, Guo F, Zhang ZY, Zhang Z. Oxidative burst of circulating neutrophils
following traumatic brain injury in human. Plos One. 2013; 8:1-12
12. Chen W, Yang J, Li Bingbing, Peng G, Li Tianfei, Wang S. Neutrophil to lymphocyte ratio as
a novel predictor of outcome in patients with severe traumatic brain injury. J Head Trauma
Rehabil. 2017;1-7
13. Leitgeb J, Mauritz W, Brazinova A, Majdan M, Janciak I, Wilbacher I, et al. Glasgow Coma
Scale score at intensive care unit discharge predicts the 1-year outcome of patients with severe
traumatic brain injury. Eur J Trauma Emerg Surg. 2013 Jun;39(3):285–92.
14. Langlois JA, Brown BR, Wald MM. The epidemiology and impact of traumatic brain injury:
A Brief Overview. J Head Trauma Rehabil. 2006;21(5):375–8
15. Rovlias A, Kotsou S. The blood leukocyte count and its prognostic significance in severe head
injury. Surg Neurol. 2001;55:190 – 6
16. Gürkanlar D, Lakadamyali SKG, Ergun T, Yilmaz C, Yücel E, Altinörs
N. Predictive value of leucocytosis in head trauma. Turkish Neurosurgery. 2009;19(3):211-5
17. Zahorec R. Ratio of neutrophil to lymphocyte counts rapid and simple parameter of
systemic inflammation and stress in critically ill. Bratisl Lek Listy. 2001; 102(1): 5-14
18. Forget P, Khalifa C, Defour JP, Latinne D, Van Pel MC, De Kock M. What is the normal
value of the neutrophil to lymphocite ratio?. BMC Res Notes. 2017;10:12
19. Balta S, Aparcı M, Ozturk C, Demirkol S, Celik T. Neutrophil- lymphocyte ratio as an
useful mortality marker. Am J Emerg Med. 2014;32(12):1546–7.

Anda mungkin juga menyukai