Anda di halaman 1dari 11

JMK, VOL. 15, NO. 2, SEPTEMBER 2013, 179-190 DOI: 10.9744/jmk.15.2.

179-190
ISSN 1411-1438

PERBANDINGAN BRAND EQUITY PRODUK SHAMPOO MEREK


SUNSILK DENGAN MEREK PANTENE

Ida Ayu Raras Aristyani


Ni Nyoman Kerti Yasa
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Udayana
Email: manrai_kerti@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perbedaaan brand equity beserta elemen-elemennya
antara produk shampoo merek Sunsilk dengan Merek Pantene. Teknik analisis data yang digunakan adalah
uji beda mean dengan sampel berpasangan. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa tidak terdapat
perbedaan ekuitas merek antara shampoo Sunsilk dengan Pantene. Dari empat dimensi ekuitas merek, hanya
satu yang berbeda, yaitu brand perceiverd quality. Oleh karena itu, ke depan shampoo merek Sunsilk harus
lebih fokus kepada peningkatan kualitas produknya dengan cara inovasi dalam aroma, kandungan bahan, dan
mutu keseluruhan sehingga mampu selalu berada pada posisi top brand bersama-sama merek Pantene.

Kata kunci: Ekuitas Merek, Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Persepsi Kualitas Merek, Loyalitas Merek.

Abstract

The objectives of the study were to know the difference in brand equity and its elements between
shampoo products with brand Sunsilk and Pantene. The data analysis technique used was the mean
difference test with paired samples. Based on the results of the study, it was found that there is no difference
between brand equity Sunsilk with Pantene. the four dimensions of brand equity, just a different one, namely
brand perceived quality. Therefore the next shampoo brand Sunsilk should be more focus on the
improvement of the quality of its products by way of innovation in flavor, ingredients, and overall quality so
as to always be in the top brand position together Pantene.

Keywords: Brand Equity, Brand Awareness, Brand Association, Brand Perceived Quality, Brand Loyalty.

PENDAHULUAN Resdianto (2007) yang menyatakan bahwa merek


(brand) adalah salah satu aspek dari kekuatan dan
Dalam era globalisasi ini, persaingan begitu keunggulan perusahaan dalam persaingan global.
ketat karena banyak produk sejenis yang beredar di Merek yang sukses memberikan keuntungan
pasaran. Karena itu arti sebuah merek (brand) kompetitif yang sangat penting untuk keberhasilan
menjadi sangat penting. Untuk bertahan di pasaran perusahaan (Fayrene & Lee, 2011). Dengan
diperlukan sebuah merek (brand) yang akan demikian, merek (brand) saat ini tak hanya sekedar
menciptakan nilai tambah atas suatu produk. Darwing identitas suatu produk saja dan hanya sebagai
& Wijoyo (2004) mengemukakan merek (brand) pembeda dari produk pesaing, melainkan lebih dari
adalah nama dan identitas utama suatu produk atau itu, merek (brand) memiliki ikatan emosional
jasa badan usaha, sehingga dapat dibedakan dari istimewa yang tercipta antara konsumen dengan
produk atau jasa sejenis yang ditawarkan oleh produsen. Pesaing bisa saja menawarkan produk yang
pesaing. Menurut Kartajaya (2004) merek (brand) mirip, tapi tidak mungkin menawarkan janji
merupakan nilai utama pemasaran. Semakin kuat emosional yang sama. Pernyataan ini sesuai dengan
merek produsen di pasar, maka semakin eksis pula penelitian yang dilakukan oleh Daulay (2006) dan
merek tersebut, terutama dalam hal mendominasi Kartono (2007).
kesadaran konsumen sehingga akan mengarahkan Merek yang baik dapat disebut memiliki ekuitas
konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut. merek yang kuat. Menurut Durianto dkk. (2004)
Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian yang ekuitas merek (brand equity) merupakan aset yang
dilakukan oleh Mourad et al. (2011). Santoso & dapat memberikan nilai tersendiri di mata pelanggan.

179
180 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.15, NO. 2, SEPTEMBER 2013: 179-190

Apabila brand equity-nya tinggi, maka nilai tambah memilih produk tersebut. Sehingga peluang merek
yang diperoleh konsumen dari produk tersebut akan suatu perusahaan untuk dipilih konsumen akan
semakin tinggi pula dibandingkan merek-merek semakin besar seiring keyakinan konsumen terhadap
produk lainnya. Pernyataan ini didukung oleh merek tersebut.
penelitian yang dilakukan oleh Delgado-Ballester & Salah satu produk yang menggunakan merek
Munuera-Alemán (2004). Laboy (2007) mengemuka- adalah produk shampoo. Shampoo adalah sejenis
kan bahwa merek dengan ekuitas yang tinggi akan cairan, seperti sabun, yang berfungsi untuk me-
dapat memaksimalisasi dan meningkatkan aliran kas ningkatkan tegangan permukaan kulit (umumnya
secara konstan. Jadi, ekuitas merek telah menjadi kulit kepala) sehingga dapat meluruhkan kotoran.
fokus yang semakin penting untuk perusahaan Kegiatan membersihkan kulit kepala dan rambut ini
(Schumann, 2004; Gupta & Verma, 2008) serta disebut keramas. Pada saat keramas, individu di-
menjadi isu penting dalam desain dan pengembangan anggap melakukan perawatan dengan mencuci
perusahaan (Smith, 2007). Penelitian yang berkaitan rambut dan kulit kepala agar bersih dari minyak,
dengan ekuitas merek (brand equity) sudah banyak debu, serpihan kulit dan kotoran lain yang menempel
dilakukan oleh Wood (2000), Pappu & Quester dirambut seiring aktivitas yang dilakukannya. Seiring
(2008), Cuomo et al. (2009), Davis et al. (2009), perkembangan jaman, produk shampoo kian ber-
Bodet & Chanavat (2010), Kimpakorn & Tocquer variatif. Ini semua dikarenakan permintaan konsumen
(2010), Rajat & Chau (2011), Mourad et al. (2011), akan jenis shampoo kian beragam, karena masalah
Sanyal & Datta (2011), dan Pinar et al. (2012), serta rambut yang dimiliki tiap individu itu berbeda.
Wang & Li (2012). Wanita cenderung lebih memperhatikan penam-
Kartajaya (2004) menyatakan bahwa produk- pilan, sehingga sangat memperhatikan penampilan
produk dengan keterlibatan rendah (low involvement) rambutnya. Menyadari hal tersebut, banyak industri
memiliki ekuitas merek yang rendah karena shampoo saling berlomba untuk memenuhi ke-
banyaknya varian dan barang substitusi yang muncul butuhan dan keinginan para konsumennya dengan
di pasaran. Oleh sebab itu, dibutuhkan upaya-upaya menghasilkan produk shampoo yang dibutuhkan dan
dari produsen dengan produk keterlibatan rendah itu
diinginkan bagi rambut konsumen (Santoso, 2010).
untuk dapat mempertahankan eksistensi mereknya di
Shampoo merupakan produk yang termasuk dalam
pasaran. Menurut Quarles (2009) merek dengan
kategori barang yang tidak tahan lama (non-durable
ekuitas merek yang kuat dapat mempertahankan
goods), sehingga produsen harus melakukan strategi
pangsa pasar, menarik investor serta menangkis
pemasaran tertentu untuk meningkatkan preferensi
datangnya pesaing baru. Fenomena yang hampir
merek agar tercapai loyalitas merek pada konsumen.
mirip juga sudah pernah diteliti oleh Smith (2007).
Kekuatan merek terhadap keputusan pembelian Hal ini sesuai dengan pernyataan Kotler (2007)
konsumen mendorong lembaga-lembaga riset me- mengenai barang yang tidak tahan lama (non-durable
lakukan penelitian secara berkesinambungan untuk goods), yaitu barang berwujud yang biasanya dikon-
mencari dan memilih merek-merek terbaik pada sumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan,
berbagai kategori untuk memperoleh penghargaan sedangkan bila dikelompokkan menurut kebiasaan
(award). Di Indonesia, beberapa lembaga riset yang belanja konsumen, shampoo termasuk ke dalam
berkompeten untuk hal ini diantaranya Frontier untuk kelompok barang convinience. Barang convinience
Indonesia Customer Satisfactions Award (ICSA), adalah barang–barang yang biasanya sering dibeli
MARS untuk Indonesia Best Brand Award (IBBA), konsumen, segera dan dengan usaha yang minimum.
MarkPlus untuk Superbrand, Onbee Marketing Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Marthin
Research untuk Word of Mouth Marketing (WOMM) & Semuel (2007), produk shampoo dengan merek
Award, majalah Marketing yang bekerja sama dengan tertentu akan mempunyai konsumen dengan loyalitas
Frontier Consulting Grup untuk Top Brand Award, tinggi bila terdapat kecocokan antara kualitas
dan lain sebagainya. Penghargaan-penghargaan ter- shampoo dengan karakteristik rambut yang dimiliki
sebut merupakan kebanggaan bagi merek yang oleh konsumen. Konsumen shampoo yang loyal tidak
terpilih sebagai merek terbaik dan keberhasilan itu akan bersedia ganti merek shampoo yang lain, karena
dapat dijadikan indikator keberhasilan dan prestasi shampoo dengan merek tersebut mampu memberikan
sebuah merek di pasar. Jadi, penghargaan ini merupa- hasil rambut seperti yang diharapkan. Selain itu, juga
kan wujud pengakuan dari konsumen terhadap dinyatakan bahwa bila seorang konsumen telah loyal
sebuah merek. Eugenia (2011) menyatakan bahwa kepada suatu merek, maka mereka tidak akan dengan
logo Top Brand yang terpasang di kemasan mem- mudah berpindah ke merek lain, apapun yang terjadi
berikan pengaruh yang besar kepada konsumen untuk dengan merek tersebut.
Aristyani: Perbandingan Brand Equity Produk Shampoo 181

Persaingan merek di Indonesia bisa dikatakan nya (toiletries product), seperti shampoo, dan pada
sangat ketat, begitu juga dengan produk shampoo. tahun 2010 kedua perusahaan ini meraih predikat
Hal ini dikarenakan terdapat banyaknya merek yang sama-sama sebagai perusahaan yang mencapai top
beredar di pasaran, tetapi hanya beberapa merek saja brand.
yang termasuk dalam kategori Top Brand. Top Brand Sunsilk dan Pantene adalah merek shampoo
mampu memberikan ukuran kesuksesan sebuah yang sudah dipercaya oleh sebagian besar masyarakat
merek di pasar melalui tiga pengukuran dimensi, Indonesia. Di Bali khususnya di kota Denpasar
yaitu mind share (top of mind), market share (last shampoo ini pun sangat diminati dan sudah memiliki
usage), dan commitment share (future intention). Top positioning yang kuat dibenak konsumen. Dilihat dari
Brand Index diformulasikan berdasarkan tiga variabel hasil survey dari Top Brand 2009 hingga 2012, kedua
tersebut, dapat dikatakan ketiga variabel ini mampu merek shampoo ini memperoleh Top Brand Index
memberikan gambaran tentang kondisi merek di yang tinggi dibandingkan dengan pesaing-pesaing
pasar. Variabel pertama yaitu mind share, meng- produk shampoo merek lainya. Pada tahun 2009 Top
indikasikan kekuatan merek di benak konsumen. Brand Index Clear mengalahkan Top Brand Index
Market share menunjukkan kekuatan merek di pasar Pantene, namun ditahun-tahun berikutnya Top Brand
dalam hal perilaku pembelian aktual konsumen. Index Pantene terus mengalami peningkatan.
Variabel ketiga, yaitu commitment share meng- Persaingan yang ketat antara Pantene dan Sunsilk
indikasikan kekuatan merek dalam mendorong terlihat jelas dari perolehan Top Brand Index tersebut.
konsumen untuk membeli merek tersebut di masa Baik Sunsilk maupun Pantene sama-sama gencar
yang akan datang (Frontier Consulting Group, 2011). mengiklankan produknya di televisi. Keduanya tak
Kota Denpasar merupakan pasar yang potensial mau kalah dalam „perang‟ iklan agar produknya
bagi perusahaan shampoo atau distributornya dalam menjadi top of mind di benak konsumen dan menjadi
memasarkan produk. Hal ini mengingat kota produk yang paling dikenal dipasar shampoo. Kedua
Denpasar sebagai pusat perekonomian Provinsi Bali. produk tersebut menggunakan endoser iklan yang
Tiap individu pasti sangat membutuhkan shampoo dikenal dan dianggap berpengaruh di masyarakat,
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan kebersih- yaitu Titi Kamal untuk Sunsilk dan Anggun C. Sasmi
annya. Pada saat ini kebersihan adalah hal yang untuk Pantene, yang diharapkan dapat mempertegas
sangat penting untuk menjaga kesehatan. Semua asosiasi mereknya. Pemilihan endorser ini adalah
kalangan masyarakat, baik yang dalam kategori salah satu strategi yang dapat digunakan bagi para
ekonomi lemah hingga kategori ekonomi kuat, pasti pemasar agar produknya mendapat perhatian di
menggunakan shampoo untuk membersihkan masyarakat. Heruwati (2010) menyatakan celebrity
rambutnya. Kebutuhan konsumen akan shampoo endorser yang dianggap sebagai panutan bagi
merupakan kebutuhan yang tinggi. Saat sekarang ini konsumen, mungkin lebih cenderung untuk men-
jarang ditemui individu yang masih menggunakan air dorong kepercayaan dan dipercaya bagi konsumen,
jerami, perasan daun mangkok serta santan untuk sehingga menjadi lebih mampu mempengaruhi niat
mencuci rambutnya, hal ini dikarenakan sudah pembelian, sikap dan perilaku konsumen. Berdasar-
banyak produk shampoo yang tentunya lebih praktis, kan latar belakang yang telah dipaparkan, maka yang
serta dapat merawat rambut dengan hasil yang lebih menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah
baik. apakah brand equity samphoo merek Sunsilk berbeda
Sesuai dengan hasil survey Top Brand yang dengan Pantene. Tujuan yang hendak dicapai dalam
dilakukan oleh Frontier Consulting Group dan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
Majalah Marketing beberapa produk shampoo yang brand equity (ekuitas merek) produk shampoo merek
bersaing di pasaran saat ini diantaranya Sunsilk, Sunsilk dengan Pantene (studi pada konsumen di kota
Pantene, Clear, Lifebouy, Rejoice, Dove, Zinc, Denpasar).
Emeron dan Head & Shoulders. PT Unilever
Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Procter & Gamble LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
Home Products Indonesia (P&G) menguasai 90
persen pasar shampoo Indonesia, menurut data Ekuitas merek (brand equity)
berbagai sumber yang dikompilasi Departemen Riset
IFT. Pangsa pasar Unilever Indonesia mencapai 50 Ekuitas merek menurut Kotler & Amstrong
persen sementara pangsa pasar P&G Indonesia (2008) adalah nilai dari suatu merek, menurut sejauh
sebesar 40 persen (Monalisa & Fitra, 2011). Kedua mana merek itu mempunyai loyalitas merek yang
perusahaan ini merupakan perusahaan besar, yang tinggi, kesadaran nama, kualitas yang diterima,
sama-sama menawarkan produk perawatan pribadi- asosiasi merek yang kuat, serta aset lain seperti paten,
182 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.15, NO. 2, SEPTEMBER 2013: 179-190

merek dagang dan hubungan saluran. Keller (2005) 3) Brand Perceived quality atau persepsi kualitas
mendefinisikan ekuitas merek sebagai nilai yang merupakan persepsi konsumen terhadap kinerja
secara langsung ataupun tidak langsung dimiliki oleh kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa
merek. Durianto dkk. (2004) mendefinisikan ekuitas yang dibandingkan dengan harapan konsumen
merek sebagai seperangkat aset dan liabilitas merek dalam mengkonsumsi produk atau jasa tersebut.
yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol yang 4) Brand loyalty atau loyalitas merek merupakan
mampu menambah atau mengurangi nilai yang keterikatan atau kesetiaan konsumen dalam
diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada mengkonsumsi suatu merek produk atau jasa
perusahaan maupun pada pelanggan. Brand Equity tertentu.
sangat berkaitan dengan seberapa banyak pelanggan 5) Other proprietary asset atau aset-aset merek
suatu merek merasa puas dan merasa rugi bila lainnya.
berganti merek (brand switching), menghargai merek Unsur-unsur brand equity diluar other pro-
itu dan menganggapnya sebagai teman, dan merasa prietary asset dikenal dengan unsur-unsur utama dari
terikat kepada merek itu (Kotler, 2007). Dengan brand equity. Elemen brand equity yang kelima
demikian dapat dinyatakan bahwa ekuitas merek (other proprietary asset) akan secara langsung
(brand equity) adalah kekuatan merek yang men- dipengaruhi oleh kualitas dari keempat unsur utama
janjikan nilai yang diharapkan konsumen atas suatu tersebut. Hal ini juga sejalan dengan apa yang
produk sehingga akhirnya konsumen akan merasa terungkap pada hasil penelitian Tuominen (1999) dan
mendapatkan kepuasan yang lebih bila dibanding Fayrene & Lee (2011).
produk-produk lainnya (McDonald, 2004). Menurut Kotler & Amstrong (2008) terdapat
Menurut Kotler (2007) ekuitas merek yang konsumen yang sadar akan keberadaan suatu produk
tinggi akan memberikan sejumah keunggulan bersaing atau jasa tertentu (brand awareness), kesadaran
bagi perusahaan, yaitu: merek ini diukur berdasarkan ingatan atau pengakuan
1) Perusahaan tersebut akan memiliki pengaruh konsumen terhadap merek tersebut. Di atas itu, ada
perdagangan yang lebih besar dalam melakukan merek yang memiliki penerimaan (brand accep-
tawar menawar dengan distributor dan pengecer tability) yang tinggi atas suatu kondisi, konsumen
karena pelanggan mengharapkannya menjual
tidak menolak untuk membeli merek tersebut.
merek tersebut.
Kemudian ada pula merek yang tingkat preferensi
2) Perusahaan tersebut dapat menggunakan harga
mereknya tinggi, ini merupakan kondisi konsumen
yang lebih tinggi daripada pesaing-pesaingnya
memilih suatu merek di atas merek lainnya. Akhir-
karena merek itu memiliki persepsi mutu untuk
nya, terdapat merek yang memiliki tingkat kesetiaan
lebih tinggi.
merek yang tinggi dari konsumen.
3) Perusahaan tersebut dapat dengan mudah melaku-
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian
kan perluasan produk karena nama merek tersebut
sebelumnya dan rumusan masalah dari penelitian,
menyandang kredibilitas yang tinggi.
4) Merek tersebut menawarkan kepada perusahaan maka hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini
itu suatu pertahanan terhadap persaingan harga. adalah sebagai berikut.
Brand equity tidak terjadi dengan sendirinya 1) Terdapat perbedaan kesadaran merek (brand
tetapi ditopang oleh elemen-elemen pembentuk brand awareness) antara produk shampoo merek Sunsilk
equity, hal tersebut dapat dikelompokkan menjadi dengan produk shampoo merek Pantene.
lima kategori (Durianto dkk., 2004), sebagai berikut: 2) Terdapat perbedaan asosiasi merek (brand
1) Brand awareness atau kesadaran merek merupa- association) antara produk shampoo merek
kan kesanggupan sekumpulan konsumen untuk Sunsilk dengan produk shampoo merek Pantene.
mengenal atau mengingat kembali tentang 3) Terdapat perbedaan persepsi kualitas merek
keberadaan suatu merek yang merupakan suatu (brand perceived quality) antara produk shampoo
bagian dari kategori produk atau jasa tertentu. Hal merek Sunsilk dengan produk shampoo merek
ini ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan Pantene.
oleh Romaniuk et al. (2004). 4) Terdapat perbedaan loyalitas merek (brand
2) Brand Association atau asosiasi merek adalah loyalty) antara produk shampoo merek Sunsilk
pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan dengan produk shampoo merek Pantene.
tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya 5) Terdapat perbedaan ekuitas merek (brand equity)
hidup, manfaat, atribut produk, geografi, harga, antara produk shampoo merek Sunsilk dengan
pesaing, selebritis dan lain-lain. produk shampoo merek Pantene.
Aristyani: Perbandingan Brand Equity Produk Shampoo 183

METODE PENELITIAN (a) Shampoo merek (Sunsilk/Pantene) adalah


shampoo yang berasal dari perusahaan yang
Penelitian ini dilakukan di empat kecamatan di memiliki reputasi yang baik.
Kota Denpasar, yaitu: Denpasar Barat, Denpasar (b) Shampoo merek (Sunsilk/Pantene) adalah
Timur, Denpasar Utara dan Denpasar Selatan dengan shampoo yang bebas bahan kimia berbahaya.
distribusi tersebar. Subyek penelitian ini adalah (c) Shampoo merek (Sunsilk/Pantene) adalah
masyarakat pengguna shampoo merek Pantene dan shampoo yang memiliki mutu yang baik.
Sunsilk di Kota Denpasar. (d) Shampoo merek (Sunsilk/Pantene) adalah
Obyek penelitian ini adalah ekuitas merek shampoo yang sistem distribusinya baik.
(brand equity) dan elemen-elemennya yang terdiri (e) Shampoo merek (Sunsilk/Pantene) adalah
atas kesadaran merek (brand awareness), asosiasi shampoo yang memiliki kemasan yang paling
merek (brand association), persepsi kualitas merek menarik dibandingkan dengan kemasan
(brand perceived quality) dan loyalitas merek (brand shampoo merek lainnya.
loyalty) produk shampoo merek Sunsilk dan Pantene 3) Persepsi kualitas merek (brand perceived quality)
pada pengguna kedua merek shampoo tersebut di adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan
kualitas atau keunggulan (Durianto dkk. 2004)
Kota Denpasar.
dari produk shampoo merek Sunsilk dan Pantene
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
yang dikaitkan dengan harapan konsumen dalam
adalah brand equity (ekuitas merek) dengan sub
mengkonsumsikan kedua produk tersebut. Indi-
variabel yang digunakan sebagai berikut: Brand kator-indikator (Roseviyanthi, 2011) yang diguna-
Awareness (kesadaran merek); Brand association kan adalah, sebagai berikut:
(asosiasi merek); Brand perceived quality (persepsi (a) Menurut saya, Shampoo merek (Sunsilk/
kualitas merek); Brand loyalty (loyalitas merek). Pantene) memiliki wangi yang lebih harum
Variabel ekuitas merek (brand equity) pada dibandingkan dengan shampoo merek lainnya.
penelitian ini didefinisikan sebagai nilai dari produk (b) Menurut saya, Shampoo merek (Sunsilk/
shampoo merek Sunsilk dan Pantene, menurut sejauh Pantene) memberikan hasil yang lebih baik
mana kedua merek itu mempunyai loyalitas merek bagi rambut ditiap-tiap jenis masalah rambut
yang tinggi, kesadaran nama, kualitas yang diterima dibandingkan dengan shampoo merek lainnya.
dan asosiasi merek yang kuat. Sub variabel dalam (c) Menurut saya, harga Shampoo merek (Sunsilk/
penelitian ini didefinisikan, sebagai berikut: Pantene) sesuai dengan kualitas yang dihasilka
1) Kesadaran merek (brand awareness) adalah nnya.
kesanggupan untuk mengenal atau mengingat (d) Menurut saya, Shampoo merek (Sunsilk/
kembali tentang keberadaan produk (Durianto Pantene) paling mudah didapat.
dkk., 2004) shampoo merek Sunsilk dan Pantene. (e) Menurut saya, Shampoo merek (Sunsilk/
Indikator-indikator (Roseviyanthi, 2011) yang Pantene) paling berkualitas.
digunakan adalah, sebagai berikut: 4) Loyalit as merek (brand loyalty) adalah ukuran
(a) Shampoo merek (Sunsilk/Pantene) adalah merek kesetiaan konsumen (Rangkuti, 2002) terhadap
yang pertama kali muncul dalam benak saya produk shampoo merek Sunsilk dan Pantene.
ketika memikirkan sebuah merek shampoo. Indikator-indikator (Roseviyanthi, 2011) yang
(b) Shampoo merek (Sunsilk/Pantene) adalah digunakan adalah sebagai berikut.
merek yang pertama kali muncul dalam benak (a) Saya ingin mencoba shampoo merek lain
saya ketika hendak membeli shampoo. selain shampoo merek (Sunsilk/Pantene).
(c) Saya telah mengenal Shampoo merek (Sunsilk/ (b) Saya menggunakan Shampoo merek (Sunsilk/
Pantene) sebelumnya. Pantene) karena sudah menjadi kebiasaan.
(d) Saya dengan mudah mengenali Shampoo merek (c) Saya menggunakan Shampoo merek (Sunsilk/
(Sunsilk/Pantene) ketika melihat kemasannya. Pantene) karena sudah merasa puas.
(e) Saya dengan mudah mengenali Shampoo merek (d) Saya tidak akan membeli shampoo merek lain
(Sunsilk/Pantene) ketika melihat tayangan jika shampoo merek (Sunsilk/Pantene) tidak
iklannya di televisi. tersedia di tempat saya berbelanja.
2) Asosiasi merek (brand association) adalah (e) Saya merasa rugi jika saya menggunakan
keseluruhan kesan yang ada di benak konsumen shampoo merek lain selain Shampoo merek
yang berkenaan dengan ingatannya (Durianto dkk. (Sunsilk/Pantene).
2004) terhadap produk shampoo merek Sunsilk Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen
dan Pantene. Indikator-indikator (Roseviyanthi, shampoo merek Pantene dan Sunsilk yang ada di
2011) yang digunakan adalah, sebagai berikut: Kota Denpasar. Sampel dalam penelitian ini ditentu-
184 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.15, NO. 2, SEPTEMBER 2013: 179-190

kan dengan teknik non-probability sampling. Teknik dengan menggunakan alat bantu SPSS for Windows
non-probability sampling digunakan karena jumlah 17.00. Pengambilan keputusan yang dijadikan acuan
populasi dalam penelitian ini tidak diketahui. Jumlah adalah jika probabilitas atau signifikannya (sig. 2
anggota sampel pada penelitian ini ditentukan ber- tailed) < 0,05, maka hipotesis yang menyatakan
dasarkan oleh teori yang menyatakan bahwa jumlah terdapat perbedaan antara brand equity produk
sampel dalam penelitian dapat ditentukan dengan shampoo merek Sunsilk dan Pantene bagi penduduk
perhitungan lima sampai sepuluh kali dari jumlah di Kota Denpasar dapat diterima.
indikator variabel yang diteliti (Sarmanu, 2003).
Indikator variabel yang digunakan dalam penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
ini adalah sebanyak 20 indikator variabel, sehingga
banyak responden sebagai sampel antara 100 hingga Karakteristik responden pada penelitian ini dapat
200 orang responden. dilihat pada Tabel 1.
Teknik non-probability sampling yang diguna-
kan dalam penelitian ini adalah teknik purposive Tabel 1. Karakteristik Responden
sampling, yang mana metode ini merupakan prosedur No. Karakteristik Keterangan Jumlah Persentase
sampling yang memilih sampel dari orang atau unit Responden (orang) (%)
yang dijumpai atau diakses dengan pertimbangan
1. Jenis Kelamin Laki-laki 45 37,5
tertentu (Sugiyono, 2012). Pertimbangan yang di-
Perempuan 75 62,5
gunakan dalam memilih responden adalah konsumen JUMLAH 120 100
yang membeli shampoo untuk keramas lebih dari tiga 2. Usia 17-26 72 60
kali, sampai penelitian ini dilakukan dengan umur 27-36 25 20,8
responden minimal 17 tahun dengan tingkat pen- 37-46 11 9,2
didikan terakhir minimal Sekolah Menengah Pertama >46 12 10
(SMP). Memilih responden dengan umur minimal 17 JUMLAH 120 100
tahun adalah dengan mempertimbangkan bahwa 3. Pendidikan SMP 5 4,2
responden dengan umur 17 tahun sudah dapat Terakhir SMA /SMK 59 49,2
memberikan pendapat dan menjawab pertanyaan Diploma 13 10,8
penelitian secara rasional. Sarjana 40 33,3
Metode pengumpulan data pada penelitian ini Pascasarjana 3 2,5
adalah sebagai berikut: 1) Metode dokumentasi JUMLAH 120 100
dilakukan dengan cara memperoleh data dari buku- 4. Rutinitas Siswa / 51 42,5
yang dilakukan Mahasiswa
buku referensi dan jurnal, mencari informasi langsung
PNS 15 12,5
pada internet serta majalah dan tabloid yang ber- Pegawai 42 35
hubungan dengan penelitian; 2) Metode survey Swasta
digunakan untuk memperoleh informasi dari respon- Wiraswasta 8 6,7
den melalui pertanyaan-pertanyaan yang meng- Lain-lain 4 3,3
ungkap tentang brand equity Sunsilk dan Pantene. JUMLAH 120 100
Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan ter-
tutup. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ber- Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa ber-
dasarkan pada Skala Likert (skala 1 sampai 5), dasarkan jenis kelamin, responden terbanyak adalah
dengan ketentuan penilaian masing-masing alternatif perempuan dengan jumlah 75 orang dan laki-laki 45
jawaban sebagai berikut: (a) Jawaban Sangat Setuju orang, sedangkan pengelompokan berdasarkan usia,
(SS) diberi skor 5; (b) Jawaban Setuju (S) diberi skor jumlah tertinggi yaitu pada usia 17-26 tahun sebanyak
4; (c) Jawaban Cukup Setuju (CS) diberi skor 3; (4) 72 orang, diikuti oleh usia 27-36 tahun sebanyak 25
Jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 2; (e) Jawaban orang, kemudian usia lebih dari 46 tahun sebanyak 12
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1 orang dan jumlah terendah adalah usia 37-46 tahun
Pembuktian hipotesis komparatif dilakukan sebanyak 11 orang. Hal ini berarti pengguna shampoo
dengan menggunakan uji beda mean. Penelitian yang diteliti lebih banyak yang berusia 17-26 tahun
komparatif ini menggunakan Uji beda mean untuk daripada yang berusia 37-46 tahun.
sampel berpasangan (paired sample). Menurut Berdasarkan pengelompokan pendidikan ter-
Santoso & Tjiptono (2001) sampel berpasangan akhir, jumlah tertinggi berada pada pendidikan
(paired sample) adalah sampel dengan subyek yang SMA/SMK sebanyak 59 orang, diikuti oleh pen-
sama namun mengalami dua perlakuan atau peng- didikan Sarjana sebanyak 40 orang, kemudian
ukuran yang berbeda. Uji beda mean dilakukan pendidikan Diploma sebanyak 13 orang, pendidikan
Aristyani: Perbandingan Brand Equity Produk Shampoo 185

SMP sebanyak 5 orang, diikuti dengan pendidikan 0,0367. Probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Dengan
Pascasarjana sebanyak 3 orang. Ini berarti pengguna demikian, tidak terdapat perbedaan antara kesadaran
shampoo yang diteliti adalah sebagian besar ber- merek (brand awareness) produk shampoo Sunsilk
pendidikan SMA/SMK. dengan produk shampoo Pantene, yang mana
Dari penelitian juga diperoleh hasil mengenai konsumen sama-sama sadar akan keberadaan merek
konsistensi konsumen dalam menggunakan produk produk shampoo Sunsilk dan Pantene. Hal ini
shampoo. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 2. dikarenakan shampoo Sunsilk maupun shampoo
Pantene sama-sama gencar melakukan berbagai
Tabel 2. Konsistensi Penggunaan Produk Shampoo kegiatan promosi sehingga brand awareness-nya
Konsistensi Jumlah (Orang) Presentase (%) sama-sama tinggi. Hasil penelitian ini didukung oleh
Tidak pernah 0 0 hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Jarang 81 67,5 Makerti (2010).
Sering 29 24,2 Jawaban keseluruhan responden untuk setiap
Sangat sering 10 8,3 indikator variabel brand awareness baik pada produk
JUMLAH 120 100 shampoo Sunsilk maupun Pantene memiliki modus
jawaban pada angka 4. Hal ini berarti konsumen
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa konsumen merasa cukup baik dalam mengenal produk shampoo
yang menjawab jarang berganti produk shampoo Sunsilk maupun Pantene.
adalah yang paling banyak, yaitu sebesar 81 orang,
diikuti oleh konsumen yang menjawab sering Perbandingan Asosiasi Merek (Brand Association)
berganti produk shampoo yaitu sebanyak 29 orang,
konsumen yang menjawab sangat sering berganti Sebelum dilakukan uji beda mean, skala jawab-
produk shampoo sebanyak 10 orang, sedangkan tidak an responden pada masing-masing indikator sub
terdapat konsumen yang menjawab tidak pernah variabel asosiasi merek dirata-ratakan terlebih dahulu
berganti produk shampoo. Ini berarti, konsumen untuk mengetahui rata-rata jawaban masing-masing
cukup konsisten dalam menggunakan produk responden pada sub variabel asosiasi merek.
shampoo yang telah sesuai ataupun mendekati Kemudian, dilakukan uji beda mean dengan sampel
harapan konsumen. berpasangan (paired sample). Hasil yang diperoleh
adalah pada Tabel 4.
Perbandingan Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Tabel 4. Hasil uji beda means pada sub-variabel Brand
Association
Sebelum dilakukan uji beda mean, skala
jawaban responden pada masing-masing indikator Paired
sub variabel kesadaran merek dirata-ratakan terlebih Subvariabel Means Differences Sig. (2-tailed)
Means
dahulu untuk mengetahui rata-rata jawaban masing-
S.association 2,828
masing responden pada sub variabel kesadaran -0,0267 0,521
P.association 2,855
merek. Kemudian, dilakukan uji beda mean dengan
sampel berpasangan (paired sample). Hasil yang Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa rata-
diperoleh adalah pada Tabel 3. rata asosiasi merek (brand association) produk
shampoo Sunsilk sebesar 2,828 lebih kecil jika
Tabel 3. Hasil uji beda means pada sub-variabel Brand dibandingkan dengan rata-rata asosiasi merek (brand
Awareness association) produk shampoo Pantene sebesar 2,855
Paired dengan perbedaan rata-ratanya sebesar 0,0267.
Subvariabel Means Differences Sig. (2-tailed) Probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Dengan
Means demikian, tidak terdapat perbedaan antara asosiasi
S.aware 2,833 merek (brand association) produk shampoo Sunsilk
0,0367 0,559
P.aware 2,797 dengan Pantene, yang mana konsumen menganggap
merek produk shampoo Pantene memiliki asosiasi
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa rata- merek produk yang sama, yaitu sama-sama di-
rata kesadaran merek (brand awareness) produk produksi oleh perusahaan yang memiliki reputasi baik
shampoo Sunsilk sebesar 2,833 lebih besar jika yang telah memproduksi shampoo dengan mutu
dibandingkan dengan rata-rata kesadaran merek yang baik. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
(brand awareness) produk shampoo Pantene yang penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Makerti
sebesar 2,797 dengan perbedaan rata-ratanya sebesar (2010), Chen (2001).
186 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.15, NO. 2, SEPTEMBER 2013: 179-190

Jawaban keseluruhan responden untuk setiap Jawaban keseluruhan responden untuk setiap
indikator variabel brand association baik pada produk indikator variabel brand perceived quality baik pada
shampoo merek Sunsilk maupun Pantene memiliki produk shampoo Sunsilk dengan shampoo Pantene
modus jawaban pada angka 4. Hal ini berarti memiliki modus jawaban pada angka 4. Hal ini
konsumen menganggap bahwa produk shampo berarti konsumen menganggap bahwa produk
merek Sunsilk dan Pantene cukup berhasil dalam shampoo merek Sunsilk maupun Pantene memiliki
mengasosiasikan mereknya dengan citra produk yang persepsi keseluruhan kualitas yang baik sesuai dengan
ingin ditanamkan di benak konsumen. harapan konsumen akan produk tersebut.

Perbandingan Persepsi Kualitas Merek (Brand Perbandingan Loyalitas Merek (Brand Loyalty)
Perceived Quality)
Sebelum dilakukan uji beda mean, skala jawab-
Sebelum dilakukan uji beda mean skala jawaban an responden pada masing-masing indikator sub
responden pada masing-masing indikator sub variabel variabel loyalitas merek dirata-ratakan terlebih dahulu
persepsi kualitas merek dirata-ratakan terlebih dahulu untuk mengetahui rata-rata jawaban masing-masing
untuk mengetahui rata-rata jawaban masing-masing responden pada sub variabel loyalitas merek.
responden pada sub variabel persepsi kualitas merek. Kemudian, dilakukan uji beda mean dengan sampel
Kemudian, dilakukan uji beda mean dengan sampel berpasangan (paired sample). Hasil yang diperoleh
berpasangan (paired sample). Hasil yang diperoleh adalah pada Tabel 6.
adalah pada Tabel 5.
Tabel 6. Hasil uji beda mean pada sub variabel Brand
Tabel 5. Hasil uji beda mean pada sub variabel Brand Loyalty
Perceived Quality
Paired
Paired Subvariabel Means Differences Sig. (2-tailed)
Subvariabel Means Differences Sig. (2-tailed) Means
Means S.loyalty 2,420
-0,0567 0,347
S.perceived 2,580 P.loyalty 2,477
-0,1417 0,023
P.perceived 2,722
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa rata-
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa rata- rata loyalitas merek (brand loyalty) produk shampoo
rata persepsi kualitas merek (brand perceived quality) Sunsilk sebesar 2,420 lebih kecil jika dibandingkan
produk shampoo Sunsilk sebesar 2,580 lebih kecil dengan rata-rata loyalitas merek (brand loyalty)
jika dibandingkan dengan rata-rata persepsi kualitas produk shampoo Pantene sebesar 2,477 dengan
merek (brand perceived quality) produk shampoo perbedaan rata-ratanya 0,0567. Probabilitas lebih
Pantene yaitu sebesar 2,722 dengan perbedaan rata- besar dari 0,05. Dengan demikian, tidak terdapat
ratanya 0,1417. Probabilitas lebih kecil dari 0,05. perbedaan antara loyalitas merek (brand loyalty)
Dengan demikian, terdapat perbedaaan antara produk shampoo Sunsilk dengan Pantene, yang mana
persepsi kualitas merek (brand perceived quality) konsumen memiliki kesetiaan (loyalitas) yang sama
produk shampoo merek Sunsilk dengan Pantene, terhadap produk shampoo merek Pantene maupun
yang mana persepsi konsumen terhadap keseluruhan shampo merek Sunsilk. Hal ini dikarenakan produk
kualitas merek produk shampoo merek Pantene lebih shampoo Pantene dianggap sama dalam mengatasi
mendekati harapan konsumen dibandingkan produk masalah-masalah rambut dengan produk shampoo
shampoo merek Sunsilk. Konsumen menganggap Sunsilk dan memberikan kepuasan yang hampir
produk shampoo Pantene memiliki aroma yang lebih mirip. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
wangi dibandingkan dengan shampoo Sunsilk, serta penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Robertus
kandungan shampoo Pantene yang dapat memberikan (2007).
hasil yang lebih baik bagi tiap-tiap jenis masalah Jawaban keseluruhan responden untuk setiap
rambut dibandingkan dengan shampoo merek indikator variabel brand loyalty pada produk
Sunsilk. Perbedaan persepsi kualitas merek shampo shampoo merek Sunsilk dan merek Pantene memiliki
Sunsilk dengan shampo Pantene adalah signifikan. modus jawaban pada angka 2. Hal ini berarti
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian kesetiaan (loyalitas) konsumen pada produk shampoo
sebelumnya yang dilakukan oleh Roseviyanthi merek Sunsilk dan Pantene kurang baik. Hal yang
(2011), Makerti (2010), Jung & Sung (2008), serta kurang mendapat kesetiaan konsumen pada produk
Darwing & Wijoyo (2004). shampoo merek Sunsilk dan Pantene adalah apabila
Aristyani: Perbandingan Brand Equity Produk Shampoo 187

produk tersebut tidak tersedia di tempat konsumen SIMPULAN DAN SARAN


berbelanja, maka konsumen akan membeli shampoo
merek lain yang tersedia. Selain itu, konsumen tidak Berdasarkan hasil pembahasan, dapat ditarik
merasa rugi jika menggunakan shampoo merek lain, beberapa simpulan sebagai berikut: Dari empat
selain merek Sunsilk dan Pantene. dimensi brand equity, terdapat tiga dimensi, yaitu:
brand awareness, brand association, dan brand
Perbandingan Ekuitas Merek (Brand Equity) loyalty tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara shampoo merek Sunsilk dengan Pantene.
Sebelum dilakukan uji beda mean, skala rata- Tidak adanya perbedaan pada dimensi brand
rata sub variabel ekuitas merek yang terdiri dari awareness disebabkan karena kedua merek shampoo
kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas tersebut sama-sama gencar melakukan promosi
merek dan loyalitas merek dirata-ratakan kembali sehingga kesadaran pasar terhadap kedua merek
tersebut juga sama-sama tinggi. Demikian juga pada
untuk diperoleh hasil rata-rata ekuitas merek per
dimensi brand association tidak menunjukkan
masing-masing produk. Kemudian, dilakukan uji
perbedaan, karena kedua shampoo tersebut diproduk-
beda mean dengan sampel berpasangan (paired
si oleh perusahaan yang sudah terkenal dan punya
sample). Hasil yang diperoleh adalah pada Tabel 7. citra baik, dan pada dimensi brand loyalty juga tidak
menunjukkan perbedaan karena kedua shampoo
Tabel 7. Hasil uji beda mean pada variabel Brand merupakan produk kebutuhan sehari-hari yang mana
Equity
perilaku konsumen terhadap produk konvenien tidak
Paired tinggi. Hanya satu dimensi yang menunjukkan
Sub-
variabel
Means Differences Sig. (2-tailed) perbedaan signifikan yaitu brand perceived quality, di
Means mana hal ini disebabkan karena kualitas dari kedua
S.equity 2,665 shampoo tersebut seperti aromanya, wanginya
-0,0470 0,333
P.equity 2,712 memang menunjukkan perbedaan. Secara keseluruh-
an brand equity juga tidak menunjukkan perbedaan
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata- yang signifikan. Hal ini disebabkan karena dari empat
rata ekuitas merek (brand equity) produk shampoo dimensi hanya satu dimensi yang berbeda signifikan.
Sunsilk sebesar 2,665 lebih kecil jika dibandingkan Berdasarkan hasil analisis dan simpulan yang
dengan rata-rata ekuitas merek (brand equity) produk diperoleh, maka saran yang dapat diberikan adalah
shampo Pantene sebesar 2,712 dengan perbedaan sebagai berikut: Sunsilk yang dipersepsikan kon-
rata-ratanya sebesar 0,0470. Probabilitas lebih besar sumen lebih rendah kualitasnya seharusnya terus
dari 0,05. Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan melakukan inovasi produk, terutama pada aromanya
antara produk shampoo Sunsilk dengan produk dan kandungan bahan yang tertera di label kemasan-
shampoo Pantene. Hal ini disebabkan karena dari nya. Untuk itu ke depan shampoo merek Sunsilk
empat dimensi brand equity hanya satu dimensi yaitu perlu lebih berorientasi pada litbangnya agar mampu
brand perceived quality yang berbeda secara signi- menyamai atau melebihi inovasi shampoo merek
fikan, sedangkan tiga dimensi, yaitu brand Pantene. Untuk dapat meningkatkan persepsi kualitas
awareness, brand association, dan brand loyalty tidak merek tersebut dapat dilakukan pengembangan
produk untuk menghasilkan produk yang berkualitas
ada perbedaan secara signifikan. Hasil penelitian ini
dan sesuai dengan keinginan konsumen; Berdasarkan
didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang
hasil penelitian terdapat beberapa faktor yang diper-
dilakukan oleh Makerti (2010), tetapi tidak searah
timbangkan dalam melakukan pembelian shampoo.
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Gupta & Produsen produk shampoo merek Sunsilk dan
Verma 2008) yang menunjukkan hasil bahwa ekuitas Pantene hendaknya memperhatikan bahan atau
merek dari dua produk telepon berbeda secara kandungan yang digunakan pada produk shampoo
signifikan. yang dihasilkan sehingga manfaat shampoo dapat
Jawaban keseluruhan responden untuk setiap dirasakan oleh konsumen sesuai dengan keinginan
indikator variabel brand equity baik pada produk dan kebutuhan konsumen. Akan tetapi, faktor lain
shampoo merek Sunsilk dengan Pantene memiliki seperti harga, kemasan, sistem distribusi, bebas bahan
skor rata-rata 4. Hal ini berarti secara keseluruhan kimia berbahaya, iklan, aroma/wangi shampoo serta
produk shampoo merek Sunsilk dan Pantene me- promosi tidak dapat diabaikan karena dapat pula men-
miliki kekuatan merek yang menjanjikan nilai yang jadi keunggulan kompetitif (competitive advantage)
cukup baik pada konsumen. dari merek tersebut.
188 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.15, NO. 2, SEPTEMBER 2013: 179-190

DAFTAR REFERENSI Jung, J. & Sung, E. Y. 2008. Consumer-Based Brand


Equity: Comparisons Among Americans and
Bodet, G. & Chanavat, N. 2010. Building Global South Koreans in the USA and South Koreans
Football Brand Equity: Lessons from the in Korea. Journal of Fashion and Management,
Chinese Market. Asia Pacific Journal of 12(1): 24-35.
Marketing and Logistics, 22(1): 55–66. Kartajaya, H. 2004. Hermawan Kartajaya on Brand.
Chen, A. C. H. 2001. Using Free Association to Bandung: Mizan Pustaka.
Examine the Relationship Between the Charac- Kartono, 2007. Analisis Elemen-elemen Ekuitas
teristics of Brand Associations and Brand Merek Produk Minyak Pelumas Motor Merek
Equity. Journal of Product & Brand Mana- Enduro 4T (Studi Kasus Pada Mahasiswa
gement, 10(7): 439– 451. Universitas Negeri Semarang). Skripsi tidak
Cuomo, M. T., Metallo, G., Tortora, D., Testa, M. & dipublikasi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Kitchen, P. J. 2009. Building Brand Equity: The Negeri Semarang.
Genetic Coding of Mediterranean Brands. Keller, K. L. 2005. Measuring Brand Equity. Journal
EuroMed Journal of Business, 4(3): 237–253. of Marketing and Management. 12(2): 271-288.
Darwing & Wijoyo, S. 2004. Analisis Komparasi Kimpakorn, N. & Tocquer, G. 2010. Service Brand
Ekuitas Merek Ades dan Merek Aqua di Equity and Employee Brand Commitment.
Kalangan Mahasiswa di Surabaya, Skripsi tidak Journal of Services Marketing, 24(5): 378–388.
dipublikasi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Kotler, P. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi Kese-
Petra, Surabaya. belas. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
Daulay, F. A. 2006. Analisis Perbandingan Elemen- Kotler, P. & Amstrong, G. 2008. Prinsip-Prinsip
Elemen Ekuitas Merek Pada Supermarket Pemasaran. Edisi Kedelapan. Jilid 1. Jakarta:
Macan dan Maju Bersama di Kota Medan Erlangga.
Sebagai Salah Satu Strategi Dalam Menentukan Laboy, P. 2007. The Importance of Measuring Brand
Keputusan Pemasaran. Jurnal Sistem Teknik Value and Brand Equity. Virginia: George
Industri, 7(2): 53-60. Mason University Publisher.
Davis, D. F., Golicic, S. L. & Marquardt, A. 2009. Makerti, I. A. A. 2010. Analisis Perbandingan Brand
Measuring Brand Equity for Logistics Services. Equity Produk Penyedap Rasa Royco Dengan
The International Journal of Logistics Produk Penyedap Rasa Masako (Studi Kasus
Management, 20(2): 201–212. Pada Ibu Rumah Tangga di Kota Denpasar).
Delgado-Ballester, E. & Munuera-Alemán, J. L. Skripsi tidak dipublikasi pada Fakultas Ekonomi
2005. Does Brand Trust Matter to Brand Universitas Udayana, Denpasar.
Equity? Journal of Product & Brand Mana- Marthin, J. & Semuel, H. 2007. Analisis Tingkat
gement, 14(3): 187–196. Brand Loyalty pada Produk Shampoo Merek
Durianto, D., Sugiarto & Sitinjak, T. 2004. Strategi “Head & Shoulders”. Jurnal Manajemen Pema-
Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan saran, 2(2): 90-101.
Perilaku Merek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka McDonald, S. S. 2004. Brand Equity: Working
Utama. Toward A Diciplined Methodology for Mea-
Eugenia, I. 2011. The Power of Top Brand. Majalah surement. Journal of Brand and Measurement,
Marketing. pp. 27-34. 1(2): 2-9.
Fayrene & Lee, G. C. 2011. Customer-based Brand Monalisa & Fitra, S. 2011. Unilever dan P & G
Equity: A Literature Review. Journal of Arts Kuasai 90% Pangsa Pasar Sampo Indonesia,
Science & Commerce, 11(1): 33-42. http://www.indonesiafinancetoday.com, (diakses
Frontier Consulting Group. 2011. Top Brand Index, 1 April 2013).
http://www.frontier.co.id, (diakses 1 April 2013). Mourad, M., Ennew, E. & Kortam, W. 2011. Brand
Gupta, N. & Verma, P. 2008. Comparative Brand Equity in Higher Education. Marketing Intelli-
Equity of Hutch and Airtel Cell Phone (Delhi). gence & Planning, 29(4): 403–420.
The Requirement of Bachelor of Business Pappu, R. & Quester, P. G. 2008. Does Brand Equity
Administration (BBA). Vary Between Department Stores and Clothing
Heruwati, E. 2010. Analisis Pengaruh Daya Tarik, Stores? Results of an Empirical Investigation.
Kreadibilitas, dan Keahlian Celebrity Endorser Journal of Product & Brand Management,
terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor 17(7): 425–435.
Yamaha Mio. Skripsi tidak dipublikasi pada Pinar, M., Girard, T. & Eser, Z. 2012. Consumer-
Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas based Brand Equity in Banking Industry: A
Diponegoro, Semarang. Comparison of Local and Global Banks in
Aristyani: Perbandingan Brand Equity Produk Shampoo 189

Turkey. International Journal of Bank Market- Santoso, S. & Tjiptono, F. 2001. Konsep dan Aplikasi
ing, 30(5): 359–375. SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Quarles, R. C. 2009. A Conceptual and Measurement Santoso, Y. & Resdianto, R. 2007. Brand sebagai
Model for Brand Equity Research, http://www. Kekuatan Perusahaan dalam Persaingan Global.
qsaresearch.com/images/equity.pdf, (diakses 10 Business and Management Journal Bunda
April 2012). Mulia, 3(2): 52-63.
Rangkuti, F. 2002. Measuring Customer Satisfaction Sanyal, S. N. & Datta, S. K. 2011. The Effect of
Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Country of Origin on Brand Equity: An
Kepuasan Pelanggan dan Analisis Kasus PLN-
Empirical Study on Generic Drugs. Journal of
JP. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Robertus, S. A. 2007. Analisis Perbandingan Brand Product & Brand Management, 20(2): 130 –
Equity Indomie dengan Mie Sedaap (Studi 140.
Kasus Pada Mahasiswa Universitas Negeri Sarmanu, H. 2003. Materi Penelitian Structural
Semarang). Skripsi tidak dipublikasi pada Equation Modelling (Permodelan Persamaan
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sema- Struktural). Diktat Kuliah Lembaga Penelitian
rang, Semarang. Universitas Airlangga, Surabaya.
Romaniuk, J., Sharp, B., Paech, S. & Driesener, C. Schumann, D. W. 2004. The Comparative Ordered
2004. Brand and Advertising Awareness: A Influence of Brand Equity‟s Experiential and
Replication and Extension of a Known Empi- Functional Antecedents and Dimensions, and Its
rical Generalisation. Australasian Marketing Consequences on U.S. and Mainland Chinese
Journal, 12(3): 70-80. Consumers. Journal of Brand and Management,
Roseviyanthi, R. 2011. Analisis Perbandingan Brand 1(1): 311-344.
Equity Produk Mie Instant Merek Indomie Smith, D. 2007. An Analysis of Brand Equity Deter-
dengan Produk Mie Instant Merek Mie Sedaap minants: Gross Profit, Advertising, Research,
(Studi Kasus Pada Penduduk di Kota Den-
and Development. Journal of Business & Eco-
pasar). Skripsi tidak dipublikasi pada Fakultas
nomics Research, 5(11): 103-116.
Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.
Rajat, R. & Chau, R. 2011. Consumer-based Brand Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:
Equity and Status-Seeking Motivation for a Alfabeta.
Global Versus Local Brand. Asia Pacific Tuominen, P. 1999. Managing Brand Equity. LTA, 1:
Journal of Marketing and Logistics, 23(3): 270 – 65-100.
284. Wang, W. T. & Li, H. M. 2012. Factors Influencing
Santoso, F. 2010. Studi tentang Loyalitas Merek Mobile Services Adoption: A Brand-Equity
(Kasus pada Shampoo Sunsilk di Kota Sema- Perspective. Internet Research, 22(2): 142–179.
rang). Tesis tidak dipublikasi pada Program Wood, L. 2000. Brands and Brand Equity: Definition
Studi Magister Manajemen Universitas Dipo- and Management. Management Decision, 38(9):
negoro. Semarang. 662–669.

Anda mungkin juga menyukai