Anda di halaman 1dari 18

AKPER

Sabtu, 09 Mei 2015

KONSEP KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

Di susun oleh :

1. Lela Kumala Sari (14.401.14.042)

2. Sayidatul Mukaromah (14.401.14.064)

3. Septa Nur Laila (14.401.14.065)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KESEHATAN
“ RUSTIDA”

KRIKILAN – BANYUWANGI TELP. 0333 – 821495 / FAX. 0333 – 821193

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada kita,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa hambatan sesuatu apapun.

Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar, Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga dan sahabat-Nya yang telah membimbing kita dari jaman jahiliyah menuju jaman
Islamiyah.

Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memetik manfaat dan dapat mengembangkan
potensi dirinya. Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia.Makalah ini tidak akan tersusun tanpa adanya pihak-pihak yang mendukung proses
pelaksanaan ini. Kami ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang mendukung
penyusunan makalah ini, diantaranya :

Dan beberapa pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu, yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharap saran dan
kritik yang membangun agar lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami
khususnya dan pembaca umumnya. Amin.

DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang ....................................................................4

1.2 RumusanMasalah ............................................................... 4

1.3 Tujuan ................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep DasarKulit Sebagai Pengatur Suhu .........................5

2.2 Macam-Macam Suhu Tubuh ...............................................5

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh ..................6

2.4 Keseimbangan Suhu Tubuh ..................................................7

2.5 Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit .........................7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..........................................................................20

3.2 Saran ...................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan
regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang
diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus
mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme
umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan
suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan
pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk
melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi
panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.

Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang
tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas (Harold S. Koplewich,
2005). Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara
lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin
kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas (Anas Tamsuri, 2007). Dalam
postingan kali ini, kita akan berfokus pada penggunaan teknik kompres hangat dalam upaya
menurunkan suhu tubuh.

1.2 Rumusan Masalah

1.Menjelaskan konsep keseimbangan suhu tubuh?

2.Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh?

1.3 Tujuan

Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar
mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah Kebutuhan dasar keperawatan
“menjelaskan konsep keseimbangan suhu tubuh”

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kosep Dasar

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan
untuk mengukur suhu adalah thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur
suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka
diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.

Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin
panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda.
Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun
gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi
suhu benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer.

2.2. Kulit sebagai Pengatur Suhu

Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh
darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang
mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang
mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi
sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu
tubuh.

2.3. Macam – macam suhu tubuh

Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :

Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C

Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C

Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C

Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang
terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini
biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface
temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya
dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

1. Aktivitas

Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar


komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu
tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.

2. Gangguan organ.

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai
terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar
keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.

3. Lingkungan

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau
berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi
suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui
kulit.

4.Emosi

Saat emosi tidak setabil misalnya dalam keadaan marah akan menyebabkan meningkatnya suhu
tuhuh.Sedangkan apatis dan depresi menyebabkan menurunya suhu tubuh.

5.Waktu

Bervariasi 1,1-1,6 C
6. Jenis Kelamin

Wanita biasanya lebih baik dalam mengisolasi panas dan menjaga suhu internal.Peningkatan
progesteron selama ovulasi menyebabkan perubahan suhu sekitar 0,3-0,5 C.

2.5. Keseimbangan Suhu Tubuh

Panas secara terus menerus di hasilkan dalam tubuh sebagai efek hasil metabolisme dan panas secara
terus menerus di buang di lingkungan sekitar.

Pembentukan panas akan sesui dengan laju hilangnya panas pada orang yang mempunyai
keseimbangan panas.

Pembentukan yang terlebih→Panas tubuh meningkat→Temperatur tubuh meningkat.

Kehilangan yang terlebih→Panas tubuh menurun sehinga temperatur tubuh menurun.

Produksi panas→Banyak dihasilkan organ dalam terutama hati,otak,jantung,dan otot rangka.

Dihantarkan ke kulit sebagai suhu tubuh

2.6. Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit

a. Radiasi

Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah.
Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 – 20 mikrometer.
Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan
mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan
panas. Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat
di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan
kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi hanya proses
pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.

b. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di
sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan
dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu
kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan
dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi
secara efektif terus menerus.

c. Evaporasi

vaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu
gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori.
Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal
ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam. Evaporasi
ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus
melalui kulit dan system pernafasan.

d. Konveksi

Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada waktu
dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akanàmenjadi dipanaskan (dengan melalui konduksi dan
radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam
pertukaran panas.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
I. IDENTITAS PASIEN

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal MRS, dan diagnosa medis.

II.RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

1. Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan panas sudah 2 hari, muntah 3x

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien datang dengan diantar keluarganya dengan keluhan panas, pusing, mual muntah 3x, semula di
rumah sudah diperiksakan ke mantri setempat, tetapi karena panas lagi maka segera dibawa ke rumah
sakit.

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini dan tidak pernah dirawat di rumah sakit, hanya pilek
atau batuk dan biasanya diperiksakan ke mantri setempat. Tidak ada riwayat alergi.

Pasien mendapat immunisasi lengkap yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, DT dan Hepatitis.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Anggota keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti ini dan tidak ada penyakit herediter yang
lain.

III.POLA KEBIASAAN PASIEN SEHARI-HARI

1. Pola Nutrisi

Sebelum sakit: Makan 3 x sehari, dengan nasi, lauk dan sayur, makanan yang tidak disukai yaitu
kubis dan yang paling disukai yaitu mie ayam. Pasien makan dengan piring dan sendok biasa, tanpa
memperhatikan warna dan bahannya. Minum 7 - 8 gelas sehari.

Selama sakit : Makan 3x sehari, dengan diet bubur halus, hanya habis ¼ porsi, karena lidahnya
terasa pahit. Pasien makan dari tempat yang disediakan oleh rumah sakit. Minum 7 - 8 gelas sehari.
2. Pola Eleminasi

Sebelum sakit: BAB 1 x sehari dengan konsistensi lunak, warna kuning. BAK 3-4 x sehari , warna
kuning jernih.

Selama sakit: selama 2 hari pasien belum BAB. BAK 3-4 x sehari, warna kuning jernih

3. Pola Istirahat - Tidur

Sebelum sakit: pasien tidur dengan teratur setiap hari pada pukul 20.00 WIB sampai jam 05.00 WIB.
Kadang-kadang terbangun untuk BAK. Pasien juga terbiasa tidur siang dengan waktu sekitar 2 jam. Ibu
pasien selalu membacakan cerita sebagai pengantar tidurnya.

Selama sakit : pasien susah tidur karena suasana yang ramai.

4. Pola Aktivitas

Sebelum sakit: pasien bermain dengan teman - temannya sepulang sekolah dengan pola permainan
berkelompok dan jenis permainan menurut kelompok.

Selama sakit: pasien hanya terbaring di tempat tidur.

IV. PENGKAJIAN PSIKO - SOSIO - SPIRITUAL

1. Pandangan pasien dengan kondisi sakitnya.

Pasien menyadari kalau dia berada dirumah sakit dan dia mengetahui bahwa dia sakit dan perlu
perawatan tetapin dia masih ketakutan dengan lingkungan barunya.

2. Hubungan pasien dengan tetangga, keluarga, dan pasien lain.

Hubungan pasien dengan tetangga dan keluarga sangat baik, banyak tetangga dan sanak saudara
yang menjenguknya di rumah sakit. Sedangkan hubungan dengan pasien lain tidak begitu akrab. Pasien
ketakutan.

3. Apakah pasien terganggu dalam beribadah akibat kondisi sakitnya.

Pasien beragama Islam, dalam menjalankan ibadahnya pasien dibantu oleh keluarganya. Ibu pasien
selalu mengajakya berdoa untuk kesembuhannya.
V. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum : pasien tampak lemah.

b. Kesadaran : composmentis.

c. Kepala : normochepalic, rambut hitam, pendek dan lurus dengan penyebaran yang merata.. Tidak ada
lesi.

d. Mata : letak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

e. Hidung : pernapasan tidak menggunakan cuping hidung, tidak ada polip, bersih.

f. Mulut : tidak ada stomatitis, bibir tidak kering.

- gigi : kotor dan terdapat caries

- lidah : kotor

g. Telinga : pendengaran baik, tidak ada serumen.

h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.

i. Dada : simetris, pernapasan vesikuler.

j. Abdomen : nyeri tekan pada epigastrium.

k. Ekstremitas :

- atas : tangan kanan terpasang infus dan aktifitasnya dibantu oleh keluarga.

- bawah : tidak ada lesi

l. Anus : tidak ada haemorroid.

m. Tanda - tanda Vital :

Tekanan Darah: 120/80 mmHg

Nadi : 120 x/menit

Suhu : 39° C

Respirasi : 24 x/menit

VI.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium

a. Hematologi

Hb : 11,6 d/dl (14 – 18 d/dl)

Ht : 34,7% (34 – 48%)

Entrosit : 4,11 juta/uI (3,7 – 5,9.106 juta/uI)

VER : 84,5 fl (78 – 90 fl)

KHER : 33,6 g/dl (30 – 37 g/dl)

Leukosit : 12.200 /uI (4,6 – 11.103 /uI)

LED 1 jam : 40 /1 jam (P = 7 – 15 /jam)

2 jam: 80 /1jam (L = 3 -11 /jam)

Trombosit : 232.000 /uI (150 – 400.103 /uI)

Hitung jenis

Eosinofil : - Segmen: 91%

Basofil :- Limfosit: 9%

N. Batang : - Monosit: -

b. Bakteriologi Serogi

Widal

St - O 1/320

St - H 1/160

St - AH -

Spt - BH 1/320

c. Urine

Phisis = warna: kuning

Kimia = PH : agak keruh


Protein :- (negatif)

Glukosa : - (negatif)

Sedimen = epitel : +

Lekosit : + (6 – 8)

Eritrosit : + (1 -2)

Kristal : - (negatif)

Silinder : - (negatif)

B. Diagnosa keperawatan

Setelah data-data terkumpul kemudian dianalisa untuk menentukan masalah pasien dan merumuskan
diagnosa keperawatan.

1. Diagnosa keperawatan yang muncul dalam tinjauan kasus yang ada dalam pathway :

2. Hypertermi berhungan dengan pengaruh endotoksin pada hipotalamus.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dan kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.

4. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada usus halus.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan immobilisasi.

Diagnosa keperawatan yang tidak ada dalam kasus nyata tetapi dalam teori ada, yaitu:

Diare berhubungan dengan inflamasi usus.

ANALISA DATA

1. SYMTOM , ETIOLOGI, PROBLEM

SYMTOM

DO : a. Suhu 39°C
b. Nadi 120 x/ menit

c. Turgor sedang

DS : a. Pasien mengatakan

badannya terasa panas

b. Pasien rnengeluh pusing

ETIOLOGI

Pengaruh

endotoksin pada hipothalamus

intake yang kurang

PROBLEM

Hypertermi

C. Perencanaan

Pada tahap-tahap perencanaan asuhan keperawatan pada An. S dengan Typhus Abdominalis
meliputi penentuan prioritas, penentuan tujuan dan menentukan tindakan keperawatan

Dalam menentukan tujuan yang akan dicapai, unsur-unsur tujuan yang digunakan yaitu spesifik, bisa
diukur, bisa dicapai, realistik dan waktu pencapaianya juga perlu menentukan kriteria hasil. (Budi Anna
Kelliat,1996)

Diagnosa keperawatan pertama, tujuan yang ingin dicapai adalah suhu tubuh menjadi normal
kembali setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan dengan kriteria waktu
tersebut tidak terjadi kekurangan cairan karena perspirasi yang meningkat yang akan menyebabkan
kondisi tubuh makin lemah.

Rencana tindakannya antara lain dengan mengukur tanda-tanda vital, yang ditekankan pada
pengukuran suhu untuk memantau penurunan suhu dengan tidak mengabaikan pengukuran
pernafasan, nadi dan tekanan darah.

Kompres dingin dan pemberian minum yang banyak untuk mengganti cairan yang hilang lewat
penguapan Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti piretik, untuk menurunkan suhu.

Diagnosa keperawatan ke dua, dengan kritenia waktu 1 x 24 jam diharapkan pasien tidak mual
dan tidak muntah sehingga dapat menghabiskan porsi makannya dengan evaluasi terakhir terjadi
kenaikan berat badan.
Penulis membuat rencana tindakan dengan melibatkan keluarga dalam memberikan makanan
yang disukai pasien dalam batas diet, melakukan penimbangan berat badan tiap hari untuk mengetahui
status gizi pasien sehingga dapat dilakukan tindakan keperawatan lebih lanjut dan memudahkan dalam
pemberian terapi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti emetik untuk mencegah rasa mual
dan muntah, serta pemberian cairan parenteral sebagai penambah asupan mineral yang dibutuhkan
oleh tubuh.

Diagnosa keperawatan ke tiga, tujuan yang ingin dicapai nyeri berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, karena kalau tidak cepat diatasi akan mengganggu aktifitas
pasien. Dengan rencana tindakan yang lebih memfokuskan pada pengajaran tehnik relaksasi dan
distraksi serta latihan nafas dalam saat nyeri. Juga kompres dingin pada daerah yang nyeri karena
dengan vasokontriksi dapat memblok rasa nyeri. Pemberian diet lunak dimaksudkan pada pasien Typhus
Abdominalis terdapat tukak-tukak pada usus halus sehingga tidak terjadi pendarahan atau perforasi
usus.

Diagnosa keperawatan ke empat, tujuan yang hendak dicapai adalah perawatan diri terpenuhi
setelah dilakukan tindakan keperawatan sekitar 20 menit.

D. Pelaksanaan

Pada diagnosa keperawatan yang pertama, semua rencana tindakan dapat dilakukan seluruhnya.
Pada saat kompres seharusnya dilakukan pada lipatan ketiak, lipat paha dan dahi yang banyak pembuluh
darahnya tetapi hanya dilakukan di dahi karena pasien merasa risih. Mengukur tanda-tanda vital
dilakukan setiap 6 jam sekali. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan anti piretik (paracetamol 3 x
500 mg) dan anti biotik (injeksi ampicillin 2 x I gr). Injeksi antibiotik dilakukan sampai hari ke-6 dan
diganti anti biotik oral (amoxilin 3 x 500 mg).

Dalam diagnosa keperawatan ke dua, diberikan cairan parenteral (dextrose 5% 20 tetes/menit) dan
anti emetik (primperan 1/2 cth). Semua tindakan dapat dilakukan bersama perawat dan keluarga
terutama dalam memberikan makanan tambahan.

Untuk diagnosa keperawatan yang ketiga dan kelima rencana tindakan keperawatan dapat dilakukan
sepenuhnya.

Kompres dingin, tehnik relaksasi dan distraksi dilakukan pasien men jelang tidur agar atau saat
nyerinya datang dapat beristirahat dengan cukup dan untuk mengurangi rasa nyeri.

Diagnosa keperawatan yang ke empat dilakukan tidak hanya sekali, tetapi setiap pagi dan sore selama
pasien dirawat.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.

Evaluasi digunakan sebagai tolak ukur berhasil tidaknya tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi dari keseluruhan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Hypertermi berhubungan dengan pengaruh endotoksin pada hipotalamus.

Masalah dapat diatasi sepenuhnya tanggal 13 Juli 2005, suhu tubuh kembali normal menjadi
normal 37°C dan tetap diobservasi sampai pasien diperbolehkan pulang.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang.

Masalah dapat teratasi pada tanggal 16 Juli 2005 dengan kenaikan berat badan pasien yang
semula 24 kg menjadi 24,1 kg

3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada usus halus.

Masalah dapat teratasi sepenuhnya pada tanggal 14 Juli 2005, dari skala nyeri 3 menjadi skala
nyeri 0. Rencana tindakan dihentikan.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh
darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang
mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang
mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi
sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu
tubuh.

Bila tubuh merasa panas, ada kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke
lingkungan; bila tubuh merasa dingin, maka kecendrungannya menurunkan kehilangan panas. Jumlah
panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi – konveksi sangat di tentukan oleh
perbadaan suhu antara kilit dan lingkungan eksterna.

3.2. Saran

Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya. Dengan
adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mata kuliah “Keperawatan Integumen”. Selain itu
diperlukan lebih banyak referensi dalam penyusunan makalah ini agar lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson ,Fundamental of Nursing,1997

Carpeniton,Lynda Juall,Diagnosa Keperawatan,Aplikasi pada praktik,edisi6,EGC,Jakarta,1999

Guyton,Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit,EGC,Jakarta,1997.

AKPER di 19.46

Berbagi

Tidak ada komentar:


Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Foto saya

AKPER

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai