Anda di halaman 1dari 20

HERBAL PENGHANGAT TUBUH

(HERBAL REMEDIES DALAM PERAWATAN BAYI DAN ANAK)

MATAKULIAH : KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

DOSEN PENGAMPUH : NS. AGENG ABDI PUTRA, M.Kep

OLEH KELOMPOK 2

HADI RESTA SURJAYANI

KAWALUDDIN

NI KADEK DWI A.P.S

WAWAN DWI H.P

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TAHUN 2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rempah-rempah adalah bagian tumbuhan yang beraroma atau berasa kuat
yang digunakan dalam jumlah kecil dimakanan sebagai pengawet atau perisa
dalam masakan. Rempah-rempah biasanya dibedakan dengan tanaman lain yang
digunakan untuk tujuan yang mirip, seperti tanaman obat, sayuran beraroma,
dan buah kering. Rempah- rempah sudah di gunakan beribu-ribu tahun yang lalu.
Rempah pun menjadi jajahan oleh para penjajah sejak abad 15-16. Aroma khas
rempah menjadi daya tarik bagi para pencinta rempah terutama negara Eropa dan
Asia.
Rempah dapat tumbuh subur di kawasan Tropis, sehingga para kolonial
Portugis, Inggris dan Belanda menguasai Asia hanya untuk mejajah rempah pada
waktu itu. Masakan dari berbagai daerah di Indonesia terkenal dengan kelezatan
rasa serta aromanya. Kunci kekuatan rasa terletak pada bumbu dan rempah-
rempah hasil pertanian. Rempah – rempah di Indonesia adalah jenis rempah yang
sangat berkualitas.
Pada zaman penjajahan Belanda atau saat bangsa Barat berdatangan ,tujuan
mereka sebenarnya ingin membeli atau mencari rempah-rempah karena tempat
mereka disana tidak ada rempah rempah atau tanaman yang mampu mengahsilkan
kehangatan disaat terjadi musim dingin. Hingga saat ini kualitas rempah
Indonesia masih terbilang sangat mujarab atau ampuh untuk mengobati atau
mencegah penyakit disamping sebagai penghangat tubuh. Tak hanya kaya bumbu,
penanaman rempah-rempah yang dimiliki Indonesia juga menjadikannya tumbuh
subur. Semua rempah-rempah bila ditanam di Indonesia pasti hasilnya sangat
baik. Indonesia mudah dijajah negara lain karena adanya faktor iri dengan hasil
rempah-rempah.
Rempah-rempah sangat berpotensi besar di Indonesia, mulai dari rempah
segar maupun olahannya. Berbagai macam rempah-rempah tumbuh subur di

2
sejumlah wilayah di Indonesia. Rempah tidak mermerlukan perwatan yang rumit
sehingga produktivitas rempah rempah Indonesia sangat tinggi, hingga mampu
untuk ekspor ke berbagai belahan dunia.
Jahe merupakan tanaman rimpang yang banyak tersebar di daerah Asia.
Berdasarkan data dari FAO tahun 2002 menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara
yang menghasilkan jahe terbesar ke tiga setelah India dan China. Menurut PBS (Badan
Pusat Statistik) Provinsi Jawa Tengah, produktivitas jahe mencapai 30 ton per tahun.
Terdapat tiga jenis jahe yang biasa dibudidayakan yaitu jahe gajah (Zingiber officinale
var. Roscoe), jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan jahe emprit (Zingiber
officinalevar. Amarum). Menurut analisis Pribadi (2013) dari Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat menyatakan bahwa permintaan dan produksi jahe terus meningkat,
jahe gajah merupakan varietas jahe yang banyak di ekspor sedangkan jahe emprit dan
jahe merah menjadi penguasa di negeri sendiri yang dimanfaatkan oleh berbagai industri.
Jahe, temulawak, lengkuas, dan kencur dimanfaatkan sebagai rempah-rempah dan
minuman penghangat badan. Rimpang jahe merupakan bagian yang sering dimanfaatkan
karena banyak mengandung minyak atsiri dan oleoresin yang bermanfaat bagi kesehatan
sehingga rimpang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Dari ketiga jenis varietas jahe,
jahe merah adalah jahe yang paling banyak mengandung minyak atsiri dan oleoresin
(Setyawan, 2002).
Sementara itu, daun jahe yang merupakan limbah agroindustri perkebunan jahe
yang pemanfaatannya masih kurang. Biasanya daun jahe hanya dimanfaatkan sebagai
campuran pupuk organik dan pakan ternak. 2 Padahal, daun jahe kaya akan antioksidan
dan antibakteri (Sivasothy et al., 2011). Berdasarkan penelitian sebelumnya daun jahe
memiliki antioksidan yang cukup tinggi yaitu sebesar 291 ± 18 mg GAE/100 g wet base
(Chan et al., 2008). Namun demikian belum ada pemanfaatan lebih jauh pada daun jahe
merah padahal jahe merah memiliki antioksidan yang paling tinggi dan ketersediaan daun
jahe cukup melimpah. Antioksidan merupakan senyawa aktif yang bermanfaat sebagai
antibakteri (Darsana et al., 2012). Fenol merupakan salah satu antioksidan yang terdapat
pada daun jahe (Daghigh, 2011). Daun jahe merah kaya akan senyawa monoterpenoid
dan sesquisterpenoid (Mei, 2015). Senyawa monoterpenoid dan sesquisterpenoid dapat
dikategorikan senyawa antioksidan sekaligus antibakteri. Antioksidan berfungsi sebagai
penghambat reaksi oksidasi sehingga dapat mencegah kerusakan pangan akibat reaksi

3
oksidasi. Antioksidan dalam pangan juga berfungsi sebagai antibakteri yaitu bekerja
dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri yang terdapat dalam pangan (Prakash et
al., 2012), sehingga antioksidan dapat memperpanjang masa simpan pangan. Salah satu
pengaplikasiannya pada produk susu pasteurisasi komersial. Berdasarkan penelitian
dilakukan sebelumnya, antioksidan yang berasal dari daun aileru dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pada susu pasteurisasi (Maitimu et al., 2012). Berdasar fakta
tersebut telah dicoba upaya penghambatan pertumbuhan bakteri dengan menggunakan
ekstrak daun lain yaitu daun jahe merah.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana potensi jahe di indonesia?
2. Bagaimana potensi temulawak di indonesia?
3. Bagaimana potensi kencur di indonesia?
4. Bagaimana potensi lengkuas di indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan potensi jahe yang ada di indonesia.
2. Untuk menjelaskan potensi temulawak yang ada di indonesia.
3. Untuk menjelaskan potensi kencur yang ada di indonesia.
4. Untuk menjelaskan potensi lengkuas yang ada di indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Potensi Jahe di Indonesia


Jahe merupakan salah satu jenis tanaman obat yang berpotensi besar untuk
dikembangkan sebagai bumbu, bahan obat tradisional dan bahan baku makanan
serta minuman.tanaman jahe juga banyak dimanfaatkan sebagai obat inflamasi,
obat nyeri sendi dan otot, tonikum, serta obat batuk. Jahe juga diandalkan sebagai
komoditas ekspor nonmigas dalam bentuk jahe segar, jahe kering, minyak atsiri,
dan oleoresin.

2.1.1 Luas Arel dan Sentra Produksi Jahe


Daerah produksi utama jahe di Indonesia adalah Jawa Barat, yaitu di
Sukabumi, Majalengka, Sumedang, Bandung, Cianjur, Ciamis, Garut dan Subang.
Banten yaitu Lebak dan Pandeglang. Jawa Tengah yaitu di Magelang, Boyolali,
dan Salatiga. Jawa Timur yaitu Malang, Probolinggo, Pacitan. Sumatera Utara di
Samalungun. Nusa Tenggara Timur (NTT) di Kupang.
Dalam perkembangannya, kebutuhan komoditas jahe untuk bahan baku
industry terus meningkat. Pada tahun 1998, ekspor jahe segar Indonesia mencapai
32.807 ton dengan nilai nominal US $ 9.286.161. tahun 2003 turun menjadi 7.470
ton dengan nilai US $ 3.930.317 karena mutu yang tidak memenuhi standart.
Kemudia permintaan jahe mengalami peningkata setiap yahun dengan adanya
perkembangan areal penanaman di Indonesia dan munculnya berbagai produk
jahe.

5
2.1.2 Komposisi Kimia dan Zat Aktif Pada Jahe
Jahe mengandung komponen minyak menguap, minyak tak menguap dan
pati. Minyak menguap yang biasa disebut minyak atsiri merupakan komponen
pemberi bau yang khas, sedangkan minyak yang tak menguap yang biasa disebut
oleoresin merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Komponen yang
terdiri dari oleoresin merupakan gambaran utuh dari kandungan jahe, yaitu
minyak atsiri dan fixed oil yang terdiri dari zingerol shagol.

Table Komposisi Kimia Jahe Per 100 Gram (Berat Bersih)

Komponen Jumlah
Jahe Segar Jahe kering
Energi (KJ) 184,0 1424,0
Protein(g) 1,5 9,1
Karbohidrat (g) 1,0 6,0
Lemak (g) 10,1 70,8
Kalsium (mg) 21 116
Fosfro (mg) 39 148
Besi (mg) 4,3 12
Vitamin A (SI) 30 147
Vitamin C (mg) 4 -
Serat Kasar (mg) 7,53 5,9
Total Abu (mg) 3,70 4,7
Sumber : (Koswara, 2001)

2.1.3 Manfaat Jahe Bagi Kesehatan

Manfaat jahe yang pertama adalah melancarkan peredaran darah. Gingerol


yang terdapat pada jahe bersifat antikoagulan yang akan mencegah terjadinya
penggumpalan darah. Dengan mencegah tersumbatnya pembuluh darah yang
merupakan penyebab utama penyakit stroke dan juga serangan jantung. Jahe
dapat merangsang pelepasan hormone adrenalin dan juga dapat memperlancar
pembuluh darah yang dapat mengakibatkan darah mengalir menjadi lebih lancer
dan lebih cepat serta dapat meringankan kerja jantung dalam memompa darah.

6
2.1.4 Cara Pengolahan Jahe Menjadi Produk

Instan Jahe :

1. Rimpang yang sudah dicuci bersih, dipotong-potong dan di kupas.


2. Blender dan kemudian diperas. Air perasannya merupakan sari jahe.
3. Sari jahe ditambah jeruk nipis dan pandan (untuk penambah rasa),
selanjutnya diuapkan atau dipanaskan hingga kental.
4. Ditambahkan gula pasir (1 bagian jahe : 2 bagian gula pasir) dan
diaduk sampai kering.
5. Dikemas dalam wadah agar tetap kering.

2.1.5 Gambar Komoditas dan Produk Jahe

Gambar Komoditas Jahe

7
Gambar Produk Jahe

2.2 Potensi Temulawak di Indonesia


Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang
semu. Di daerah Jawa Barat temulawak biasa disebut sebagai koneng gede.
Tanaman ini tumbuh baik pada lahan yang memiliki naungan. Perakaran
temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenih tanah baik tanah
berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat.

8
Temulawak banyak ditemukan pada daerah dataran sedang sampai tinggi dengan
curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.

2.2.1 Luas Areal dan Sentra Produksi Temulawak


Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil dengan
menggunakan teknologi budidaya yang sederhana, karena itu sulit menentukan
letak sentra penanaman temulawak di Indonesia. Hampir di setiap daerah
pedesaan, terutama di dataran sedang dan tinggi, dapat ditemukan temulawak
terutama di lahan yang teduh.
2.2.2 Komposisi Kimia dan Zat Aktif Pada Temulawak
Komponen utama yang terkandung dalam rimpang temulawak yaitu 48-
59,64% zat tepung 1,6-2,2% kurkumin 1,48-1,63% minyak atsiri. Daging buah
(rimpang) temulawak mengandung beberapa senyawa kimia antara lain minyak
atsiri fellandrean dan turmerol, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol, dan
kurkumin. Kandungan zat aktif temulawak antara lain kurkumin, kurkuminoid, p-
toluimetilkarbinol, protein, mineral seperti kalium (K), natrium (Na), Magnesium
(Mg), besi (Fe), mangan (Mn), dan cadmium (Cd).

2.2.3 Manfaat Temulawak Bagi Kesehatan


Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temulawak juga dimanfaatkan
sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian diolah menjadi
bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan
pencernaan. Disisi lain, temulawak juga mengandung senyawa beracun yang
dapat mengusir nyamuk. Karena tumbuhan tersebut menghasilkan minyak atsiri
yang mengandung linalool, geraniol yaitu golongan fenol yang mempunyai daya
repellan nyamuk aedes aegypti.

2.2.4 Cara Pengolahan Temulawak Menjadi Produk


Sirup Temulawak :

9
1. Temulawak yang telah dikeringkan dicampur dengan bunga pala, kayu
manis dan cengkeh yang telah dibuang kepalanya.
2. Ditambahkan air kemudian dimasak sehingga air tinggal 1 liter. Selama
memasaknya diaduk-aduk.
3. Diamkan selama 1 malam.
4. Disaring untuk diambil ekstrak rebusan campuran tersebut.
5. Ekstrak campuran ini ditambah gula pasir kemudian diaduk-aduk hingga
gula seluruhnya larut.
6. Disaring dengan saringan kain yang bersih kemudian ditambahkan asam
sitrat.
7. Sewakan masih panas masukkan kedalam botol yang telah bersih dan
steril, kemudian tutup rapat-rapat dengan penutup crown curk.

2.2.5 Gambar Komoditas dan Produk Temulawak

Gambar Komoditas

10
Gambar Produk Temulawak

2.3 Potensi Kencur di Indonesia

11
Kencur (Kaempferia Galanga) merupakan salah satu jenis rempah-rempah
yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini tumbuh merumpun dengan
sosok tanaman kecil yang memiliki batang semu pendek dan tumbuh menutup
permukaan tanah. Kencur tumbuh pada dataran rendah pegunungan terutama pada
tanah-tanah yang gembur, subur dan sedikit berpasir.

2.3.1 Luas Areal dan Sentra Produksi Kencur


Tanaman ini sudah berkembang di Pulau Jawa dan di luar Jawa seperti
Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Kalimantan Selatan. Produksi kencur di tiga
Provinsi produsen utama di Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur baru mencapai 19.824 ton dengan luas areal tanam 3.644 ha, atau
produktivitas rata-rata 6,05 t/ha.

2.3.2 Komposisi Kimia dan Zat Aktif Pada Kencur


Tanaman kencur mengandung minyak atsiri. Zat-zat yang banyak diteliti
adalah pada rimpangnya yaitu mengandung minyak atsiri 2,4-3,9%, juga
cinnamal, aldehyde, asam motil p-cumarik, asam annamat, etil asetat dan
pendekatan. Selain itu disebutkan bahwa rimpang kencur mengandung sineol,
paraumarin, asam anisic, gom, pati 4,14% mineral 13,73%.

2.3.3 Manfaat Kencur Bagi Kesehatan


Khasiat dari rimpang kencur dapat mengobati batuk, radang lambung,
radang telinga anak, influenza pada bayi, masuk angin, sakit kepala,
membersihkan darah kotor, mengobati diare, memperlancar haid, mata pegal,
keseleo, dan sebagai alat KB tradisional.

2.3.4 Cara Pengolahan Kencur Menjadi Produk


Bubuk Kencur
1. Kencur kering (kadar air 8-10%), digiling halus dengan ukuran sekitar
50-60 mesh.

12
2. Bubuk yang sudah jadi, dikemas dalam wadah kering, dan siap
digunakan untuk bumbu, bahan baku industry minuman.

2.3.5 Gambar Komoditas dan Produk Kencur


Gambar Komoditas Kencur

Gambar Produk Kencur

13
2.4 Potensi Lengkuas di Indonesia
Lengkuas atau laos (Alpinia galangal) merupakan jenis tumbuhan umbi-
umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah.
Umurnya masyarakat memanfaatkannya sebagai campuran bumbu masak dan
pengobatan tradisional. Pemanfaatan lengkuas untuk masakan dengan cara
mememarkan rimpang kemudian dicelupkan begitu saja kedalam campuran
masakan, sedangkan untuk pengobatan tradisional yang banyak digunakan adalah
lengkuas merah Alpina purpurata K Schum.

2.4.1 Luas Areal dan Sentra Produksi Lengkuas

14
Di Indonesia banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati atau di dalam
semak belukar. Tumbuhan ini berasal dari Asia Tropika, tetapi tidak begitu jelas
dari daerah mana. Ada yang menduga berasal dari cina, ada juga yang
berpendapat berasal dari Bengali. Tetapi sudah sejak lama digunakan secara luas
di Cina dan Indonesia terutama di pulau Jawa. Sekarang tersebar luas di berbagai
daerah di Asia tropis, antara lain Indonesia, Malaysia, Filipina, Cina bagian
selatan, Hongkong, India, Bangladesh, dan Suriname.
Di Indonesia, mula-mula banyak ditemukan tumbuh di daerah Jawa Tengah,
tetapi sekarang sudah di budidayakan di berbagai daerah. Di Malaya, selain yang
tumbuh liar juga banyak yang ditanam oleh penduduk di kebun atau pekarangan
rumah.

2.4.2 Komposisi Kimia dan Zat Aktif pada Lengkuas


Ekstrak lengkuas bersifat sistemik, mudah diserap akar tanaman dan dibawa
seluruh tubuh tanaman sampai masuk ke dalam jaringan daun. Lengkuas
merupakan tanaman obat yang bersifat bakterisidal dan fungsidal, yang memiliki
kandungan 1% minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri
dari metil-sinamat 48 %, sineol 20%-30%, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen,
pinen, galangin, serta sesquiterpene, camphor, galangol, cadinene, dan hydrate
hexahydrocadelene. Penelitian yang dilakukan oleh Haraguchi dan kawan-
kawannya juga menyatakan bahwa senyawa diterpene yang diisolasi dari biji
Alpinia galangal dan diidentifikasi sebagai (E)-8 beta,17-epoxylabd-12-ene-15,
16-dial secara sinergis meningkatkan aktivitas antifungi.

2.4.3 Manfaat Lengkuas Bagi Kesehatan


Lengkuas adalah tanaman obat yang mengandung antimikrobial diterpene
dan eugenol yang mempunyai aktivitas antifungi. Penggunaan lengkuas Alpinia
galanga(L) Swartz secara empiris sebagai obat antijamur kulit telah diketahui
sejak lama. Secara tradisional dari sejak zaman dahulu kala, parutan rimpang
lengkuas sering digunakan sebagai obat penyakit kulit, terutama yang disebabkan

15
oleh jamur, seperti panu, kurap, eksim, jerawat, koreng, bisul, dan sebagainya.
Khasiatnya yang sudah dibuktikan secara ilmiah melalui berbagai penelitian
adalah sebagai antijamur. Eugenol yang terdapat pada rimpang lengkuas (Alpinia
galangal) dikenal memiliki efek sebagai antijamur Candida albicans. Salah satu
efek obat dari eugenol adalah sebagai antiseptik lokal, sedangkan derivat dari
eugenol dapat bekerja sebagai biocide dan antiseptik. Eugenol adalah suatu allyl
chain-substituted guaiacol yang bekerja sebagai antiseptik lokal sedangkan
derivatnya dapat bekerja sebagai biocide dan antiseptic. Senyawa lain yang juga
memiliki efek sebagai antijamur adalah diterpene.

2.4.4 Cara Pengolahan Lengkuas Menjadi Produk


Ekstrak Rimpang Lengkuas
1. Rimpang lengkuas yang masih segar sebanyak 1 kg diparut dan
dikeringkan pada suhu 50°C selama 5 hari.
2. Setelah kering, 100 kg parutan rimpang lengkuas diekstrak dalam 500
mL etanol 70% selama 24 jam pada suhu kamar.
3. Setelah disaring, filtrat dievaporasi dengan rotary evaporator (40°C,
vakum).
4. Setelah kering ekstrak ditambah 10 mL etanol dan 20 mL heksana.
5. Setelah dikocok, lapisan heksana yang mengandung lemak dibuang.
6. Lapisan etanol dikeringkan sampai menjadi kristal.
7. Ekstrak Kristal etanol sebanyak 1 g dilarutkan dalam larutan etanol
1% (1:100; w/v)

2.4.5 Gambar Komoditas dan Produk Lengkuas


Gambar Komoditas

16
Gambar Produk Lengkuas

17
18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Potensi jahe di Indonesia sangat bagus, jahe dapat dibudidayakan di banyak
wilayah di Indonesia.
2. Potensi temulawak di Indonesia cukup bagus karena temulawak dapat
beradaptasi dengan baik pada berbagai jenih tanah baik tanah berkapur,
berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat.
3. Kencur tumbuh pada dataran rendah pegunungan terutama pada tanah-
tanah yang gembur, subur dan sedikit berpasir, sehingga potensi kencur di
Indonesia kurang bagus.
4. Lengkuas cukup berpotensi di Indonesia karena lengkuas merupakan jenis
tumbuhan umbi-umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun
dataran rendah.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, tentunya penulis menyadari bahwa dalam
pembuatannya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
berharap adanya saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun
demi kelancaran dan kesempurnaan tugas makalah berikutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Hieronymus Budi.1989.Jahe.Yogyakarta:Kanisius
Rukmana, Rahmat.1994.Kencur.Yogyakarta:Kanisius
Rukmana, Rahmat.1995.Usaha Temulawak Tanaman Rempah dan
Obat.Yogyakarta:Kanisius
Kartasapoetra,G.1992.Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat.Jakarta:Rineka Cipta

20

Anda mungkin juga menyukai