Anda di halaman 1dari 8

BAB V

PEMBAHASAN

Pada masa sekarang ini sebagian besar operasi pemboran menggunakan


metode putar atau rotary drilling. Pada pemboran putar, mata bor atau bit berputar
menggerus dan memecah batuan formasi untuk menciptakan lubang. Serpihan
batuan atau cutting diangkat ke permukaan melalui fluida pemboran. Fluida
pemboran dipompakan ke lubang pemboran melalui drillstring, selanjutnya
disirkulasi kembali ke permukaan bersamaan dengan serpih bor (cutting) melalui
annulus. Fluida pemboran selain berfungsi untuk pengangkatan serbuk bor juga
memiliki fungsi yang lain, diantaranya adalah mengimbangi tekanan formasi,
membantu evaluasi formasi, melindungi formasi produktif dan melindungi
stabilitas formasi.
Pada metode pemboran overbalance, tekanan hidrostatis fluida pemboran
lebih tinggi dari tekanan formasi. Ketika operasi pemboran menembus formasi
bertekanan rendah, kemungkinan terjadi masuknya fluida pemboran ke dalam
formasi atau hilang lumpur akan besar. Akibat terjadinya lost circulation maka
problem-problem pemboran yang lain akan terjadi. Salah satu problem pemboran
tersebut adalah terjadinya pipa terjepit, kemudian akibat lain yang bisa
ditimbulkan apabila terjadinya hilang lumpur adalah terjadinya kerusakan formasi,
kerusakan formasi tersebut salah satunya disebabkan karena masuknya filtrat
lumpur pemboran ke dalam formasi. Kerusakan ini terjadi akibat kontak fisik
maupun kimia antara fluida pemboran dengan mineral batuan formasi, sehingga
menyebabkan perubahan sifat fisik disekitar lubang bor.
Underbalanced drilling adalah suatu operasi pemboran dimana tekanan
fluida pemboran didesain lebih rendah daripada tekanan formasi, sehingga
kemungkinan untuk masuknya fluida pemboran ke dalam formasi kecil, akibatnya
akan terjadi aliran fluida formasi masuk ke dalam lubang bor. Penggunaan metode
pemboran underbalance, maka kemungkinan terjadinya lost circulation akan dapat

132
133

dihindari, sehingga problem pemboran yang lain serta terjadinya kerusakan


formasi akan dapat dihindari.

5.1. Keterkaitan Karakteristik Formasi Terhadap Penerapan


Underbalanced Drilling Untuk Mencegah Problem Pemboran dan
Kerusakan Formasi
Pengaruh kompresibilitas batuan terhadap ROP terdapat pada tekanan
yang dilalui oleh batuan yaitu tekanan hidrostatik fluida dalam batuan dan tekanan
overburden. Semakin kecil tekanan hidrostatik fluida di dalam batuan maka
batuan akan lebih mudah dibor, sedangkan tekanan overburden yang dialami
batuan akan menyebabkan batuan tersebut semakin kompak sehingga sulit untuk
dibor. Kondisi tersebut di atas dapat tercipta apabila diterapkannya metode
pemboran underbalance, dengan metode ini maka kemungkinan terjadinya
tekanan hidrostatis yang rendah di dalam batuan formasi akan besar. Rendahnya
tekanan hidrostatis tersebut akan dapat meningkatkan Rate of Penetration operasi
pemboran.
Compressive strength merupakan pencerminan dari kemampuan batuan
untuk menahan compressive stress maksimum sebelum batuan tersebut hancur.
Umumnya laju pemboran berbanding terbalik dengan compressive strength.
Pengaruh compressive strength terhadap ROP yaitu semakin besar compressive
strength suatu batuan maka ROP akan menurun.
Hardness merupakan sifat ketahanan batuan terhadap goresan. Mohs
membagi skala kekerasan batuan menjadi 3, yaitu : batuan lunak (soft formation),
batuan sedang (medium formation), dan batuan keras (hard formation). Kekerasan
batuan dipengaruhi oleh sementasi dan kekompakan butiran batuan. Makin besar
ruang rongga butiran batuan, semakin mudah untuk dihancurkan dan semakin
kecil ruang rongga butiran batuan atau semakin kompak batuan akan semakin
keras batuan tersebut untuk dihancurkan. Pengaruh hardness terhadap ROP yaitu
pada batuan keras akan menyebabkan ROP turun, sedangkan pada batuan yang
lunak akan menyebabkan ROP meningkat.
134

Karakter formasi yang berhubungan tentang kemampuan batuan untuk


ditembus adalah compressive strength dan hardness. Kedua hal tersebut
berhubungan dengan ROP. Penggunaan aplikasi metode pemboran underbalance
sangat tepat digunakan untuk meningkatkan ROP. Penggunaan fluida pemboran
dengan densitas kecil, dimana akan terdapat kondisi tekanan hidrostatik yang
lebih rendah daripada tekanan formasi, maka akan terdapat beda tekanan (ph-pf)
yang bernilai negatif. Perbedaan tekanan tersebut dapat mengakibatkan
berkurangnya kekuatan batuan, sehingga batuan akan mudah ditembus dan ROP
akan meningkat.
Rock drillability merupakan tingkat kemudahan batuan untuk dibor.
Drillability formasi pada umumnya akan berkurang dengan bertambahnya
kedalaman. Pengaruh drillabilitas suatu batuan akan semakin mudah untuk
ditembus dan mengakibatkan ROP akan meningkat. Meningkatnya ROP maka
cutting yang dihasilkan akan banyak, tetapi tidak semua cutting akan mudah
tersirkulasi dan terangkat ke atas (tidak semua fluida pemboran mempunyai
kemampuan yang bagus dalam pengangkatan cutting). Kondisi tersebut akan
mengakibatkan ECP (Equivalent Circulation Density) yaitu densitas efektif pada
suatu kedalaman akan naik, karena fluida pemboran tersebut bertambah fraksi
beratnya, yang berupa cutting yang tidak dapat terangkat dan tersirkulasi menuju
ke permukaan. Naiknya ECP akan mengakibatkan kondisi tekanan hidrostatis
fluida pemboran pada suat kedalaman tertentu atau BHCP (Bottom Hole
Circulation Pressure) akan naik, apabila kondisi BHCP lebih besar daripada
tekanan rekah formasi, maka formasi akan menjadi rekah. Akibat dari rekahnya
formasi maka kemungkinan untuk terjadinya hilang lumpur akan besar.
Pencegahan agar tidak terjadi hal tersebut adalah memaksimalkan pengangkatan
cutting, salah satunya adalah penerapan metode pemboran underbalance. Metode
pemboran underbalance memungkinkan fluida pemboran memiliki densitas yang
rendah, sehingga upaya pemaksimalan pengangkatan cutting akan tercapai.
Kondisi ECD dan BHCP akan terkontrol, sehingga tekanan rekah formasi dapat
dihindari.
135

Abrasiveness merupakan sifat menggores dan mengikis dari batuan,


sehingga sering menyebabkan keausan pada gigi pahat serta diameter pahat.
Pengaruh abrasiveness terhadap ROP berpengaruh terhadap keausan gigi pahat
tersebut akan semakin pendek umurnya, maka mengakibatkan laju pemboran akan
menurun karena pahat sudah tidak mampu lagi untuk menembus batuan. Pengaruh
elastisitas batuan terhadap ROP biasanya dijumpai pada batuan shale, yaitu
semakin elastis suatu batuan akan menyebabkan batuan tersebut sukar untuk
dibor, sehingga mengakibatkan ROP akan menurun.
Pengaruh tekanan overburden terhadap ROP yaitu semakin dalam suatu
pemboran, maka tekanan overburden akan semakin besar dan semakin banyak
cutting yang dihasilkan, sehingga menyebabkan laju pemboran akan menurun.
Agar laju pemboran tidak menurun, maka kecepatan lumpur di annulus harus
lebih besar daripada kecepatan cutting mengendap.
Dalam mekanika batuan perlu diketahui bagaimana kriteria penghancuran
dari batuan akibat adanya tegangan (stress) dan regangan (strain). Stress
(tegangan) merupakan pengaruh luar batuan yang menyebabkan pecahnya batuan.
Sedangkan strain (regangan) merupakan ukuran dapat diubahnya bentuk maupun
volume batuan akibat adanya stress dan merupakan pengaruh dalam dari batuan.
Kriteria failure batuan yang umum dikenal adalah kriteria failure Mohr-Coulomb.
Lingkaran Mohr-Coulomb menggambarkan kombinasi principal stress pada
kondisi kritis. Kekuatan geser (shear strength) yang diperkirakan dari kriteria
failure (kehancuran) Mohr-Coulomb, kadang-kadang digunakan untuk
karakterisasi kekuatan batuan. Kerusakan (yielding) terjadi ketika tegangan geser
(shear stress) pada batuan melebihi jumlah tahanan kohesi batuan dan tahan geser
material pada bidang geser atau bidang rekah.
Untuk menghindari problem shale (adsorbsi air oleh bentonic shale) ketika
operasi pemboran menembus formasi shale, adalah dengan menggunakan metode
pemboran underbalance. Pada metode pemboran underbalance, dimana
dikondisikan tekanan hidrostatis fluida pemboran yang lebih rendah daripada
tekanan formasi, fluida pemboran yang dapat disesuaikan adalah densitas fluida
pemboran. Kondisi densitas fluida pemboran yang rendah maka tekanan
136

hidrostatis fluida pemboran yang lebih rendah daripada tekanan formasi akan
tercapai. Rendahnya densitas fluida pemboran akan mengakibatkan turunnya
viskositas fluida pemboran tersebut, karena berkurangnya fraksi berat dari fluida
pemboran. Turunnya viskositas fluida pemboran maka problem shale ketika
operasi pemboran menembus formasi shale akan dapat dihindari. Pencegahan
yang lain adalah mengkondisikan perbedaan tekanan antara tekanan hidrostatis
fluida pemboran dan tekanan formasi sebesar antara 250-500 psi. Pemboran
underbalance yang menembus formasi pressured shale dan fractured brittle shale
dapat menyebabkan runtuhnya lubang bor.
Well kick adalah salah satu hambatan pemboran yang datangnya secara
tiba-tiba. Hal ini terjadi ketika masuknya fluida formasi yang bertekanan tinggi ke
dalam lubang bor. Apabila hal ini tidak terkontrol akan dapat menyebabkan
semburan liar. Dalam pemboran underbalance, dimana memungkinkan adanya
aliran fluida formasi ke dalam lubang bor, maka usaha untuk mengontrolnya
adalah menggunakan peralatan tambahan yaitu Rotating Blow Out Preventer
(RBOP). Alat tersebut dipasang diatas BOP. RBOP mampu menahan tekanan dari
formasi sebesar 2500 psi.
Kerusakan formasi adalah kondisi rusaknya formasi sehingga fluida
reservoir terhalang mengalir menuju lubang sumur sehingga mengakibatkan
turunnya produktifitas sumur. Hampir semua formasi mengalami kerusakan
formasi yang berupa penurunan permeabilitas di sekitar lubang sumur. Penurunan
permeabilitas batuan dan kerusakan formasi merupakan masalah yang sering
dijumpai pada daerah produktif. Kerusakan formasi dapat dibagi menjadi
kerusakan dinamik dan statik. Pada bagian ini akan dibahas kerusakan dinamik.
Kerusakan dinamik adalah kerusakan formasi yang terjadi pada waktu pemboran.
Invasi lumpur pemboran ke dalam formasi dapat berupa invasi filtrat dan
invasi padatan. Filtrat yang masuk ke dalam formasi dapat dapat berupa air yang
mengandung ion-ion positif dan negatif. Hal ini dapat menyebabkan
pengembangan clay (clay swelling). Untuk selanjutnya bersama fluida mengalir
dan mengendap pada tempat tertentu, sehingga menyumbat pori-pori batuan dan
menyebabkan berkurangnya permeabilitas di sekitar sumur. Filtrat juga dapat
137

menyebabkan perubahan sifat fisik batuan di sekitar sumur, yaitu sifat


wettabilitasnya.
Padatan yang terbawa oleh fluida pemboran dapat menyumbat pori-pori
dipermukaan formasi sekitar lubang sumur. Terinvasinya padatan ke dalam
formasi dibedakan menjadi tiga cara, yaitu (1) Partikel yang memiliki ukuran
yang cukup kecil masuk ke celah pori-pori batuan, sehingga akan menyumbat
pori-pori batuan. (2) Partikel ukuran cukup besar, sehingga satu partikel sudah
cukup untuk menyumbat pori-pori batuan. (3) Partikel yang memiliki ukuran
terlampau besar, sehingga tidak dapat masuk ke dalam pori-pori batuan. Partikel
tersebut tertahan di permukaan formasi. Ketiga cara diatas menyebabkan
pengurangan permeabilitas dan pada akhirnya aka mengurangi laju alir
hidrokarbon dari formasi ke lubang sumur.
Pencegahan adanya kerusakan formasi atau formation damage pada saat
operasi pemboran adalah dengan mencegah masuknya filtrat fluida pemboran ke
formasi. Cara yang efektif untuk mencegah masuknya filtrat fluida pemboran ke
formasi adalah menggunakan metode pemboran underbalance. Pada metode
pemboran underbalance yang memiliki tekanan hidrostatis kolom lumpur lebih
rendah dari tekanan formasi, kemungkinan masuknya filtrat fluida pemboran ke
formasi akan kecil.

5.2. Identifikasi Formasi yang Sesuai dengan Penggunaan Metode Pemboran


Underbalance
Pada umumnya suatu operasi pemboran memiliki harapan agar dapat
dilakukan secara efektif dan efisien sehingga diperoleh suatu hasil yang optimum.
Pada kenyataannya tidak semua metode pemboran ternyata cocok dengan kondisi
formasi dimana pemboran tersebut dilakukan. Identifikasi formasi pada operasi
pemboran merupakan hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan operasi
pemboran agar didapatkan hasil yang optimum, demikian pula pada metode
pemboran underbalance, aplikasi metode ini akan berpotensial terhadap hasil yang
optimum, apabila dilakukan pada formasi-formasi, seperti :
1. Depleted Reservoir (subnormal pressure)
138

Depleted reservoir (formasi subnormal pressure), dimana gradien tekanannya


lebih rendah dibandingkan dengan tekanan hidrostatik kolom fluida pemboran.
Jika digunakan metode overbalance maka formasi ini berpotensial terjadinya
fenomena lumpur masuk kedalam reservoir (hilang lumpur) dan pipa terjepit.
Hilang lumpur ini terjadi jika besarnya lubang pori lebih besar dari ukuran
partikel lumpur pemboran. Ukuran lubang pori yang mengakibatkan terjadinya
hilang sirkulasi ini berada pada kisaran 0,1 - 1,00 mm. Biasanya terjadi pada
formasi yang memiliki lapisan dengan permeabilitas sangat besar, rekah-rekah,
seperti sandstone dan unconsolidated sand. Metode yang sesuai dengan formasi
ini adalah dengan nutrified mud atau crude mud.
2. Reservoir rekahan
Reservoir dengan rekahan alami ini biasanya memperlihatkan hilang fluida
pemboran yang sangat besar. Kehilangan fluida ini akan membuat masalah
pemboran seperti well control atau memberikan terjadinya mechanical sticking,
karena tekanan hidrostatik fluida pemborannya lebih besar dari tekanan. Pada
operasi pemboran underbalance tekanan didesain lebih kecil dari tekanan formasi.
Metode yang sesuai dengan formasi ini adalah flowdrilling.
3.Formasi yang terdiri atas batuan yang keras
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan laju penembusan pahat pada
batuan adalah densitas fluida pemboran. Studi laboratorium dan lapangan
memperoleh kesimpulan bahwa semakin ringan densitas fluida pemboran yang
dipakai, laju penembusan pahat akan semakin cepat, karena dengan semakin
kecilnya perbedaan tekanan atau differential pressure, yaitu (ph-pf) akan semakin
kecil bahkan pada UBD, perbedaan tekanan tersebut akan berharga negatif. Laju
penembusan juga terpengaruh oleh kekuatan batuan (compressive strength) yang
ditembus, dengan menurunkan perbedaan tekanan yang dimaksud, maka kekuatan
batuan tadi akan menurun dan pahat bor dapat dengan mudah menembus lapisan
batuan. Contoh untuk formasi ini adalah Limestone padat (batu gamping) dan
jenis batuan yang faktor sementasinya besar (consolidated sand). Metode yang
sesuai dengan formasi ini adalah dry air drlling, mist, foam, dan nitrogen atau gas
alam.
139

4. Formasi dengan permeabilitas besar


Salah satu penyebab terjadinya pipa terjepit adalah mud cake, yang terjadi jika
perbedaan (selisih) antara tekanan hidrostatik lumpur pemboran dan tekanan
formasi menjadi sangat besar pada saat melewati formasi yang porous dan
permeable, seperti batu pasir (sandstone) dan batu gamping (limestone). Metode
yang sesuai dengan formasi ini adalah nutrified mud, foam, dan aerated mud.
5. Formation damage
Formasi yang berpotensi mengalami kerusakan (formation damage), bila dibor
dengan metode overbalanced drilling. Salah satu penyebab kerusakan formasi
(formation damage) adalah karena penggunaan lumpur yang terlalu berat sehingga
partikel padatan lumpur (innert solids) akan masuk ke dalam formasi produktif.
Partikel padatan dan filtrat lumpur pemboran yang masuk ke formasi akan
menyebabkan beberapa hal, yaitu tertutupnya pori-pori formasi produktif,
meningkatnya water content pada formasi yang mengandung minyak sehingga
saturasi minyak menurun dan akhirnya ditempati oleh air, serta mengembangnya
partikel clay pada formasi produktif sehingga permeabilitas menurun,
meningkatnya biaya stimulasi suatu sumur dan berakibat terganggunya
produktifitas formasi.
Metode yang sesuai dengan formasi ini adalah dengan nutrified mud atau
crude mud dan flowdrilling.

Anda mungkin juga menyukai