Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahuluan

Urolithiasis
Keperawatan Medikal Bedah

Program Studi Profesi Keperawatan


Section C 2021
Nama : Gaby Ester Rumata
NIM : 2053043
Definsi
Urolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih individu terbentuk
batu berupa kristal yang mengendap dari urin. Urolithiasis adalah suatu proses dimana
terbentuknya batu (kalkuli) pada traktus urinarius. Kalkuli yang ditemukan pada ginjal
disebut nephrolitiasis dan kasus ini paling sering ditemukan. Jika kalkuli ditemukan pada
ureter dan vesica urinaria sebagian besar berasal dari ginjal.

Etiologi
Urolithiasis secara teoritis terjadi / terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat yang sering terjadi hambatan aliran urin antara lain sistem kalisis ginjal (buli – buli) .
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium
oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat
defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam
urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status
cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).

Ada juga 2 jenis faktor yang menyebabkan urolithiasis yaitu :

1. Faktor Endogen : Faktor genetik, familial, hypersistinuria, hiperkalsiuria, dan


hiperoksalouria
2. Faktor Eksogen : Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi, dan kejenuhan
mineral dalam air minum

Tanda & Gejala


Tanda dan gejala yang dialami oleh pasien di pengaruhi oleh dimana letaknya batu,
keparahan infeksi serta ada atau tidaknya obstruksi saluran kemih. Berikut adalah tanda dan
gejala umum yg sering terjadi pada pasien :

1. Nyeri
- Nyeri kolik : Nyeri ini terjadi karena adanya sumbatan batu pada saluran kemih
sehingga terjadi restensi dan iritabilitas pada jaringan sekitar.
- Nyeri Non- kolik : Nyeri ini terjadi karena ada peregangan kapsul ginjal karena
terjadi hidronefrosis / infeksi pada ginjal yang menimbulkan nyeri hebat dengan
peningkatan produksi prostglandin E2 ginjal.
2. Hematuria
3. Demam
4. Nyeri saat buang air kecil
5. Mual dan Muntah
6. Gangguan Miksi

Patofisiologi
Adanya kalkuli dalam traktus urinarius disebabkan oleh dua fenomena dasar.
Fenomena pertama adalah supersaturasi urin oleh konstituen pembentuk batu, termasuk
kalsium, oksalat, dan asam urat. Kristal atau benda asing dapat bertindak sebagai matriks
kalkuli, dimana ion dari bentuk kristal super jenuh membentuk struktur kristal mikroskopis.
Kalkuli yang terbentuk memunculkan gejala saat mereka membentur ureter waktu menuju
vesica urinaria.

Fenomena kedua, yang kemungkinan besar berperan dalam pembentukan kalkuli


kalsium oksalat, adalah adanya pengendapan bahan kalkuli matriks kalsium di papilla renalis,
yang biasanya merupakan plakat Randall (yang selalu terdiri dari kalsium fosfat). Kalsium
fosfat mengendap di membran dasar dari Loop of Henle yang tipis, mengikis ke interstitium,
dan kemudian terakumulasi di ruang subepitel papilla renalis. Deposit subepitel, yang telah
lama dikenal sebagai plak Randall, akhirnya terkikis melalui urothelium papiler. Matriks
batu, kalsium fosfat, dan kalsium oksalat secara bertahap diendapkan pada substrat untuk
membentuk kalkulus pada traktus urinarius.
Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.
Data dasar pengkajian penerima manfaat tergantung pada keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal)
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Keluhan utama
Alasan spesifik untuk kunjungan klien ke klinik atau rumah sakit. Biasa klien
dengan batu ginjal mengeluhkan adanya nyeri padang pinggang.

b. Riwayat penyakit sekarang : menggunakan PQRST


➢ P: Paliatif / Propokative: Pada klien dengan urolithiasis biasanya klien
mengeluh nyeri pada bagian pinggang dan menjalar kesaluran kemih.
➢ Q: Qualitas: Pada klien dengan urolithiasis biasanya nyeri yang di rasakan
seperti menusuk - nusuk.
➢ R: Region :Pada klien dengan urolithiasis biasanya nyeri dirasakan pada
daerah pinggang.
➢ S: Severity : Skala nyeri biasanya 7.
➢ Time : Keluhan nyeri pada klien dengan urolithiasi biasanya dirasakan
kadang-kadang
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien dengan batu ginjal mengeluhkan nyeri pada daerah bagian
pinggang, adanya stress psikologis, riwayat minum-minuman kaleng.
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya tidak ada pengaruh penyakit keturunan dalam keluarga
seperti jantung, DM, Hipertensi.
3. Pemeriksaan Review Of System
a. Pernafasan (B1 : Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas
normal.
b. Sirkulasi (B2 : Bleeding)
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apika;, sirkulasi perifer, warna
dan kehangatan.
c. Persarafan (B3 : Brain)
Kaji adanya hilangnya gerakan/ sensai, spasme otot, terlihat
kelemahan/hilang fungsi. Pergerakan mata / kejelasan melihat, dilatasi pupil.
d. Perkemihan (B4 : Bleder)
Pada pasien Batu ginjal akan ada perubahan pola perkemihan ( frekuensi,
warna, bau, dan jumlah output)
e. Pencernaan (B5 : Bowel)
Konstipasi, konsistensi feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus,
anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri tekan abdomen.
f. Musculoskeletal (B6 : Bone)
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin, terlokasi pada area jaringan, dapat
berkurang pada imobilisasi, kekuatan, otot, kontraktur, atrofi oto, laserasi kulit
dan perubahan warna.
4. Data Biologis dan Fisiologis
a. Pola Nutrisi
Pada klien dengan batu ginjal biasanya mengalami penurunan nafsu makan
karena adanya luka pada ginjal.
b. Pola Eliminasi
Pada klien dengan batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan
atau batu ginjal dalam perut.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Pada klien dengan batu ginjal biasanya mengalami gangguan pola istirahat
tidur karena adanya nyeri.
d. Pola Aktivitas
Pada klien dengan batu ginjal klien mengalami gangguan aktivitas karena
kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal.
e. Pola Personal Hygiene
Pada klien dengan batu ginjal biasanya ia jarang mandi karna nyeri di bagian
pinggang.
f. Pola Hubungan dan Peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungfan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah,
masalah keuangan. Pengkajian APGAR keluarga.
g. Pola Sensori Kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola sensori meliputi pengkajian
pengelihatan, pendengaran, perasaan, pembau. Pengkajian ststus mental
menggunakan Tabel Short Portable Mental Status Quesionare (SPMSQ).
h. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan
konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran,
identitas diri. Manusia sebagai system terbuka dan mahkluk biopsiko—sosio-
kultural-spiritual, kecemasan, ketakutan, dan dampak terhadap sakit.
Pengkajian tingkat Depresi menggunakan Tabel Inventaris Depresi Back
i. Pola Seksual dan Reproduksi
Menggambarkan kepuasan masalah terhadap seksualitas
j. Pola Mekanisme Koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani strees
k. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai keyakinan termasuk spiritual

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Urinalisa
➢ Warna : kekuning – kuningan (Normal), Coklat / Gelap ( Abnormal),
Kemerahan ( Hematuria)
➢ pH urin mungkin asam yang disebabkan oleh peningkatan kadar magnesium,
fosfat ammonium/ batu kalsium fosfat.
b. Urine 24 jam : nilai kreatinine, uric acid, kalsium, fosfat, oksalat/sistin akan
meningkat
c. Kulture Urine : Untuk melihat apakah ada Infeksi saluran kencing.
d. Pemeriksaan Darah Lengkap : Nilai Hb, Ht Abnormal bila pasien mengalami
dehidrasi berat / polisitemia
e. Bila ada gagal ginjal maka PTH ( Parathyroid Hormone) akan meningkat yang
disebakan oleh hormon tersebut merangsang reabsirbsi kalsium dari tulang, dan
meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine,
2. USG Ginjal : Untuk melihat perubahan obstruksi serta letak batu.
3. Foto Rontgen KUB ( Kidney Ureter Bladder) : Menunjukan adanya batu didalam
kandung kemih yang abnormal, menunjukkan adanya calculi atau perubahan
anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.
4. IVP (Intra Venous Pyelografi ) : Menunjukan perlambatan pengosongan kandung
kemih, membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan
penebalan abnormal, otot kandung kemih dan memberikan konfirmasi cepat
urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan
abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan agen cedera fisik
2. Gangguan pola eliminasi urine sehubungan dengan obstruksi mekanik, inflamasi
3. Intoleran aktifitas sehubungan dengan kelemahan umum

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


1. 1. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kaji intensitas, lokasi,
nyaman : Nyeri tindakan keperawatan frekunsi, dan
sehubungan selama 3 x 24 jam, di penyebaran nyeri
dengan agen harapkan nyeri yang di 2. Observasi abdominal
cedera fisik rasakan berkurang pain
dengan kriteria hasil : 3. Kaji tanda keringat
1. Skala nyeri dingin, tidak dapat
menurun beristirahat dan ekspresi
2. Klien dapat wajah.
beristirahat dan 4. Berikan tindakan
tampak rileks kenyamanan ( Posisi
nyaman, latihan napas
dalam, dan telhnik
relaksasi)
5. Kolaborasi dalam
pemberian analgesik
sesuai indikasi.
2. 2. Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Pantau intake dan
eliminasi urine tindakan keperawatan output cairan dan
sehubungan selama 3 x 24 jam, di karakteristik urine
dengan obstruksi harapkan klien 2. Tingkatkan pemasukan
mekanik, berkemih dengan sampai 2500 ml/ hari
inflamasi normal dan tidak ada sesuai dengan toleransi
gangguan dengan 3. Periksa urine
kriteria hasil : 4. Periksa hasil
1. Jumlah urine pemeriksaan
1500 ml/ jam Laboratorium untuk
2. Nyeri saat elektrolit, BUN, dan
berkemih kreatinine
berkurang 5. Kolaborasi dalam
3. Pola berkemih pemberian
kembali normal acstazolamid/alupurinol,
dan antibiotik.
3. 3. Intoleran aktifitas Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan klien
sehubungan tindakan keperawatan dalam melakukan tugas
dengan selama 3 x 24 jam, di 2. Memberikan lingkungan
kelemahan umum harapkan pola aktivitas yang tenang,
terpenuhi dengan pertahankan tirah baring
kriteria hasil : bila diindikasikan
1. Klien dapat 3. Berikan bantuan dalam
melakukan aktivitas / ambulasi bila
aktivitas perlu
dengan baik 4. Menganjurkan klien
untuk menghentikan
aktivitas bila nyeri
Referensi
Armed Forces Health Surveillance Center. Urinary Stones, Active Component, U.S. Armed
Forces, 2001-2010. Medical Surveillance Monthly Report (MSMR). 2011.
December; Vol 18 (No12): 6-9
Boyce, C.J., Pickhardt, P.J., Lawrence, E.M., Kim, D.N., & Bruce, R.J. (2010). Prevalence of
urolithiasis in asymptomatic adult: objective determination using low dose
noncontrast computerized tomography. J. Urol. 183(3): 1017-21.
doi.10.1016/J.Juro.2009.11.047
Broker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan.Alih bahasa Andry H dkk editor bahasa
Indonesia Estu Tiar. Jakarta :EGC
Brunner & Sudarth. (2003). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC
Colella, J, Kochis, E, Galli, B, Munver, R. (2005) ‘Urolithiasis/Nephrolithiasis: What’s It All
About?’, Urologic Nursing, 25(6), pp. 427-475
Evan AP, Coe FL, Lingeman JE, Shao Y, Sommer AJ, Bledsoe SB, et al. Mechanism of
formation of human calcium oxalate renal stones on Randall's plaque. Anat Rec
(Hoboken). 2007 Oct. 290(10):1315-23
Mehmed, M.M., & Ender O., (2015). Effect of urinary stone disease and it’s treatment on
renal function. World J Nephrol: 4(2): 271-276
Moe, O.W. (2006). Kidney stones: pathophysiology and medical management. Lancet;
367(9507):333-44.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC
Nuari, N. A., & Widayati, D. (2017). Gangguan pada Sistem Perkemihan dan
Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Deepublisher.
Nurlina. 2008. Faktor-faktor risiko kejadian batu saluran kemih pada laki-laki. (Studi kasus di
RS. Dr. Kariadi, RS Roemani, dan RSI Sultan Agung Semarang. Skripsi

Anda mungkin juga menyukai