Anda di halaman 1dari 5

Kebijakan Pembangunan Kelautan Dan Perikanan

Nama: Ahmad Rizal Fadeli

NIT: 05.20-1.31.0473

PENGANTAR ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN PROGRAM STUDI


TEKNIK PENANGKAPAN IKAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN
PERIKANAN KARAWANG 2020

1
Pendahuluan

Seperti yang telah kita ketahui bersama, Indonesiamerupakan negara kepulauan


terbesar di dunia denganpotensi sumberdaya alam yang melimpah. Konsepnegara
kepulauan ini sangat besar manfaatnya karenaIndonesia tidak lagi dilihat sebagai
negara yang terdiridari pulau-pulau yang dipisahkan oleh laut, namunnegara yang
terdiri dari pulau-pulau yang disatukanoleh laut. Dengan demikian luas wilayah
Indonesiamakin luas, tidak hanya terkait laut territorial, tetapijuga perairan Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE).Kedaulatan Indonesia sebagai negara kepulauandiawali
dengan Deklarasi Juanda 13 Desember 1957yang kemudian ditetapkan menjadi
UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia. Pada tahun 1982ditetapkan dalam
konvensi hukum laut PBB ke-IIITahun 1982 yaitu United Nations Convention on
theLaw of the Sea atau UNCLOS 1982. Selanjutnyasemangat deklarasi ini
dipertegas kembali dengan UUNomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan
UNCLOS1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.Dengan demikian
prinsip-prinsip yang terkandung didalam Deklarasi Juanda telah diakui
secarainternasional (Dewan Kelautan Indonesia, 2012).
Pembahasan

1. Potensi Kelautan dan Perikanan

Berdasarkan penjelasan UU No.6/1996 tentangPerairan Indonesia disebutkan


jumlah pulau yangdimiliki Indonesia 17.508 (Anonimus, 1996), tapi
akibatkeputusan Mahkamah Internasional pada tanggal 17Desember 2002 yang
menentukan Puau Sipadan danLigitan milik Malaysia, serta berpisahnya Timor-
Timurmengakibatkan Pulau Kambing/Pulau Atauro danPulau Yako menjadi
bagian wilayah Timor Leste, makajumlah pulau yang dimiliki Indonesia menjadi
17.504.Dari 17.504 pulau tersebut baru 13.466 pulau yangtelah didaftarkan di
PBB.Luas lautan mencapai 5,8 juta km2 atau sekitar2/3 dari seluruh wilayah,
yang terdiri dari perairanterritorial 3,1 juta km2 dan Zona Ekonomi
EksklusifIndonesia (ZEEI) seluas 2,7 km2 (Anonimus, 2013).Sekitar 80% industri
dan 75% kota besar berada diwilayah pesisir. Potensi migas sangat besar,
yaitudari 60 cekungan migas Indonesia sekitar 70% beradadi laut.Cadangan
minyak bumi 9,1 milyar barelberlokasi di laut. Selain itu, potensi wisata
bahariumumnya berkembang di wilayah pesisir denganobyek wisata laut.

2. kebijakan pembangunan

sejak awal berdirinya KKP, seluruh kebijakan dan program pembangunan


kelautan dan perikanan dirancang berdasarkan pada sains dan teknologi (science
and technology-based development), komunikasi dua arah dengan para
pemangku kepentingan (stakeholders),  dan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan (sustainable development).  Pada dasarnya, pembangunan
berkelanjutan adalah paradigma (konsep) pembangunan untuk memanfaatkan dan
mengembangkan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan (environmental
services) untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, menghasilkan pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas dan inklusif, serta  ramah lingkungan dan sosial secara
berkelanjutan.  Dengan perkataan lain, pembangunan kelautan dan perikanan
berkelanjutan adalah proses pembangunan yang mengharmoniskan antara
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan, keadilan sosial, dan perlindungan
ekosistem perairan beserta sumber daya kelautan dan perikanan yang terkandung
di dalamnya.

Dalam lima tahun kedepan, akan dikembangkan sekitar 5.000 unit armada
kapal ikan modern baru dengan ukuran kapal diatas 100 GT dan alat tangkap yang
produktif, efisien, dan ramah lingkungan, seperti tuna longline, purse seiners,
pukat ikan, pukat udang, dan squid jiggling.  Untuk memanen sumber daya ikan di
wilayah-wilayah perairan yang selama ini menjadi ajang pencurian ikan (IUU
fishing) oleh nelayan asing. Contohnya: wilayah perairan laut Natuna, Laut
Sulawesi, Laut Banda, Laut Arafura, ZEEI Samudera Pasifik, ZEEI Samudera
Hindia, dan wilayah perairan laut yang berbatasan dengan negara tetangga. 
Revitalisasi pelabuhan perikanan dan bangun pelabuhan perikanan baru yang
dilengkapi dengan kawasan industri

Perikanan terpadu sebagai tempat pendaratan (landing base) dan penjualan


ikan hasil tangkap armada kapal ikan modern tersebut. Pelabuhan swasta yang
telah diinvestasikan oleh nelayan pengusaha juga dapat diinventarisir kembali dan
didorong untuk membantu pemerintah dalam menciptakan tempat pendaratan ikan
yang efisien demi meningkatkan kualitas dan produksi, terutama pada lokasi di
Indonesia Timur yang cenderung memiliki infrastruktur yang terbatas.  Kebijakan
dan program ini selain akan mengusir kapal-kapal ikan asing dari wilayah perairan
NKRI, juga bakal membangkitan kawasan-kawasan industri KP sebagai pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi baru di luar Jawa, khususnya di wilayah terdepan,
terpencil, dan tertinggal (T3).  Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru ini akan
tersebar mengitari wilayah kepulauan NKRI bagaikan sabuk kemakmuran
(prosperity belt), yang sekaligus dapat berfungsi sebagai sabuk keamanan dan
kedaulatan (security and sovereignty belt).  Apalagi, bila kawasan industri
perikanan terpadu itu diikuti dengan pembangunan kawasan-kawasan industri
berbasis pariwisata, industri manufakturing, industri kreatif berbasis Industri 4.0,
dan jenis-jenis industri lainnya.

3. Kesimpulan
Akhirnya, pembangunan perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri
pengolahan hasil perikanan, dan industri bioteknologi perairan sebagaimana
diuraikan diatas memerlukan infrastruktur berkualitas yang memadai, modal
(finansial) yang mencukupi, inovasi teknologi termasuk Industri 4.0, SDM
berkualitas,  iklim investasi dan kemudahan berbisnis yang kondusif dan atraktif,
serta harmonisasi regulasi dan kebijakan antara kementerian/lembaga terkait
dengan pemerintah daerah.

Anda mungkin juga menyukai