63
64
mulai dari bayi hingga usia senja, serta konsumen dengan kebutuhan
khusus (Morinaga Chil Kid, Morinaga Chil School, Morinaga Chil Mil,
Morinaga BMT, Prenagen, Milna, Diabetasol Zee, Fitbar, Entrasol,
Nutrive Benecol dan Diva). Kalbe memiliki anak usaha yang juga tercatat
di Bursa Efek Indonesia, yakni Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT).
Pada tahun 1991, KLBF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK
untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) KLBF kepada
masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per
saham dengan harga penawaran Rp7.800,- per saham. Saham-saham
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli
1991.
4. PT Merck Tbk.
Merck Tbk (dahulu PT Merck Indonesia Tbk) (MERCK) didirikan 14
Oktober 1970 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1974.
Kantor pusat Merck berlokasi di Jl. T.B. Simatupang No. 8, Pasar Rebo,
Jakarta Timur 13760 – Indonesia. Pemegang saham yang memiliki 5%
atau lebih saham Merck Tbk, antara lain: Merck Holding GmbH, Jerman
(pengendali) (73,99%) dan Emedia Export company mbH, Jerman
(12,66%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan MERK adalah bergerak dalam bidang industri, perdagangan, jasa
konsultasi manajemen, jasa penyewaan kantor/properti dan layanan yang
terkait dengan kegiatan usaha. Kegiatan utama Merck saat ini adalah
memasarkan produk-produk obat tanpa resep dan obat peresepan; produk
terapi yang berhubungan dengan kesuburan, diabetes, neurologis dan
kardiologis; serta menawarkan berbagai instrumen kimia dan produk kimia
yang mutakhir untuk bio-riset, bio-produksi dan segmen-segmen terkait.
Merek utama yang dipasarkan Merck adalah Sangobion dan Neurobion.
Pada tanggal 23 Juni 1981, MERK memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MERK
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.680.000 dengan nilai nominal
Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp1.900,- per saham.
67
Tabel 4.3 Data Debt to Equity Ratio Studi Pada Perusahaan Sektor
Farmasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2019
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Debt to Equity Ratio 63 ,18 3,61 ,5717 ,61898
Valid N (listwise) 63
Sumber :Hasil pengolahan data dengan SPSS 26
Penjelasan mengenai tabel 4.3 adalah sebagai berikut:
Nilai rata-rata Debt to Equity Ratio Studi Pada Perusahaan Sektor Farmasi
Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2019 sebesar 0,57. Nilai maksimum Debt to
Equity Ratio Studi Pada Perusahaan Sektor Farmasi Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011-2019 sebesar 3,61 yakni pada PT Darya Varia Laboratoria Tbk tahun
2012. Nilai minimum Debt to Equity Ratio Studi Pada Perusahaan Sektor Farmasi
Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2019 sebesar 0,18 yakni pada PT Merck tbk
tahun 2011. Nilai standar deviasi sebesar 0,619.
Hasil analisis deskriptif mengenai Free Cash Flow Studi Pada Perusahaan
Sektor Farmasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2019:
Tabel 4.4 Data Free Cash Flow Studi Pada Perusahaan Sektor
Farmasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2019
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Free Cash Flow 63 -7.050.227.342.808 6.187.561.014.06 -99.960.864.476,75 2.459.265.998.176
1 ,654
Valid N 63
(listwise)
Sumber :Hasil pengolahan data dengan SPSS 26
Penjelasan mengenai tabel 4.4 adalah sebagai berikut:
Nilai rata-rata Free Cash Flow Studi Pada Perusahaan Sektor Farmasi Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2019 sebesar -99.960.864.476,75. Nilai
maksimum Free Cash Flow Studi Pada Perusahaan Sektor Farmasi Di Bursa Efek
73
Tabel 4.6 Data Net Profit Margin Studi Pada Perusahaan Sektor
Farmasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2019
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Net Profit Margin 63 1,20 51,03 13,4289 10,47913
Valid N (listwise) 63
Sumber :Hasil pengolahan data dengan SPSS 26
Penjelasan mengenai tabel 4.6 adalah sebagai berikut:
Nilai rata-rata Net Profit Margin Studi Pada Perusahaan Sektor Farmasi Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2019 sebesar 13,42. Nilai maksimum Net
Profit Margin Studi Pada Perusahaan Sektor Farmasi Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011-2019 sebesar 51,03 yakni pada PT Kimia Farma tbk tahun 2019.
Nilai minimum Net Profit Margin Studi Pada Perusahaan Sektor Farmasi Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2019 sebesar 1,20 yakni pada PT Pyridam
Farma Persero tbk tahun 2014 dan tahun 2015. Nilai standar deviasi sebesar
10,48.
Uji Normalitas data merupakan uji distribusi data yang akan dianalisis,
apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak.
Menurut Ghozali (2016:109), tujuan dari uji normalitas adalah:
“Untuk mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal
atau tidak.Uji normalitas diperlukan karena untuk melakukan pengujian-
pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan.
Pendekatan yang digunakan untuk menguji normalitas data, yaitu metode
grafik dan metode uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov.”
turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen
sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya).” Analisis ini
digunakan untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y). Adapun persamaan regresi tersebut menurut
Sugiyono (2018:305) adalah sebagai berikut:
Model diatas regresi linier berganda yang biasa dibentuk dari variabel
yang ada pada tabel 4.10 coefficienta (unstandardized coefficients B) dapat
diformulasikan dalam model persamaan sebagai berikut:
Y = -24.243 + 71.044 X1 + 0,044 X2 – 16.743 X3 + 20.263 X4
Dari hasil persamaan regresi berganda tersebut masing-masing variabel
dapat diinterpretasikan pengaruhnya sebagai berikut :
a. Nilai konstanta bertanda negatif 24.243, yang menunjukkan apabila
variabel Debt to Equity Ratio (X1), Free Cash Flow (X2), Return On Asset
(X3) dan Net Profit Margin (X4) tidak ada perubahan atau sama dengan 0
maka Manajemen Laba (Y) akan menurun sebesar 24.243.
b. Koefisien regresi variabel Debt to Equity Ratio memiliki koefisien regresi
sebesar 71.044, artinya apabila variabel Debt to Equity Ratio mengalami
peningkatan sebesar satu satuan, sedangkan variabel independen lainnya
yaitu Free Cash Flow, Return On Asset dan Net Profit Margin dianggap
konstan (bernilai 0), maka variabel dependen yaitu Manajemen Laba akan
mengalami kenaikan sebesar 71.044.
c. Koefisien regresi variabel Free Cash Flow memiliki koefisien regresi
sebesar 0,044, artinya apabila variabel Free Cash Flow mengalami
peningkatan sebesar satu satuan, sedangkan variabel independen lainnya
yaitu Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Net Profit Margin dan
dianggap konstan (bernilai 0), maka variabel dependen yaitu Manajemen
Laba akan mengalami peningkatan sebesar 0,044.
d. Koefisien regresi variabel Return On Asset memiliki koefisien regresi
sebesar -16.743, artinya apabila variabel Return On Asset mengalami
81
1. Apabila r = +1, maka korelasi antara dua variabel dikatakan sangat kuat
dan searah, artinya jika X naik sebesar 1 maka Y juga akan naik sebesar 1
atau sebaliknya.
2. Apabila r = 0, maka hubungan antar kedua variabel sangat lebar atau tidak
ada hubungan sama sekali.
3. Apabila r = -1 maka korelasi antara dua variabel sangat kuat dan
berlawanan arah, artinya apabila X naik sebesar 1 maka Y akan turun
sebesar 1 atau sebaliknya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dilihat hasil uji koefisiensi
korelasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Korelasi antara Free Cash Flow dengan Manajemen Laba secara parsial
adalah sebesar 0,901. Berdasarkan tabel kriteria korelasi, termasuk pada
nilai korelasi antara 0,80 - 1,000 mempunyai hubungan yang sangat kuat.
Karena hasilnya positif, maka dapat disimpulkan bahwa setiap terjadi
kenaikan Free Cash Flow dapat meningkatkan tingkat Manajemen Laba.
3. Korelasi antara Return On Asset dengan Manajemen Laba secara parsial
adalah sebesar 0,760. Berdasarkan tabel kriteria korelasi, termasuk pada
nilai korelasi antara 0,60 - 0,799 mempunyai hubungan yang sangat
rendah. Karena hasilnya positif, maka dapat disimpulkan bahwa setiap
terjadi kenaikan Return On Asset dapat meningkatkan tingkat Manajemen
Laba.
4. Korelasi antara Net Profit Margin dengan Manajemen Laba secara parsial
adalah sebesar 0,839. Berdasarkan tabel kriteria korelasi, termasuk pada
nilai korelasi antara 0,80 - 1,000 mempunyai hubungan yang sangat kuat.
Karena hasilnya negatif, maka dapat disimpulkan bahwa setiap terjadi
kenaikan Net Profit Margin dapat meningkatkan tingkat Manajemen Laba.
kd r 2 x 100%
Keterangan:
Kd = Koefisien Determinasi
r2 = Koefisien Korelasi
100% = Pengali yang dinyatakan dalam persentase
Berdasarkan penjelasan tersebut, berikut adalah hasil uji koefisiensi
determinasi:
Keterangan: r √n−2
t hitung =
thitung : nilai t dengan √ 1−r 2 α = 0,05 (5%)
r : nilai koefisien korelasi
n : jumlah sampel
Kriteria pengujian:
H1 diterima jika thitung > ttabel
H2 diterima jika thitung > ttabel
H3 diterima jika thitung > ttabel
H4 diterima jika thitung > ttabel
Apabila H1, H2, H3 dan H4 diterima maka dapat disimpulkan suatu
pengaruh adalah signifikan, sedangkan bila H1, H2, H3 dan H4 ditolak artinya
suatu pengaruh adalah tidak signifikan.
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa variabel Debt to Equity Ratio
memiliki nilai signifikasi lebih kecil dibandingkan level of significant yaitu
sebesar 0,003 < 0,05 dan nilai thitung sebesar 3,150 lebih besar
dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 2,001. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahaan sector farmasi periode tahun 2012-2019 dan berhubungan positif
terhadap manajemen laba. Sehingga memberikan dukungan terhadap H1
yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap
manajemen laba maka dari itu H1 terima. Hasil uji t dapat disajikan dengan
kurva sebagai berikut:
Daerah Penerimaan H0
t hitung = 3,150
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa variabel Free Cash Flow
memiliki nilai signifikasi lebih kecil dibandingkan level of significant yaitu
sebesar 0,00 < 0,05 dan nilai thitung sebesar 10,063 lebih besar
Daerah Penerimaan H0
t hitung = 10,063
dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 2,001. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel Free Cash Flow berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahaan sector farmasi periode tahun 2012-2019 dan berhubungan positif
terhadap manajemen laba. Sehingga memberikan dukungan terhadap H2
yang menyatakan bahwa Free Cash Flow berpengaruh terhadap manajemen
laba maka dari itu H2 terima. Hasil uji t dapat disajikan dengan kurva
sebagai berikut:
terhadap manajemen laba maka dari itu H3 terima. Hasil uji t dapat
disajikan dengan kurva sebagai berikut:
Gambar
4.4
Pengujian
Daerah penolakan Ho Daerah penolakan Ho Hipotesis
Return On
Daerah Penerimaan H0 Asset (X3)
4. Pen
guji
an
- t tabel= -2,001 0 t tabel = 2,001
t hitung = -5,305
Daerah Penerimaan H0
t hitung = 5,009
89
Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi
K = Jumlah variabel independen
N = Jumlah data atau kasus
Kriteria Pengujian:
H5 diterima jika Fhitung > Ftabel.
Jika H5 diterima, maka dapat diartikan signifikansi model regresi
berganda yang diperoleh sehingga mengakibatkan signifikan pula pengaruh dari
variabel-variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.
Berikut adalah hasil pengujian hipotesis secara simultan dengan SPSS 26
yang dijelaskan melalui tabel dibawah ini:
Daerah penolakan Ho
Daerah
Penerimaan H0
0 Ftabel=2,53
Fhitung=199,5
Gambar 4.6 Kurva Uji f Pengaruh Debt to Equity Ratio (X1) dan Free Cash
Flow (X2), Return On Asset (X3) dan Net Profit Margin (X4) terhadap
Manajemen Laba (Y)
Dari perhitungan dengan menggunakan SPSS maka diperoleh nilai Fhitung
sebesar 199,5. Dengan α = 0,05 serta derajat kebebasan (n-k-1) = (63-4-1 = 58)
dan derajat kebebasan (k-1) = (5-1 = 4), maka di dapat F tabel 2,53. Dikarenakan
nilai Fhitung > Ftabel (199,5 > 2,53), sedangkan tingkat signifikansi 0,00 < 0,05 maka
Ho ditolak dan H4 diterima, Hal tersebut berarti bahwa variabel independen dalam
penelitian sekarang yaitu Debt to Equity Ratio (X1), Free Cash Flow (X2),
Return On Asset (X3) dan Net Profit Margin (X4) bersama-sama secara signifikan
berpengaruh terhadap variabel dependennya yaitu Manajemen Laba (Y). Sehingga
model dalam penelitian sekarang dapat dikatakan Fit.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi Manajemen Laba yang terdiri dari Debt to Equity Ratio, Free
Cash Flow, Return On Asset dan Net Profit Margin Studi Pada Perusahaan
91
Sektor Farmasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2019. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif untuk mengetahui deskripsi nilai mandiri
dari variabel-variabel yang diteliti. Sementara analisis verifikatif digunakan
untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen
melalui analisis regresi linear berganda dengan bantuan aplikasi SPSS 26.0.
Berdasarkan hasil penelitian pada poin sebelumnya maka berikut pembahasan
yang dapat penulis uraikan.
laba, hal ini berarti perusahaan dengan arus kas bebas yang tinggi cenderung
melakukan praktik manajemen laba dengan meningkatkan laba yang dilaporkan
untuk menutupi tindakan pihak manajer yang tidak optimal dalam memanfaatkan
kekayaan perusahaan. Sedangkan hasil penelitian sebelumnya oleh Cicilia Agustin
Irianti (2018) yang menyatakan Free Cash Flow berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Perusahaan yang memiliki free cash flow yang berlebihan
cenderung mempunyai kinerja perusahaan yang lebih bagus daripada perusahaan
lainnya, hal itu dikarenakan perusahaan yang lebih bagus mendapatkan
keuntungan dari kegiatan perusahaan yang telah dijalankan dan yang tidak
dipunyai oleh perusahaan lain. Perusahaan dengan surplus arus kas bebas yang
tinggi juga cenderung melakukan praktik manajemen laba dengan meningkatkan
laba yang dilaporkan untuk menutupi tindakan pihak manajer yang tidak optimal
dalam memanfaatkan kekayaan perusahaan.
4.2.5 Pengaruh Debt to Equity Ratio, Free Cash Flow, Return On Asset dan
Net Profit Margin terhadap Manajemen Laba
5.1 Kesimpulan
97
98
menandakan terdapat hubungan yang sangat kuat antara Net Profit Margin
dengan Manajemen Laba. karena arah nya positif maka apabila Net Profit
Margin meningkat maka nilai Manajemen Laba akan meningkat.
10. Hasil uji hipotesis simultan memperoleh F hitung sebesar 199,5 dengan
nilai F tabel sebesar 2,53 artinya F hitung lebih besar dari F tabel (199,5 >
2,53) serta tingkat signifikansi 0,00 < 0,05, maka H0 ditolak dan H4
diterima, artinya Debt to Equity Ratio, Free Cash Flow, Return On Asset
dan Net Profit Margin secara simultan berpengaruh terhadap Manajemen
Laba. Diperoleh informasi bahwa korelasi simultan antara Debt to Equity
Ratio, Free Cash Flow, Return On Asset dan Net Profit Margin terhadap
Manajemen Laba adalah sebesar 0,932. Berdasarkan tabel kriteria korelasi,
termasuk pada nilai korelasi antara 0,80 – 1,000 mempunyai hubungan
yang sangat kuat.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
memberikan saran yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan manajemen
perusahaan mengenai Debt to Equity Ratio, Free Cash Flow, Return On Asset,
Net Profit Margin dan Manajemen Laba pada Perusahaan Sektor Farmasi Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2019 dalam kemajuan perusahaan. Saran bagi
Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan meneliti faktor lain
yang dapat mempengaruhi Manajemen Laba. Peneliti selanjutnya juga dapat
menggunakan metode lain dalam meneliti Manajemen Laba agar informasi yang
diperoleh dapat lebih bervariasi. Penelitian ini dilakukan Perusahaan Sektor
Farmasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2019, untuk penelitian selanjutnya
diharapkan dapat memperluas objek penelitian agar ditemukan hasil dan
kesimpulan yang berbeda.