Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEORI


Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah: FILSAFAT ILMU

Dosen Pengampu: MIFTAHUL RIDLWAN, M.Pd

Oleh:

APRI ISMANTI
ARDIANSYAH
IRFANTORO

STES TP DUTA NUSANTARA


TULANG BAWANG BARAT
PRODI EKONOMI SYARIAH
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta
salam tetap tercurahkan kepada junjungan besar kita nabi Muhammad saw

Dengan bekal kemampuan yang terbatas akhirnya makalah tentang "pengembangan dan
penerapan teori" ini dapat terselesaikan dengan baik meski belum sempurna , tentunya berkat
bantuan dari berbagai pihak, baik itu dari Bapak MIFTAHUL RIDLWAN, M.Pd

selaku dosen pengampu, maupun teman-teman yang telah membantu dalam mencari referensi
yang kami butuhkan.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari kekeliruan, baik dari sisi
redaksional maupun dari cara penulisan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca.

Akhirnya kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini, semoga apa yang akan di bawakan dalam isi makalah ini nantinya
dapat bermanfaat bagi para pembaca maupun yang mendengarkan.

Tubaba, 5 Desember 2020

Penulis.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................1

1.3 Tujuan...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Bagaimanakah metode pengembangan ?.....................................................................2

2.2. Bagaimana teori pengembangan? ...............................................................................4

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan ...................................................................................................................7

3.2. saran ............................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang           

Salah satu ciri khas ilmu pengetahuan adalah sebagai suatu aktivitas, yaitu sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia. Ilmu menganut pola tertentu dan tidak
terjadi secara kebetulan. Ilmu tidak saja melibatkan aktivitas tunggal, melainkan suatu
rangkaian aktivitas, sehingga dengan demikian merupakan suatu proses. Proses dalam
rangkaian aktivitas ini bersifat intelektual, dan mengarah pada tujuan-tujuan tertentu.
Disamping ilmu sebagai suatu aktivitas, ilmu juga sebagai suatu produk. Dalam hal ini ilmu
dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang merupakan hasil berpikir manusia. Ke
dua ciri dasar ilmu yaitu ujud aktivitas manusia dan hasil aktivitas tersebut, merupakan sisi
yang tidak terpisahkan dari ciri ketiga yang dimiliki ilmu yaitu sebagai suatu metode. Metode
ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara
teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan
pengetahuan yang telah ada. Perkembangan ilmu sekarang ini dilakukan dalam ujud
eksperimen. Eksperimentasi ilmu kealaman mampu menjangkau objek potensi-potensi alam
yang semula sulit diamati. manusia lewat perantara nabi-nabi yang diutusnya).

1.2.      Rumusan Masalah

·         Bagaimanakah metode pengembangan?

·         Bagaimana teori pengembangan?

1.3.      Tujuan Penuisan

·         Untuk mengetahui bagaimana metode pengembangan

·         Untuk mengetahui bagaimana teori pengembangan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Metode pengembangan ilmu

Yang  dimaksudkan dengan metode yaitu metode ilmiah.  Metode ilmiah ialah cara untuk
mendapatkan  atau menemukan pengetahuan yang benar dan  bersifat ilmiah. Metode ilmiah
mensyaratkan asas, pengembangan dan prosedur tertentu yang disebut  kegiatan ilmiah
misalnya penalaran, studi kasus  dan penelitian. Metode  ilmiah dapat dengan penalaran dan
pembuktian  kebenaran ilmiah. Metode Ilmiah dengan penalaran dan kesimpulan atau
pembuktian kebenaran. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana
tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing. Penalaran adalah
suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang benar dan  bukan hasil perasaan.

Penalaran  merupakan kegiatan yang mempunyai ciri tertentu  dalam penemuan kebenaran.


Dua  ciri penalaran :

1) Berpikir logis adalah kegiatan berpikir menurut pola, alur dan kerangka tertentu
(frame of logic) yaitu, menurut logika: deduksi-induksi, rasionalism-empirism,
abstrak-kongkrit.
2) Berpikir analitis adalah konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir analisis-
sintesis  berdasarkan langkah-langkah tertentu (metode ilmiah/ penelitian).
Menurut Archie J. Bahm, metode pengembangan ilmu ilmiah memiliki enam
karakteristik utama, yaitu:

·         Rasa ingin tahu (curiosity)

Rasa ingin tahu ilmiah berupaya mempertanyakan bagaimana sesuatu itu eksis, apa
hakekatnya, bagaimana sesuatu itu berfungsi, dan bagaimana hubungannya dengan hal-hal
lain. Rasa ingin tahu ilmiah berujung pada pengertian.

·         Spekulatif

Yang dimaksudkan dengan spekulatif oleh Bahms adalah keinginan untuk mencoba
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Dia harus membuat beberapa upaya. Ketika
solusi terhadap suatu masalah ilmiah tidak muncul dengan segera, upaya harus dilakukan
untuk menemukan solusi. Seseorang harus mencoba untuk mengemukakan hipotesis-
hipotesis yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi-solusi. Seseorang dapat saja
mengeksplorasi beberapa hipotesis alternatif. Spekulasi adalah keinginan untuk terus
mencoba dan mencoba, sehingga dapat dikatakan bahwa ciri khas dari sikap ilmiah adalah
keinginan untuk berspekulasi.

·         Kesediaan untuk menjadi objektif

Objektifitas adalah salah satu hal dari sikap subjektifitas. Objek selalu merupakan objek dari
subjek. Objektifitas bukan saja berhubungan erat dengan eksistensi subjek tetapi juga
berhubungan dengan kesediaan subjek untuk memperoleh dan memegang suatu sikap
objektif. Bahm menyatakan bahwa kesediaan untuk menjadi objektif meliputi beberapa hal
yaitu:

§  Kesediaan untuk mengikuti rasa ingin tahu ilmiah kemana saja rasa itu membimbing.
Kesediaan ini mengisyaratkan keingintahuan dan kepedulian tentang penyelidikan lebih
lanjut yang dibutuhkan demi pengertian sampai tahap kebijaksanaan yang dimungkinkan.

§  Kesediaan untuk mau menerima. Yang dimaksud di sini adalah penerimaan terhadap data.
Data adalah sesuatu yang sebagaimana adanya (given) dalam pengalaman ketika objek-objek
diamati, diterima sebagai suatu masalah untuk dipecahkan. Sikap ilmiah termasuk kesediaan
untuk menerima data sebagaimana adanya. Data dan hipotesis dilihat sebagai instrumen
untuk menerima kebenaran tentang objek itu sendiri, dapat mewujudkan kesediaan menjadi
objektif. Suatu hipotesis dalamnya terkandung dua hal yaitu penemuan (pengamatan fakta-
fakta tentang objek atau masalah) dan hasil dari penemuan (ide-ide yang bertujuan untuk
membangun konsep tentang objek atau masalah).

§  Kesediaan untuk bertahan. Tidak ada aturan yang menyatakan berapa lama seorang ilmuan
harus bertahan dalam pergulatan dengan masalah yang alot. Kesediaan untuk tetap objektif
mensyaratkan kesediaan untuk terus melanjutkan dan bertahan selama mungkin dan mencoba
mengerti objek atau masalah sampai pengertian diperoleh.

·         Pikiran yang terbuka

Sikap ilmiah mengisyaratkan kesediaan untuk berpikiran terbuka. Hal itu termasuk kesediaan
untuk mempertimbangkan segala hal yang relevan seperti hipotesis, dan metodologi yang
berhubungan dengan masalah. Hal itu termasuk kesediaan untuk menerima, bahkan
mengundang ide-ide baru yang berbeda dengan kesimpulan-kesimpulan yang telah dibangun.
Kesediaan untuk mendengarkan dan menguji pandangan-pandangan yang lain.

·         Kesediaan untuk menangguhkan keputusan

Ketika suatu masalah kelihatannya tidak terselesaikan atau terpecahkan dengan jawaban-
jawaban penelitian yang dilakukan, maka kesediaan untuk menangguhkan keputusan adalah
hal yang tepat sampai semua kebenaran yang diperlukan diperoleh atau tersedia. Dalam
bagian ini, yang dibutuhkan adalah sikap kesabaran ilmiah.

·         Tentativitas

Sikap ilmiah membutuhkan kesediaan untuk tetap bersifat sementara dalam menerima
seluruh kesimpulan-kesimpulan ilmiah yang dibangun. Walaupun suatu hasil dalam kajian
ilmiah itu bersifat sementara, tetapi kesediaan untuk tetap mempertahankan kesimpulan yang
telah diperoleh dan dibuat juga perlu.

2.2     TEORI PERKEMBANGAN

Teori adalah keyakinan umum yang membantu kita menjelaskan apa yang kita amati dan
membuat prediksi. Teori yang baik memiliki hipotesis, yang merupakan asumsi yang harus
diuji. Macam-macam teori perkembangan :

1)      Teori-teori Psikoanalitis

Freud mengatakan kepribadian terdiri dari tiga struktur - id, ego dan superego - dan bahwa
kebanyakan pemikiran anak-anak bersifat tidak disadari. Tuntutan struktur kepribadian yang
saling bertentangan menyebabkan kecemasan. Mekanisme pertahanan, khususnya represi,
melindungi ego dan mengurangi kecemasan. Freud yakin bahwa masalah berkembang karena
pengalaman masa anak-anak sebelumnya. Ia mengatakan bahwa individu melampaui lima
tahap psikoseksual - oral, anal, phallic, latency dan genital. Selama tahap phallic, Oedipus
Complex merupakan sumber utama konflik. 

Erikson mengembangkan suatu teori yang menekankan delapan tahap perkembangan


psikososial : kepercayaan versus ketidakpercayaan; otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu;
prakarsa versus rasa bersalah; tekun versus versus rasa rendah diri; identitas versus
kebingungan identitas; keintiman versus keterkucilan; bangkit versus mandeg; kepuasaan
versus kekecewaan (keputusasaan).

2)      Teori-teori Kognitif

Piaget mengatakan bahwa anak-anak melampaui empat tahap perkembangan kognitif, yaitu :
sensorimotor, praoperasional, operasional konkrit, dan operasonal formal. Teori pemrosesan
informasi mengenai bagaimana individu memproses informasi tentang dunianya, yang
meliputi : bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, bagaimana informasi disimpan dan
disebarkan, dan bagaimana informasi diambil kembali untuk memungkinkan kita berpikir dan
memecahkan masalah.

3)      Teori-teori Perilaku dan Belajar Sosial

Behaviorisme menekankan bahwa kognisi tidak penting dalam memahami perilaku. Menurut
B.F. Skinner, seorang pakar behavioris terkenal, perkembangan adalah perilaku yang diamati,
yang ditentukan oleh hadiah dan hukuman di dalam lingkungan. Teori belajar sosial yang
dikembangkan oleh Albert Bandura dan kawan-kawan, menyatakan bahwa lingkungan adalah
faktor penting yang mempengaruhi perilaku, tetapi proses-proses kognitif tidak kalah
pentingnya. Menurut pandangan belajar sosial, manusia memiliki kemampuan untuk
mengendalikan perilakunya sendiri.

4)      Teori Etologis

Konrad Lorenz adalah salah seorang pengembang penting teori etologi. Etologi menekankan
landasan biologis dan evolusioner perkembangan. Penanaman (imprinting) dan periode
penting (critical periods) merupakan konsep kunci. Garis besar teori ini mengatakan pada
dasarnya sumber dari semua perilaku social ada dalam gen. ada instink dalam makhluk untuk
mengembangkan perilakunya. Analogi yang dikemukakan adalah “genes setting the stage,
and society writing the play”. Teori ini memberikan dasar bagi pemahaman periode kritis
perkembangan dan perilaku melekat pada anak segera setelah dilahirkan.

5)      Teori-teori Ekologi

Teori etologis menempatkan tekanan yang kuat pada landasan perkembangan biologis.
Berbeda dengan teori etologi, Urie Bronfenbrenner (1917) mengajukan suatu pandangan
lingkungan yang kuat tentang perkembangan yang sedang menerima perhatian yang
meningkat. Teori ekologi adalah pandangan sosiokultular Bronfenbrenner tentang
perkembangan, yang terdiri dari 5 sistem lingkungan mulai dari masukan interaksi langsung
dengan gen-gen social (social agent) yang berkembang baik hingga masukan kebudayaan
yang berbasis luas. Ke 5 sistem dalam teori ekologis Bronfenbrenner ialah mikrosystem,
mesosyem, ekosistem, makrosistem dan kronosistem.

6)      Orientasi Teoritis Eklektis

Tidak satupun toeri dapat menjelaskan kompleksitas perkembangan masa hidup yang kaya
dan mengagumkan. Masing-masing teori memberikan sumbangan yang berbeda, dan
barangkali strategi yang paling bijaksana adalah mengadopsi perspektif teoritis eklektis jika
kita ingin memahami perkembangan masa hidup secara lengkap. Sebagai suatu perspektif,
pandangan masa hidup mengkoordinasikan sejumlah prinsip teoritis tentang hakekat
perkembangan. Dengan mempertimbangkan gagasan-gagasan tentang perspektif masa hidup
bersama dengan teori-teori perkembangan yang ada, maka dapat diperoleh suatu rasa konsep
teoritis yang penting dalam memahami perkembangan masa hidup.

                                                 
BAB III

PENUTUP

3.1   Kesimpulan

Berdasarkan uaraian di atas dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

ü  Ada perbedaan prinsip antara ilmu dengan pengetahuan. Ilmu merupakan kumpulan dari
berbagai pengetahuan, dan kumpulan pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah memenuhi
syarat-syarat objek material dan objek formal

ü  Ilmu bersifat sistematis, objektif dan diperoleh dengan metode tertentu seperti observasi,
eksperimen, dan klasifikasi. Analisisnya bersifat objektif dengan menyampingkan unsur
pribadi, mengedepankan pemikiran logika, netral (tidak dipengaruhi oleh kedirian atau
subjektif).

ü  Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai


matafisik maupun fisik, pengetahuan merupakan informasi yang berupa common sense, tanpa
memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang
menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan
kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan
ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih
cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka

 Dalam penulisan karangan ilmiah atau penulisan lainnya harus dibedakan antara ilmu
dengan pengetahuan, agar kekaburan makna dari kata tersebut tidak terjadi.
 Penggabungan kata ilmu dengan pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan berkonotasi
ganda, sehingga dalam penulisannya cukup dipakai salah satu kata sesuai dengan
maknanya.

3.2    Saran

Ada pun saran dari kami adalah semoga penemuan-penemuan di bidang ilmu pengetahuan
yang ada atau pun yang nanti nya akan berkembang lagi dapat di gunakan sebaik mungkin
dan dapat bermafaat bagi semua masyarakat dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu . Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003.

Bakhtiar Amsal. Filsafat Ilmu. PT Raja Granfindo Persada. Jakarta. 2006.

Surajiyo. Ilmu Filsafat. Jakarta. 2005.

Jerume R. Rovertz. Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2006.

Soetriono, Hanafie Rita. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. C.V Andi Offset.


Yogyakarta. 2007.

Surajiyo. Filsafat Ilmu. Bumi Angkasa. Jakarta. 2010.

Anda mungkin juga menyukai