Anda di halaman 1dari 77

EFEKTIVITAS JURNALIS

TERHADAP DAKWAH ISLAM DI KOTA BENGKULU

SKRIPSI

Disusun Oleh:

ANGGUN TRIFANI

NPM. 1419240006

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

2019
EFEKTIVITAS JURNALIS

TERHADAP DAKWAH ISLAM DI KOTA BENGKULU

SKRIPSI

Disusub Oleh:

ANGGUN TRIFANI
NPM. 1419240006

Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Siti Misbah, M.Pd.I Eti Efrina, MA. Hum

Mengetahui
Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Surohim, S.Ag. M.SI


NBK. 071 623 881

2
DIPERTAHANKAN DI DEPAN DEWAN MUNAQOSYAH
SKRIPSI FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

Pada Hari : Senin


Tanggal : 25 Februari 2019

TIM PENGUJI :

Nama Tanda Tangan Tanggal

1. Dra. Siti Misbah, M.Pd.I (................................) (...............................)


Ketua

2. Eti Efrina, MA. Hum (.................................) (..............................)


Sekretaris

3. Dra, Miswanti Yuli, M.A (.................................) (.............................)


Anggota

4. Abdi Zulkarnain Sitepu, M. Ag (.................................) (.............................)


Anggota

3
MOTTO

“ KERJAKAN YANG DICINTAI, JADILAH MANUSIA KAYA, BUKAN

MANUSIA TERLIHAT KAYA “

4
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah.. Puji Syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan Karunia-Mu setiap langkah dan
perjuangan hamba, sehingga hamba bisa merasakan hasilnya, walaupun terkadang hamba sering
lupa bersyukur dan terkadang menyerah, semoga nikmat-Mu senantiasa menyertai setiap
langkahlu... Aamiin...
Akan aku persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada:
1. Ayahku tercinta ( Ruslan ) dan Ibuku ( Situ Maryam ) yang telah merawat dan
membesarkanku dengan penuh kasih sayang, perjuangan, tetesan keringat, dan air mata
yang begitu suci. Kasih sayang kalian yang begitu tulus dan tiada tara yang dapat aku
bandingkan dengan apapun. Ayah dan ibu yang telah mengorbankan pikiran, waktu,
tenaga, restu serta doa yang tidak pernah tinggal disetiap sujud mereka yang telah
memberikan kekuatan untuk melakukan hal-hal terbaik untuk mencapai keberhasilan.
Dan aku yakin semua ini aku peroleh dari 30% usaha dan kerja keras ku dan 70% adalah
doa dan restu kalian, Ayah dan Ibu yang telah memberikan segalanya untukku.
2. Kepada Kakakku ( Arga Setiawan, Dimas Mandala Putra ) dan Adikku ( Ajeng Pratiwi ),
terima kasih tiada tara atas Doa dan segala support yang telah diberikan selama ini dan
semoga Kakak dan Adikku tercinta dapat menggapaikan keberhasilan juga di kemudian
hari.
3. Terima kasih kepada pembimbing I Ibu Dra. Siti Misbah, M.Pd.I dan Pembimbing II Ibu
Eti Efriana, MA. Hum yang dengan sabar dan ikhlas dalam membimbing dan
memberikan Supportnya serta mau membagikan ilmunya sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan baik. Serta seluruh Dosen dan Staf Fakultas Agama Islam dan Prodi
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) khusunya yang telah memberikan ilmu kepada
penulis.
4. Kepada teman-teman seperjuangan khususnya rekan-rekan “Program Komunikasi dan
Penyiaran Islam” angkatan 2014 yang tak bisa tersebutkan namanya satu persatu terima
kasih yang tiada tara ku ucapakan.
5. Almamater dan kampus hijau tercinta Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Akhir kata, semoga skripsi ini membawa kebermanfaatan. Jika hidup bisa kuceritakan di atas
kertas, entah berapa banyak yang dibutuhkan hanya untuk kuucapkan terima kasih.

5
6
KATA PENGANTAR

Dengan segala rahmat dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ EFEKTIVITA

JURNALIS TERHADAP DAKWAH ISLAM DI KOTA BENGKULU”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sazjana

Pendidikan pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Penyelesaian skripsi ini terlaksana berkat bantuan

dan berbagai pihak, ntuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yaitu:

1. Bapak Dr. Sakroni, M. Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

2. Bapak Surohim M.SI selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Bengkulu.

3. Bapak Abdi Zulkarnain Sitepu, M.Ag selaku Kepala Program Studi Komuikasi dan

Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Bengkulu

4. Ibu Siti Misbah, M.Pd.I, selaku Dosen pembimbing 1 yang bersungguh-sungguh

membimbing dan meluangkan waktunya serta tak bosan dan selalu sabar

mengarahkan penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi.

5. Ibu Eti Efriana, S.S., MA selaku Dosen pembimbing II yang membimbing dan

mengarahkan penulis serta selalu menasehati, memberi masukan kepada penulis.

6. Semua pihak yang tedcait yang turut membantu baik secara moril maupun materil

dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik dan lancar.

7
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan

kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk perbaikan penulisan

karya-karya selanjutnya

Bengkulu, Februari 2019

Hormat saya.

Anggun Trifani

8
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………………………..
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….i
HALAMAN PENGESAHAN…….………………………………………….ii
HALAMAN MOTTO………………………………………………………...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………..iv
HALAMAN KATA PENGANTAR…………………………………………vi
HALAMAN ABSTRAK……………………………………………………..viii
HALAMAN DAFTAR ISI…………………………………………………..ix
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN………………………………………..xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………6
C. Pertanyaan Penelitian……………………………………………...6
D. Tujuan Penelitian…………………………………………………..6
E. Kegunaan dan Manfaat Penelitian…………………………………6
F. Sistematika Penulisan………………………………………………6

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pengertian Efektivitas……………………………………………..8
B. Kajian Konsep……………………………………………………..9
a. Sejarah dan Perkembangan Jurnalis……………………………9
b. Tahapan Awal Lahirnya Jurnalistik…………………………….9
c. Munculnya Wartawan Pertama………………………………...10
d. Masa Perkembangannya………………………………………..11
e. Sejarah dan Perkembangan Jurnalistik…………………………14
f. Pengertian Jurnalistik Menurut Para Ahli……………………...18
C. Elemen-Elemen Jurnalis……………………………………………22

9
1. Kewajiban Pertama Jurnalisme adalah pada Kebenaran……….22
2. Loyalitas Pertama Jurnalisme Kepada Warga………………….23
3. Intisari Jurnalisme adalah Disiplin Verifikasi…………………..23
4. Wartawan Harus Tetap Independen…………………………….23
5. Pemantauan Kekuasaan……………………………………….…24
6. Jurnalisme Harus Menghadirkan Sebuah Forum………………..24
7. Wartawan Harus Membuat Hal yang Penting…………………..24
8. Wartawan Harus Menjaga Berita Profesional…………………..24
9. Wartawan Harus Mendengarkan Suara Hati……………………25
D. Dakwah Islam……………………………………………………….26
1. Unsur Da’I atau Subjek Dakwah………………………………..27
2. Sasaran Dakwah (Mad’u)………………………………………..27
3. Unsur Materi Dakwah…………………………...........................27
4. Unsur Metode……………………………………………………27
5. Media Dakwah…………………………………………………..28
E. Teori Stimulus-Respon……………………………………………...34
F. Konsep Teori Stimulus Respon……………………………………..35

BAB III METODE PENELITIAN


A. Umum…………………………………………………………………….37
B. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………….37
a. Observasi………………………………………………………………37
b. Wawancara…………………………………………………………….37
c. Dokumentasi…………………………………………………………...38
C. Instrument Penelitian…………………………………………………….39
D. Teknik Analisis Data…………………………………………………….40
1. Reduksi Data………………………………………………………….41

10
2. Penyajian Data………………………………………………………..41
3. Mengambil Kesimpulan atau Verifikasi………………………………42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Lokasi Penelitian………………………………………………..45
1. Sejarah Singkat Berdirinya Organisasi………………………………....45
2. Visi dan Misi…………………………………………………………...46
B. Kondisi Kantor………………………………………………………….….47
1. Keadaan Anggota……………………………………………………….47
2. Sarana Prasarana………………………………………………………..52
C. Temuan Penelitian………………………………………………………….52
D. Wawancara dengan Jurnalis………………………………………………..53
E. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………………………62

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………65
B. Saran………………………………………………………………………..65

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
LAMPIRAN

11
ABSTRAK

Anggun Trifani. 2019. “ Efektivitas Jurnalis Terhadap Dakwah Islam Di Kota Bengkulu
Pembibing 1. Dra. Siti Misbah, M.Pd.I
2. Eti Efriana, S.S., MA. Hum

Kata Kunci : Efektivitas, Jurnalis, Dakwah Islam.

Efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuain dalam suatu kegiatan orang
yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas pada dasarnya menunjukkan
pada taraf tercapainya hasil, sering senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun
sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekan pada hasil yang di capai,
sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan
membandingkan antara input dan outputnya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah efektivitas jurnalis terhadap dakwah Islam
di Kota Bengkulu, metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu,
penulis turun langsung ke lapangan guna mendapatkan jawaban dari para responden.
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas jurnalis terhadap
dakwah Islam di kota Bengkulu.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis kepada para jurnalis di kantor
PWI kota Bengkulu bahwa dalam penulisan berita tidak ada yang efektiv jurnalis bias dikatakan
bagus apabila berita yang ditulis mengandung 5W + 1H dan setiap berita yang ditulis seorang
jurnalis pasti memiliki nilai dakwah tersendiri dalam bentuk apapun.

12
ABSTRACT

Anggun Trifani. 2019. “ Efektivitas Jurnalis Terhadap Dakwah Islam di Kota Bengkulu.
Pembibing 1. Dra. Siti Misbah, M.Pd.I
2. Eti Efriana, S.S., MA. Hum

Keywords: Effectiveness, Journalists, Islamic Da’wah

Effectiveness is liveliness, usability, the exixtence pf cprrespondence in an activity of the


person carrying out the task with the intended target. Effectivensees basically shows the level of
achievement pf results, often always associated with the understanding of efficiency, even
though there are actually diferencees between the two. Effevtiveness presses on the results
achieved, while efficiency looks more at how to achieve the result achieved by comparing the
input and output.
The formulation of the problem in this study is the effectiveness of journalists on Islamic
da’wah in the city of Bengkulu, the method in this study uses descriptive qualitative methods,
namely, the authors descend directly to the field to go answers from the respondents.
The purpose of this study was to determine the effectivensess of journalists on Islamic
da’wah in the city Bengkulu.
Based on the results of resecrh concucted by the authors to journalists at the PWI office
in Bengkulu city that in news writing there is no effective, journalists can be said to be good if
the news written contains 5W + 1H and every news written by a journalist must have ist own
propaganda value in the form whatever it is.

13
BAB I

PENDAHULUAN

7. Latar Belakang

Manusia adalah sebaik-baiknya makhluk yang diciptakan Allah SWT di muka bumi

dengan membawa misi rahmatanlilalamin (membawa kebaikan di mukabumi). Maka dari itu

sudah menjadi doktrin dan komitmen bahwa setiap muslim menanggul tanggung jawab, tugas,

dan kewajiban mulia untuk menyebarkan kebaikan (dakwah). Artinya setiap muslim bertugas

dan berkewajiban menjadi pengajak, penyeru atau pemanggil kepada umat untuk melaksanakan

amar ma’rufdannahi munkar. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Ali Imran: 104 dan 110

yang artinya :

        


      
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,

menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang

beruntung.1

        


           
    

1
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV Diponegoro, 2014, h.63

14
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh

kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar, dan beriman kepada

Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di

antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang

yang fasik.2

Perintah tersebut ditunjukan untuk semua umat muslim, baik laki-laki

maupun perempuan. Dalam melaksanakan misi dakwah itu, umat Islam harus

menjadi umat yang berpikiran maju, pandai, dinamis, kreatif dan peka terhadap

segala aspek perkembangan kehidupan yang ada. Tidak seorang muslim pun rela

serta menginginkan Islam tertinggal. Banyak bentuk aktivitas dakwah yang dapat

dilakukan, tidak terkecuali dakwah bil kitabah atau melalui tulisan. Selama ini

metode dakwah bil lisan dirasa sudah terlalu konveksional dan harus mendapat

dukungan suatu media yang representative dan relevan dengan pemikiran manusia

yang semakin maju.3

Sementara itu dakwah bil kitabah atau melalui tulisan memiliki tantangan

tersendiri untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan secara konsep, dakwah bil kitabah

merujuk pada kegiatan jurnalistik namun dikemas secara islami. Maksudnya,

kegiatan jurnalistik islami adalah jurnalistik yang menyampaikan misi dakwah

dalam pesan beritanya.

Menurut Kustadi Suhandang dalam bukunya, jurnalistik adalah seni dan

keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan

2
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV Diponegoro , 2014,
h.64
3
Suthirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, h. 19

19
berita tentang pristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka

memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayak.4

Dalam literatur, pekerjaan seperti ini pemimpin redaksi, redaktur,

wartawan atau reporter disebut sebagai profesi. Dalam persepsi diri wartawan

sendiri, istilah “profesional” memiliki tiga arti: pertama, profesional adalah

kebaikan dari amatir; kedua, sifat pekerjaan wartawan menuntut pelatihan khusus;

ketiga, norma-norma yang mengatur perilakunya dititik beratkan pada

kepentingan khalayak pembaca.5

Secara sederhana jurnalistik dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola

berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada

khalayak. Apa saja yang terjadi di dunia apakah itu fakta peristiwa atau pendapat

yang diucapkan seseorang, jika diperkirakan akan menarik perhatian khalayak,

akan merupakan bahan dasar bagi jurnalistik akan merupakan bahan berita untuk

dapat disebar luaskan kepada masyarakat.6

Kemerdekaan pers merupakan sarana terpenuhinya hak asasi manusia

untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Dalam mewujudkan

kemerdekaan pers, wartawan Indonesia menyadari adanya tanggung jawab sosial

serta keberagaman masyarakat.

Guna menjami tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak

masyarakat diperlukan suatu landasan moral/etika profesi yang bisa menjadi

4
Hamdan Farisan, Dasar Jurnalistik, Jakarta: Pustaka Zahra, 2009, h.15
5
Kusumaningrat Hikmat, Jurnalistik Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006, h.15
6
Effendy Onong, Ilmu Teori Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citr Aditya Bakti, 2000,
h.95

20
pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas wartawan.

Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan Kode Etik:

1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar.

2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh

dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber

informasi.

3. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak

mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti

kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat.

4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta,

fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebut identitas korban

kejahatan susila.

5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak menyalahkan

profesi.

6. Wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak, menghargai ketentuan

embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai

kesepakatan.

7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam

pemberitaan serta melayani Hak Jawab.7

Oleh karena itulah wartawan sebagai profesional dalam menjalankan

tugasnya dibimbing oleh kode etik. Dalam halnya wartawan Indonesia, kode etik

7
Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009, h.315

21
yang saat ini dikenal adalah Kode Etik Jurnalistik yang Dikeluarkan oleh

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).8

Secara umum ada dari media-media yang terbitnya rutin memuat

berita atau tulisan-tulisan yang mengandung makna dakwah.

Memperbincangkan istilah sosok jurnalis muslim, maka disetarakan

dengan jurnalis muslim yang berasaskan pada nilai-nilai ajaran Islam itu

sendiri. Dunia kewartawanan pada umumnya rentan dengan hal-hal yang

“kurang islami” sehingga dalam konteks mencari serta mengolah bahkan

sampai penyajian informasi tersebut rentan dengan hal-hal yang dapat

digolongkan pada pelanggaran terhadap nilai-nilai Islam. Misalnya

seorang jurnalis menyampaikan berita yang bernuansa kebohongan,

mendeskriditkan suku, ras tertentu dan sebagainya. Sehingga dapat

memicu terjadinya disharmonis di tengah-tengah umat.

Kota Bengkulu juga memiliki beberapa orang yang berprofesi sebagai

jurnalis, sebagai jurnalis di media kota Bengkulu, para jurnalis kerap

menampilkan berita-berita yang mengarah pada pesan-pesan tertentu. Untuk

mengetahui apakah terdapat pesan-pesan dakwah atau tidak di dalam karya atau

tulisan para jurnalis perempuan di kota Bengkulu tersebut, maka penulis tertarik

mengadakan penelitian dengan judul efektivitas jurnalis terhadap dakwah Islam di

kota Bengkulu.

Kusumaningrat Hikmat, Jurnalistik Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja


8

Rosdakarya, 2006, h.116-117

22
8. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas,

maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana efektivitas jurnalis

terhadap dakwah Islam di kota Bengkulu.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Seberapa efektiv jurnalis terhadap dakwah Islam di kota Bengkulu ?

2. Apa saja nilai-nilai dakwah yang terdapat di dalam tulisan jurnalis ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana efektivitas jurnalis

terhadap dakwah Islam di kota Bengkulu.

E. Kegunaan dan Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dan manfaat penelitian ini adalah:

1. Kegunaanya untuk mengasah kemampuan peneliti dalam menulis,

meneliti, dan juga menganalisis semua data dari lapangan, serta dapat

merumuskan masalah menjadi satu karya ilmiah.

2. Manfaatnya dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan

dan wawasan tambahan untuk peneliti dan program studi (prodi). Sehingga

dapat memberikan kemudahan bagi pembaca terkait efektivitas jurnalis

terhadap dakwah Islam di kota Bengkulu.

23
F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan dilaporkan dalam sistematika pembahasan sebagai

berikut:

BAB I : Pendahuluan
Berisi pendahuluan pada bab ini diuraikan latar belakang masalah,

rumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penyajian.

BAB II : Landasan Teori


Memaparkan pembahasan. Pada bab ini diuraikan beberapa

penjelasan. Selanjutnya, bagian terakhir yaitu BAB III.

BAB III : Metode Penelitian


Menguraikan Kesimpulan dari penulis dan saran-saran yang

ditunjukkan bagi para pembaca dan penulis lain.

BAB IV : Hasil Penelitian


Merupakan hasil pembahasan yang berisikan tentang deskripsi

wilayah penelitian penyajian hasil penelitian, analisis data penelitian.

BAB V : Penutup
Berisi kesimpulan dan saran.

24
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektif mempunyai

arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi, efektivitas

adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan

orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas

pada dasarnya menunjukan pada taraf tercapainya hasil, sering atau

senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada

perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekan pada hasil yang

dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai

hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya.9

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas

adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat

tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai dari suatu cara atau

usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Media

pembelajaran bisa dikatakan efektif ketika memenuhi kriteria, diantaranya

mampu memberikan pengaruh, perubahan atau dapat membawa hasil.

Ketika kita merumuskan tujuan instruksional, maka efektivitas dapat

9
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1996, h. 365.

25
dilihat dari seberapa jauh tujuan itu tercapai. Semakin banyak tujuan

tercapai, maka semakin efektif pula media pembelajaran tersebut

Jadi, dapat disimpulkan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya

semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari

anggota serta merupakan ketertarikan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan

menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang

dicapai.10

B. Kajian Konsep Jurnalis

1. Sejarah dan Perkembangan Jurnalis

Pers berarti media. Berasal dari bahasa Inggris press yaitu cetak. Apakah

media itu berarti hanya media cetak? Tentunya tidak. Pada awal kemunculannya

media memang terbatas hanya pada media cetak. Seiring percepatan tekhnologi

dan informasi, ragam media ini kemudian meluas. Muncul media elektronik:

Audio, audio visual (pandang-dengar) sampai internet. Jadi pers adalah sarana

atau wadah untuk menyiarkan produk-produk jurnalistik.

Sedangkan jurnalistik merupakan suatu aktifitas dalam menghasilkan berita

maupun opini. Mulai dari perencanaan, peliputan dan penulisan yang hasilnya

disiarkan pada public atau khalayak pembaca melalui media/pers. Dengan kata

lain jurnalistik merupakan proses aktif untuk melahirkan berita. 11

Hasil dari proses jurnalistik yang kemudian menjadi teks yang dimuat di

media, berupa berita maupun opini. Dengan demikian, penting untuk kita semua

mengetahui sejarah jurnalistik itu sendiri.

10
Muhammad Abdul, Pengertian Efektifitas, dalam
http//:literaturbook.blogspot.om//efektifitas,( didownload pada 24 Mei 2018)
11
Nurudin, Jurnalistik Masa Kini, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009, h.23-24

26
1. Tahapan Awal lahirnya Jurnalistik

Zaman pemerintahan Cayus Julius Caesar (100-44 SM) di

Romawi, dipampang beberapa papan tulis putih (Forum Romanum) di

lapangan terbuka tempat rakyat berkumpul. Oleh karena itu Julius

Caesar disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”. Forum Romanum itu

berisikan pengumuman-pengumuman resmi dan isinya dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Acta Senatus yang memuat laporan-laporan singkat tentang

sidang-sidang senat dan keputusan-keputusannya.

2. Acta Diurna Populi Romawi yang memuat keputusan dari rapat

rakyat dan berita-berita lainnya. Acta Diurna ini merupakan alat

propaganda pemerintahan Romawi yang memuat berita-berita

mengenai peristiwa-peristiwa yang perlu diketahui rakyat.

Dalam sejarah Islam, cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di dunia

adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya, Nabi Nuh

berada di dalam kapal beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan

segala macam hewan.

Untuk mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor

burung dara ke luar kapal untuk memantau keadaan air dan kemungkinan adanya

makanan. Sang burung dara hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun yang

tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun dipatuk dan dibawanya pulang

ke kapal. Nabi Nuh pun berkesimpulan air bah sudah mulai surut. Kabar itu pun

disampaikan kepada seluruh penumpang kapal.12

12
Eko Dimas Nugroho, Sejarah Lahirnya Jurnalistik,
https://dimaseko16.wordpress.com/2016/04/20/sejarah-lahirnya-jurnalistik-dan-perkembangannya-
sampai-saat-ini, didownlod pada 12 Januari2019.

27
Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari berita dan

penyiar kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut

sebagai kantor berita pertama di dunia.13

2. Munculnya Wartawan Pertama

Pada zaman Romawi muncul wartawan-wartawan pertama. Wartawan-

wartawan ini terdiri dari budak-budak belian yang oleh pemiliknya diberi tugas

mengumpulkan informasi, berita-berita, bahkan juga menghadiri sidang-sidang

senat dan melaporkan semua hasilnya secara lisan maupun tulisan. Tujuannya

agar tuannya selalu mengikuti kejadian-kejadian di kota Roma.

3. Masa Perkembangannya

– Kegiatan penyebaran informasi melalui tulis-menulis makin meluas pada

masa peradaban Mesir, ketika masyarakatnya menemukan tehnik pembuatan

kertas dari serat tumbuhan yang bernama “Phapyrus”.

– Pada abad 8 M., tepatnya tahun 911 M, di Cina muncul surat kabar cetak

pertama dengan nama “King Pau” atau Tching-pao, artinya “Kabar dari Istana”.

Tahun 1351 M, Kaisar Quang Soo mengedarkan surat kabar itu secara teratur

seminggu sekali.

– Pada tahun 1450 penyebaran informasi tertulis maju sangat pesat sejak

mesin cetak ditemukan oleh Johan Guttenberg. Koran cetakan yang berbentuk

seperti sekarang ini muncul pertama kalinya pada 1457 di Nurenberg, Jerman.

Salah satu peristiwa besar yang pertama kali diberitakan secara luas di suratkabar

adalah pengumuman hasil ekspedisi Christoper Columbus ke Benua Amerika

pada 1493.

13
Eko Dimas Nugroho, Sejarah Lahirnya Jurnalistik,
https://dimaseko16.wordpress.com/2016/04/20/sejarah-lahirnya-jurnalistik-dan-
perkembangannya-sampai-saat-ini, didownlod pada 12 Januari2019.

28
– Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari adalah

Oxford Gazzete di Inggris tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti

nama menjadi London Gazzette dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya

untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah “Newspaper”.

– Pada Abad ke-18, jurnalisme lebih merupakan bisnis dan alat politik

ketimbang sebuah profesi. Komentar-komentar tentang politik, misalnya, sudah

bermunculan pada masa ini. Demikian pula ketrampilan desain/perwajahan mulai

berkembang dengan kian majunya teknik percetakan.

Pada abad ini juga perkembangan jurnalisme mulai diwarnai perjuangan

panjang kebebasan pers antara wartawan dan penguasa. Pers Amerika dan Eropa

berhasil menyingkirkan batu-batu sandungan sensorsip pada akhir Abad ke-18

dan memasuki era jurnalisme modern seperti yang kita kenal sekarang.

– Pada tahun 1883, kesadaran akan jurnalisme yang profesional mendorong

para wartawan untuk membentuk organisasi profesi mereka sendiri. Organisasi

profesi wartawan pertama kali didirikan di Inggris, yang diikuti oleh wartawan di

negara-negara lain pada masa berikutnya. Kursus-kursus jurnalisme pun mulai

banyak diselenggarakan di berbagai universitas, yang kemudian melahirkan

konsep-konsep seperti pemberitaan yang tidak bias dan dapat

dipertanggungjawabkan, sebagai standar kualitas bagi jurnalisme profesional.

– Pada 1880-1900, terjadi kemajuan besar dalam publikasi jurnalistik yaitu

digunakannya mesin cetak cepat.14

– Karl Bucher dan Max Weber di Universitas Basel Swiss

memperkenalkan cabang baru ilmu persuratkabaran, Zeitungkunde pada 1884. Di

14
Eko Dimas Nugroho, Sejarah Lahirnya Jurnalistik,
https://dimaseko16.wordpress.com/2016/04/20/sejarah-lahirnya-jurnalistik-dan-perkembangannya-
sampai-saat-ini, didownlod pada 12 Januari2019.

29
Amerika Utara, lahirlah sekolah beken dalam urusan jurnalis, Columbia School

of Journalism pada 1912 oleh Joseph Pulitzer.15

– Pada 1893 untuk pertama kalinya surat-surat kabar di AS menggunakan

tinta warna untuk komik dan beberapa bagian di koran edisi Minggu. Pada 1920-

an, surat kabar dan majalah mendapatkan pesaing baru dalam pemberitaan,

dengan maraknya radio berita. Pada 1950-an perhatian masyarakat sedikit

teralihkan dengan munculnya televisi.

– Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat pada era 1970-

1980 juga ikut mengubah cara dan proses produksi berita. Selain deadline bisa

diundur sepanjang mungkin, proses cetak, copy cetak yang bisa dilakukan secara

massif, perwajahan, hingga iklan, dan marketing mengalami perubahan sangat

besar dengan penggunaan komputer di industri media massa.

– Memasuki era 1990-an, penggunaan teknologi komputer tidak terbatas di

ruang redaksi saja. Semakin canggihnya teknologi komputer notebook yang

sudah dilengkapi modem dan teknologi wireless, serta akses pengiriman berita

teks, foto, dan video melalui internet atau via satelit, telah memudahkan

wartawan yang meliput di medan paling sulit sekalipun. Selain itu, pada era ini

juga muncul media jurnalistik multimedia. Perusahaan-perusahaan media raksasa

sudah merambah berbagai segmen pasar dan pembaca berita. Tidak hanya bisnis

media cetak, radio, dan televisi yang mereka jalankan, tapi juga dunia internet,

dengan space iklan yang tak kalah luasnya.

– Sedangkan pada tahun 2000-an muncul situs-situs pribadi yang juga

memuat laporan jurnalistik pemiliknya. Istilah untuk situs pribadi ini adalah

weblog dan sering disingkat menjadi blog saja. Memang tidak semua blog
15
Eko Dimas Nugroho, Sejarah Lahirnya Jurnalistik,
https://dimaseko16.wordpress.com/2016/04/20/sejarah-lahirnya-jurnalistik-dan-perkembangannya-
sampai-saat-ini, didownlod pada 12 Januari2019.

30
berisikan laporan jurnalistik. Tapi banyak yang memang berisi laporan jurnalistik

bermutu. Senior Editor Online Journalism Review, J.D Lasica pernah menulis

bahwa blog merupakan salah satu bentuk jurnalisme dan bisa dijadikan sumber

untuk berita.

4. Sejarah dan Perkembangan Jurnalistik

Di Indonesia, istilah “jurnalistik” dulu dikenal dengan “publisistik”. Dua

istilah ini tadinya biasa dipertukarkan, hanya berbeda asalnya. Beberapa kampus

di Indonesia sempat menggunakannya karena berkiblat kepada Eropa. Seiring

waktu, istilah jurnalistik muncul dariAmerika Serikat dan menggantikan

publisistik dengan jurnalistik. Publisistik juga digunakan untuk membahas Ilmu

Komunikasi.

Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada

komunikasi dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan

penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg.

di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa

pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan kewartawanan sebagai alat

perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode,

danMedan Prijaji terbit.16

1. Masa Penjajahan Belanda

Pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon Coen, yang kemudian pada

tahun 1619 menjadi Gubernur Jenderal VOC, diterbitkan “Memories der

Nouvelles”, yang ditulis dengan tangan. Dengan demikian, dapatlah dikatakan

bahwa “surat kabar” pertama di Indonesia ialah suatu penerbitan pemerintah

VOC. Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di Indonesia dari negeri
16
Eko Dimas Nugroho, Sejarah Lahirnya Jurnalistik,
https://dimaseko16.wordpress.com/2016/04/20/sejarah-lahirnya-jurnalistik-dan-perkembangannya-
sampai-saat-ini, didownlod pada 12 Januari2019.

31
Belanda. Atas intruksi pemerintah, diterbitkan surat kabar tercetak pertama dan

dalam nomor perkenalannya dimuat ketentuan-ketentuan perjanjian antara

Belanda dengan Sultan Makassar. Setelah surat kabar pertama kemudian terbitlah

surat kabar yang diusahakan oleh pemilik percetakan-percetakan di beberapa

tempat di Jawa. Surat kabar tersebut lebih berbentuk koran iklan. fungsinya untuk

membantu pemerintahan kolonial belanda.

2. Masa Pendudukan Jepang

Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha dan

berdiri sendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya

disesuaikan dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk

memenangkan apa yang mereka namakan “Dai Toa Senso” atau Perang Asia

Timur Raya. Dengan demikian, pada zaman pendudukan Jepang pers merupakan

alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang dimuat hanyalah pro-

Jepang semata.

3. Masa Revolusi Fisik

Peranan yang telah dilakukan oleh pers kita di saat-saat proklamasi

kemerdekaan dicetuskan, dengan sendirinya sejalan dengan perjuangan rakyat

Indonesia. Bahkan tidak sedikit dari para wartawan yang langsung turut serta

dalam usaha-usaha proklamasi. Semboyan “Sekali Merdeka Tetap Merdeka”

menjadi pegangan teguh bagi para wartawan. Periode tahun 1945 sampai 1949

yang biasa dinamakan periode “revolusi fisik”, membawa coraknya tersendiri

dalam sifat dan fungsi pers kita. Dalam periode ini pers kita dapat digolongkan ke

dalam dua kategori, yaitu pertama, pers yang terbit dan diusahakan di daerah

yang dikuasai oleh pendudukan sekutu, kemudian Belanda, dan kedua pers yang

32
terbit diusahakan di daerah yang dikuasai oleh RI yang kemudian turut

bergerilya.

4. Masa Demokrasi Liberal (orde lama)

Dalam aksi-aksi ini peranan yang telah dilakukan oleh pers republik sangat

besar. Republik Indonesia Serikat yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat

akhirnya bubar dengan terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik

Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950. Pada masa ini dalam kepemimpinan Ir.

Soekarno untuk memperoleh pengaruh dan dukungan pendapat umum, pers kita

yang pada umumnya mewakili aliran-aliran politik yang saling bertentangan,

menyalahgunakan kebebasan pers (freedom of the press), yang kadang-kadang

melampaui.

5. Masa Orde Baru

Pada masa Orde baru, fungsi dewan pers ini tidaklah efektif. Dewan pers

hanyalah formalitras semata. Dewan Pers bukannya melindungi sesama rekan

jurnalisnya, malah menjadi anak buah dari pemerintah Orde Baru. Hal itu terlihat

jelas ketika pembredelan 1994, banyak anggota dari dewan pers yang tidak

menyetujui pembredelan. Namun ironisnya, pada saat itu dewan pers diminta

untuk mendukung pembredelan tersebut. Meskipun dewan pers menolak

pembredelan, tetap saja pembredelan dilaksanakan. Menolak berarti melawan

pemerintah. Berarti benar bahwa dewan pers hanya formalitas saja. Istilah pers

digunakan dalam konteks historis seperti pada konteks “press freedom or law”

dan“power of the press”.17 Sehingga dalam fungsi dan kedudukannya seperti itu,

tampaknya, pers dipandang sebagai kekuatan yang mampu mempengaruhi

17
Ibid

33
masyarakat secara massal. ( John C.Merrill, 1991, dalam Asep Saeful, 1999 :

26).18

Seharusnya pers selain mempengaruhi masyarakat, pers juga bisa

mempengaruhi pemerintah. Karena pengertian secara missal itu adalah

seluruhlapisan masyarakat baik itu pemerintah maupun masyarakat. Namun di

Era Orde Baru, dewan pers memang gagal meningkatkan kehidupan pers

nasional, sehingga dunia pers hanya terbelenggu oleh kekuasaan oleh kekuasaan

Orde Baru tanpa bisa memperjuangkan hak-haknya.

6. Masa Reformasi

Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan

Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi

menjadi satu-satunya organisasi profesi. Kegiatan kewartawanan diatur dengan

Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 yang dikeluarkan Dewan maka pers

nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:

 Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan

informasi.

 Menegakkan nilai dasar demokrasi.

 Mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta

menghormati kebhinekaan.

 Mengembangkan pendapat umum berdasar informasi yang tepat, akurat,

dan benar.

 Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kepentingan umum.

 Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.


18
Eko Dimas Nugroho, Sejarah Lahirnya Jurnalistik,
https://dimaseko16.wordpress.com/2016/04/20/sejarah-lahirnya-jurnalistik-dan-perkembangannya-
sampai-saat-ini, didownlod pada 12 Januari2019.

34
PENGERTIAN JURNALISTIK MENURUT PARA AHLI

Seiring kemajuan teknologi informasi maka yang bermula dari laporan

harian maka tercetak manjadi surat kabar harian. Dari media cetak berkembang

ke media elektronik, dari kemajuan elektronik terciptalah media informasi berupa

radio. Tidak cukup dengan radio yang hanya berupa suara muncul pula terobosan

baru berupa media audio visual yaitu TV (televisi). Media informasi tidak puas

hanya dengan televisi, lahirlah berupa internet, sebagai jaringan yang bebas dan

tidak terbatas. Dan sekarang dengan perkembangan teknologi telah melahirkan

banyak media (multimedia).

Jurnalistik bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan,

penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui

saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai

kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam

pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Pengertian tersebut

tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dan

sebagainya, akan tetapi meluas menjadi media elektronik seperti radio atau

televisi.19

Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print

journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah

berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism). Dahulu kegiatan

jurnalistik dilakukan dengan cara-cara manual, mulai dari pencarian berita hingga

kepada kegiatan pelaporan berita atau pengumpulan berita dilakukan dengan cara

yang masih sangat sederhana. Hal ini dikarenakan dahulu alat-alat pendukung

kegiatan jurnalistik masih minim sekali. Selain itu juga jurnalistik pada zaman
19
Eko Dimas Nugroho, Sejarah Lahirnya Jurnalistik,
https://dimaseko16.wordpress.com/2016/04/20/sejarah-lahirnya-jurnalistik-dan-perkembangannya-
sampai-saat-ini, didownlod pada 12 Januari2019.

35
dahulu hanya dipahami sebagai publikasi secara cetak. Tetapi sekarang tidak

hanya dari situ saja, media elektronik juga ikut andil dalam hal pemberitaan serta

sebagai pelaku media massa.

Dapat dilihat bahwa sekarang ini dunia teknologi semakin berkembang.

Perkembangan teknologi tersebut juga memengaruhi perkembangan jurnalistik.

Pada zaman dahulu hanya seorang jurnalis profesional yang mampu melakukan

kegiatan jurnalistik. Dimana kegiatan jurnalistik yang dimaksud adalah mencari,

mengumpulkan, mengolah, dan melaporkan berita kepada masyarakat luas. Akan

tetapi saat ini, kegiatan jurnalistik tidak hanya dapat dilakukan oleh jurnalis

profesional.

Dengan ditemukan teknologi internet, kegiatan jurnalistik dapat dilakukan

oleh siapa saja, tanpa harus memiliki backgroun sebagai jurnalis profesional.

Setiap orang bisa melakukan kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan

melaporkan berita kepada masyarakat luas. Istilah yang digunakan untuk

perkembangan jurnalistik tersebut yakni citizen journalism. Dalam citizen

journalism, semua anggota masyarakat mampu melakukan kegiatan jurnalistik

tanpa memandang latar belakang pendidikan dan keahlian. Kehadiran citizen

journalism mendorong setiap orang untuk berani menulis dan melaporkan

informasi/berita kepada banyak orang tanpa memerlukan label atau status jurnalis

profesional.

Pengertian jurnalistik menurut para ahli sebagai berikut: Fraser Bond

dalam bukunya, “An introduction to Journalism,” terbitan tahun 1961,

mengatakan: Jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan

mengenai berita agar sampai pada kelompok pemerhati. 20


20
Eko Dimas Nugroho, Sejarah Lahirnya Jurnalistik,
https://dimaseko16.wordpress.com/2016/04/20/sejarah-lahirnya-jurnalistik-dan-perkembangannya-
sampai-saat-ini, didownlod pada 12 Januari2019.

36
Roland E. Wolseley dalam bukunya UndeJurnalistik adalah pengumpulan,

penulisan, penafsiran, pemrosesan dan penyebaran informasi umum, pendapat

pemerhati, hiburan umum secara sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan

pada SK, majalah dan disiarkan stasiun siaran.

Adinegoro dalam buku: “Hukum Komunikasi Jurnalistik,” karya M. Djen

Amar terbitan tahun 1984, mengatakan: Jurnalistik adalah semacam kepandaian

mengarang yang pokoknya memberikan pekabaran pada masyarakat dengan

selekas-lekas’a agar tersiar luas.

Astrid Susanto dalam bukunya: ,”Komunikasi massa,” terbitan tahun 1986,

menyebutkan: dalam Jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan

serta penyebaran tentang kegiatan sehari-hari.

Onong Uchjana Effendy dalam bukunya: “Ilmu, Teori dan Filsafat

Komunikasi,” terbitan tahun 1993 menyebutkan, Jurnalistik adalah teknik

mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai menyebarluaskannya

kepada masyarakat.

Djen Amar bukunya: “Hukum komunikasi Jurnalistik,” terbitan tahun 1984

mengatakan: Jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah dan

menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.

Erik Hodgins, redaktur majalah Time seperti yang dikutip Kustadi

Suhandang dalam bukunya: Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produk

dan Kode Etik, terbitan tahun 2004, mengatakan : Jurnalistik adalah pengiriman

informasi dari sini ke sana dengan benar, seksama dan cepat dalam rangka

membela kebenaran dan keadilan berfikir yang selalu dapat dibuktikan.

Kustadi Suhandang dalam buku yang sama mengatakan, Jurnalistik adalah

seni dan atau keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan

37
menyajikan berita tentang pristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam

rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.

A.S. Haris Sumadiria, M.Si, dalam bukunya, jurnalistik Indonesia, Menulis

berita dan feature, panduan Praktis Jurnalis professional, Simbiosa Rekatama

Media, Bandung, 2005, merumuskan definisi jurnalistik sebagai: Kegiatan

menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan

berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-

cepatnya.21

KESIMPULAN

Jurnalistik, awal mula lahirnya jurnalistik dimulai sekitar 100-44 SM, di

Romawi saat itu pada masa pemerintahan Julius Caesar terdapat Forum

Romanum atau papan tulis putih untuk menyampaikan aspirasi rakyat dan

kabar/informasi apa yang beredar saat itu di pusat kota. Oleh karenanya Julius

Caesar diebut sebagai bapak pers. Inilah yang menjadi dasar konsep

jurnalistik,yaitu menyampaikan berbagai pesan, informasi, atau berita. Yang

selanjutnya terus di kembangkan oleh para Jurnalis berikutnya hingga sampai

sekarang.

Informasi bisa diibaratkan seperti makanan pokok yang menjadi bahan

santapan dalam kehidupan sehari-hari, sebuah peristiwa atau kejadian adalah

sesuatu hal yang sangat penting untuk diketahui dalam masyarakat. Media massa

adalah sebuah ajang kebutuhan akan informasi di semua kalangan misal politik,

sosial, ekonomi dan sebagainya. Dengan adanya media komunikasi kita bisa

mengetahui perkembangan teknologi didunia serta banyak informasi-informasi

21
Ibid

38
lainnya, jadi selama kita mengikuti maka tidak akan ketinggalan informasi yang

tenar sekarang ini.22

C. Elemen-Elemen Jurnalis

Berkaitan dengan elemen jurnalisme, ada ide menarik yang pernah

dikemukakan oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel. Kovach dan

Rosenstiel (2003) mengeluarkan jurus “9 Elemen Jurnalisme” yang layak

dipegang seorang jurnalis. Sembilan elemen itu antara lain;

1. Kewajiban Pertama Jurnalime adalah Pada Kebenaran

Kovach dan Rosenstiel mengatakan kebenaran yang harus dilakukan

wartawan adalah kebenaran furngsional. Jadi, kebenaran yang dimaksud

bukan kebenaran yang selama ini ada dalam filsafat dan bukan juga

kebenaran yang berasal dari Tuhan yang absolut.

2. Loyalitas Pertama Jurnalisme Kepada Warga

Kepada siapakah loyalitas jurnalisme ditujukan? Tak ada kata lain

kecuali kepada masyarakat umum. Artinya, jurnalisme itu melayani

kepentingan umum dan bukan melayani kepentingan sekelompok orang

tertentu atau bahkan melayani kekuasaan politik.23

3. Intisari Jurnalisme adalah Disiplin Verifikasi

Disiplin verifikasi ini maksudnya, adalah pemisahan antara

jurnalisme dari hiburan, propaganda, fiksi, atau seni. Sebab, hiburan fokus
22
Eko Dimas Nugroho, Sejarah Lahirnya Jurnalistik,
https://dimaseko16.wordpress.com/2016/04/20/sejarah-lahirnya-jurnalistik-dan-perkembangannya-
sampai-saat-ini, didownlod pada 12 Januari2019.
23
Nurudin, Jurnalistik Masa Kini, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009, h. 94-119

39
utamanya pada hal-hal yang membuat hati senang. Propaganda menyeleksi

fakta atau mengarang fakta demi kepentingan yang lain. Sementara fiksi

mengarang skenario untuk sampai pada kesan yang lebih personal dari apa

yang disebut dengan kebenaran.

4. Wartawan Harus Tetap Independen dari Pihak yang Mereka Liput

Independensi yang dimaksud di sini adalah, independensi pikiran,

dari kelas atau status ekonomi, dan independensi dari ras, etnis, agama, dan

gender. Ini berarti wartawan dalam menulis berita melepaskan semua yang

ada pada dirinya. Ia bertugas melaporkan dan menunjukkan fakta apa adanya,

tanpa takut kepada sebuah kelompok.24

5. Pemantau Kekuasaan

Fungsi media massa, media harus menjadi pengawas. Media harus

loyal pada majikannya, yakni masyarakat. Jika di masyarakat ada kejadian

yang merugikan masyarakat secara umu, media harus berani “bertindak”.

6. Jurnalisme Harus Menghadirkan Sebuah Forum untuk Kritik dan

Komentar Publik

Pada zaman dahulu, media massa menyediakan ruangan yang bisa

dijadikan forum bagi masyarakat untuk berbagi pendapat mengenai berbagai

peristiwa. Bahkan kantor surat kabar juga berfungsi sebagai ruang tamu.

Orang yang datang bisa menyampaikan berbagai kritik dan komentarnya.

24
Ibid

40
7. Wartawan Harus Membuat Hal yang Penting Menjadi Menarik dan

Relevan

Banyak media yang hanya memberikan hal yang tak esensial dan

melupakan isu yang relevan. Jadi, menarik belum tentu relevan.25

8. Wartawan Harus Menjaga Berita Proporsional dan Komprehensif

Berita yang tidak proporsional salah satunya adalah judul-judulnya

yang sangat provokatif dan sensasional. Bahkan antara judul dengan isi sering

kali tidak ada kaitannya sama sekali. Judul yang sensasional biasanya hanya

menurut wartawan pembuat judul, bukan berdasar informasi yang

sebenarnya.

9. Wartawan Harus Mendengarkan Suara Hati

Wartawan mendengarkan suara hati? Ini tidak mudah. Ini memang

prinsip. Jurnalis yang mempunyai prinsip tidak gampang untuk diombang-

ambingkan oleh atasannya. Tetapi kebanyakan jurnalis tidak bisa berbuat apa-

apa. Ada banyak yang mempengaruhinya. Ada faktor kebutuhan keluarga,

peningkatan karier di masa datang, dan lain-lain.26

Tentu saja Elemen-elemen jurnalisme yang dikemukakan Kovach

dan Rosenstiel tersebut di atas adalah pedoman baku yang seharusnya

dilaksanakan oleh para jurnalisme. Tidak ada alasan untuk tidak

menancapkan dalam dada setiap jurnalis.

25
Ibid
26
Ibid

41
Jurnalisme memang sebuah profesi. Karenanya, jurnalis harus

bekerja sesuai profesinya dengan segala konekuensi idealnya. Sekarang,

bagaimana jurnalis menyiasati itu demi panggilan nuraninya. Jawabannya,

ada pada nurani jurnalis masing-masing, bukan hanya terletak pada

sesuatu yang diluapkan.27

Secara prinsip tidak ada perbedaan antara jurnalisme umum dan

jurnalisme perempuan. Hanya saja, dalam jurnalisme perempuan ada

penambahan satu unsur saja, yakni kepedulian pada kaum perempuan,

sensitif gender. Dalam hal ini, tidak berarti untuk membentuk jurnalisme

perempuan harus berasal dari kaum perempuan itu sendiri. Karena laki-

laki juga bisa punya sensitivitas gender. Bahkan bisa jadi jurnalis

perempuan tida peka terhadap isu-isu gender.

Dengan adanya sensitivitas gender ini, maka suatu pemberitaan

yang cenderung merugikan perempuan bisa dihindarkan. Namun justru

men28gangkat isu-isu perempuan yang ada di masyarakat maupun

pemerintahan.

D. Dakwah Islam

Secara etimologi Dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti

Seruan, Ajakan, atau Panggilan. Seruan yang digunakan dalam Dakwah

bertujuan untuk mengajak seseorang baik dalam melakukan sesuatu

kegiatan atau dalam merubah pola serta kebiasaan hidup. Dari kata Seruan,

27
Nurudin, Jurnalistik Masa Kini, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009, h. 119-120
28
Muamar Riza Pahlevi, Jurnalisme dan perempuan, Bandung: Pustaka Tinta Emas,
2009, h,12

42
Dakwah memiliki banyak arti yang bisa digunakan secara luas tidak hanya

dalam Agama, dimana kata Dakwah sering digunakan namun Seruan yang

diberikan bisa dimaknai dalam hal positif maupun negatif.

Pergeseran makna Dakwah menjadi meruncing hanya pada Seruan yang

dilaksanakan oleh seseorang dalam Ajaran Islam. Dalam kehidupan sehari-hari,

kata Dakwah memiliki dua arti kata yakni negatif dan juga positif yang secara

sederhana dapat diartikan.29

Pengertian Dakwah secara Terminologis, dalam artian terminologis lebih

cenderung diartikan sebagai usaha diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh

seseorang pendakwah merujuk pada seseorang mubaligh atau peneramah yang

menyampaikan dakwah.

Ada pula lima komponen yang dikaji dalam ilmu dakwah adalah sebagai
berikut.

1. Unsur Da’i atau Subjek Dakwah

Da’i bisa secara individual, kelompok, organisasi atau lembaga yang

dipanggil untuk melakukan tindakan dakwah. Tuhan adalah yang memanggil

melalui syarat-syaratnya dalam Qur’an, sementara yang dipanggil untuk

berdakwah adalah umat Islam sesuai kemampuan dan kapasitas masing-

masing umat, sebagaimana dapat dilihat dalam isyarat Qu’ran.30

29
Adam Lubis, Pengertian Dakwah, http//:www.eurekapendidikan.com, ddownload pada
24 Mei 2018.
30
Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2011, h.5

43
2. Sasaran Dakwah (Mad’u)

Seluruh umat manusia, bahkan bangsa jin dimasukkan sebagai

sasaran dakwah. Luasnya cakupan sasaran dakwah lebih mempertegas bahwa

dakwah bisa dilakukan oleh siapa saja, selama ia memiliki kecakapan untuk

melakukan dakwah.31

3. Unsur Materi Dakwah

Materi dakwah adalah ajaran-ajaran Islam sebagaiman termasuk

dalam Qur’an dan hadis, atau mencakup pendapat para ulama atau lebih luas

dari itu. Dalam Qur’an yang dijadikan salah satu rujukan dakwah banyak

ditemukan term-term dalam berbagai bentuk, seperti term khayr, ma’ruf,

Islam, al-birr dan sabili rabbik.32

4. Unsur Metode

Metode ialah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode

dakwah adalah cara yang digunakan da’i untuk menyampaikan materi

dakwah (Islam).

5. Media Dakwah

Media dakwah adalah sasaran yang digunakan dalam menyampaikan

pesan-pesan dakwah. Disebutkan Deddy Mulyana bahwa media bisa merujuk

31
Ibid
32
Ibid

44
pada alat maupun bentuk pesan, baik verbal maupun nonverbal, seperti

cahaya dan suara.33

Dakwah juga terdiri dari beberapa arti yaitu sebagai berikut.

1. Dakwah Fardiah

Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan

seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang

dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi

tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori

dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran

memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang

sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu

upacara kelahiran (tasmiyah).

2. Dakwah Ammah

Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh

seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan

maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai

biasanya berbentuk khotbah (pidato). Dakwah Ammah ini kalau ditinjau

dari segi subjeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang

dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-soal

dakwah.34

3. Dakwah bil-lisan

33
Ibid
34
Ibid

45
Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan

dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subjek

dan objek dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila:

disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau

khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis,

konteks sajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan

hadirin.

4. Dakwah bil-Haal

Dakwah bil al-hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan

nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (Mad'u) mengikuti

jejak dan hal ihwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai

pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah.

5. Dakwah bit-Tadwin

Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit

at-tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab,

majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan

dakwah sangat penting dan efektif. Keuntungan lain dari dakwah model

ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat.

Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini rasulullah S.A.W bersabda,

"Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para

syuhada".35
35
Ibid

46
6. Dakwah bil-hikmah

Dakwah bil hikmah adalah menyampaikan dakwah dengan cara

yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa

sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas

kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik.

Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode

pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.

Era informasi sekarang ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi syi’ar

Islam (dakwah islamiyah). Para mubaligh, aktivis. Dan umat Islam pada

umumnya, yang memang kewajiban seara syar’i melakukan dakwah islamiyah.

Selain tetap harus melakukan da’wah bil hal(pemberdaya masyarakat secara

nyata, keteladanan perilaku), dapat pula dan harus mampu memanfaatkan media

massa untuk melakukan da’wah bil qolam(dakwah melalui pena/pensil) di media

massa (cetak), melalui rubrik kolom opini yang umumnya terdapat di surat kabar

harian, mingguan, tabloid, majalah-majalah, atau buletin-buletin internal masjid.

Obyek dan cakupan da’wah bil qolam lebih banyak dan luas.

Karena pesan dakwah dan informasi Islam yang dituliskan dapat dibaca

oleh ratusan, ribuan, bahkan ratusan ribu dan jutaan orang pembaca dalam

waktu yang hampir bersamaan. Media massa memang alat yang efektif

untuk membentuk opini umum (publik opinion), bahkan mempengaruhi

orang secara kuat dan massif.

Saat ini, kita merasakan masih langkanya para penulis, juga

wartawan muslim yang mampu melakukan da’wah bil qolam melalui

47
media massa. Lebih langka lagi para agama Islam (ulama, kyai, mubaliq)

yang mampu melakukan da’wah bil qolam lisan (ceramah, tabligh,

khotbah) sekaligus piawai menulis artikel keislaman untuk media massa

(da’wah bil qolam). Padahal, “tulisan adalah tamannya para ulama,” kata

Ali bin Abi Thalib.36

Dunia dakwah mengalami tantangan yang semakin berat terutama

sejak berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin

kompleksnya masalah kemasyarakatan yang dihadapi oleh manusia. Di

sisi lain, perkembangan media komunikasi yang semakin modern

tampaknya akan sangat membantu aktivitas dakwah Islam. Peluang

dakwah Islam akan semakin terbuka lebar ketika para da’i mampu

memanfaatkan media massa dengan meminimalisir dampak negatif dan

memaksimalkan dampak positif dari media yang ada. Eksistensi jurnalis

dalam konteks pemberi informasi kepada masyarakat melalui media yang

digelutinya sangat urgen dalam ikut membangun opini publik (public

opinion) termasuk umat Islam. 37

Dalam bahasa dakwah maka wartawan dapat disepadankan dengan

da’i (mubalig), dengan alasan bahwa da’i bertugas memberikan informasi

kebenaran dalam masalah keislaman dalam arti seluas-luasnya dan dalam

bingkai amar ma’ruf nahi munkar, sementara wartawan bertugas

memberikan informasi yang positif terkait dengan berbagai masalah baik

politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya.


36
Syamsul Asep, Jurnalistik Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001, h.93-95
37
http://devitadartias.blogspot.com/2010/11/media-massa.html (Online 17 Desember
2012)

48
Dewasa ini, ketika masyarakat semakin pandai dengan adanya

perkembangan teknologi dan komunikasi, seharusnya para da’i (juru

dakwah) lebih pandai dalam memanfaatkan media yang ada. Media massa

baik cetak maupun elektronik menjadi sarana yang dinilai efektif dalam

penyampaian pesan dakwah. Sifat pesan dari media massa terutama

media-media modern seperti internet adalah lebih luas serta tidak dibatasi

oleh ruang dan waktu. Sehingga para mad’u dapat dengan mudah

memperoleh materi-materi dakwah kapan saja.

Media cetak diyakini punya kekuatan yang maha dahsyat untuk

memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Bahkan media cetak bisa

menentukan perkembangan masyarakat seperti apa yang akan dibentuk di

masa yang akan datang. Media cetak mampu mengarahkan, membimbing,

dan memengaruhi kehidupan di masa kini dan masa datang. Terkait

dengan itu tidak sedikitpun media cetak yang mulai mengarahkan orientasi

beritanya ke arah misi dakwah.

Para wartawan atau jurnalis muslim tentunya akan bergelut di

bidang informasi. Tidak semua informasi yang diberitakan itu benar, baik

dan bermanfaat bagi masyarakat kalangan Islam. Untuk itu seorang

wartawan atau jurnalis wajim memfilter serta menyeleksi dari banyaknya

informasi yang telah membanjiri media cetak saat ini. Hal ini bertujuan

agar, tidak terjadinya pembodohan dan pembohongan terhadap publik.

Selain itu kondisi mad’u harus diperhatikan, dengan melihat

kondisi mad’u zaman sekarang, hendaknya seorang da’i mampu memilih

49
dan membuat tema yang tepat. Agar pesan dakwah yang disampaikan

mampu dicerna dan dikonsumsi dengan baik oleh mad’u.38

Pesan dakwah itu harus menjadi sebuah informasi yang mampu

dipahami oleh mad’u, agar pesan itu bisa diamalkan dalam kehidupannya

sehari-hari. Dengan tulisan yang disajikan mampu mempengaruhi,

merangsang dan menggerakkan mad’u agar senantiasa aktif dalam

melaksanakan dan menggerakkan aktivitas keagamaan. Media cetak saat

ini merupakan sarana yang tepat sebagai wadah menggerakkan aktivitas

keagamaan atau dakwah. Persoalan sekarang mampukah seorang da’i atau

jurnalis memanfaatkan dunia pers khususnya media cetak sebagai peluang

dalam berdakwah.39

E. Teori Stimulus-Respon

Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa efek merupakan reaksi

terhadap situasi tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat

mengharapkan sesuatu atau memperkirakan sesuatu dengan sejumlah

pesan yang disampaikan melalui penyiaran. Teori ini memiliki tiga

elemen, yakni (a) pesan (stimulus); (b) penerima (receiver); dan (c) efek

(respons).40

Prinsip teori stimulus kemudian munculkan teori turunan yang

disebut teori jarum hipodermiks, yaitu teori klasik mengenai proses

terjadinya efek media massa. Dalam teori ini, isi media dipandang sebagai
38
Ibid
39
Bambang Saiful Ma’arif, Komunikasi Dakwah: Paradigma Untuk Aksi, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010, h. 161.
40
Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Jakarta: Prenada Media, 2005,
h.22

50
obat yang disuntikkan ke dalam pembuluh audien, yang kemudian

diasumsikan akan bereaksi seperti yang diharapkan.41

Teori stimulus-respons juga memandang bahwa pesan

dispersepsikan dan didistribusikan secara sistemik dan dalam skala yang

luas. Pesan, karenanya, tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya

sebagai individu, tapi sebagai bagian dari masyarakat. Untuk

mendistribusikan pesan sebanyak mungkin, penggunaan teknologi

merupakan keharusan. Sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh

terpaan pesan, diasumsikan tidak akan terpengaruh oleh isi pesan.42

Kelemahan teori stimulus-respons adalah penyamarataan individu.

Bagaimanapun, pesan yang sama akan dipersepsi secara berbeda oleh

individu dalam kondisi kejiwaan yang berbeda. Karenanya, pada tahun

1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus-

respons dengan teorinya yang dikenal sebagai individual difference theory.

DeFleur mengatakan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu

yang berinteraksi secara berbeda-beda sesuai dengan karakteristik pribadi

individu.43

Konsep Teori Stimulus Respon

Dalam teori stimulus respon terdapt unsur-unsur yang tidak dapat

dipisahkan. Ketiga unsur tersebut adalah pesan (stimulus), komunikan

41
Ibid
42
Ibid
43
Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Jakarta: Prenada Media, 2005,
h.23

51
44
(Organism) dan efek (Respon). Masing-masing unsur memiliki

pengertian sebagai berikut :

 Pesan (stimulus)

Pesan atau message merupakan elemen penting dalam komunikasi.

Sebab pesan merupakan pokok bahasan yang ingin disampaikan oleh

kemunikator kepada komunikan. Dalam komunikasi publik, pesan bernilai

sangat besar. Karena inilah yang menjadi inti dari terjalinnya komunikasi.

Tanpa adanya pesan maka kamunikasi baik antara komunikator dan

komunikan tidak akan dapat berjalan.45

 Komunikan (Organism) perhatian, pengertian, penerimaan

Komunikan merupan elemen yang akan menerima stimulus yang

diberikan oleh komunikator. Sikap komunikan dalam menyikapi stimulus

yang diterima akan berbeda-beda. Tergantung kepada masing-masing

pribadi menyikapi bentuk stimulus tersebut. Dalam mempelajari sikap ada

tiga variabel yang penting menunjang proses belajar tersebut yaitu,

perhatian, pengertian, penerimaan.

Ketiga variabel imi menjadi penting sebab akan menentukan

bagaimana kemudian respon yang akan diberikan oleh komunikan setelah

menerima stimulus.

Sikap yang dimaksud disini adalah kecendrungan bertindakan,

berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi

44
Purwanti Puput, “Teori Komunikasi Massa”, dalam
https://pakarkomunikasi.com/teori-stimulus-respon-dalam-komunikasi-massa, (download:
19.30wib, 28 Desember 2018).
45
Ibid

52
atau nilai. Sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecendrungan

untuk berprilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap, dengan

demikian pada kenyataan tidak ada istilah sikap yang berdiri sendiri. Sikap

juga bukanlah sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah

seseorang harus setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu, menentukan apa

yang disukai, diharapkan.46

 Efek (respon) perubahan sikap

Hosland, mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada

hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku

tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima

atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak

berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan

berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti

ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima)

maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses

berikutnya.

3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi

kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya

(bersikap).

46
Ibid

53
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan

maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu

tersebut (perubahan perilaku).

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah,

hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Stimulus

atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau

mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari

komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan

komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan

mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk

mengubah sikap.47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Umum

‘Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif tidak

menggunakan alat bantu statis dalam menganalisanya dimana peneliti berperan sebagai
47
Ibid

54
instrumen utama dalam mengumpulkan pencarian data. Metode yang digunakan

penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang berfungsi

untuk menggambarkan objek penelitian dengan data atau sampel atau populasi

sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan memberi kesimpulan yang berlaku

secara umum.48

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif

yang berlangsung dalam latar alamiah yang prosesnya berbentuk siklus dan tidak

berangkat dari hipotesis ataupun teori untuk diuji kevaliditasannya, tetapi peneliti

turun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data dari situasi nyata.

B. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat maka peneliti menggunakan teknik

sebagai berikut:

1. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dimana penelitian mengadakan

pengamatan langsung di kantor PWI Kota Bengkulu untuk memperoleh data yang

sesungguhnya Metode ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke

48
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian,Bandung: Alfabeta, 2003, h.21

55
dalam lingkungan dimana penelitian itu dilaksanakan, yaitu kantor PWI

kota bengkulu, dengan pengamatan dari peneliti, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Metode ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan oleh

penelitian. Pengamatan atau observasi ini dilakukan guna melihat dan mencatat

hal-hal yang terkait dengan informasi yang dibutuhkan untuk memperoleh data

tentang efektivitas jurnalis terhadap dakwah Islam di kota Bengkulu.

2. Wawancara

Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh berbagai informasi dari

semua informan, data yang diperoleh dari wawancara ini yaitu mengenai efektivitas

jurnalis terhadap dakwah Islam di Bengkulu. Nara sumber wawancara yaitu jurnalis

dari media cetak mingguan (Hasanah, Dialog), jurnalis dari media cetak harian

(Endang, Bengkulu Expres Koran), jurnalis dari media online (Yuliardi,

Liputan6.com), jurnalis dari media online (Firmansyah, Kompas.com), jurnalis dari

media online (Demon Fajri, Okezone.com)

3. Dokumentasi

Untuk memperoleh dokumentasi tulisan-tulisan yang ada hubungannya

dengan penulisan skripsi juga data-data yang mendukung skripsi seperti sejarah

berdirinya PWI serta perkembangan jurnalis di kota Bengkulu , data-data jurnalis,

visi,misi dan tujuan.

C. Instrumentasi Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, instrumentasi penelitian yang digunakan bukanlah

alat ukur yang disusun atas dasar definisi operasional variabel, melainkan manusia

sebagai peneliti itu sendiri sebab ia sendiri yang merencanakan, mengamati, menafsirkan

38
data dan menghasilkan penelitian mengenai efektivitas jurnalis terhadap dakwah Islam di

Bengkulu.

1. Sumber Data

Adapun Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data

primer dan data sekunder.

Data primer (data tangan pertama), adalah data yang diperoleh

langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari. Data

primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil peneliti melalui observasi dan

wawancara para informan, diantaranya:

1) Jurnalis dari media cetak mingguan, Hasanah - Dialog (melalui wawancara)

2) Jurnalis dari media cetak harian, Endang - Bengkulu Expres Koran (melalui

wawancara)

3) Jurnalis dari media online, Yuliardi - Liputan6.com (melalui wawancara)

4) Jurnalis dari media online, Firmansyah - Kompas.com (melalui wawancara)

5) Jurnalis dari media online, Demon fajri – Okezone.com (melalui wawancara)

Data sekunder (data tangan kedua), adalah data yang diperoleh

lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.

Data sekunder biasanya terwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah

tersedia, diantaranya:

1) Sejarah berdirinya PWI serta perkembangan jurnalis perempuan di kota

Bengkulu.

2) Dokumentasi tentang kegiatan yang menunjukkan efektivitas jurnalis

terhadap dakwah Islam di kota Bengkulu.

39
D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-

bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain.49

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Teknik analisis

data dilakukan menggunakan versi Miles Dan Huberman, bahwa aktivitas dalam teknik

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus -menerus

sampai tuntas sehingga datanya jenuh. Aktivitas meliputi reduksi data (data reduction),

penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan (verification). 50

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian, seorang

peneliti dapat menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak,

apabila peneliti mampu menerapkan metode observasi, wawancara atau dari

berbagai dokumen yang berhubungan dengan subjek yang diteliti. Data mengenai

efektivitas jurnalis terhadap dakwah Islam di kota Bengkulu. Yang diperoleh dari

lapangan jumlahnya banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci melalui

reduksi data.

Data tersebut lalu direduksi yaitu dirangkum, dipilih yang pokok dan yang

penting. Dengan demikian data tentang efektivitas jurnalis terhadap dakwah Islam di

kota Bengkulu yang direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan

49
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, Bandung: Cv. Alfabeta,
2013, h.244
50
ibid

40
mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya

bila diperlukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Penyajian data tentang efektivitas jurnalis perempuan terhadap dakwah Islam di

kota Bengkulu dalam penelitian dilakukan bentuk uraian singkat dan tabel.

Pendisplayan data digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian ini adalah

dengan teks yang bersifat naratif atau berupa deskripsi, serta tabel untuk

mempermudah memahami hasil penelitian.

3. Mengambil Kesimpulan Atau Verifikasi

Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan

display data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluang untuk

menerima masukan. Kesimpulan awal tentang efektivitas jurnalis perempuan

terhadap dakwah Islam di kota Bengkulu yang dikemukakan masih bersifat

sementara. Saat pengumpulan data, peneliti mencari makna dari setiap gejala yang

diperoleh di lapangan. Selama penelitian masih berlangsung, setiap kesimpulan yang

ditetapkan terus menerus diverifikasi hingga benar-benar diperoleh konklusi yang

valid dan kokoh.51

51
ibid

41
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya Organisasi PWI

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), adalah organisasi profesi wartawan pertama

yang berdiri di Indonesia. Berdirinya organisasi PWI menjadi awal perjuangan Indonesia

dalam menentang kolonialisme di Indonesia melalui media dan tulisan. Kelahiran PWI di

tengah kancah perjuangan mempertahankan Republik Indonesia dari ancaman kembalinya

penjajahan, melambangkan kebersamaan dan kesatuan wartawan Indonesia dalam tekad dan

semangat patriotiknya untuk membela kedaulatan, kehormatan serta integritas bangsa dan

negara. Bahkan dengan kelahiran PWI, wartawan Indonesia menjadi semakin teguh dalam

menampilkan dirinya sebagai ujung tombak perjuangan nasional menentang kembalinya

kolonialisme dan dalam menggagalkan negara-negara boneka yang hendak meruntuhkan

Republik Indonesia.

Bertempat digedung museum pers Solo (saat ini), pada tanggal 9 Februari 1946,

diadakan pertemuan untuk membentuk Persatuan Wartawan Indonesia. Namun, PWI

bukanlah organisasi pertama yang didirikan di Indonesia. Jauh sebelum itu, dizaman Belanda

sejumlah organisasi wartawan telah berdiri dan menjadi wadah organisasi para wartawan.

Satu diantaranya yang paling menonjol adalah Inlandsce Journalisten Bond (IJB). Berdirinya

organisasi PWI menjadi awal perjuangan Indonesia dalam menentang kolonialisme di

Indonesia melalui media dan tulisan.

42
Di provinsi Bengkulu sendiri organisasi PWI masih di kategorikan sebagai organisasi

PWI persiapan provinsi Bengkulu sekitar tahun 1996 dan terus berkembang sampai tahun

2000. Di atas tahun 2000 menjadi cabang, dengan tenggang waktu yang cukup lama karna

persiapan untuk cabang, dari cabang berubah lagi menjadi PWI provinsi Bengkulu.

Perubahan ini baru berjalan 5 tahun terakhir.

Sebagai perkembang organisasi, sekarang PWI sudah dibentuk PWI kabupaten, ada

beberapa kabupaten yang sudah dibentuk PWI yaitu PWI kota Bengkulu, PWI kabupaten

Kepahyang, PWI kabupaten Rejang Lebong, PWI kabupaten Lebong, PWI kabupaten

Bengkulu Utara dan PWI kabupaten Muko-Muko ini sudah dibentuk sebagai salah satu

organisasi yang berdiri sendiri dibawah naungan PWI provinsi Bengkulu.

PWI sendiri berdiri sebagai kontribusi pembangunan, dan membangun pemerintahan

daerah terutama memberikan informasi, kritik sosial, supaya pembangunan daerah kabupaten

dan kota tidak ada persoalan, dan untuk mengawasi keuangan pemerintahan.

2. Visi, Misi dan Tujuan PWI kota Bengkulu

a. Visi :

 Harus memiliki kemampuan untuk melihat suatu hal langsung pada inti

permasalahn dengan sudut pandang yang jelas dan tepat, serta bertujuan

memberikan wawasan kepada khalayak.

b. Misi :

1. Wartawan Indonesia berdiri teguh di atas dasar falsafah Negara Pancasila,

2. Berpedoman kepada pancasila, UUD 1945, dan TAP MPR-RI

43
3. Sebagai alat demokrasi, Wartawan Indonesia berketetapan hati dan bertekad

untuk terus melanjutkan tradisi demokrasi dan patriotiknya.

4. Wartawan Indonesia tanpa membedakan aliran politik, asal suku, ras, agama,

kepercayaan dan golongan untuk menjaga persatuan dan kesatuan

bangsa/negara.

c. Tujuan :

1. Tercapainya cita-cita Rakyat Indonesia sebagaimana diamanatkan Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945

2. Terwujudnya kehidupan Pers Nasional yang merdeka, profesional,

bermartabat, dan beradab

3. Terpenuhinya hak masyarakat memperoleh informasi yang benar dan

bermanfaat

4. Terwujudnya tugas pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan kepentingan umum.

B. Kondisi Kantor

1. Keadaan Anggota

Anggota sebagai individu ketika memasuki organisasi akan membawa

kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan, dan

pengalaman masa lalunya sebagai karakteristik individunya. Peran organisasi tidak akan

terwujud tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota organisasi, dan bahkan lebih dari

itu, dalam batas-batas tertentu suatu organisasi dapat melakukan kegiatan tanpa

kehadiran peranan pemimpin organisasi sama sekali.

Tabel 1

44
Daftar Pengurus PWI kota Bengkulu

No Nama Jabatan Media Jenis Kelamin


HM. Muslimin, SH,
1 Penasehat - L
MH
2 Drs. Ruslan Paguci Penasehat - L
Dedy Wahyudi, SE,
3 Penasehat - L
MM
4 Pihan Pino, S.Ikom Penasehat - L
5 H. Azwar Hasan Penasehat - L
6 Zulkifli Lubis Penasehat - L
Zacky Antony, SH, Rakyat
7 Ketua L
MH Bengkulu
Wakil Ketua Bidang Rakyat
8 Patris Muwardi, S.PI L
Organisasi Bengkulu
Wakil Ketua Bidang
9 Heri Supandi Esa TV L
Pembelaan wartawan
Wakil Ketua Bidang Rakyat
10 Syah Bandar, S.Pd L
Pendidikan Bengkulu
Wakil Ketua Bidang Bengkulu
11 Ade Kurnia L
Kesra Ekspres
Wakil Ketua Bidang

12 Firdaus, SP, M.Psi Program dan BETV L

Kerjasama
Sahyarudin, S.Sos,
13 Sekertaris LPP RRI L
MM
14 Purnama Sakti, S.Pi Wakil Sekretaris RBTV L
Rakyat
15 Tarmandi Alba, SH Wakil Sekretaris L
Bengkulu
16 Dita Asfanny Bendahara RBTV P
17 Destian Saputra, STP Wakil Bendahara LPP RRI L
Ketua Wartawan Suara
18 Usmin, S.Sos L
Olahraga Pembaruan
19 Masyriadi, SP Sekretaris Wartawan Rakyat L

45
Olahraga Bengkulu

BendaharaWartawam
20 Budi Raharjo Mjl. Topik L
Olahraga

Seputar
21 Rustam Effendi Anggota L
Nusantara
Rakyat
22 Fazlur Rahman Anggota L
Bengkulu
Bengkulu
23 Prio Susanto Anggota L
Ekspres
Ketua Wartawan

24 Yuliar Hardjo Putra Organisasi dan Bengkulu TV L

Hubungan Daerah
Radar
25 Dedi HP Anggota L
Bengkulu
Bengkulu
26 Zalmi Herawati Anggota P
Ekspres
Sku Detak
27 Effendi Silalahi Anggota L
Jakarta
Ketua Wartawan

28 Hasanah Pendidikan dan Sk Dialog P

Sosial Budaya
Pemburu
29 Budi Santoso Anggota L
Fakta
Seputar
30 Agus Bambang Anggota L
Nusantara
Radar
31 Dian Marfani Anggota P
Bengkulu

32 Yuliardi Anggota Liputan6.com L


33 Sumarlin Ketua Even, Rakyat P

46
Pariwisata dan

Hubungan Bengkulu

Kerjasama
Sku Mata
34 Yusrizal Anggota L
Rakyat
Rakyat
35 Irpandi Anggota L
Bengkulu
36 Syahrizal Anggota LPP RRI L
Ketua Wartawan
Rakyat
37 Beni Hidayat, SH polhukum dan L
Bengkulu
Advokasi

38 Edward Ardiandri Anggota LPP RRI L

39 Asmadi Anggota Rafflesia Post L

40 Fiemansyah Anggota Kompas.com L

Ketua Wartawan

Ekonomi dan Rakyat


40 Ana Mariyohana P
Pengabdian Bengkulu

Masyarakat
41 Risnaldi Anggota SCTV L
42 Susilawati Anggota LPP RRI P
43 Jupiko Anggota Rafflesia Post L

44 Demon Fajri Anggota Okezone.com L

Ketua Wartawan
45 Ferry Yustika Riza ANTV L
Media Elektronik
46 Sapran Junaedi Anggota Suara Unib L
47 Wardiansyah Anggota Rafflesia Post L
48 Syahrizal Anggota LPP RRI L

47
2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana kantor PWI kota Bengkulu dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 2

Sarana dan Prasarana

Kantor PWI kota Bengkulu

Jumla
No Sarana dan Prasarana Jenis Keterangan
h
1 Ruang Ketua 1 lokal Permanen Baik
2 Ruang Anggota 1 lokal Permanen Baik
3 Ruang Rapat 1 lokal Permanen Baik
4 Ruang Tamu 1 lokal Permanen Baik
5 Wc 2 lokal Permanen Baik

C. Temuan Penelitian

Temuan hasil penelitian diperoleh melalui observasi dan wawancara. Teknik

wawancara ini digunakan untuk memperoleh data dari jurnalis perempuan di PWI kota

Bengkulu sebagai responden penelitian. Hasil penelitian ini akan penulis uraikan dibawah

ini sesuai dengan pertanyaan penelitian yang diajukan kepada responden penelitian

sebagai berikut:

Sebagai temuan hasil penelitian dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada

responden tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Apakah dalam tulisan atau berita yang anda buat mengandung unsur dakwah Islam ?

2. Mengapa anda mengaitkan nilai-nilai dakwah dalam tulisan anda ?

3. Pernahkan mendapat komentar dari masyarakat tentang tulisan anda ?

48
4. Menurut anda, apakah dengan adanya tulisan dakwah tersebut dapat membantu

perkembangan dakwah Islam di kota Bengkulu ?

5. Manfaat apa yang anda dapatkan saat menulis berita yang mengandung dakwah islam

6. Seefektivitas apa tulisan anda terhadap dakwah Islam ?

7. Apa yang mendorong anda untuk menulis berita yang mengandung makna dakwah

Islam ?

8. Apakah anda mengerti tentang dakwah Islam yang ada dalam tulisan atau berita

anda ?

Wawancara dengan Jurnalis

1. Apakah dalam tulisan atau berita yang anda buat mengandung unsur dakwah Islam ?

a. Wawancara dengan Ibu Hasanah ( Dialog )

Iya, untuk mengetahui unsur dakwahnya saya akan memberi suatu isi dari tulisan

saya. Di beberapa tulisan saya terdapat seruan atau ajakan untuk masyarakat

Bengkulu dalam kebaikan pada intinya di setiap tulisan atau berita yang saya buat

selama ini insyallah mengandung unsur-unsur dakwah, contoh nya saat menulis berita

saya menyisipkan pesan-pesan terhadap masyarakat bengkulu dalam kebaikan.52

b. Wawancara dengan Ibu Endang ( Harian Bengkulu Ekspres )

Sebelum mengetahui ada unsur dakwah atau tidak saya akan menjelaskan

beberapa isi dari tulisan yang saya tulis. Di sana banyak mengandung berupa seruan

atau ajakan dan panggilan. Sedangkan dakwah itu adalah kegiatan yang bersifat

52
Wawancara dengan Ibu Hasanah pada hari jumat 7 desember 2018

49
menyeru, mengajak dan memanggil. Jadi, kesimpulannya dan melihat dari isi tulisan

yang saya buat, tertera jelas bahwa disana banyak mengandung unsur dakwah.53

c. Wawancara dengan Bapak Yuliardi ( Liputan6.com )

Iya, karna seperti yang kita ketahui bahwa dakwah itu kegiatan yang bersifat

menyeru, mengajak dan memanggil. Saya rasa disetiap berita yang jurnalis tulis pasti

mengandung unsur dakwah.54

d. Wawancara dengan Bapak Firmansyah (Kompas.com)

Iya, semua tulisan pasti mengandung makna dakwah walapun secara langsung

membahas tentang dakwah.55

e. Wawancara dengan Bapak Demon Fajri (Okezone.com)

Iya, setiap tulisan pasti ada makna dakwah.56

2. Mengapa anda mengaitkan nilai-nilai dakwah dalam ulisan anda ?

1. Wawancara dengan Ibu Hasanah (Dialog)

Tujuan saya untuk seluruh masyarakat kota Bengkulu yang membaca atau

mendangar tulisan saya menjadikan mereka manusia yang selalu mengamalkan ajaran

kebaikan sesama manusia.

2. Wawancara dengan Ibu Endang (Harian Bengkulu Ekspres)

Terutama untuk umat muslim agar yang mendengarkan atau membaca tentang isi

dari tulisan saya menjadikan setiap manusia mengamalkan ajaran Islam yang sudah

diajarkan dalam kehidupan ini.

53
Wawancara dengan Ibu Endang pada hari jumat 7 desember 2018
54
Wawancara dengan Bapak Yuliardi pada hari 16 januari 2019
55
Wawancara dengan Bapak Firmansyah pada hari selasa 22 januari 2019
56
Wawancara dengan Bapak Demon fajri pada hari kamis 24 januari 2019

50
3. Wawancara dengan Bapak Yuliardi (Liputan6.com)

Karna sebagai moto saya juga, bahwa meskipun saya bukan pendakwah tetapi kita

sebagai umat manusia kita bertujuan untuk berdakwah, jadi bagaimana saya berusaha

seprofesional mungkin dalam menyajikan berita-berita itu tentu ada nilai dakwahnya,

selain saya mendapatkan nilai dari sebuah berita, Insyaallah saya juga mendapat

padahal atas apa yang saya lakukan itu.

4. Wawancara dengan Bapak Firmansyah (Kompas.com)

Karena masyarakat tidak hanya membutuhkan informasi seputar peristiwa, tentu

adanya nilai dakwah tersebut dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang

agama.

5. Wawancara dengan Bapak Demon Fajri (Okezone.com)

Karena nilai-nilai dakwah berperan dalam tulisan terutama jikaberita tentang

kegiatan sosial dan kepemimpinan.

3. Pernahkah mendapat suatu komentar dari masyarakat mengenai tulisan anda ?

a. Wawancara dengan Ibu Hasanah (Dialog)

Banyak sih, Masyarakat berkomentar tentang tulisan saya yang berisikan nasehat

dan saran. Malahan Ada beberapa masyarakat yang tak menyukai tulisan saya, maka

dengan menyikapi semuanya saya menjadikan komentar dari masyarakat yang tak

menyukai itu sebagai acuan saya untuk lebih baik dalam menulis berita.

b. Wawancara dengan Ibu Endang (Harian Bengkulu Ekspres)

Beberapa orang ada yang berkomentar yang berisikan nasehat dan saran saja.

Tetap saya menyikapinya dengan tenang, karna apapun yang mereka katakan atau

komentarkan, itu akan menjadi bahan kedepannya untuk menjadi lebih baik lagi.

51
c. Wawancara dengan Bapak Yuliardi (Liputan6.com)

Komentar tentang tulisan saya alhamdulilah pernah tapi lebih ke isi berita dan

komentar nya juga positif tidak menjatuhkan karya saya, komentar mereka lebih ke

masukkan dan saran. Karna kalau sudah berbicara tentang dakwah, apa yang mau di

komentari dari dakwah itu.

d. Wawancara dengan Bapak Firmansyah (Kompas.com)

Komentar tentang tulisan saya iya pernah, alhamdulillah positif.

e. Wawancara dengan Bapak Demon Fajri (Okezone.com)

Pernah, tetapi bukan masyarakat luas yang berkomentar melainkan keluarga,

teman, sahabat yang biasa nya mengomentari tulisan saya.

4. Menurut anda, apakah dengan adanya tulisan dakwah tersebut dapat membantu

perkembangan dakwah di kota Bengkulu ?

a. Wawancara dengan Ibu Hasanah (Dialog)

Menurut saya dengen metode yang saya pakai ini sangat bermanfaat bagi

perkembangan dakwah yang Ada di kota Bengkulu, karna kita menyampaikan pesan-

pesan kebaikan terkhususnya umat Islam yang ada di kota Bengkulu karna bukan

hanya di masjid-masjid saja tetapi kita bisa menyampaikan pesan-pesan kebaikan bisa

melalui tulisan kita dengan adanya pesan-pesan penting itu sendiri bisa meningkatkan

aktivitas dakwah di kota Bengkulu dan berupaya mengubah manusia yang lebih baik

individunya maupun kolektif dalam mengatasi situasi di era milineal seperti ini.

Apalagi terkhususnya para pemuda sangat di butuhkan keratifitas mereka dalam

membantu perkembangan dakwah yang ada di kota Bengkulu karna kenapa anak-

52
anak muda lah yang harus bisa mengatasi perkembangan zaman di era milenial

dengan meningkatkan kualitas mereka dalam kebaikan.

b. Wawancara dengan Ibu Endang (Harian Bengkulu Ekspres)

Menurut saya dakwah dengan tema atau metode apapun sangat-sangat bermanfaat

dan berpengaruh untuk kota Bengkulu. Dikarenakan dalam kehidupan ini, khusunya

kehidupan umat Islam. Dakwah itu sendiri yang berarti aktivitas dan upaya untuk

mengubah manusia, baik individu maupun kelompok. Dari situasi yang tidak baik

menjadi lebih baik. Dengan dakwah, dapat disampaikan serta di jelaskan mengenai

ajaran Islam kepada masyarakat dan umat sehingga sasaran dapat menghantui perkara

yang benar atau perkara yang salah.

c. Wawancara dengan Bapak Yuliardi (Liputan6.com)

Menurut saya Insyaallah bisa meningkatkan perkembangan dakwan di kota

Bengkulu, karna kenapa ? karna tidak bisa kita pungkiri media berita tv atau cetak itu

sangat dibutuhi oleh masyarakat, dan juga sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat

di kota Bengkulu meskipun mereka tidak bisa mendengar ceramah, ketika mereka

membaca berita bagaimana kita mengkaitkan berita atau tulisan tersebut dengan unsur

dakwah tentu akan membantu perekembangan dakwah di kota Bengkulu.

d. Wawancara dengan Bapak Firmansyah (Kompas.com)

Kalau menurut saya, tentu sangat membantu perkembangan dakwah Islam di kota

Bengkulu, meski setelah dibaca biasanya tidak diabaikan lagi, tetapi akan lebih

membantu jika tidak hanya media tulis saja yg membantu perkembangan dakwah

tersebut.

e. Wawancara dengan Bapak Demon fajri (Okezone.com)

53
Insyaallah lama kelamaan akan bisa membantu perkembangan dakwah di kota

Bengkulu.

5. Manfaat apa yang anda dapatkan saat menulis berita yang mengandung dakwah Islam ?

a. Wawancara dengan Ibu Hasanah (Dialog)

Yang pasti kan saya juga masih belajar, tidak terlalu paham tentang dakwah

Islam, manfaat yang didapat pasti ada seperti awalnya tidak tau jadi tau dan mengerti

sedikit banyak tentang dakwah Islam.

b. Wawancara dengan Ibu Endang (Harian Bengkulu Ekspres)

Banyak manfaat positif yang saya dapatkan ketika menulis berita apapun itu,

karena kan setiap tulisan pasti memiliki makna dakwah tersendiri.

c. Wawancara dengan Bapak Yuliardi (Liputan6.com)

Tentu manfaatnya menjadi sangat bahagia ketika bisa menulis berita yang

memiliki makna dakwah, walaupun tidak terpaku atau terkhusus membahas dakwah

Islam.

d. Wawancara dengan Bapak Firmansyah (Kompas.com)

Manfaat pasti ada, supaya kita tau makna dakwah Islam yang sesungguhnya

dalam tulisan-tulisan yang kita buat sendiri.

e. Wawancara dengan Bapak Demon fajri (Okezone.com)

Dengan menulis berita tentang dakwah, juga dapat menambah wawasan islami.

6. Seefektivitas apa tulisan anda terhadap dakwah islam ?

a. Wawancara dengan Ibu Hasanah (Dialog)

54
Saya sudah berusaha seefetiv dan semaksimal mungkin, selebihnya biarkan

masyarakat yang menilai, seberapa efetiv tulisan saya terhadap dakwah Islam.

b. Wawancara dengan Ibu Endang (Harian Bengkulu Ekspres)

Untuk saat ini masih dalam proses, mengetahui efektiv atau tidaknya belum bisa

dibilang sempurna, karena masih banyak terdapat kekurangan dan belum seefektiv

media islami pada umumnya, bisa dibilang masih dalam proses penilaian.

c. Wawancara dengan Bapak Yuliardi (Liputan6.com)

Kalau membahas efektivitas rasanya belum mencapai standart penilaian

keberhasilan yang direncanakan, karena pada dasarnya tulisan-tulisan yang saya buat

hanya tulisan yang biasa bukan tulisan yang benar-benar fokus terhadap dakwah

Islam.

d. Wawancara dengan Bapak Firmansyah (Kompas.com)

Sepertinya belum efektiv, karena saya pribadi juga masih belajar mengenai

konsep-konsep dakwah Islam.

e. Wawancara dengan Bapak Demon Fajri

Belum terlalu efektiv, karena masih belum banyak ilmu dan pengetahuan Islam

serta belum bisa mengkoreksi kesalahan karena yang membaca bukan hanya satu

orang dan satu umur saja tapi banyak orang, dari berbagai kalangan dan umur.

7. Apa yang mendorong anda untuk menulis berita yang mengandung makna dakwah

Islam ?

a. Wawancara dengan Ibu Hasanah (Dialog)

55
Karena berdakwah itu kewajiban semua umat Islam, tidak hanya dari mimbar ke

mimbar saja, tapi apapun profesi kita bagaimana caranya ada nilai-nilai dakwah di

dalamnya, saya sebagai jurnalis jadi dengan tulisan saya itu lah saya bisa berdakwah.

b. Wawancara dengan Ibu Endang (Harian Bengkulu Ekspres)

Seperti yang saya katakan tadi bahwasannya dakwah itu adalah mengajak,

menyeru, dan memanggil orang untuk berbuat baik dijalan yang sudah di tentukan

Tuhan, maka dari itu isi tulisan saya yang bertujuan agar mendapat manfaat untuk

semua kalangan, itu alasan yang mendorong saya menulis berita yang mengandung

makna dakwah.

c. Wawancara dengan Bapak Yuliardi (Liputan6.com)

Melihat keadaan masyarakat saat ini, banyak yang menggunakan alat-alat yang

seharusnya bisa digunakan untuk menjadi ladang dakwah tetapi digunakan untuk hal-

hal yang lain.

d. Wawancara dengan Bapak Firmansyah (Kompas.com)

Karena saya melihat di dunia nyata, terutama kota Bengkulu masih ada beberapa

golongan masyarakat yang kurang terhadap pemahaman agamanya, jadi walaupun

pembaca sudah paham itu akan menambah pemahamannya atau yang belum bisa

belajar melalui tulisan saya.

e. Wawancara dengan Bapak Demon Fajri (Okezone.com)

Karena kepedulian saya terhadap kemajuan dakwah Islam dan keadaan zaman

sekarang yang masih banyak salah jalan.

8. Apakah anda mengerti tentang dakwah Islam yang ada dalam tulisan atau berita anda ?

a. Wawancara dengan Ibu Hasanah (Dialog)

56
Insyaallah mengerti, karena sebelum apa yang saya tulis tersebut, benar-benar

saya fikirkan agar tidak menyulitkan para pembaca.

b. Wawancara dengan Ibu Endang (Harian Bengkulu Ekspres)

Insyaallah mengerti, bagaimana pun juga ketika kita menulis secara tidak

langsung kita paham maksud dan makna dari tulisan tersebut.

c. Wawancara dengan Bapak Yuliardi (Liputan6.com)

Ya mudah-mudahan dapat dimengerti untuk saya pribadi.

d. Wawancara dengan Bapak Firmansyah (Kompas.com)

Ya pasti saya mengerti, karena sebelum saya menulis pasti saya pelajari terlebih

dahulu tulisan tersebut.

e. Wawancara dengan Bapak Demon Fajri (Okezone.com)

Mengerti karena itu tulisan saya.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah melakukan observasi, wawancara, berdiskusi dan mengevaluasi hasil

penelitian efektivitas jurnalis terhadap dakwah Islam di kota Bengkulu

Di beberapa tulisan jurnalis terdapat seruan atau ajakan untuk masyarakat di kota

Bengkulu dalam kebaikan pada intinya di setiap tulisan atau berita yang dibuat selama ini

insyallah mengandung unsur-unsur dakwah. Isi dari tulisan yang ditulis disana banyak

mengandung berupa seruan atau ajakan dan panggilan. Dakwah itu adalah kegiatan yang

bersifat menyeru, mengajak dan memanggil maka, tertera jelas bahwa disana ada

mengandung unsur dakwah.

57
Dari yang di peroleh dan dipaparkan oleh peneliti akan di analisis sesuai dengan

hasil penelitian yang memacu pada pertanyaan peneliti di bawah ini adalah hasil dari

penelitian, yaitu :

1. Seberapa efektiv jurnalis terhadap dakwah Islam di kota Bengkulu ?

Di beberapa tulisan para jurnalis sudah ada yang mengandung makna atau unsur

dakwah, karena masyarakat tidak hanya membutuhkan informasi seputar peristiwa,

tentu adanya nilai dakwah tersebut dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang

agama.57

Dakwah dengan tema atau metode apapun sangat-sangat bermanfaat dan

berpengaruh untuk kota Bengkulu. Dikarenakan dalam kehidupan ini, khusunya

kehidupan umat Islam. Dakwah itu sendiri yang berarti aktivitas dan upaya untuk

mengubah manusia, baik individu maupun kelompok. Dari situasi yang tidak baik

menjadi lebih baik. Dengan dakwah, dapat disampaikan serta di jelaskan mengenai

ajaran Islam kepada masyarakat dan umat sehingga sasaran dapat menghantui

perkara yang benar atau perkara yang salah.58

Insyaallah bisa meningkatkan perkembangan dakwan di kota Bengkulu, kenapa ?

karna tidak bisa kita pungkiri media berita tv atau cetak itu sangat dibutuhi oleh

masyarakat, dan juga sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat di kota Bengkulu

khususnya, meskipun mereka tidak bisa mendengar ceramah, ketika mereka

membaca berita bagaimana kita mengkaitkan berita atau tulisan tersebut dengan

unsur dakwah tentu akan membantu perkembangan dakwah di kota Bengkulu.59

57
Wawancara dengan Ibu Endang, pada hari jumat, 7 desember 2018
58
Wawancara dengan Ibu Endang, padahari jumat, 7 desember 2018
59
Wawancara dengan Bapak Yuliardi, pada hari rabu, 16 januari 2019

58
Jika membahas efektivitas jurnalis terhadap dakwah Islam, rasanya belum

mencapai standart penilaian keberhasilan yang direncanakan, karena pada dasarnya

tulisan-tulisan yang di buat hanya tulisan yang biasa bukan tulisan yang benar-benar

fokus terhadap dakwah Islam.60

2. Apa saja nilai-nilai dakwah yang terdapat di dalam tulisan jurnalis ?

Berdakwah itu kewajiban semua umat Islam, tidak hanya dari mimbar ke mimbar

saja, tapi apapun profesi kita bagaimana caranya ada nilai-nilai dakwah di dalamnya,

sebagai jurnalis dengan tulisan itu lah jurnalis bisa berdakwah.61

Melihat di dunia nyata, terutama kota Bengkulu masih banyak beberapa golongan

masyarakat yang kurang terhadap pemahaman agamanya, jadi walaupun pembaca

sudah paham itu akan menambah pemahamannya atau yang belum bisa belajar

melalui tulisan para jurnalis yang dapat dibaca melalui media cetak.62

Karena kepedulian jurnalis terhadap kemajuan dakwah Islam dan keadaan zaman

sekarang yang masih banyak salah jalan, membuat para jurnalis berkeinginan tinggi

untuk membuat perkembangan dakwah Islam di kota Bengkulu lebih baik melalui

tulisan-tulisan yang bisa memotivasi masyarakat.63

60
Wawancara dengan Bapak Yuliardi, pada hari rabu 16 januari 2019
61
Wawancara dengan Ibu Hasanah,pada hari jumat 7 Desember 2019
62
Wawancara dengan Bapak Firmansyah, pada hari selasa 22 januari 2019
63
Wawancara dengan Bapak Demon Fajri, pada hari kamis 24 januari 2019

59
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jurnalistik adalah suatu proses meliput, mengolah, dan menyebarkan berbagai peristiwa

dengan muatan nilai-nilai kebaikan. Berdasarkan hasil temuan penelitian tentang Efektivitas

Jurnalis Terhadap Dakwah Islam di Kota Bengkulu maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Setiap berita yang ditulis oleh seorang jurnalis pasti memiliki nilai dakwah tersendiri

dalam bentuk apapun itu.

2. Tema dakwah yang biasa terdapat didalam sebuah tulisan atau berita nasehat, ajakan

dan lain-lain.

3. Agar masyarakat kota Bengkulu dapat mengamalkan kebaikan terhadap sesama

manusia.

4. Mendapat nasehat dan saran dari masyarakat agar tulisan para jurnalis menjadi

semakin baik maju untuk kedepannya.

5. Karna berdakwah tidak harus melalui pengajian dan acara-acara tertentu tapi juga bisa

melalui sebuah tulisan di media cetak.

B. Saran

1. Saran kepada PWI kota Bengkulu : Dunia dakwah mengalami tantangan yang

semakin berat sejak berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan

media komunikasi yang semakin modern sepertinya akan sangat membantu aktivitas

dakwah Islam. Jadi tidak ada salahnya jika para jurnalis yang tergabung dalam

60
organisasi persatuan wartawan Indonesia mengadakan suatu pengajian atau

pertemuan untuk lebih memahami dan mempelajari ajaran-ajaran Islam.

2. Saran kepada jurnalis : dengan segala kekurangan dalam pemahaman tentang dakwah

Islam, para jurnalis harus pertahankan dakwah Islam yang terkandung dalam berita

yang ditulis, agar masyarakat tetap merasakan unsur-unsur dakwah Islam ketika

membaca berita tersebut.

61
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1996
Eka Shutirman Ardhana, Jurnalistik Dakwah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995

Farisan Hamdan, Dasar Jurnalistik, Jakarta: Pustaka Zahra, 2009

Hikmat Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006

Nurudin, Jurnalistik Masa Kini, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009

Syamsul Asep, Jurnalistik Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001

Aripudin Acep, Pengembangan Metode Dakwah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011

Mufid Muhammad, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Jakarta: Prenada Media, 2005

Riza Muammar Pahlevi, Jurnalisme dan perempuan, Bandung: Pustaka Tinta Emas, 2009

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, Bandung: Cv Alfabeta, 2013

Syukur Abdulah, Peran Jurnalis Perempuan, dalam http://mediacomunican.wordpress.com,


didownload, 23 Mei 2018)

Abdul Muhammad, Pengertian Efektivitas, dalam http//:literaturbook.blogspot.com didownload,


24 Mei 2018.

Lubis Adam, Pengertian Dakwah dalam, http//:www.eurekapendidikan.com, didownload, 24


Mei 2018

Eko Dimas Nugroho, Sejarah Lahirnya Jurnalistik,


https://dimaseko16.wordpress.com/2016/04/20/sejarah-lahirnya-jurnalistik-dan-
perkembangannya-sampai-saat-ini, didownlod pada 12 Januari2019.

62
63

Anda mungkin juga menyukai