Anda di halaman 1dari 14

1

Tinjauan Pustaka

Dry Needling pada Chronic Daily Headache


Roy G Matahelumual*, I Putu Eka Widyadharma,**, I Made Oka Adnyana**,
Program Studi Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar

Abstrak
Nyeri kepala merupakan nyeri yang tersering, yang dapat terjadi pada pria, wanita maupun
anak-anak dan merupakan masalah umum. Nyeri kepala dapat merupakan gejala dari
berbagai macam kondisi pada kepala dan leher.
Nyeri kepala kronik adalah nyeri kepala yang dirasakan lebih dari dari 15 hari/bulan,
berlangsung lebih dari 3 bulan dengan nama lain Chronic Daily Headache (CDH) yang
termasuk salah satunya adalah TTH kronik.
Saat ini teknik dry needle (DN) telah digunakan pada beberapa nyeri kronis, termasuk nyeri
kepala kronis. DN adalah teknik yang menggunakan jarum filiform tipis untuk menembus
kulit dan merangsang titik-titik yang mendasari myofacial trigger, otot, dan jaringan ikat
untuk pengelolahan nyeri dan gangguan gerakan neuromuskuloskletal. DN digunakan untuk
mengobati disfungsi dalam otot rangka, fascia, jaringan ikat, dan mengurangi rangsangan
nosiseptif dan mengurangi atau mengembalikan gangguan struktur tubuh dan fungsi
Kata kunci : Nyeri kepala dan dry needling

Dry Needling pada Chronic Daily Headache


Roy G Matahelumual*, I Putu Eka Widyadharma,**, I Made Oka Adnyana**,
Program Studi Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar

PENDAHULUAN
Nyeri kepala merupakan nyeri yang tersering, yang dapat terjadi pada pria, wanita
maupun anak-anak1 dan merupakan masalah umum, dengan pravalensi hampir 90%
mengeluh nyeri kepala primer dan merupakan alasan paling sering datang ke dokter umum
maupun neurologis.2
Nyeri kepala atau sefalgia adalah nyeri yang muncul pada area kepala atau leher.
Nyeri kepala dapat merupakan gejala dari berbagai macam kondisi pada kepala dan leher.
2

Sumber nyeri dapat timbul dari periosteum tengkorak, otot, saraf, arteri dan vena, jaringan
subkutan mata, telinga, sinus dan membran mukosa.
Nyeri kepala sebagian besar bersifat primer yaitu tanpa ada penyakit yang
mendasarinya, seperti Migren, Tension Type Headache (TTH) dan Kluster. Meskipun
demikian ada juga nyeri yang disebabkan oleh proses yang mendasari penyakit yang disebut
nyeri kepala sekunder. Salah satu jenis nyeri kepala yang sering dikeluhkan adalah nyeri
kepala TTH dengan karakteristik kedua sisi kepala seperti ditekan dengan kencang. Nyeri
kepala berikutnya adalah nyeri kepala migren, dengan karakteristik seperti berdenyut pada
satu sisi disertai mual dan muntah, juga cendrung menjadi lebih sensitive terhadap cahaya,
suara dan bau-bauan, sehingga mengganggu aktifitas. 2,3 Nyeri kepala kluster, ditandai dengan
nyeri kepala berat, singkat monolateral sekitar mata, dan gejala otonomik seperti mata merah,
keluar air mata, hidung buntu yang terjadi setiap hari dengan waktu yang sama.3,4
Nyeri kepala kronik adalah nyeri kepala yang dirasakan lebih dari dari 15 hari/bulan,
berlangsung lebih dari 3 bulan pada umumnya disebut Chronic Daily Headache (CDH) yang
termasuk salah satunya adalah TTH kronik. Nyeri tekan otot perikranial, yang dapat
ditemukan banyak dari penderita nyeri kepala adalah abnormalitas yang paling jelas pada
pasien dengan TTH dan telah diperlihatikan berkaitan erat dengan intensitas nyeri kepala
tension.5-7 Keterlibatan otot leher juga merupakan gambaran umum TTH dan menyebabkan
keterbatasan pergerakan leher.8
Beberapa obat-obatan seperti musclerelaxant, analgetik dan antidepresan dan juga
terapi non farmakologi seperti terapi behavior, psikoterapi, hypnosis, biofeedback dan
akupuntur telah digunakan pada terapi TTH. Saat ini teknik dry needle (DN) telah digunakan
pada beberapa nyeri kronis, termasuk nyeri kepala kronis.9-15
Teknik DN adalah suatu teknik stimulasi intramuskular yang dilakukan menggunakan
sebuah jarum lembut solid ukuran 30G dengan panjang 1 inci. 16 Teknik ini telah digunakan
pada beberapa kelainan nyeri kronik termasuk nyeri kepala.16,17
Definisi
Nyeri kepala adalah suatu rasa nyeri atau rasa yang tidak enak pada daerah kepala
meliputi daerah wajah dan tengkuk leher2 atau nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak
mengenakkan pada seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah
belakang kepala (daerah oksipital dan sebahagian daerah tengkuk).3
Nyeri kepala kronik adalah nyeri kepala yang dirasakan lebih dari dari 15 hari/bulan,
berlangsung lebih dari 3 bulan dan pada umumnya disebut Chronic Daily Headach. CDH
bukanlah suatu diagnosis akan tetapi suatu situasi kategori yang salah satu didalamnya adalah
3

TTH kronik.18 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya TTH, salah satunya faktor
myofasial trigger poin yang merupakan hyperirritable spots yang dihubungkan dengan
berkas otot yang tegang pada otot skeletal.19
DN adalah teknik yang menggunakan jarum filiform tipis untuk menembus kulit dan
merangsang titik-titik yang mendasari myofacial trigger, otot, dan jaringan ikat untuk
pengelolahan nyeri dan gangguan gerakan neuromuskuloskletal. DN digunakan untuk
mengobati disfungsi dalam otot rangka, fascia, jaringan ikat, dan mengurangi rangsangan
nosiseptif dan mengurangi atau mengembalikan gangguan struktur tubuh dan fungsi yang
menyebabkan peningkatan aktifitas.20
Epidemiologi
Pada studi population base di USA, Eropa dan Asia didapati sekitar 4-5% dari
populasi adalah penderita CDH, dimana 0,5% menderita severe headache. Jenis TTH kronik
adalah yang paling terbanyak.18
TTH adalah nyeri yang paling sering dijumpai, dengan intesitas ringan sampai
sedang. Walapun nyeri ringan tapi dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita terutama
pada TTH kronis. Dikatakan pravalensinya 45-87% populasi umum dengan puncak
pravelensi pada usia 30-39 tahun dengan TTH episodik yang infrekuen 40-50%, TTH
episodik yang frekuen 37-39% dan TTH kronik 2-4% dari populasi dan didapatkan lebih
sering pada wanita (rasio 5:4). Faktor pencetus TTH adalah stress, kecemasan, depresi, dan
ketegangan otot yang berkaitan dengan postur fisik yang tidak tepat. Tingkat kesehatan yang
rendah, ketidakmampuan relaksasi setelah bekerja dan kurang tidur dilaporkan sebagai faktor
resiko berkembangnya TTH.4
Patofisiologi
Ada 4 proses yang terjadi pada perjalanan nyeri pada umunya yaitu transduksi,
transmisi, modulasi, dan persepsi.
1. Transduksi merupakan proses perubahan rangsang nyeri menjadi suatu aktifitas listrik yang
akan diterima ujung-ujung saraf. Rangsang ini dapat berupa stimulasi fisik, kimia, ataupun
panas. Dan dapat terjadi di seluruh jalur nyeri.
2. Transmisi adalah proses penyaluran impuls listrik yang dihasilkan oleh proses transduksi
sepanjang jalur nyeri, dimana molekul-molekul di celah sinaptik mentransmisi informasi
dari satu neuron ke neuron berikutnya.
3. Modulasi adalah proses modifikasi terhadap rangsang. Modifikasi ini dapat terjadi pada
sepanjang titik dari sejak transmisi pertama sampai ke korteks serebri. Modifikasi ini dapat
berupa peningkatan ataupun penghambatan.
4

4. Persepsi adalah proses terakhir saat stimulasi tersebut sudah mencapai korteks sehingga
mencapai tingkat kesadaran, selanjutnya diterjemahkan dan ditindaklanjuti berupa
tanggapan terhadap nyeri tersebut.21

Proses yang terjadi pada perjalanan nyeri yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi(Agus.P,
2013).
Proses terjadinya suatu nyeri kepala diawali dengan rangsang yang bisa disebabkan
oleh adanya tekanan, traksi, displacement maupun proses kimiawi dan inflamasi terhadap
nosiseptor-nosiseptor pada struktur-struktur yang peka nyeri dikepala. Jika struktur-struktur
peka nyeri yang terletak diatas tentorium serebeli dirangsang maka rasa nyeri akan timbul
terasa menjalar pada daerah didepan batas garis vertikal yang ditarik dari kedua telinga kiri
dan kanan melewati puncak kepala. Rasa nyeri ini ditransmisi oleh nervus trigeminus.
Sedangkan rangsangan terhadap struktur yang peka dibawahnya oleh nervus spinalis C1-
C3.22
5

Gambar.2 struktur nyeri sensitive dan nyeri kepala (H Royden, 2005)

Nyeri kepala timbul karena perangsangan bangunan/struktur dikepala dan leher yang
peka terhadap nyeri, diantara bangunan/struktur yang peka terhadap nyeri:
a) Ektrakranial
Kulit kepala, periosteum, otot (frontalis superfisialis dan oksipitalis), saraf
(N.frontalis, N.arikulotemporalis, N.oksipitalis mayor dan N.oksipitalis minor),
pembuluh darah (arteri frontalis, arteri temporalis superfisialis dan arteri oksipitalis).
b) Intrakranial
- Meningen sepanjang arteri-arteri menigeal yang besar pada dasar otak, sekitar
sinus venosus, di basis kranii dan di tentorium serebeli.
- Pembuluh darah terutama bagian proksimal arteriserebri media dan serebri
anterior, dan bagian intrakranial arteri karotis interna.
- Nervus trigeminus, glosofaringius, vagus dan C1-C3.
Dry Needling
DN adalah teknik yang menggunakan jarum filiform tipis untuk menembus kulit dan
merangsang titik-titik yang mendasari myofascial trigger, otot, dan jaringan ikat untuk
pengelolaan nyeri dan gangguan gerakan neuromuskuloskeletal,20 dimana suatu teknik
stimulasi intramuskular yang dilakukan menggunakan dengan sebuah jarum lembut solid
ukuran 30G dengan panjang 1 inci.16 DN merupakan teknik yang digunakan untuk mengobati
6

disfungsi dalam otot rangka, fascia, dan jaringan ikat, dan mengurangi rangsangan nosiseptif,
dan mengurangi atau mengembalikan gangguan struktur tubuh dan fungsi yang menyebabkan
peningkatan aktivitas.20
Teknik DN harus didasarkan oleh uji acak klinis, penelitian dasar, tinjauan sistematis,
dan expertise, pendidikan Clinician, pelatihan, dan pengalaman klinis dengan DN harus jelas
dikomunikasikan kepada pasien. Klinisi harus menggunakan DN hanya setelah memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan atribut yang terkait dengan teknik DN aman dan efektif.
Pasien harus memberikan persetujuan secara lisan sebelum setiap pengobatan dengan DN.
Beberapa yurisdiksi memang membutuhkan persetujuan tertulis untuk perawatan dengan
DN.20
Akupunktur dan DN menggunakan jenis jarum yang sama, akan tetapi merupakan dua
perawatan yang sangat berbeda. Akupunktur tradisional digunakan untuk diagnosis dan
pengobatan pada kondisi patologis termasuk disfungsi viseral dan sistemik, sementara DN
digunakan untuk penilaian dan pengobatan sindrom nyeri miofasial dan disfungsi miofasial
karena daerah tersebut merupakan titik pemicu/ketegangan/kejang otot/meningkatkan
tonisitas.23
Hilangnya nyeri pada akupuntur terjadi melalui pelepasan endorfin dan menciptakan
keseimbangan dalam tingkat energi tubuh. Melalui pelepasan serum kortisol akupunktur juga
dapat memiliki efek anti-inflamasi.23
DN juga bertindak melalui pelepasan endorfin dan kortisol serum tetapi juga
menghilangkan nyeri dan re-fungsi biomekanik oleh menon-aktifkan trigger point pada
tingkat sel otot dan sehingga menghilangkan fokus nosiseptif otot. Jarum juga menyebabkan
pendarahan lokal yang menyebabkan penyembuhan dengan merangsang kolagen dan
pembentukan protein.23
DN pada sebuah Myofascial Trigger Points (MTrPs) paling efektif bila timbul
kedutan lokal, mungkin karena depolarisasi cepat serat otot yang terlibat, yang bermanifestasi
sebagai sebagai kedutan lokal. Setelah otot berkedut, aktivitas listrik spontan mereda
sehingga nyeri mengalami penurunan secara dramatis.24
Teknik ini telah digunakan pada beberapa kelainan nyeri kronik termasuk nyeri
kepala.16 Satu-satunya penelitian menggunakan teknik DN untuk terapi beberapa sindrom
nyeri kepala adalah suatu penelitian non blinded uncontrolled.25 Nyeri tekan otot perikranial,
yang dapat ditemukan pada banyak dari penderita nyeri kepala adalah abnormalitas yang
paling jelas pada pasien dengan TTH dan telah diperlihatikan berkaitan erat dengan intensitas
7

nyeri kepala tension pada TTH.7 Keterlibatan otot leher juga merupakan gambaran umum
TTH dan menyebabkan keterbatasan pergerakan leher.8
Telah dilaporkan bahwa insersi jarum dengan atau tanpa injeksi ke suatu trigger point
dapat menghasilkan analgesia langsung ataupun berkepanjangan.26,27 Salah satu dari respon
tubuh terhadap inflamasi adalah dibentuknya potensial injuri. Insersi jarum ke otot
menghasilkan percikan listrik dengan amplitudo sebesar 2mV. Keluaran listrik ini dapat
menyebabkan pemendekan otot yang terfasikulasi dan rileks secara instan dalam hitungan
menit. Efek stimulasi dapat bertahan beberapa hari. Penghilangan nyeri dan relaksasi otot
pada satu area dapat menyebar keseluruh segmen , dipercaya sebagai suatu mekanisme reflex
yang melibatkan system modulatori. Hiperaktifitas simpatetik juga merespon stimulasi reflex
dan relaksasi otot polos dapat menyebar ke seluruh segmen melepaskan vasospasme dan
limfokonstriksi.16
Cedera jarum secara fisik menghilangkan jaringan fibrosa, menyebabkan perdarahan
lokal dan dapat mengantarkan beberap faktor pertumbuhan ke area yang cedera, di antaranya
platelet-growth factor (PDGF) yang menarik sel, menginduksi sintesis DNA dan
menstimulasi pembentukan kolagen dan protein. PDGF merupakan suatu mitogen prinsipal
yang bertanggung jawab untuk proliferasi sel. Sel tubuh normalnya terpapar hanya filtrate
plasma (cairan interstisial) dan tidak akan bertemu faktor platelet kecuali adanya cedera,
perdarahan dan koagulasi darah. Ini merupakan manfaat unik yang tidak didapatkan dari
bentuk terapi lokal lainnya.16
Contoh penelitian Pasien dan Metode :
1. Suatu penelitian double-blind, randomisasi, palsebo-kontrol dari B Karakurum et
al yang mengikutsertakan 30 pasien, semua wanita. Pasien diambil dari klinik
rawat jalan nyeri kepala. Semua pasien yang diikutsertakan dalam penelitian
memiliki keluhan TTH; 20 (66,7%) memiliki TTH kronis, 8 (26,7%) memiliki
TTH episodik dan 2 (6,7%) memiliki episode TTH kombinasi dengan migren
tanpa aura. Nyeri kepala didiagnosis berdasarkan kriteria diagnosis dari the
International Headache Society yang dipublikasikan thn 1988, dan intensitas nyeri
pada trigger point dan nyeri tekan ROM leher dinilai pada seluruh pasien sebelum
dan setelah terapi.
Pasien dibagi secara kebetulan menjadi kelompok terapi aktif atau kelompok
plasebo. Pada kelompok terapi aktif, stimulasi intramuskular diberikan
menggunakan jarum linci, 30G pada 6 trigger points yang ditentukan: 2
8

dibelakang mastoid adalah M.Splenius cervicis dan 2 pada mid trapezius yaitu
M.Trapezius kanan dan kiri.16
Jika pada kelompok aktif menerima insersi jarum intramuskuler, jarum di
insersikan secara subkutan pada kelompok plasebo. Pasien pada kedua kelompok
diterapi pada minggu ke 1,2,3 dan 4 dengan menggunakan teknik ini. Evalusi post
terapi dilakukan pada minggu ke 4.
Hasil :
Rata-rata indeks nyeri kepala pre-terapi adalah 37,4±13,4 pada kelompok plasebo
dan 30,4±16.4 pada kelompok terapi. Tidak ada perbedaan signifikan (p>0,05)
antara dua kelompok. Rerata indeks post terapi adalah 15.7±7.0 pada kelompok
plasebo dan 10.8±5.9 pada kelompok terapi. Indeks nyeri kepala pada kedua
kelompok membaik secara signifikan setelah terapi (p<0,05) tetapi perbedaan
perbaikan antara dua kelompok tidak signifikan (Gambar.1). Peningkatan nyeri
kepala dihasilkan dari pengurangan intensitas maupun nyeri kepala.

Rerata skor nyeri tekan sebelum terapi adalah 1.67±0,49 pada kelompok plasebo
dan 1.67±0,49 pada kelompok terapi. Setelah terapi skornya 1,47±0,64 pada
kelompok plasebo dan 0,60±0,63 pada kelompok terapi. Ketika skor pre dan post
terapi dibandingkan, perbedaan pada kelompok plasebo adalah tidak signifikan,
sedangkan terdapat perbaikan yang signifikan (p<0,001) pada kelompok terapi
(Gambar.2). Perbedaan perbaikan antara dua kelompok adalah signifikan
(p<0,001).
9

Rerata skor limitasi kanan dan kiri untuk pergerakan leher pre terapi adalah
1,03±0,85 dan 0.87±0,74 untuk kelompok plasebo, dan 0,87±0,94 dan 0,80±1,08
untuk kelompok terapi. Tidak terdapat perbedaan signifikan untuk rerata kanan
dan kiri skor Range Of Movement (ROM) pre terapi pada kedua kelompok.
Setelah 4 minggu terapi, rerata skor adalah 1,07±0,70 dan 0,80±0,68 pada
kelompok plasebo serta 0,47±0,83 dan 0,33±0,49 pada kelompok terapi. Setelah
terapi kedua ROM kanan dan kiri membaik secara signifikan pada kelompok DN
(p<0,05), sedangkan perubahan post terapi tidak signifikan pada kelompok
plasebo. Ketika perbaikan pada ROM dibandingkan pada kedua kelompok
hasilnya tidak signifikan (gambar.3)

2. Galer dan Kitahara menilai efikasi stimulasi intramuskuler pada terapi nyeri
kepala kronis disebuah penelitian retrospektif.25 Penelitian mereka terdiri dari 19
10

pasien terdiri dari berbagai sindrom nyeri kepala kronis, juga mencakup 5 pasien
dengan TTH kronis. Mereka melaporkan bahwa 4 dari 5 pasien TTH mengalami
perbaikan dalam intensitas dan frekwensi nyeri kepala setelah sekurang-
kurangnya tiga stimulasi intramuskuler. Sayangnya penelitian mereka non
blinded, kurang pada kontrol dan jumlahnya terlalu sedikit untuk membuat suatu
perbandingan kesehatan.
3. Menurut pendekatan Gunn's15, DN dilakukan tidak hanya di lokasi nyeri, tetapi
juga di otot-otot paraspinal dari segmen tulang belakang yang sama yang
menginervasi otot-otot yang sakit. Dalam sebuah single blinded RCT, Ga dkk
membandingkan khasiat dari DN pada MTrPs dengan dan tanpa tusuk jarum
paraspinal pada 40 pasien usia lanjut dengan sindrom nyeri miofasial. Delapan
belas pasien dilakukan DN selama 3 minggu pada MTrP trapezius bagian atas,
dan 22 pasien menerima perlakuan yang sama dengan tambahan tusukan di daerah
paraspinal. Pada akhir sesi, kelompok yang memiliki DN paraspinal memiliki
pengurangan nyeri subjektif lebih besar.24
Nyeri tekan otot dan keterbatasannya ROM ,merupakan gambaran utama dari TTH
yang berkonstribusi untuk sensasi nyeri, sehingga penurunan dari skor nyeri kepala pada
kelompok terapi dapat dipengaruhi oleh perbaikan dari nyeri tekan otot dan keterbatasan
ROM.7,8
Pada TTH diikuti dengan keterlibatan otot, akupuntur cina tradisional telah digunakan
sejak lama, tetapi tetap menjadi perdebatan tentang keefektifitasnya.10,18-21Walaupun
akupuntur dapat mengurangi nyeri kepala TTH dari beberapa penelitian, 10,28,29 terapi ini
dilaporkan inefektif dalam mengurangi nyeri tekan otot dan ketebatasan ROM.10 Kebanyakan
penelitian tentang akupuntur pada TTH tidak menyebutkan efek terapi pada nyeri tekan otot
dan keterbatasan ROM, yang merupakan gambaran utama pada TTH.28,29 Teknik DN berbeda
dari akuputur.16 Perbedaannya dapat dilihat pada table.1 dibawah ini. Hansen dan Hansen
melaporkan penurunan sekitar 31% skor nyeri kepala pada pasien TTH kronis yang diterapi
dengan akupuntur,28 sedangkan Carlsson et.al melaporkan penurunan hanya sekitar 14%, 10
keduanya jauh dibawah penurunan skor B Karakurum et.al yaitu sekitar 65%. Walaupun
Karakurum et.al tidak dapat menunjukan efektifitas jika dibandingkan dengan plasebo, tapi
hasil penelitian Karakurum et.al menunjukan bahwa teknik DN lebih efektif dari akupuntur
dalam menurunkan keparahan nyeri kepala dan juga nyeri tekan otot serta keterbatasan ROM,
tetapi penelitian bandingan diperlukan untuk mengkonfirmasi penelitian hasil ini.30
11

B Karakurum et al. menyimpulkan bahwa teknik DN pada pasien TTH kronis efektif
dalam memperingan nyeri kepala dan gejala nyeri tekan otot dan keterbatasan ROM yang
menyertai dan berkontribusi terhadap nyeri di pasien TTH, tetapi tidak dapat menunjukan
perbedaan efek yang signifikan antara kelompok yang perlakuan dan plasebo dalam
mengatasi nyeri kepala. Penelitian komparatif plasebo kontrol yang lebih besar diperlukan
untuk menunjukan apakah teknik ini efektif dalam terapi TTH yang bertujuan untuk dapat
disimpulkan bahwa teknik ini menjadi sebuah pilihan terapi alternatif non farmakologi pada
pasien TTH.30
SIMPULAN
Nyeri kepala merupakan nyeri yang tersering, yang dapat terjadi pada pria, wanita
maupun anak-anak dan merupakan masalah umum, dengan pravalensi hampir 90% mengeluh
nyeri kepala primer dan merupakan alasan paling sering datang ke dokter umum maupun
neurologis. Nyeri kepala atau sefalgia adalah nyeri yang muncul pada area kepala atau leher.
Nyeri kepala dapat merupakan gejala dari berbagai macam kondisi pada kepala dan leher.
Nyeri kepala sebagian besar bersifat primer yaitu tanpa ada penyakit yang
mendasarinya, seperti Migren, TTH dan Cluster. Meskipun demikian ada juga nyeri yang
disebabkan oleh proses yang mendasari penyakit yang disebut nyeri kepala sekunder.
Nyeri kepala kronik adalah nyeri kepala yang dirasakan lebih dari dari 15 hari/bulan,
berlangsung lebih dari 3 bulan dengan nama lain Chronic Daily Headache yang termasuk
salah satunya adalah TTH kronik. Nyeri tekan otot perikranial, yang dapat ditemukan banyak
dari penderita nyeri kepala adalah abnormalitas yang paling jelas pada pasien dengan TTH
dan telah diperlihatikan berkaitan erat dengan intensitas nyeri kepala tension.Keterlibatan
otot leher juga merupakan gambaran umum TTH dan menyebabkan keterbatasan pergerakan
leher.
Saat ini teknik dry needle telah digunakan pada beberapa nyeri kronis, termasuk nyeri
kepala kronis. DN merupakan teknik yang digunakan untuk mengobati disfungsi dalam otot
12

rangka, fascia, dan jaringan ikat, dan mengurangi rangsangan nosiseptif, dan mengurangi atau
mengembalikan gangguan struktur tubuh dan fungsi yang memberikan dampak positif dan
bermanfaat bagi pasien sehingga dapat meningkatkan aktifitasnya.
13

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjahrir.H 2005 (Ed) konsensus nasional diagnostik dan penatalaksanaan nyeri kepala II
2. Konsensus Nasional IV kelompok study nyeri kepala Perdossi, 2013
3. Detsky ME, McDonald DR, Baerlocher MR. Does this patient with headache have a migraine
or need neuroimaging. JAMA. 296:1274-1283,2006
4. Goadsby PJ, Raskin NH. Headache. In: Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL,
Jameson J, Loscalso J.eds.Harisrison’s Principles of interna Medicine, 18e.New York, NY:
McGraw-Hill; 2012
5. Bendtsen L. Central sensitization in tension-type headache:possible pathophysiological
mechanisms. Cephalalgia 2000;20:486±508.
6. Travell JG, Simons DG. Myofascial pain and dysfunction. In:Travell JG, Simons DG editors.
The Trigger Point Manual.Baltimore: Oxford University Press, 1983: 305±320.
7. Langemark M, Olesen J. Pericranial tenderness in tensionheadache: a blind controlled study.
Cephalalgia 1987;7:249±55.
8. Robinson CA. Cervical spondylosis and muscle contractionheadaches. In: Dalessio DJ, editor.
Wolffs Headache andOther Head Pain 4th edn. New York: Oxford UniversityPress,
1980:362±80.Robinson CA. Cervical spondylosis and muscle contractionheadaches. In:
Dalessio DJ, editor. Wolffs Headache andOther Head Pain 4th edn. New York: Oxford
UniversityPress, 1980:362±80.
9. Budzynski TH, Stoyva JM, Adler CS, Mullaney DJ. EMGbiofeedback and tension headache:
a controlled outcomestudy. Psychosom Med 1973; 35:484±96.
10. Carlsson J, Fahlcrantz A, Augustinsson LE. Muscle tendernessin tension headache treated
with acupuncture or physiotherapy.Cephalalgia 1990; 10:131±41.
11. Biondi M, Portuesi G. Tension-type headache: psychosomaticclinical assessment and
treatment. Psychother Psychosom1994; 61:41± 64.
12. Couch JR, Micieli G. Tension-type headache, cluster headacheand miscellaneous headaches:
prophylactic pharmacotherapy.In: Olesen J, Tfelt-Hansen P, Welch KMA, eds. The
Headaches.New York: Raven Press, 1993:537±42.
13. Lance JW, Curran DA. Treatment of chronic tension headache.Lancet 1964; 1:1236 ±9.
14. Diamond S, Baltes BJ. Chronic tension headache treatedwith amitriptyline ± a double blind
study. Headache 1971;11:110±6.
15. Couch JR, Ziegler DK, Hassanein R. Amitriptyline in theprophylaxis of migraine. Arch
Neurol 1976; 26:121±7.
14

16. Gunn CC. The Gunn approach to the treatment of chronicpain. In: Gunn CC, Wall PD editors.
Intramuscular stimulationfor myofascial pain of radiculopathic origin. Edinburgh:Churchill
Livingstone, 1996: 51±75.
17. Gunn CC. Dry needling of muscular motor points for chroniclow back pain: a randomized
clinical trial with long termfollow up. Spine 1980; 5:279±91.
18. Bendsten, L.2000. Central sensitization in tension type headache-posible pathophysiologi
mechanism.Cephalgia 20:486-508
19. Winkelsen BA, 2004. Persistent Pain: Implications for Musculoskletal Disorders.
Departement of bioengineering, university of Pennsylvania. Philadelphia, PA 19104.
20. Description of Dry Needling in Clinical Practice:An Educational Resource Paper Produced by
the APTA Public Policy, Practice, and Professional Affairs Unit February 2013
21. Dr. Agus Permadi, Sp. Sensitization Of Nociceptor and Cancer Pain, Pertemuan Ilmiah
Nasional (PIN) PERDOSSI Medan 9 – 12 Mei 2013.
22. Milanov, I.,Bogdanova. 2003. Trigemino-cervikal reflex in patients with headache. Cephalgia
23:33-38
23. Waumsley, 2010.of Physical Therapy’s Task force on Dry Needling as thus: “Dry Needling is
a technique used to treat myofascial pain that uses a dry needlly
24. Leonid Kalichman, PT, PhD, and Simon Vulfsons, MDDry Needling in the Management
ofMusculoskeletal Pain.Clinical review
25. Galer BS, Kitahara M. Intramuscular stimulation for thetreatment of chronic headache.
Headache 1995; 35:302.
26. Frost FA, Jessen B, Siggaard-Andersen J. A controlled,double-blind comparison of
Mepivacaine injection versussaline injection for myofascial pain. Lancet 1980; 1:499±501.
27. Lewitt K. The needle effect in the relief of myofascial pain.Pain 1979; 6:83 ±90.
28. Hansen PE, Hansen JH. Acupuncture treatment of chronictension headache: a controlled
cross-over trial. Cephalalgia1985; 5:137± 42.
29. Carlsson J, Augustinsson LE, Blomstrand C, Sullivan M.Health status in patients with tension
headache treated withacupuncture or physiotherapy. Headache 1990; 30:593 ±9.
30. B Karakurum, O Karaalin, OÈ Coskun, B Dora, S UÈ cËler & LE Inan, The `dry-needle
technique': intramuscular stimulation intension-type headache, The Ministry of Health Ankara
Hospital, Department of Neurology, Ankara, Turkey
31. H.Royden Jones, Jr,. Netter’s Neurology. Headache 2005; 171

Anda mungkin juga menyukai