Anda di halaman 1dari 14

masa nifas 

(puerperium)
Oleh Stop Dreaming Start Action Leave a Komentar

Kategori: Uncategorized

Definisi Puerperium
Puerperium adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu
Aspek Klinis & Fisiologis Masa Nifas :
Perubahan pada Uterus
Involusi Rahim :
Setelah placenta lahir uterus merupakan alat yang
keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya.
Fundus Uteri         : ± 3 jari di bawah pusat
Berat                     : 1000 Gram (Post
partum)
                                      500 Gram (± 1 minggu Post partum)
                                      50 Gram (akhir masa nifas)
Involusi karena :
Sel menjadi lebih kecil (cytoplasma) yang
berlebihan dibuang
Autolysis
Dimana zat protein dinding rahim dipecah,
diabsorpsi dan kemudian dibuang dengan air
kencing ditunjukan dengan ditemukannya kadar
nitrogen dalam air kencing yang sangat tinggi.
Involusi tempat implantasi placenta :
Post partum merupakan luka ± sebesar
telapak tangan
Setelah persalinan, tempat placenta merupakan
tempay dengan permukaan kasar, tidak rata dan
kira-kira sebesar telapak tangan.Dengan cepat luka
ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar
3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
Proses penyembuhan tanpa parut,
Pada permulaan nifas bekas placenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
thrombus. Biasanya luka yang demikan sembuh
dengan cara yang luar biasa ialah dilepaskan dari
dasarnya dengan pertumbuhan  baru endometrium
baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini
tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-sisa
kelenjar pada dasar luka.
Pembuluh darah rahim
         Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak
pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah
persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang
banyak, maka arteri mengecil lagi pada masa nifas.
Perubahan pada serviks dan vagina
Ostium Externum lebih besar
Beberapa hari stelah persalinan, Ostium Externum
dapat dilaluioleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak
rata tetapi retak-retak karena robekan dalam
persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya
dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran
retraksi berhubungan dengan bagian atas dari
canalis cervicalis
Rugae vagina terbentuk lagi ± minggu ke 3
PP
Dinding Perut
Setelah persalinan dinding perut longgar karena
diregang sangat lama, tetapi biasanya pulih
kembalidalam ± 6 minggu.
Traktus Urinarius
Oedema Trigonum → Retentio urine
Dinding kandung kencing memperlihatkan
oedema dan hyperaemia. Kadang-kadang
oedemadari trigonum, menimbulkan obstruksi
dari utethra sehingga terjadi retentiop urinae
Vesica Urinaria :
Kurang sensitif
Kapasitas bertambah
Kandung kencing dalam puerperium
kurang sensitiv dan kapasitasnya
bertambah sehingga kandung kencing
penuh atau sesudah kencing masih tinggal
urine residual. Sisa urin dan trauma pada
dinding kandung kencing waktu
persalinan memudahkan terjadinya
infeksi.
Laktasi
      Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama
dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini buah
dada belum mengandung susu, melainkan kolostrum
yang dapat dikeluarkan dengan memijat oerola mammae.
Kolostrum adalah cairan berwarna
kuning tua  seperti jeruk nipis
yang    disekresi  payudara pada awal masa
nifas
Kolostrum lebih banyak mengandung
protein dan mineral tapi lebih   sedikit
mengandung gula dan lemak daripada ASI
Cairan kolostrum terdiri dari albumin,
yang membeku kalau dipanaskan.
Kolostrum mengandung euglobulin yang
mengandung antibodi sehaingga menambah
kekebalan tubuh bayi.
Sebab-sebab  laktasi :
Estrogen dan progesteron dari plasenta
merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar
susu, sedangkan progesteron merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar. Kedua hormon
ini menghambat  LTH (Prolactin). Setelah
plasenta lahir, maka LTH dengan bebas
merangsang laktasi.
Lobus posterior hypohyse mengeluarkan
oxytocin yang merangsang pengeluaran air
susu. Pengeluaran air susu adalah refleks yang
ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan
putting susu oleh bayi. Rangsangan ini menuju
ke hypohyse  dan menghasilkan oxytocin yang
menyebabkkan buah dada mengeluarkan air
susunya.
Hari ke 3 post partum :
Mammae besar, keras,nyeri. Ini menandai permulaan
sekresi air susu.
Kondisi – kondisi  ibu dilarang menyusui
anaknya:
Mastitis purulenta
Penyakit menular
Keadaan umum ibu kurang baik
Bayi prematur/ sakit keras
His pengiring (royan)
Kontraksi & relaksasi rahim
Umum multipara
Lochia
Cairan yang keluar dari vagina pada
awal masa nifas
Merupakan sekret luka, yang berasal dari
luka dalam rahim terutama luka placenta.
Lochia
      1). Rubra (berupa darah)         : 3-4 hari
      2). Serosa (darah encer)          : Sampai hari ke
10
      3) Alba (cairan putih)              : Setelah hari
ke10  ± sampai 2-4 mg
Perawatan dalam nifas
kala IV : 1 jam pertama post partum.
Pemeriksaan placenta supaya tidak ada bagian-
bagian placenta yang tertinggal
Pengawasan tingginya fundus uteri
Pengawasan perdarahan dari vagina
Pengawasan konsistensi rahim
Pengawasan keadaan umum ibu
Early Ambulation
Early Ambulation adalah kebijaksanaan untuk
selekas mungkin membimbing pasien keluar dari
tempat tidurnya dan membimbing selekas mungkin
berjalan.
Diet
Diet harus sangat mendapat perhatian dalam
masa nifas karena makanan yang baik
mempercepat penyembuhan ibu, Selain itu
makanan ibu sangat mempengaruhi susunan air
susu.
Suhu
Harus diawasi terutama dalam minggu pertama
dari masa nifas karena kenaikan suhu adalah
tanda pertama infeksi.
Mictie
Pasien dianjurkan untuk buang air kencing 6
jam postpartum.
Defecatio
Jika pasien hari ketiga belum juga buang air
besar, mak diberi clysma air sabun atau
glycerine.
Puting susu
Puting susu harus diperhatikan kebersihannya
dan rhagde (luka pecah) harus segera diobati
karena kerusakan putting susu dapat
menyebabkan mastitis
Haid
Bagi ibu yang tidak menyusui anaknya, maka
haid akan datang lebih cepat dari pada ibu yan
menyusukan anaknya. Ibu yang tidak
menyusukan anaknya biasanya haid datang 8
minggu postpartum, sedangakan ibu yang
menyusui anaknya biasanya haid datang pada
bulan ke-4 postpartum.
 Keluarga Berencana
Masa postpartum merupakan saat yang paling
baik untuk menawarkan kontrasepsi karena
pada masa ini pasangan suami istri mempunyai
motivasi tinggi untuk menunda kehamilan. Pil
dapat mempengaruhi sekresi air susu, biasanya
ditawarkan IUD, injeksi atau sterilisasi.
www.drdidispog.com/2008/10/fisiologi-nifas-masa-paska-persalinan.html

Masa nifas: mulai setelah persalinan selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Seluruh alat genitalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam
waktu 3 bulan.

Perubahan-perubahan pada alat genitalia (dalam & luar) secara keseluruhannya


disebut involusi. Disamping involusi terjadi juga hemokonsentrasi dan laktasi.
Laktasi terjadi karena pengaruh Lactogenic Hormone dari kelenjar hipofise (klik 'tuk
lihat gambar) terhadap kelenjar-kelenjar payudara.

Setelah janin lahir, besar rahim kira-kira setinggi pusat ibu, segera setelah plasenta
lahir, tinggi besar rahim lk (lebih kurang) 2 jari di bawah pusat.Pada hari ke-5 paska
melahirkan rahim lk setinggi 7 cm diatas tulang kemaluan atau setengah jarak tulag
kemlauan - pusat, sesudah 12 hari rahim tidak dapat diraba lagi di atas tulng
kemaluan.

Hemokonsentrasi
Hemokonsentrasi artunya darah ibu mulai mengental lagi setelah sebelumnya pada
waktu kehamilan megalami hemodilusi (pengenceran). Pada kehamilan terdapat
hubungan antara sirkulasi ibu & plasenta. Setelah melahirkan, hubungan tersebut
hilang tiba-tiba. Volume darah pada ibu relatif bertambah. Keadaan ini dapat diatasi
dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi yang terjadi
pada hari-hari ke 3-15 hari post partum.

Laktasi
Perubahan yang terdapat pada kedua payudara sejak kehamilan muda:
meningkatnya jumlah jaringan payudara terutama kelenjar-kelenjar dan lemak,
dtemukan colostrum (ASI awal) pada saluran di payudara, pembuluh darah yang
bertambah.
Pengaruh hormon-hormon hipofisis kembali muncul, antara lain lactogenic hormone.
Pengaruh oksitosin mengakibatkan kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga
terjadi pengeluaran ASI. Umumnya produksi asi yang sebetulnya hari ke 2-3. Pada
hari-hari I ASI hanya berupa colostrum

Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke otak, mengakibatkan


oksitosin dhasilkan, sehingga ASI dapat dikeluarkan dan sebagai efek sampingan
rahim menajdi semakin keras berkontraksi.Dengan memberi ASI akan bertambah
rasa kasih sayang antara ibu dan anak. ASI juga dapat melindungi bayi terhadap
infeksi seperti: usus, paru2 dan telinga karena ASI mengandung lactoferin,
lysozyme & imunogbulin A.

Lokia = sekret yang berasal dari rongga rahim dan vagina dalam masa nifas.
Hari I = lokia nigra/ lokia kruenta: darah segar + sisa-sisa selaput ketuban, sisa-
sisa vernix caseosa (lemak2 bayi), lanugo (bulu bayi) & mekonium (pub bayi).
Hari 2 – 6 hari = lokia sanguilenta (merah kental)
Minggu 1 – 2 = lokia serosa (bening)
> 2 mg = lokia alba (putih)
Biasanya lokia berbau sedikit amis, jika terdapat infeksi, akan berbau busuk.

Perawatan Post Partum


Dimulai sejak kala ini dengan menghindarkan kemungkinan perdarahan & infeksi.
Bila ada laserasi jalan lahir/ luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan & perawatan
luka sebaik-baiknya 8 jam post partum wanita harus tidur telentang untuk
mencegah terjadinya perdarahan sesudah 8 jam, badan miring kiri dan kanan untuk
mencegah trombosis.

Ibu dan bayi bisa diletakkan dalam 1 kamar (rooming in) atau terpisah. Pada hari
ke-2 bila perlu dapat dilakukan latihan-latihan senam. Hari ke-3 duduk, ke-4
berjalan, ke-5 dapat dipulangkan. Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dengan
cukup kalori, cukup protein, cairan serta buah-buahan karena wanita mengalami
hemokosentrasi.

Miksi atau berkemih harus cepat dapat dilakukan sendiri. Bila kandung kencing
penuh & wanita tidak dapat berkemih sendiri, sebaiknya dilakukan kateterisasi
dengan memperhatikan jangan sampai infeksi.

Umumnya partus lama, yang kemudian diakhiri dengan ekstraksi valcum/ cunam,
dapat mengakibatkan hal-hal yang demikian sampai terjadi retensio urin. Bila perlu,
sebaiknya dipasang dawer catheter/ indwelling catheter untuk memberi istirahat
pada otot-otot kandung kencing. Dengan demikian, jika ada kerusakan-kerusakan
pada otot-otot kandung kencing, otot-otot cepat pulih kembali sehingga tugasnya
cepat pula kembali.

Defekasi (boker) harus ada 3 hari paska melahirkan. Bila ada obstipasi, dapat
diberikan pencahar seperti SOLAC (sponsor). Bila terdapat after pain/ mules dapat
diberikan analgetika/ sedativa supaya dapat tidur. Delapan jam paska melahirkan
ibu disuruh menyusui bayi untuk merangsang laktasi.
Ibu tidak boleh menyusukan bayi jika menderita:
- Penyakit typus
- TBC aktif
- Kelainan jantung berat
- Keracuna tiroid
- Diabetes berat
- Gangguan jiwa
- Puting yang masuk kedalam
- Morbus hansen (lepra)

Perawatan payudara
Cuci areola payudara & puting susu dengan teratur dengan sabun dan beri minyak/
cream agar tetap lemas. Jangan sampai kelak mudah lecet/ pecah-pecah. Sebelum
menyusui payudara harus dibiarkan lemas dengan melakukan message secara
menyeluruh. Bersihkan sebelum menyusui. Jika bayi meninggal, laktasi harus
dihentikan dengan cara mengadakan pembalutan kedua mamma hingga tertekan &
dapat pula diberi obat penekan laktasi bromocryptin sehingga lactogenic hormon
tertekan.

Pemeriksaan Paska Melahirkan


1.Keadaan umum
2.Keadaan payudara & putingnya
3.Dinding perut, apakah ada hernia
4.Keadaan perineum
5.Kandung kencing, ada sistokel/ uretrokel atau tidak.
6.Rektum, ada rektokel & pemeriksaan tonus. M. sfingerani.
7.Adanya fluor albus (keputihan)
8.Keadaan serviks, uterus & adnexanya.

Perdarahan yang mungkin terjadi dalam masa 40 hari biasa disebabkan oleh adanya
subinvolusi uteri (rahim yang lambat mengecil) terhadap penderita tidur dan diberi
tablet ergometrin. Bila perdarahan tetap ada, lakukan kuretase untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya sisa-sisa plasenta. Bila curiga ada keganasan, lakukan
pemeriksaan sitologi & eksisi percobaan untuk menyingkirkan keganasan.
FISIOLOGI MASA NIFAS
Puerperium (masa nifas) atau periode pasca persalinan umumnya berlangsung
selama 6 – 12 minggu.

Puerperium adalah periode pemulihan dari perubahan anatomis dan fisiologis yang
terjadi selama kehamilan.

Puerperium dapat dibagi menjadi :

 Periode pasca persalinan : 24 jam pasca persalinan.


 Periode puerperium dini : minggu pertama pasca persalinan.
 Periode puerperium lanjut : sampai 6 minggu pasca persalinan.

PERUBAHAN FISIOLOGI dan ANATOMI

Perubahan endokrin yang terjadi selama kehamilan akan terjadi secara cepat :

 hPL- human Placental Lactogen serum tidak terdeteksi dalam waktu 2 hari dan
 hCG- Human Chorionic Gonadotropin tidak terdeteksi dalam waktu 10 hari pasca
persalinan.
 Kadar estrogen dan progesteron serum menurun sejak 3 hari pasca persalinan
dan mencapai nilai pra-kehamilan pada hari ke 7. Nilai tersebut akan menetap bila
pasien memberikan ASI ; bila tidak memberikan ASI estradiol akan mulai meningkat dan
menyebabkan pertumbuhan folikel.
 hPr – Human Prolactine pada pasien yang memberikan ASI, kadar human hPr
akan meningkat.

Sistem kardiovaskular akan kembali pada nilai sebelum kehamilan dalam waktu 2
minggu pasca persalinan.

Pada 24 jam pertama terjadi “hypervolemic state” akibat adanya pergeseran cairan


ekstravaskular kedalam ruang intravaskular. Volume darah dan plasma normal kembali
pada minggu kedua.

Sampai pada 10 hari pertama pasca persalinan, peningkatan faktor pembekuan dalam
kehamilan akan menetap dan diimbangi dengan kenaikan aktivitas fibrinolisis.

PERUBAHAN MORFOLOGIS PADA TRAKTUS GENITALIA

Melalui proses katabolisme jaringan berat uterus ceoat menurun dari 1000 gram saat
persalina menjadi 100 – 200 g 3 minggu pasca persalinan

Servik kehilangan elastisitasnya dan segera memperoleh konsistensi normal


Dinding vagina edematous, kebiruan serta kendor dan tonus kembali kearah normal
setelah 1 – 2 minggu.

Pada akhir kala III, besar uterus setara dengan ukuran kehamilan 20 minggu dengan
berat 1000 gram. Pada akhir minggu pertama berat uterus mencapai 500 gram.

Pada hari ke 12, uterus sudah tidak dapat diraba melalui palpasi abdomen.

Perubahan involusi tinggi fundus uteri dan ukuran uterus selama 10 hari pasca
persalinan

“placental site” mengecil dan dalam waktu 10 hari diameternya kira-kira 2.5 cm.

Lochia yang terjadi sampai 3 – 4 hari pasca persalinan terdiri dari darah, sisa trofoblas
dan desidua coklat kemerahan yang disebutlochia rubra.

Selanjutnya berubah menjadi lochia serosa yang seromukopurulen dan berbau khas.

Selama minggu II dan III, lochia menjadi kental dan putih kekuningan yang
disebut lochia alba terdiri dari leukosit dan sel desidua yang mengalami degenerasi.
Setelah minggu 5 – 6, sekresi lochia menghilang yang menunjukkan bahwa proses
penyembuhan endometrium sudah hampir sempurna.

Lochia yang sangat berbau tidak sedap apalagi bila disertai dengan gejala sistemik
berupa tanda tanda infeksi menandakan adanya endometritis.

PRINSIP PENATALAKSANAAN PUERPERIUM


Pasca persalinan, bila pasien menghendaki maka diperkenankan untuk berjalan-jalan,
pergi ke kamar mandi bila perlu dan istirahat kembali bila merasa lelah.

Sebagian besar pasien menghendaki untuk beristirahat total ditempat tidur selama 24
jam terutama bila dia juga mengalami cedera perineum yang luas.

Fungsi perawatan medis adalah:

1. Memberikan fasilitas agar proses penyembuhan fisik dan psikis berlangsung


dengan normal.
2. Mengamati jalannya proses involus uterus.
3. Membantu ibu untuk dapat memberikan ASI.
4. Membantu dan memberi petunjuk kepada ibu dalam merawat neonatus.

Tak ada waktu yang baku mengenai lama perawatan pasca persalinan, diperkirakan
bahwa semakin lama tinggal di rumah sakit, proses laktasi menjadi semakin baik.

PERAWATAN PUERPERIUM DI RUMAH SAKIT

Ambulasi dini membuat perawatan nifas menjadi lebih sederhana.

Pemeriksaan meliputi :

 Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan pernafasan secara teratur.


 Inspeksi perineum setiap hari untuk melihat proses penyembuhan.
 Pada pasien dengan cedera perineum luas perlu diberikan analgesik.
 Penilaian jumlah dan sifat lochia.
 Penilaian proses involusi dengan menentukan tinggi fundus uteri.
 Analgesik mungkin juga diperlukan bila ada keluhan nyeri akibat kontraksi uterus
terutama saat laktasi.

MASALAH TRAKTUS URINARIUS

24 jam pasca persalinan, pasien umumnya menderita keluhan miksi akibat :

 Depresi pada reflek aktivitas detrussor yang disebabkan oleh tekanan dasar
vesika urinaria saat persalinan.
 Fase diuresis pasca persalinan, bila perlu retensio urine dapat diatasi dengan
melakukan kateterisasi.

Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien dengan
persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan resiko serupa pada
persalinan dengan Sectio Caesar.

10% pasien pasca persalinan menderita inkontinensia (biasanyastress inkontinensia)


yang kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk
mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot dasar
panggul.
Retensio Urine

 Sensasi dan kemampuan pengosongan kandung kemih terganggu akibat


pemberian anaestesi atau analgesi.
 Ching-chung dkk (2002) : angka kejadian retensio urine pasca persalinan 4%
 Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca
persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dauer catheter
selama 24 jam
 Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan
kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka nampaknya ada gangguan proses
urinasinya. Maka biarkan kateter tetap terpasang dan dibuka – tutup setiap 4jam, bila
volume urine < 200 ml – kateter dilepas dan pasien diharapkan dapat berkemih seperti
biasa

Retensio urine kemungkinan oleh karena hematoma atau edemasekitar urtehra


sehingga terapi meliputi : antibiotika dan obat anti inflamasi,

MASALAH PENCERNAAN

Sejumlah pasien pasca persalinan mengeluh konstipasi yang umumnya tidak


memerlukan intervensi medis. Bila perlu dapat diberi obat pencahar supositoria ringan
(dulcolax).

Haemorrhoid yang diderita selama kehamilan akan menyebabkan rasa sakit pasca
persalinan dan keadaan ini memerlukan pemberian obat supositoria.

NYERI PUNGGUNG

Nyeri punggung sering dirasakan pada trimester ketiga dan menetap setelah persalinan
dan pada masa nifas.

Kejadian ini terjadi pada 25% wanita dalam masa puerperium namun keluhan ini
dirasakan oleh 50% dari mereka sejak sebelum kehamilan.

Keluhan ini menjadi semakin hebat bila mereka harus merawat anaknya sendiri.

MASALAH PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS

Keberadaan bayi tidak jarang justru menimbulkan “stress” bagi beberapa ibu yang baru
melahirkan.

Ibu merasa bertanggung jawab untuk merawat bayi, melanjutkan mengurus suami,
setiap malam merasa terganggu dan sering merasakan adanya ketidak mampuan dalam
mengatasi semua beban tersebut.

Banyak wanita pasca persalinan menjadi sedih dan emosional secara temporer antara
hari 3 – 5 (third day blues) dan kira-kira 10% diantaranya akan mengalami depresi
hebat.

“Third Day Blues”


Etiologi tak jelas, diperkirakan karena gangguan keseimbangan hormonal, reaksi
eksitasi akibat persalinan dan perasaan tak mampu untuk menjadi seorang ibu.

“Third days blues” dapat berupa :

 Lanjutan rasa cemas saat kehamilan dan proses persalinan


 Rasa tak nyaman pada masa nifas dan tak mampu menjadi orangtua.
 Ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu yang baik dan berguna
 Rasa lelah pasca persalinan dan kurang tidur /istirahat
 Penurunan gairah seksual atau tidak lagi menarik seperti waktu masih gadis
 Labilitas emosional.
 Depresi berat sampai beberapa minggu-bulan.

Penatalaksanaan : terapi medis, diskusi dengan paramedis, penjelaskan mengenai apa


yang terjadi dan bila pasien menghendaki maka kunjungan keluarga dibatasi.

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa rooming-in dapat mengurangi kejadian “third


days blues”

Seksualitas Pasca Persalinan

 Setelah persalinan, waktu serta perhatian ibu banyak tersita untuk mengurus
bayinya.
 Bila terdapat cedera perineum akibat persalinan, maka vagina dan perineum
akan mengalami ketegangan selama beberapa minggu.
 Gairah seksual seringkali mengalami penurunan.
 Pada beberapa ibu yang memberikan ASI dapat terjadi penurunan libido dan
menderita kekeringan pada vagina.
 Hubungan seksual bukan merupakan satu-satunya cara untuk memperoleh
kenikmatan seksual dan wanita tersebut masih dapat menerima rangsangan seksual
dalam bentuk sentuhan atau rangsangan lain yang tak jarang berlanjut dengan
hubungan seksual intercourse dan dapat menyebabkan terjadinya orgasmus pada
wanita.
 Konsultasi dan advis dari dokter kadang diperlukan bila terdapat penurunan
gairah seksual pasca persalinan yang terlalu berat.

KONTRASEPSI dan STERILISASI

Masa puerperium dini adalah saat terbaik untuk membahas mengenai kontrasepsi.

Masa infertilitas anovulatoar hanya berlangsung selama 5 minggu pada pasien yang


tidak memberikan ASI dan 8 minggu pada yang memberikan ASI secara penuh.

Tubektomi dikerjakan saat SC atau maksimum 24 – 48 jam pasca persalinan normal.


Beberapa pasangan menghendaki agar tubektomi dilakukan 6 – 8 minggu pasca
persalinan untuk memberikan kesempatan bagi kesehatan anak dan memahami
sepenuhnya arti sterilisasi permanen bagi keluarganya.

Kontrasepsi alamiah dimulai segera setelah pasien mendapatkan haid. Perlindungan


kontrasepsi alamiah pada pemberi ASI sekitar 98% sampai selama 6 bulan.

Pada pasien non laktasi, pemberian kontrasepsi oral kombinasi ( sediaan kombinasi
estrogen < 35 µg dan progestin ) diberikan paling cepat 2 – 3 minggu pasca persalinan,
jangan melakukan pemberian yang terlalu dini oleh karena pasien masih
dalam “hypercoagulable state”

Pada pasien laktasi dapat diberikan kontrasepsi oral yang hanya mengandung progestin
(norethindrone 0.35 mg) atau injeksi Depo-Provera ® 150 mg setiap 3 bulan agar tidak
terjadi penekanan proses laktasi.

Implan Levonorgestrel dapat diberikan setelah laktasi berlangsung dengan lancar


(segera atau 6 minggu pasca persalinan), keberatan penggunaan metode ini adalah:
perdarahan iregular, mahal dan kesulitan dalam pemasangan atau pengeluaran.

IUD ( copper containing T Cu Ag® , Paraguard t 380A® , Progesterone-releasing


Progestasert ®, levonorgestrel-releasing Mirena ® ) sangat efektif dalam pencegahan
kehamilan dan sebaiknya dipasang pada kunjungan post partum pertama atau segera
setelah persalinan (kejadian ekspulsi sangat tinggi)

Jenis kontrasepsi bagi ibu pada masa laktasi

1. Kontrasepsi oral jenis ‘Progestine–only’ 2 - 3 minggu pasca persalinan


2. Depo Provera® 6 minggu pasca persalinan
3. Implan hormon 6 minggu pasca persalinan
4. Kontrasepsi oral kombinasi diberikan 6 minggu pasca persalinan dan hanya bila
ASI sudah berlangsung dengan baik dan status gizi anak harus diawasi dengan baik

PEMERIKSAAN PASCA PERSALINAN

Kunjungan pasca persalinan pertama (4 – 6 minggu)

1. Anamnesa mengenai perdarahan pervaginam.


2. Tekanan darah dan berat badan.
3. Darah lengkap.
4. Pemeriksaan payudara:
1. Pemakaian BH yang sesuai atau memadai.
2. Kelainan puting dan masalah laktasi.
5. Pemeriksaan vagina, kondisi hipoestrogen yang menyebabkan kekeringan epitel
vagina diatasi dengan pemberian krim estrogen menjelang tidur malam.
6. Inspeksi servik [ bila perlu dilakukan hapusan papaniculoau].
7. Pemeriksaan luka perineum.
8. Pemeriksaan bimanual pada uterus dan adneksa.
9. Konsultasi mengenai: pekerjaan profesional rutin, metode kontrasepsi, dan
perencanaan kesejahteraan dalam keluarga.
Diposkan oleh B. Widjanarko di 07:39

Anda mungkin juga menyukai