Anda di halaman 1dari 10

PINTU:Pusat Penjaminan Mutu P ISSN 2746-7074

Volume 1 No 2, Oktober 2020

PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS E-LEARNING


DI SEKOLAH DASAR

Ni Nyoman Kurnia Wati


Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
Email: kurnia_yasa@yahoo.com

ABSTRACT
The development of Information and Communication Technology has greatly
contributed to humans in various fields, including in the field of education. The form of the
development of information technology applied in the world of education is E-Learning. E-
Learning is an innovation in the world of education that greatly contributes to changes in the
learning process. Before carrying out learning, teachers are required to pay attention to
various components in the learning system which includes learning devices. Learning tools
are everything that must be prepared by the teacher before carrying out learning. One
component of the learning device is the learning implementation plan. In the learning
implementation plan, there are media and learning models used by the teacher in teaching.
The media that teachers can use in E-Learning include WhatsApp, google classroom, google
forms, and learning houses. Learning models that can be used in E-Learning, especially in
primary schools, include SOLE (Self Organized Learning Environments) learning models and
Project Based Learning learning models.

Keywords: learning devices, E-Learning

I. PENDAHULUAN
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi sangat memberikan kontribusi
yang besar kepada manusia dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang pendidikan.
Seiring dengan adanya perkembangan tersebut dapat dilihat dengan adanya perubahan dalam
hal metode pembelajaran yang didalamnya mengalami banyak perkembangan, baik metode
pembelajaran secara personal, media pembelajaran ataupun proses pembelajaran. Bentuk dari
perkembangan teknologi informasi yang diterapkan di dunia pendidikan adalah E-Learning.
E-Learning adalah proses belajar secara efektif yang dihasilkan dengan cara menggabungkan
penyampaian materi secara digital yang terdiri dari dukungan dan layanan belajar (Barbara,
2008: 4). E-Learning merupakan inovasi dalam dunia pendidikan yang sangat berkontribusi
tinggi dalam hal perubahan proses pembelajaran (Ardiyasa, 2020)
Pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai macam komponen,
antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan. Guru termasuk
komponen yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, yang memiliki tanggung
jawab dan sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan penyelenggaraan pendidikan.
Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru dituntut untuk memperhatikan berbagai
komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi perangkat pembelajaran.

180
JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Perangkat pembelajaran merupakan segala sesuatu yang harus disiapkan oleh guru
sebelum melaksanakan pembelajaran. Menurut Zuhdan, dkk (2011: 16) perangkat
pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan
pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran
menjadi pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium
atau di luar kelas. Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa penyusunan perangkat pembelajaran
merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dirancang
dalam bentuk silabus dan RPP yang mengacu pada standar isi. Untuk meyusun RPP guru
tentunya harus mencari model pembelajaran yang sesuai dan media pembelajaran yang
mendukung (Ardiyasa, 2020)
Model pembelajaran berbasis E-Learning adalah suatu cara penyajian materi secara
sistematis oleh pendidik yang memuat langkah-langkah pembelajaran tertentu menggunakan
aplikasi atau teknologi meliputi pembelajaran berbasis jaringan, berbasis komputer, kelas
maya, dan kolaborasi digital. Sedangkan media pembelajaran berbasis E-Learning adalah
segala aplikasi atau teknologi meliputi pembelajaran berbasis jaringan, berbasis komputer,
kelas maya, dan kolaborasi digital yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan siswa menggunakan (Somawati, et al., 2020)
Di masa pandemi ini pembelajaran lebih banyak menggunakan pembelajaran berbasis
E-Learning. Oleh sebab itu perlu dipaparkan beberapa media dan model yang dapat
membantu guru dalam membuat perencanaan pembelajaran. Sehingga dalam kajian ini
dibahas tentang media dan model pembelajaran berbasis E-Learning untuk di sekolah dasar.
Tujuan dibuatnya kajian ini adalah untuk memaparkan jenis, manfaat, dan cara menggunakan
media pembelajaran berbasis E-Learning serta menjelaskan jenis dan sintak model
pembelajaran berbasis E-Learning di sekolah dasar.

II. PEMBAHASAN
Perangkat pembelajaran merupakan segala sesuatu yang harus disiapkan oleh guru
sebelum melaksanakan pembelajaran. Dalam KBBI (2007: 17), perangkat adalah alat atau
perlengkapan, sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang belajar.
Menurut Zuhdan, dkk (2011: 16) perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk
melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan
pembelajaran. Perangkat pembelajaran menjadi pegangan bagi guru dalam melaksanakan
pembelajaran baik di kelas, laboratorium atau di luar kelas. Dalam Permendikbud No. 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa
penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan RPP yang mengacu pada
standar isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga dilakukan penyiapan media dan
sumber belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran (Untara & Rahayu, 2020)
Dalam pembahasan tentang perangkat pembelajaran berbasis e-learning di sekolah
dasar akan dipaparkan tentang media yang digunakan dan model pembelajaran yang
mendukung e-learning di sekolah dasar. Berikut dijelaskan media dan model e-learning yang
dapat digunakan di sekolah dasar.

2.1 Media Pembelajaran dalam E-Learning


Media pembelajaran menurut Ali (Kustandi & Sutjipto, 2011) diartikan sebagai segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar (Tegeh,
2008). Pengertian lain yang dikemukakan Miarso (Tegeh, 2008), bahwa media belajar adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

181
JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Menurut
Ibrahim, dkk (Tegeh, 2008), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat,
pikiran, dan perasaan pebelajar (siswa) dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Contoh : gambar, bagan, model, film, video, komputer dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran memiliki
peranan yang sangat penting untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa sekolah dasar.
Penggunaan media pembelajaran menyebabkan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa
dengan guru akan terasa lebih menyenangkan. Jika pembelajaran sudah terasa menyenangkan
maka siswa akan lebih cepat mengerti dan memahami apa yang telah mereka pelajari,
sehingga hasil belajar pun nantinya diharapkan dapat meningkat (Untara & Somawati, 2020)
Media yang dapat digunakan dalam melaksanakan pembelajaran berbasis e-learning di
sekolah dasar diantaranya WhatsApp, google classroom, google forms, dan rumah belajar.
a. WhatsApp
WhatsApp Messenger atau WhatsApp merupakan sebuah aplikasi perpesanan
(messenger) instan dan lintas platform pada smartphone yang memungkinkan pengguna
mengirim dan menerima pesan seperti SMS tanpa menggunakan pulsa melainkan koneksi
internet (Hannani, 2020). Dengan adanya WhatsApp, dapat berkirim pesan dengan pengguna
lain baik teks, audio, file dokumen, foto dan video. Bukan hanya personal chat saja, tetapi
juga bisa membuat group chat yang berisi beberapa pengguna WhatsApp lainnya. Saat ini,
para pendidik menggunakan WhatsApp sebagai media untuk belajar seperti kursus/les (baik
didalam group chat atau personal chat), seminar dan juga workshop secara daring. Cukup
dengan membuat group chat kemudian mengundang para partisipan masuk ke grup maka
kelas pun dapat dimulai.
Merancang pembelajaran di sekolah dasar dengan WhatsApp dapat dilakukan dengan
membuat grup chat dengan orang tua siswa. Hal ini dapat memudahkan koordinasi antara
guru dan orang tua siswa baik dalam pemberaian tugas dan kemajuan belajar siswa. Sejak
dikenal adanya WhatsApp, guru sudah banyak menggunakan media ini untuk berkomunikasi
dengan orang tua siswa baik secara personal ataupun grup. Dimasa pandemi ini WhatsApp
sangat membantu guru dan orang tua dalam menyampaikan pembelajaran.
Kelebihan WhatsApp dijelaskan oleh (Hannani, 2020) sebagai berikut.
1. Cara Penggunaannya Mudah
WhatsApp mudah digunakan bagi pengguna baru sekalipun. Kita hanya cukup
mendaftarkan nomor telepon agar bisa menggunakan WhatsApp.
2. Nomor Telepon Tersinkron Secara Otomatis
Tidak perlu memasukkan kontak teman satu per satu ke WhatsApp karena semua nomor
telepon pada smartphone akan otomatis tersinkron dan langsung masuk ke WhatsApp.
Cukup cari nama teman di WhatsApp tanpa perlu menambahkannya kembali.
3. Bisa Backup Chat/Obrolan
Jika akan mengganti smartphone baru, bisa mem-backup/mencadangkan obrolan
WhatsApp. Dengan begitu, pengguna tidak akan kehilangan obrolan WhatsApp yang
berada di smartphone lama.
4. Menggunakan Koneksi Internet
Untuk bisa menggunakan WhatsApp, membutuhkan koneksi internet. Tentunya cara ini
lebih hemat dari penggunaan SMS yang membutuhkan pulsa.
5. Dapat Membatalkan Pengiriman Pesan
WhatsApp dapat membatalkan pengiriman pesan baik pada personal maupun group chat
dengan cara mengetuk opsi “Delete for Everyone”. Jadi, pesan yang dibatalkan tidak
akan dibaca oleh penerima.
6. Informasi Pribadi dapat Disembunyikan

182
JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
WhatsApp dapat menyembunyikan informasi pribadi seperti status dan juga foto profil
dari pengguna lain. Bukan hanya itu saja, WhatsApp dapat menyembunyikan status last
seen serta read receipts sehingga pengguna lain tidak akan tahu kapan terakhir kita online
serta apakah kita sudah baca pesan mereka atau belum.

b. Google Classroom
Google Classroom (Ruang Kelas Google) merupakan sebuah aplikasi pembelajaran
campuran yang dilakukan secara online dan dapat digunakan secara gratis (Zuhroh Nilakandi,
2020). Fasilitas yang ditawarkan oleh google classroom cukup banyak, sehingga
memudahkan para pendidik atau guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran disini maksudnya bukan hanya dilakukan di dalam kelas saja, tapi pendidik juga
bisa melakukannya di luar kelas karena siswa atau peserta didik bisa melakukan pembelajaran
dimana pun dan kapan pun dengan menggunakan google classroom secara online.
Para pendidik atau guru dapat membuat kelas mereka masing – masing lalu membagikan
kode kelas yang mereka miliki atau mereka bisa mengundang siswa mereka masing – masing.
Aplikasi google classroom dibuat untuk membantu seluruh ruang lingkup pendidikan yang
memberikan kemudahan para siswa untuk menemukan dan mengatasi kesulitan saat proses
pembelajaran, membagikan pelajaran dan mengerjakan tugas tanpa harus datang ke kelas.
Merancang pembelajaran di sekolah dasar dengan google classroom dapat dilakukan
dengan membuat kelas pada google dan membagikan kode kelasnya pada siswa. Siswa dan
guru dapat mengirim tugas pada google classroom. Guru dapat mengatur batas waktu
pengumpulan tugas serta dapat memberikan penilaian langsung pada hasil tugas siswa.
Google classroom memungkinkan siswa untuk tidak harus mengunduh tugas atau
pelajaran yang diberikan oleh guru. Guru hanya membuat lalu mendistribusikan dokumen
untuk siswa secara online. Dengan demikian, guru dan siswa dapat menghemat waktu. Semua
yang dilakukan menggunakan paperless, sehingga waktu tidak akan terbuang untuk
mendistribusikan dokumen fisik dan siswa pun bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu,
sehingga mereka akan lebih mudah untuk memenuhi deadline yang diberikan dan jadwal
belajar pun bisa disesuaikan dengan jadwal sehari- hari.
Selain dapat digunakan dengan mudah, google classroom memiliki fitur lain yang bisa
dengan mudah memperlihatkan satu halaman yang menyediakan laman tugas yang diberi oleh
guru (Darmawan I. p., 2020). Sehingga siswa tidak perlu lagi repot-repot untuk mencari tugas
apa yang sudah diberikan oleh guru. Materi atau bahan ajar yang diberikan akan otomatis
tersampaikan ke halaman siswa dan guru juga bisa mengirimnya lewat email. Google
classroom memberikan banyak pilihan untuk guru dalam memberikan tugas atau materi, yaitu
bisa dalam bentuk dokumen, foto, tulisan, gambar dan jenis file lainnya.

c. Google Form
Google Form atau yang disebut google formulir adalah alat yang berguna untuk
membantu merencanakan acara, mengirim survei, memberikan siswa atau orang lain kuis,
atau mengumpulkan informasi yang mudah dengan cara yang efisin (Ihwanul Akbar, 2019).
Kelebihan dari Google Form diantaranya sebagai berikut.
1) Sangat mudah digunakan. Google Form sangat mudah untuk digunakan, termasuk dalam
pembuatan maupun pemakaiannya. Dengan kemudahannya tersebut, Google Form ini
sangat cocok untuk digunakan untuk seorang pemula.
2) Gratis. Pengguna dapat menikmati layanan Google Form secara gratis. Tidak perlu
membuang uang untuk membeli aplikasi maupun layanan seperti pembuatan formulir.
Karena Google Form tersedia secara gratis, atau bebas biaya.
3) Programnya cukup ringan. Tidak seperti program lainnya, Google Form termasuk
memiliki program yang ringan. Sehingga dapat menggunakannya tanpa adanya kendala.

183
JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
4) Bisa dibagikan. Kelebihan Google Form yang dapat digunakan yaitu dapat dibagikan ke
berbagai plaform. Kelebihan ini sangat bermanfaat karena dengan membagikannya, kita
dapat membuat semua orang bisa mengisi kuis maupun kuisioner yang telah kita buat
untuk mengumpulkan informasi.
5) Memiliki fitur SpreadSheets. Salah satu kelebihan Google Form yang sangat penting
yaitu, Google Form memiliki fitur Spreadsheets. Pengguna dapat melihat tanggapan
survei yang telah dikumpulkan pada formulir secara rapi dan juga otomatis. Dan juga
dapat melihat info dari tanggapan waktu dan juga grafiknya dengan fitur Spreadsheets
ini.

d. Rumah Belajar
Rumah Belajar merupakan portal pembelajaran yang disiapkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yang berisi lebih dari 12.934 materi belajar (Rahmawaty Siregar,
2018). Portal ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mendukung proses mengajar yang lebih
interaktif di kelas. Portal ini juga dapat digunakan oleh siswa sebagai bahan belajar alternatif,
baik itu di dalam dan luar jam sekolah.
Di dalam portal Rumah Belajar terdapat sejumlah fitur menarik seperti Buku Sekolah
Elektronik (BSE), Sumber Belajar dan Laboratorium Maya. Fitur Buku Sekolah Elektronik
menjadi alternatif unuk para siswa yang tidak dapat membeli buku fisik, atau pun sebagai
tambahan referensi acuan belajar selain dari buku yang telah dimiliki. Laboratorium Maya
bisa digunakan secara online maupun offline. Laboratorium maya memberikan kesempatan
kepada guru ataupun siswa untuk melakukan praktikum baik melalui internet secara langsung
atau tanpa akses internet dengan cara mengunduh atau mendownload aplikasi laboratorium
maya tersebut sehingga guru ataupun siswa dapat menggunakan laboratorium virtual ini
dimana saja dan kapan saja (Suadnyana, 2020).
Rumah Belajar ditujukan untuk siswa, guru, dan masyarakat luas, siapapun yang mau
belajar. Manfaat Rumah Belajar bagi siswa adalah sebagai sumber belajar virtual,
pengembangan kreativitas dan data portopolio siswa. Bagi Guru sebagai sumber referensi dan
pembinaan profesi guru. Kelebihan rumah belajar adalah menyediakan fasilitas belajar baik
bagi siswa maupun bagi guru, memiliki berbagai media pembelajaran (multimedia), teks,
grafis, foto, video, audio, dan animasi, menyediakan kumpulan soal yang lengkap baik untuk
latihan maupun try out ujian, guru dapat memodifikasi dan mereproduksi rancangan
pembelajaran dan materi pembelajaran, dan siswa dapat mengembangan jaringan komunikasi
dan kreatifitas.

2.2 Model pembelajaran berbasis E-learning


Model pembelajaran adalah suatu cara atau teknik penyajian sistematis yang
digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan pengalaman proses pembelajaran agar
tercapai tujuan dari sebuah pembelajaran. Model pembelajaran bisa juga diartikan sebagai
seluruh rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah
pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara
langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Menurut Amin Suyitno (Zakky,
2020) arti model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu
yang diterapkan guru agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan
cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.
E-learning didefiniskan sebagi sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan
dibidang pendidikan dalam bentuk dunia maya atau proses belajar jarak jauh melaui web
browser ataupun fasilitas lainnya dengan menggunakan internet demikian menurut
Kuswayanto (2006:63). Definisi lain dari e-learning yang dikemukakan oleh the American
Society for Training and Development (ASTD) adalah pembelajaran yang menggunakan

184
JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
berbagai bentuk aplikasi dan proses teknologi yang meliputi pembelajaran berbasis jaringan,
berbasis komputer, kelas maya, dan kolaborasi digital. Sebagai contoh materi pelajaran yang
dapat diperoleh melalui internet baik yang dikemas secara terstruktur dapat diperoleh melalui
“google search” ataupun melalui website khusus.
Jadi dapat dirangkum bahwa model pembelajaran berbasis e-learning adalah suatu
cara penyajian materi secara sistematis oleh pendidik yang memuat langkah-langkah
pembelajaran tertentu menggunakan aplikasi atau teknologi meliputi pembelajaran berbasis
jaringan, berbasis komputer, kelas maya, dan kolaborasi digital (Suadnyana, 2020).
Mengingat pembelajaran elektronik atau e-learning, adalah pembelajaran yang bersifat
individual maka gaya belajarnya harus mampu menyentuh pendekatan interpersonal, juga
sangat memungkinkan untuk menyajikan materi pembelajaran yang beragam dan menarik.
Ketersediaan informasi yang ada didunia internet memang menjadi salah satu motivasi
tersendiri bagi guru untuk terus mengembangkan desain pembelajaran e-learning. Guru
menyadari pembelajaran yang tidak mengikuti perkembangan teknologi akan menjadi sebuah
pembelajaran yang tradisional dan kuno. Akibatnya siswa akan kurang kreatif dan inovatif
dalam menghadapi tantangan kehidupan. Adanya kemudahan menggali dan mendapatkan
informasi dengan mudah menjadi salah satu motivasi guru untuk terus mengembangkan
desain pembelajaran e-learning. Seperti yang diungkapkan oleh Wahyono (2010:134) bahwa
pembelajarannya lebih fleksibel dan cakupannya lebih luas. Adanya generasi digital native
yang sehri-harinya telah akrab dengan dunia digital juga menjadi alasan untuk terus
dikembangkanya pembelajaran model ini.
Berikut disajikan dua (2) model pembelajaran yang dapat digunakan dalam e-learning
khususnya di sekolah dasar.
1. Model pembelajaran SOLE (Self Organized Learning Environments)
Model pembelajaran SOLE (Self Organized Learning Environments) menitik
beratkan proses pembelajaran mandiri yang dilakukan oleh siapapun yang berkeinginan
untuk belajar dengan memanfaatkan internet dan perangkat pintar yang dimilikinya.
Dalam konteks pembelajaran yang dilakukan di sekolah, model pembelajaran SOLE
digunakan oleh guru dalam mengeksplorasi kedalaman pemahaman materi kepada
peserta didik dengan memanfaatkan rasa keingintahuan yang dimiliki oleh peserta didik
tersebut.
Self Organized Learning Environment (SOLE) atau Arena Belajar Mandiri adalah
model belajar yang digagas oleh seorang praktisi pendidikan asal India yang bernama
Sugata Mitra. Ia membuat percobaan di daerah sub urban New Delhi dengan memasang
komputer yang terkoneksi ke internet di sebuah dinding yang dilubangi, yang kemudian
dilengkapi dengan kamera tersembunyi. Komputer ini disinggahi oleh anak-anak yang
kemudian belajar dan saling mengajarkan bagaimana cara menggunakannya dan lebih
jauh lagi, mengungkap apa saja yang dapat mereka pelajari melalui perangkat tersebut
seperti, bahasa Inggris dan penggunaan peramban untuk mengakses situs-situs sains.
Model pembelajaran SOLE memiliki tujuan membentuk kompetensi (keahlian)
yang dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi yang diharapkan akan terbentuk dalam diri
peserta didik melalu model pembelajaran SOLE ini antara lain:

a. Berfikir kreatif (Creative Thinking)


Model pembelajaran SOLE merangsang setiap peserta didik untuk melatih rasa
ingin tahu yang dimilikinya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Berbekal rasa
ingin tahu dan menggunakan fasilitas internet, peserta didik mencari alternatif jawaban
terhadap pertanyaan yang diberikan.
b. Kemampuan memecahkan masalah (Problem soving capability)

185
JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Setiap pertanyaan membutuhkan jawaban. Bagaimana cara mencari jawaban
dengan menggunakan dan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi,
membuat peserta didik dirangsang untuk memecahkan masalah (Darmawan, 2019).
Disamping itu, pertanyaan yang diberikan membawa peserta didik pengetahuan dan
pertanyaan baru. Pertanyaan baru yang muncul tentu membutuhkan jawaban kembali.
Proses yang berputar ini, yang diharapkan menghasilkan kemampuan memecahkan
masalah pada diri peserta didik.
c. Kemampuan berkomunikasi (Communicate capability)
Setiap jawaban yang didapat tentunya perlu didistribusikan ke peserta didik yang
lain. Setiap peserta didik diberikan kesempatan menyampaikan jawaban yang di dapat
berdasarkan pemahamannya sendiri. Dengan melatih tata cara penyampaian jawaban tadi
diharapkan akan memunculkan dan melatih kemampuan berkomunikasi pada diri peserta
didik.
Model pembelajaran SOLE terdiri atas tiga tahap aktifitas yang harus dilakukan
oleh setiap peserta didik. Guru hanya bertugas memberikan pemicu dalam bentuk
pertanyaan terkait materi yang akan dibahas. Aktifitas selanjutnya tergantung kreatifitas
peserta didik dalam menjawab pertanyaan tersebut. Tiga tahapan aktifitas yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Pertanyaan (Question)
Memberikan pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu peserta
didik terhadap materi yang diajarkan, pertanyaan tersebut diharapkan juga dapat
menurunkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih banyak lagi terhadap materi yang
diajarkan.
b. Investigasi (Investigate)
Peserta didik membentuk kelompok-kelompok kecil. Peserta didik dalam
kelompok berkolaborasi satu dengan yang lainnya dan menggunakan satu
perangkat internet untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan
sebelumnya.
c. Mengulas (Review)
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil penemuan mereka
terhadap pertanyaan yang diberikan.
Secara lebih terperinci, tahapan pelaksanaan model pembelajaran SOLE adalah
sebagai berikut: 1) Memberikan pertanyaan terkait materi yang akan dipelajari; 2)
Mengorganisasi siswa; 3) Ekplorasi dan investigasi siswa; 4) Monitoring; 5) Presentasi
hasil eksplorasi dan inverstigasi; 6) Evaluasi hasil presentasi.
2. Model Project Based Learning
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah metode
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan
berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar
yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas
secara nyata (Kemdikbud, 2013).
Project based learning atau pembelajaran berbasis proyek merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk melakukan suatu investigasi yang
mendalam terhadap suatu topik. Siswa secara konstruktif melakukan pendalaman
pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan
yang berbobot, nyata, dan relevan (Grant, 2002).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran
yang menitikberatkan pada aktifitas siswa untuk dapat memahami suatu konsep dengan

186
JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
melakukan investigasi mendalam tentang suatu masalah dan menemukan solusi dengan
pembuatan proyek.
Project based learning memiliki karakteristik yang membedakan model yang lain.
Karakteristik tersebut, antara lain : 1)Centrality ; Pada project based learning proyek
menjadi pusat dalam pembelajaran. 2) Driving question ; Project based learning
difokuskan pada pertanyaan atau masalah yang mengarahkan siswa untuk mencari solusi
dengan konsep atau prinsip ilmu pengetahuan yang sesuai. 3) Constructive Investigation ;
Pada project based learning, siswa membangun pengetahuannya dengan melakukan
investigasi secara mandiri (guru sebagai fasilitator). 4) Autonomy ; Project based
learning menuntut student centered, siswa sebagai problem solver dari masalah yang
dibahas. 5) Realisme ; Kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan
situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otetik dan menghasilkan
sikap profesional (Thomas, 2000).
Tujuan project based learning, antara lain : meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam pemecahan masalah proyek, memperoleh pengetahuan dan keterampilan
baru dalam pembelajaran, membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah
proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata, mengembangkan dan meningkatkan
keterampilan peserta didik dalam mengelola bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas
atau proyek, dan meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada project based
learning yang bersifat kelompok.
Langkah-langkah project based learning sebagaimana yang dikembangkan oleh
The George Lucas Educational Foundation (2005) terdiri dari:
a. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Topik penugasan
sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk siswa. dan dimulai dengan sebuah
investigasi mendalam.
b. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan
demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan
berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta
mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: membuat timeline (alokasi
waktu) untuk menyelesaikan proyek, membuat deadline (batas waktu akhir) penyelesaian
proyek, membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, membimbing peserta
didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan meminta
peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
d. Memonitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the
Project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi siswa
pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa.
Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam
keseluruhan aktivitas yang penting.
e. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar,
berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa, memberi umpan balik

187
JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya.
f. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas
dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu.

III. PENUTUP
E-Learning merupakan inovasi dalam dunia pendidikan yang sangat berkontribusi
tinggi dalam hal perubahan proses pembelajaran. Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru
dituntut untuk memperhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi
perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran merupakan segala sesuatu yang harus
disiapkan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran. Salah satu komponen perangkat
pembelajaran adalah rencana pelaksanaan pembelajaran. Di dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran terdapat media dan model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar.
Media pembelajaran berbasis E-Learning adalah segala aplikasi atau teknologi meliputi
pembelajaran berbasis jaringan, berbasis komputer, kelas maya, dan kolaborasi digital yang
dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa
menggunakan. Media yang dapat digunakan dalam melaksanakan pembelajaran berbasis e-
learning di sekolah dasar diantaranya WhatsApp, google classroom, google forms, dan rumah
belajar. Model pembelajaran berbasis e-learning adalah suatu cara penyajian materi secara
sistematis oleh pendidik yang memuat langkah-langkah pembelajaran tertentu menggunakan
aplikasi atau teknologi meliputi pembelajaran berbasis jaringan, berbasis komputer, kelas
maya, dan kolaborasi digital. Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam e-learning
khususnya di sekolah dasar diantaranya model pembelajaran SOLE (Self Organized Learning
Environments) dan model pembelajaranvProject Based Learning.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyasa, I. N. S. (2020). Mitigasi Spritual dalam Naskah Lontar Roga Sanghara


Bhumi. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 10(1), 27-36.
Ardiyasa, I. N. S. (2020). Napak Tilas Dang Hyang Niratha di Pulau Bali. Sanjiwani: Jurnal
Filsafat, 9(2), 179-188.
Darmawan, I. P. A. (2020). Animisme Dalam Pemujaan Barong Bulu Gagak Di Bali. Genta
Hredaya, 4(1).
Diana, I. K. D., & Darmawan, I. P. A. (2019). Ajaran Dharma Dalam Teks Yakṣa
Praśna. Jñānasiddhânta: Jurnal Teologi Hindu, 1(1).
Eka Suadnyana, I. B. (2020). IMPLEMENTASI NILAI ETIKA HINDU PADA
GEGURITAN NI SUMALA. Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama Dan Budaya
Hindu, 11 (1), 100-116.
Hannani, Nabilah. 2020. Pengertian dan Manfaat WhatsApp. Tersedia pada
https://www.nesabamedia.com/pengertian-whatsapp/. Diakses pada tanggal 26
September 2020.
Ibrahim. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Ihwanul Akbar. 2019. Mengenal Google Form. Tersedia pada
https://dropboxia.blogspot.com/2019/03/mengenal-google-form-apa-itu-google-
form.html. Diakses pada tanggal 26 September 2020.
Kustandi & Sutjipto. 2011. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

188
JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Kusuma, D. 2015. Pendidik Karakter di Zaman Keblinger. Jakarta: Grasindo
Kuswayanto, L. 2006: Mahir Berkomputer. Jakarta: Grafindo
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pustekkom Kemendikbud. 2018. Modul Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Kemendikbud.
Rahmawaty Siregar. 2018. Apa Sih Rumah Belajar Itu?. Tersedia pada
http://pena.belajar.kemdikbud.go.id/2018/10/apa-sih-rumah-belajar-itu/. Diakses pada
tanggal 26 September 2020.
Suadnyana, I. B. P. E. (2020). Nilai yang Terkandung dalam Gaguritan Mituturin Angga.
Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 9(2), 165-178.
Somawati, A. V., Adnyana, K. S., Darmawan, I. P. A., Dewi, N. P. D. U., Untara, I. M. G. S.,
Suadnyana, I. B. P. E., ... & Srilaksmi, N. K. T. (2020). Bali vs COVID-19: Book
Chapters. Nilacakra.
Tegeh, I Made.2008. Media Pembelajaran. Singaraja
Wahyono, J. 2010. Sekolah Kaya Sekolah Miskin Guru Kaya Guru Miskin. Samarinda: Elex
Media Komputindo
Untara, I. M. G. S., & Somawati, A. V. (2020). Internalisasi Pendidikan Karakter Pada Anak
Usia Dini Dalam Keluarga Hindu Di Desa Timpag Kabupaten Tabanan. Cetta: Jurnal
Ilmu Pendidikan, 3(2), 333-358.
Untara, I. M. G. S., & Rahayu, N. W. S. (2020). Bissu: Ancient Bugis Priest (Perspective On
The Influence Of Hindu Civilization In Bugis Land). Vidyottama Sanatana:
International Journal of Hindu Science and Religious Studies, 4(2), 243-249.
Zuhdan Kun Prasetyo, dkk. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Terpadu
Untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan Proses, Kreativitas serta Menerapkan
Konsep Ilmiah Peserta Didik SMP. Program Pascasarjana UNY.
Zuhroh Nilakandi. 2020. Pengertian dan Manfaat Google Classroom. Tersedia pada
https://www.google.com/search?=pengertian+dan+manfaat+google+classroom&oq=p
engertian+dan+manfaat+goo&gs-ab. Diakses pada tanggal 26 September 2020.

189
JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 2, Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai