Anda di halaman 1dari 13

JOURNAL READING

Attitude towards Antipsychotic Medications in Patients Diagnosed with


Schizophrenia: A Cross-Sectional Study at Amanuel Mental Specialized
Hospital, Addis Ababa, Ethiopia

Pembimbimg :
dr. M. Hermansyah, Sp.KJ

Disusun oleh :
Jullinar Aulia Hasna
2015730067 / 2018790065

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RSUD R. SYAMSUDIN SH, KOTA SUKABUMI
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
PERIODE 15 JUNI – 20 JULI 2019
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr wb,
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang
Maha Esa karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan jurnal reading mengenai Sikap terhadap Obat Antipsikotik pada
Pasien Didiagnosis dengan Skizofrenia: Sebuah Studi Cross-Sectional di Rumah
Sakit Khusus Amanuel Mental, Addis Ababa, Ethiopia.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan pernghargaan dan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
arahan demi terselesaikannya laporan kasus ini khususnya kepada dr. M.
Hermansyah, Sp.KJ, selaku KSMF Stase Jiwa/Psikiatri RS R. Syamsudin, SH,
Kota Sukabumi.
Penulis sangat menyadari dalam proses penulisan laporan kasus ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun metode penulisan. Namun demikian,
penulis telah mengupayakan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima segala bentuk
masukan, saran dan usulan guna menyempurnakan laporan kasus ini.
Penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya.

Wassalammu’alaikum wr wb.

Sukabumi, Juli 2019

Penulis

2
Sikap terhadap Obat Antipsikotik pada Pasien Didiagnosis dengan Skizofrenia: Sebuah
Studi Cross-Sectional di Rumah Sakit Khusus Amanuel Mental, Addis Ababa, Ethiopia

Abstrak
Latar Belakang : Sikap yang buruk terhadap obat antipsikotik tinggi, dan itu adalah faktor
untuk ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Ini meningkatkan risiko kekambuhan, terkait
pemanfaatan layanan kesehatan, dan biaya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai sikap
terhadap pengobatan antipsikotik pada pasien dengan skizofrenia. Tujuan : Tujuan dari studi
cross-sectional ini adalah untuk menilai sikap terhadap obat-obatan antipsikotik dan faktor-
faktor terkait di antara pasien dengan skizofrenia yang datang ke klinik rawat jalan di Rumah
Sakit Jiwa Amanuel pada tahun 2018. Metode : Studi cross-sectional, ada 393 pasien
skizofrenia dari Rumah Sakit Jiwa Amanuel diambil dengan teknik pengambilan sampel
secara random sampling. Drug Attitude Inventory (DAI-10) digunakan untuk menilai sikap,
pengalaman, dan kepercayaan tentang antipsikotik. Glasgow Antipsychotic Side Effect Scale
versi modifikasi, Positive and negative syndrome scale, dan Birch wood’s insight scale for
psychosis adalah instrumen yang digunakan untuk menilai faktor-faktor terkait.
Menggunakan analisis simple dan regresi multiple disesuaikan dengan unstandardized beta
() koefisien CI 95%. Hasil : Skor rata-rata sikap terhadap obat antipsikotik adalah 6,51
dengan standar deviasi (SD) 2,22. Pada regresi multiple, gejala positif (𝛽 = -0,07, 95% CI: (-
0,09, -0,05)), gejala negatif (𝛽 = -0,04, 95% CI: (-0,06, -0,02)), durasi penyakit yang lebih
pendek (≤5 tahun) (𝛽 = -0,39, 95% CI: (-0,63, -0,15)), antipsikotik generasi pertama (𝛽 =
-0,35, 95% CI: (-0,55, -0,14)), efek sedasi (𝛽 = -0,28, 95% CI: (-0,52, -0,02)), dan gejala
ekstrapiramidal (𝛽 = -0,34, 95% CI: (-0,59, - 0,09)) merupakan faktor negatif yang terkait
dengan sikap terhadap pengobatan obat antipsikotik. Wawasan terhadap penyakit (𝛽 = 0,24,
95% CI: (0,20, 0,27) adalah faktor positif yang terkait dengan sikap terhadap obat
antipsikotik. Kesimpulan hasilnya menunjukkan bahwa skor rata-rata dari sikap peserta
terhadap obat antipsikotik adalah baik. Pencegahan efek samping terutama karena
antipsikotik generasi pertama diperlukan. Kesimpulan : Hasilnya menunjukkan bahwa skor
rata-rata dari sikap peserta terhadap obat antipsikotik adalah baik. Pencegahan efek samping
terutama karena antipsikotik generasi pertama diperlukan.

3
1. PENGANTAR
Skizofrenia adalah gangguan psikotik kronis dengan gangguan pemikiran,
emosi, dan perilaku yang memengaruhi hubungan keluarga, fungsi sosial, dan
pekerjaan. Prevalensi penderita skizofrenia seumur hidup adalah 1,0%. Obat
antipsikotik adalah pilihan lini pertama untuk pasien skizofrenia. Obat-obat ini
meningkatkan pemulihan dengan mengendalikan gejala, meningkatkan kualitas hidup,
mendapatkan kembali fungsi kehidupan dasar, dan mencegah kekambuhan.
Sikap terhadap obat antipsikotik adalah subjektif, kepercayaan, pengalaman,
dan pendapat pasien dengan skizofrenia terhadap obat antipsikotik yang ditentukan.
Kepatuhan terhadap obat pada pasien dengan skizofrenia diprediksi oleh sikap
pasien terhadap obat-obatan tersebut. Sikap negatif terhadap pengobatan antipsikotik
sangat umum dalam praktik klinis dengan prevalensi berkisar antara 7,5%-46,7%.
Hingga 75% dari mereka yang memiliki sikap negatif memiliki ketidakpatuhan
terhadap konsumsi obat antipsikotik, yang mengakibatkan kekambuhan. Secara
global, prevalensi kambuh karena ketidakpatuhan bervariasi dari 50% hingga 92%.
Pasien dengan skizofrenia kemungkinan besar meninggal dini dari kondisi yang
berpotensi dapat diobati sebagai akibat dari ketidakpatuhan terhadap obat yang
diresepkan. Sebagian besar kasus rawat inap pasien yang didiagnosis dengan
skizofrenia disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap pengobatan.
Ada beberapa faktor moderat untuk sikap buruk terhadap pengobatan yaitu
usia yang lebih muda, laki-laki, seseorang yang bekerja, tinggal di kota, tinggal
sendiri, yang memiliki hubungan negatif dengan sikap terhadap pengobatan. Sikap
yang buruk terhadap pengobatan antipsikotik lebih umum pada pasien skizofrenia
dengan durasi penyakit yang lebih pendek (kurang dari lima tahun), dan sering masuk
rumah sakit jiwa. Faktor-faktor moderat klinis penting lainnya adalah tingkat gejala
positif, gejala negatif, dan psikopatologi umum, yang juga memiliki hubungan negatif
dengan sikap terhadap pengobatan. Wawasan terhadap penyakit memiliki hubungan
positif dengan sikap terhadap pengobatan.
Pasien yang menggunakan obat antipsikotik generasi pertama (FGAs)
memiliki sikap yang lebih negatif terhadap pengobatan mereka. Efek samping sering
dipandang sebagai alasan penting untuk sikap yang buruk terhadap obat antipsikotik.
Efek samping dari antipsikotik seperti dyskinesia, parkinsonisme, disfungsi seksual,
dan sedasi adalah faktor yang terkait dengan sikap negatif terhadap obat antipsikotik.
Sikap yang buruk juga dipengaruhi oleh penggunaan obat terlarang sebagai akibat
4
dari memburuknya gejala psikotik.
Dalam pengamatan klinis penelitian ini, banyak pasien skizofrenia
menghentikan pengobatannya dan dirawat di rumah sakit karena kekambuhan
penyakit. Studi yang berbeda telah menunjukkan bahwa lebih dari setengah pasien
dengan skizofrenia tidak mematuhi obat antipsikotik karena sikap negatif mereka
terhadap pengobatan. Meskipun sikap memiliki dampak pada kepatuhan pengobatan
antipsikotik, tidak ada penelitian yang menunjukkan sikap pasien yang didiagnosis
dengan skizofrenia terhadap pengobatan antipsikotik di Ethiopia. Jadi
mengidentifikasi sikap pasien yang didiagnosis dengan skizofrenia terhadap
pengobatan antipsikotik adalah penting untuk mengendalikan gejala psikotik,
mengurangi kekambuhan, dan mendapatkan kembali fungsi kehidupan dasar, yang
semuanya berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

2. BAHAN DAN METODE


2.1 Pengaturan dan populasi. Desain cross-sectional dengan pasien yang didiagnosis
skizofrenia yang telah tindak lanjut di Rumah Sakit Jiwa Amanuel, di Addis
Ababa, Ethiopa, pada bulan Mei dan Juni 2018. Teknik pengambilan sampel
dengan teknik random sampling dengan subjek penelitian sebanyak 393. Fraksi
sampling (k) dihitung dari rata-rata pasien bulanan dengan skizofrenia yang telah
mengunjungi rumah sakit dibagi dengan ukuran sampel, yaitu 8. Peserta pertama
dipilih secara acak dengan metode lotere dari angka 1 sampai 8, kemudian, setiap
pasien ke-8 adalah yang diwawancarai.

2.2 Pengukuran. Sikap pasien terhadap obat antipsikotik dinilai dengan 10-item Drug
Attitude Inventory (DAI-10). Item kuesioner adalah tentang manfaat dan efek
yang dirasakan dari obat antipsikotik. Respon pasien untuk pertanyaan itu benar
atau salah dan diberi nilai 0 jika respon untuk pertanyaan yang diajukan salah dan
1 jika respon untuk pertanyaan yang diajukan benar. Skor total berkisar dari 0
hingga 10. Individu dengan skor total mendekati 0 menunjukkan sikap yang
sangat buruk dan mereka dengan skor total mendekati 10 menunjukkan sikap
terbaik.

5
Gejala psikosis diukur menggunakan Positive and Negative Syndrome Scale
(PANSS), yang memiliki tiga subskala: gejala positif, gejala negatif, dan
psikopatologi umum. Wawasan terhadap penyakit diukur menggunakan Birch
Wood’s Insight Scale for Psychosis (BIS). Instrumen ini digunakan untuk menilai
tiga bidang wawasan, wawasan tentang perlunya perawatan, kesadaran akan
penyakit, dan kemampuan untuk pengalaman. BIS terdiri dari 8-item, yang
merupakan skala 3 poin dengan skor lebih tinggi menunjukkan wawasan yang
lebih baik.
Prevalensi, jenis, dan keparahan efek samping antipsikotik dinilai menggunakan
22-item, versi modifikasi dari Glasgow Antipsychotic Side Effect Scale (GASS).
Efek samping yang dinilai oleh GASS adalah sedasi / kognisi, efek samping
kardiovaskular, gejala ekstrapiramidal, efek samping antikolinergik,
gastrointestinal, efek samping genitourinari, skrining diabetes mellitus, efek
samping prolaktin / endokrin, dan penambahan berat badan. Tingkat efek samping
dinilai dari nol (0) hingga setiap hari (3 poin) untuk pertanyaan 1-20 dan tidak (0)
dan ya (3 poin) untuk pertanyaan 21-22. Pasien dengan skor total 0-12
menunjukkan efek samping tidak ada atau ringan, 13-26 efek samping sedang,
dan lebih dari 26 efek samping parah.
Item pada faktor sosio demografis (usia, jenis kelamin, etnis, agama, status
perkawinan, status pendidikan, dan status pekerjaan) diambil dari berbagai artikel.

2.3 Pengumpulan Data. Kuesioner terstruktur termasuk sosio demografis, terkait


penyakit, terkait pengobatan, karakteristik terkait zat, dan kuesioner DAI-10
digunakan untuk mengumpulkan data. Data dikumpulkan oleh empat pengumpul
data terlatih (empat profesional kesehatan jiwa) menggunakan versi Amharik dari
kuesioner selama sebulan.

2.4 Analisis Data. Dianalisis menggunakan SPSS versi 20. Uji asumsi diperiksa
sebelum melakukan analisis regresi. Analisis regresi linier sederhana dilakukan
untuk menguji hubungan antara sikap terhadap pengobatan antipsikotik dan
masing-masing variabel independen. Menggunakan analisis simple dan regresi
multiple disesuaikan dengan unstandardized beta () koefisien CI 95%. Nilai
P<0,05 dianggap signifikan.

6
3. HASIL
Sebanyak 393 peserta dalam penelitian ini, dengan tingkat respons 98,4%.
Rata-rata usia peserta adalah 36,4 (SD = 9,93) dengan usia mulai 15 hingga 65 tahun.
Hampir, setengah dari peserta penelitian, yaitu, N = 207 (52,7%), belum menikah dan
243 (61,80%) adalah laki-laki. Hampir sepertiga dari peserta penelitian, yaitu, N =
126 (32,1%), berpendidikan hingga sekolah menengah. Sebagian besar peserta, N =
262 (66,7%), berasal dari daerah perkotaan dan 285 (72,5%) dari peserta tidak
memiliki pekerjaan. Sebagian besar peserta penelitian, N = 330 (84,7%), tinggal
bersama keluarga / pendukung mereka dan 120 (30,7%) dari peserta saat ini
menggunakan zat untuk tujuan non-medis (Tabel 1).

Tabel 1. Karakteristik sosio-demografis dan terkait penggunaan zat dengan skizofrenia

Rata-rata usia onset untuk skizofrenia ditemukan 26,77 (SD ± 7,23). Terdapat
146 pasien (37,15%) dengan durasi sakit 6 sampai 10 tahun. Hanya 28 (7,1%)
pasien memiliki penyakit medis atau jiwa termasuk diabetes mellitus, hipertensi,
HIV / AIDS, depresi, dan gangguan penggunaan narkoba. Skor total rata-rata
untuk tingkat psikopatologi menggunakan PANSS adalah 73,65 [SD ± 30,48] dan

7
wawasan penyakit dengan Birchwood’s adalah 8,9 [SD ± 3,8]) (Tabel 2).

Tabel 2. Karakteristik klinis pasien dengan skizofrenia

Mengenai kelas antipsikotik, 224 (57%) dari pasien menggunakan obat


antipsikotik generasi pertama (FGA). Lebih dari seperlima peserta menggunakan dua
obat antipsikotik atau lebih dan hampir sepertiga menggunakan obat depot. Sebagian
besar dari mereka menggunakan CPZeq berada pada kategori dosis <300 mg (Tabel
3).

Tabel 3: Karakteristik terkait terapi obat di antara pasien dengan skizofrenia

8
Keparahan efek samping dinilai sebagai ringan, sedang, dan berat menurut
Glasgow Antipsychotic Side-Effect Scale. Sekitar 193 (49,1%) dari peserta
mengalami efek samping ringan, 123 (31,3%) memiliki efek samping sedang, dan 77
(19,4%) memiliki efek samping yang parah. Sedasi adalah efek samping yang paling
sering (65,6%) (Gambar 1)

Gambar 1: Besarnya efek samping antipsikotik di antara pasien dengan skizofrenia

3.1 Sikap terhadap Pengobatan Antipsikotik di antara pasien dengan Skizofrenia.


Skor rata-rata sikap terhadap pengobatan antipsikotik adalah 6,51 (95% CI 6,28 -
6,74) dengan SD 2,22.

3.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Sikap terhadap Pengobatan Antipsikotik.


Analisis simple regresi linier menunjukkan bahwa tempat tinggal, durasi penyakit,
usia penyakit, subskala positif PANSS, subskala negatif PANSS, psikopatologi
umum, kelas obat antipsikotik, jumlah obat dan rute antipsikotik, keberadaan efek
samping (sedasi, gejala ekstrapiramidal, disfungsi seksual), dan penggunaan zat
saat ini adalah faktor negatif yang terkait dengan sikap terhadap obat antipsikotik
dengan nilai p ≤ 0,05. Wawasan terhadap penyakit adalah faktor positif yang
terkait dengan sikap terhadap obat antipsikotik. Hasil multiple regresi linier

9
menunjukkan bahwa skor PANSS positif dan negatif yang lebih tinggi, durasi
penyakit yang lebih pendek (≤5 tahun), memiliki wawasan penyakit yang buruk,
FGA, efek sedasi, dan gejala ekstrapiramidal merupakan faktor yang terkait
dengan sikap negatif terhadap obat antipsikotik. Sikap terhadap obat antipsikotik
berhubungan negatif dengan gejala positif dan negatif, durasi penyakit yang lebih
pendek, diobati dengan FGA, adanya sedasi, dan gejala ekstrapiramidal,
sedangkan sikap terhadap obat antipsikotik secara positif terkait dengan wawasan
penyakit (Tabel 4).

Tabel 4: Faktor-faktor yang terkait dengan sikap terhadap obat antipsikotik pada analisis
multiple regresi linier

10
4. DISKUSI
Obat antipsikotik adalah pilihan pengobatan untuk pasien yang didiagnosis
dengan skizofrenia. Antipsikotik meningkatkan kontrol untuk gejala, mencegah
kekambuhan, membantu pasien mendapatkan kembali fungsi kehidupan dasar, dan
meningkatkan kualitas hidup. Untuk hasil positif antipsikotik ini, kepatuhan pasien
terhadap pengobatan mereka diperlukan. Sikap pasien terhadap pengobatan mereka
dapat secara signifikan mempengaruhi respons subyektif terhadap antipsikotik. Studi
menunjukkan bahwa hampir tiga perempat pasien dengan sikap negatif terhadap
pengobatan mereka tidak patuh terhadap obat antipsikotik. Temuan penelitian ini

11
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki sikap positif terhadap pengobatan
antipsikotik dengan skor rata-rata 6,51 (95% CI = 6,27, 6,74). Proporsi mereka yang
memiliki sikap positif terhadap pengobatan antipsikotik adalah 51,9%. Jika DAI
mewakili indikasi tidak langsung untuk kepatuhan, maka tingkat ketidakpatuhan
dalam sampel kami adalah 48,1%. Ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari
pasien dengan skizofrenia memiliki ketidakpatuhan terhadap pengobatan mereka.
Temuan ini didukung oleh studi Nigeria dengan skor rata-rata 6,71. Dalam penelitian
ini, kami memiliki skor sikap obat yang lebih tinggi pada pasien, dibandingkan
dengan penelitian yang dilakukan di Bulgaria, Korea Selatan, Spanyol, dan Amerika
Serikat. Alasan yang mungkin untuk variasi mungkin dikaitkan dengan pendekatan
untuk penjumlahan item, perbedaan ukuran sampel, desain penelitian, perbedaan
sosial-budaya, dan perbedaan antara peserta. Dalam penelitian ini, pendekatan
penilaian item adalah dengan memberikan nilai 0 dan 1, yang menghasilkan jumlah
total rentang 0-10, sedangkan di Bulgaria, Korea Selatan, dan nilai USA -1 dan / 1
digunakan untuk alternatif dan jumlah total rentang -10 to10s. Jadi temuan ini
seharusnya meningkatkan skor rata-rata sikap terhadap obat antipsikotik. Ukuran
sampel lebih tinggi dalam penelitian ini dibandingkan dengan Bulgaria, Korea
Selatan, dan Spanyol. Studi USA adalah studi prospektif multi-center besar sedangkan
dalam penelitian kami, kami menggunakan desain studi cross-sectional, yang
mungkin telah menghasilkan perbedaan skor rata-rata. Dalam penelitian di Spanyol,
pesertanya adalah pasien yang keluar rumah sakit. Tetapi dalam penelitian ini, para
peserta adalah pasien dengan skizofrenia pada tindak lanjut, yang mungkin telah
meningkatkan skor rata-rata.
Mengenai variabel prediktor, durasi penyakit yang lebih pendek (≤5 tahun)
secara signifikan terkait dengan sikap negatif terhadap obat antipsikotik. Alasan yang
mungkin terjadi ketika durasi penyakit pendek, pasien mungkin memiliki wawasan
yang buruk tentang penyakit mereka dan membutuhkan perawatan, yang
menghasilkan sikap negatif terhadap pengobatan mereka. Temuan ini konsisten
dengan penelitian sebelumnya. Tingkat psikopatologi berhubungan negatif dengan
sikap terhadap obat antipsikotik. Pasien dengan gejala positif yang parah dan gejala
negatif memiliki hubungan dengan sikap yang buruk terhadap obat antipsikotik.
Alasan yang mungkin disebabkan oleh delusi pasien, halusinasi, kecurigaan,
permusuhan, dan perilaku penarikan, yang dapat meningkatkan kemungkinan sikap
buruk terhadap pengobatan. Hasil ini sesuai dengan penelitian lain.
12
Wawasan terhadap penyakit ini memiliki hubungan positif dengan sikap
terhadap pengobatan obat antipsikotik. Jika pasien percaya bahwa mereka memiliki
penyakit jiwa, sadar akan manfaat pengobatan dan konsekuensi sosial dari gangguan
tersebut, mereka akan memiliki perasaan dan sikap subjektif yang lebih baik terhadap
pengobatan. Temuan ini konsisten dengan penelitian lain, yang menunjukkan bahwa
sikap subyektif negatif terhadap obat dikaitkan dengan wawasan yang kurang.
Dalam penelitian kami, pasien yang diobati dengan FGA memiliki skor sikap
yang lebih rendah terhadap obat antipsikotik dibandingkan dengan pasien yang
menggunakan pengobatan antipsikotik SGA. Bahkan, ini mungkin disebabkan oleh
persepsi bahwa obat-obatan ini kurang efektif terhadap gejala negatif dan lebih
berbahaya, yang dapat mengakibatkan sikap yang buruk terhadap obat-obatan mereka.
Temuan ini sejalan dengan penelitian lain.
Ada beberapa batasan. pesertanya adalah pasien stabil yang datang ke klinik
secara teratur, yang dimotivasi untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Keterbatasan
lainnya adalah sifat penelitian cross-sectional. Karena kami menggunakan desain
penelitian cross-sectional, sulit untuk menilai sikap terhadap pengobatan pada fase
akut penyakit dan untuk mengevaluasi jika ada perubahan sikap terhadap pengobatan
dalam fase penyakit yang berbeda.

5. KESIMPULAN
Pasien dengan skizofrenia memiliki skor sikap rata-rata yang baik terhadap
obat antipsikotik. adanya gejala (positif dan negatif), memiliki wawasan yang buruk
tentang penyakit, durasi penyakit yang lebih pendek, diobati dengan FGA, dan adanya
efek samping seperti sedasi dan gejala ekstrapiramidal adalah faktor yang secara
signifikan terkait dengan sikap negatif terhadap obat antipsikotik. Dokter harus
memasukkan faktor-faktor ini untuk meningkatkan sikap pasien terhadap pengobatan.
Diperlukan pencegahan efek samping terutama karena antipsikotik generasi pertama.

13

Anda mungkin juga menyukai