Anda di halaman 1dari 19

PENGERTIAN, FUNGSI, DAN OPERASIONAL BANK SYARIAH

Makalah ini Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Praktikum Lembaga Keuangan Syariah

Disusun oleh :
Bella Eka Ratri (20182900149)
Muhammad Aldiansyah (20182900159)

Dosen pengampu :
Anang Wahyu E.,S.H.I.,M.E.Sy.

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
PACITAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan karunia yang di limpahkan-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kami curahkan atas
junjungan umat muslim Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat, dan
para penerus risalah-Nya.
Adapun yang menjadi judul makalah kami adalah “Pengertian, Fungsi, dan
Operasional Bank Syariah” yang di dalamnya membahas pengertian, fungsi, serta
operasional bank syariah dan perbedaannya dengan bank konvensional, alur
operasional bank syariah secara garis besar dan menyeluruh beserta akad-akad
pelengkap pada operasional bank syariah, dan menjelaskan petugas front office
dan back office bank syariah. Tujuan utama penulisan makalah ini untuk
memenuhi tugas dari dosen pengampu kami, Anang Wahyu E.,S.H.I.,M.E.Sy.
dalam mata kuliah Praktikum Lembaga Keuangan Syariah.
Jika dalam penulisan makalah terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan
maka kepada para pembaca, kami memohon maaf sebesar-besarnya atas koreksi-
koreksi yang telah di lakukan. Hal tersebut semata-mata agar menjadi suatu
evaluasi dalam pembuatan makalah ini. Mudah-mudahan dengan adanya
pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang
baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
Pendahuluan.............................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
Pembahasan..............................................................................................................6
A. Pengertian Bank Syariah...............................................................................6
B. Fungsi Bank Syariah.....................................................................................6
C. Produk dan Jasa Bank Syariah......................................................................7
D. Petugas front office dan back office Bank Syariah......................................16
BAB III..................................................................................................................18
Penutup...................................................................................................................18
Kesimpulan.........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

3
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Bank syari’ah merupakan lembaga keuangan layaknya bank konvensional
tetapi menggunakan prinsip syari’ah yaitu keadilan, keseimbangan, dan
kemaslahatan. Kegiatan utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
melalui simpanan dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat
umum dalam bentuk pinjaman atau kredit. Dalam dunia perbankan, selain bank
umum atau bank konvensional, terdapat juga bank syari’ah yang banyak
berkembang di Indonesia. Dalam bank konvensional penentuan harga selalu
didasarkan dengan bunga, sedangkan bank syari’ah didasarkan pada konsep Islam
yaitu kerja sama dalam skema bagi hasil baik untung maupun rugi. Tujuan utama
bank syari’ah adalah sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap
aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Perbankan syari’ah sebagai bagian dari perbankan nasional telah menjadi
motor penggerak perekonomian nasional. Berkembangnya bank syari’ah di
Indonesia dimulai pada tahun 1992 dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia
(BMI). Bank Muamalat Indonesia adalah bank syari’ah pertama yang berdiri pada
tahun 1991 dan mulai beroperasi pada tahun 1992. Perbankan syari’ah adalah
salah satu bank yang mampu bertahan pada masa krisis moneter yang pernah di
alami oleh Indonesia pada tahun 1998 telah menginspirasi tumbuh pesatnya
perbankan syari’ah.
Perbankan syari’ah mengalami perkembangan yang pesat setelah lahirnya
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, perubahan atas Undang-Undang No. 7
Tahun 1992 tentang perbankan. Dalam UU ini terdapat perubahan yang
memberikan peluang yang besar dan landasan hukum yang lebih kuat bagi
pengembangan perbankan syari’ah serta memberikan kesempatan yang luas untuk
mengembangkan jaringan perbankan syari’ah antara lain melalui izin pembukaan
Kantor Cabang Syariah (KCS) oleh bank konvensional. Undang-Undang No. 10
Tahun 1998 disempurnakan kembali dengan diberlakukannya Undang-Undang

4
No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah yang terbit tanggal 16 Juli 2008.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 maka
pengembangan industri perbankan syari’ah nasional semakin memiliki landasan
hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat
lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, fungsi, serta operasional bank syari’ah dan perbedaannya
dengan bank konvensional?
2. Bagaimana alur operasional bank syari’ah secara garis besar dan
menyeluruh beserta akad-akad pelengkap pada operasional bank syari’ah?
3. Apa saja tugas front office dan back office bank syari’ah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian, fungsi, serta operasional bank syari’ah dan
perbedaannya dengan bank konvensional.
2. Untuk mengetahui alur operasional bank syari’ah secara garis besar dan
menyeluruh beserta akad-akad pelengkap pada operasional bank syari’ah.
3. Untuk mengetahui tugas front office dan back office bank syari’ah.

5
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Bank Syariah


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008,
Perbankan Syari’ah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syari’ah
dan unit usaha syari’ah mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pada dasarnya ketiga fungsi
utama perbankan yaitu menerima titipan dana, meminjamkan uang, dan jasa
pengiriman uang adalah boleh dilakukan kecuali bila dalam melaksanakan fungsi
perbankan melakukan hal-hal yang dilarang syari’ah. Dalam praktik perbankan
konvesional yang dikenal saat ini, fungsi tersebut dilakukan berdasarkan prinsip
bunga. Bank konvensional memang tidak serta merta identik dengan riba, namun
kebanyakan praktik bank konvensional dapat digolongkan sebagai transaksi
ribawi.
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 maupun dalam Undang-
Undang No. 21 Tahun 2008 dijelaskan bahwa “Syari’ah adalah aturan
berdasarkan hukum Islam”. Ketentuan syari’ah didasarkan dari hukum Islam yang
dituangkan dalam suatu ketentuan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) yang disebut Fatwa Dewan Syariah Nasional. Fatwa ini
digunakan sebagai referensi dalam melaksanakan kegiatan Bank Syari’ah.

B. Fungsi Bank Syariah


Pada dasarnya fungsi bank syari’ah tidak jauh berbeda dengan bank
konvensional atau bank umum lainnya, seperti yang tertera dalam Undang-
Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah bahwasannya :1
1. Bank Syari’ah dan Unit Usaha Syari’ah (UUS) wajib menjalankan fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syari’ah dan Unit Usaha Syari’ah dapat menjalankan fungsi sosial
dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari

1
Ikit, Akuntansi Penghimpun Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Deepublish, 2015.

6
zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syari’ah dan Unit Usaha Syari’ah dapat menghimpun dana sosial
yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola
wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Alat transmisi kebijakan moneter (sama seperti bank konvensional).

C. Produk dan Jasa Bank Syariah


Secara umum produk-produk dalam perbankan syari’ah tidak jauh beda
dengan produk-produk dalam bank konvensional, perbedaannya terletak pada
akad yang ada dalam produk-produk bank syari’ah.
Produk perbankan syari’ah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :2
1. Produk penghimpunan dana
Penghimpunan dana di bank syari’ah dapat berbentuk giro
wadi’ah, tabungan mudharabah, tabungan wadi’ah, dan deposito
mudharabah. Prinsip operasional syari’ah yang diterapkan dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.
a. Prinsip wadi’ah
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad
dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah
dhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah
amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan
oleh yang dititipi (bank). Sementara itu, dalam hal wadi’ah yad
dhamanah, pihak yang dititipi bertanggung jawab atas keutuhan
harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.
b. Prinsip mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpanan
atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan
bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank
untuk melakukan murabahah atau ijarah. Dapat pula dana tersebut
digunakan bank untuk melakukan mudharabah kedua. Hasil usaha
2
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Konsep-Operasional-PBS.aspx

7
ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam
hal bank menggunakannya untuk melakukan mudharabah kedua,
maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.
Rukun mudharabah terpenuhi semua (ada mudharib-ada
pemilik dana, ada usaha yang dibagihasilkan, ada nisbah, dan ada
ijab kabul). Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada produk
tabungan berjangka dari deposito berjangka. Berdasarkan
kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip
mudharabah terbagi dua yaitu :
i. Mudharabah mutlaqah
Di mudharabah mutlaqah, tidak ada pembatasan
bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.
Nasabah tidak memberikan persyaratan apapun kepada
bank, ke bisnis apa dana yang disimpannya itu hendak
disalurkan, menetapkan penggunaan akad-akad tertentu,
atau mensyaratkan dananya diperuntukkan bagi nasabah
tertentu. Jadi bank memiliki kebebasan penuh untuk
menyalurkan dana URIA ini ke bisnis manapun yang
diperkirakan menguntungkan.
Dari penerapan mudharabah mutlaqah ini
dikembangkan produk tabungan dan deposito sehingga
terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah.
ii. Mudharabah muqayyadah
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus
dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat
tertentu yang harus dipenuhi bank. Misalnya disyaratkan
digunakan untuk bisnis tertentu, disyaratkan digunakan
dengan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk
nasabah tertentu.
2. Produk penyaluran dana

8
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar
produk pembiayaan syari’ah terbagi ke dalam empat kategori yang
dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu :3
a. Prinsip jual beli (ba’i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property).
Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan menjadi bagian
harga atas barang yang dijual.
Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk
pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya yakni sebagai
berikut :
i. Pembiayaan murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli di mana bank
menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai
penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual
adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan.
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual
dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan
dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan
murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran
cicilan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera
setelah akad, sementara pembayaran dilakukan secara
tangguh atau cicilan.
ii. Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang
yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang
diserahkan secara tangguh sementara pembayaran
dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli,
sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini

3
Ibid.

9
mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas,
kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah
diserahkan kepada bank, maka bank akan menjualnya
kepada rekanan nasabah atau nasabah itu sendiri secara
tunai atau cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh bank
adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan.
Dalam hal ini bank menjualnya secara tunai disebut dengan
pembiayaan talangan (bridging financing).
iii. Istishna’
Produk istishna’ menyerupai produk salam, namun
dalam istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank
dalam beberapa kali pembayaran. Skim istishna’ dalam
bank syari’ah diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur
dan kontruksi.
b. Prinsip sewa (ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat.
Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual
beli, tapi perbedaanya terletak pada objek transaksinya. Bila pada
jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek
transaksinya adalah jasa.
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang
yang disewakan kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan
syari’ah dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti
dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual
disepakati pada awal perjanjian.
c. Prinsip bagi hasil (syirkah)
Produk pembiayaan syari’ah yang didasarkan atas prinsip
bagi hasil adalah sebagai berikut :
i. Pembiayaan musyarakah

10
Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan
para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai
aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua
bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana
mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk
sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang
bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan
(trading asset), kewirausahaan (entrepreneurship),
kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan
(equipment), atau intangible asset (seperti hak paten atau
goodwill), kepercayaan atau reputasi (credit worthiness),
dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang.
Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentuk
kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan
waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.
ii. Pembiayaan mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang
populer dalam produk perbankan syari’ah yaitu
mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara
dua pihak atau lebih di mana pemilik modal kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam
paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal
dan keahlian dari mudharib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil
shahib al-maal dalam manajemen proyek. Sebagai orang
kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan
bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi
akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahib al-maal

11
dia diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu
untuk menciptakan laba optimal.
Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan
mudharabah terletak pada besarnya kontribusi atas
manajemen dan keuangan atau salah satu di antara itu.
Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak,
sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak
atau lebih.
Musyarakah dan mudharabah dalam literatur fiqh
berbentuk perjanjian kepercayaan (uqud al-amanah) yang
menuntut tingkat kejujuran yang tinggi dan menjunjung
keadilan. Karenanya masing-masing pihak harus menjaga
kejujuran untuk kepentingan bersama dan setiap usaha dari
masing-masing pihak untuk melakukan kecurangan dan
ketidakadilan pembagian pendapatan betul-betul akan
merusak ajaran Islam.
d. Akad pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini ditujukan
untuk mempermudah pelaksanaan pembayaran. Dalam akad
pelengkap ini diperbolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya
pengganti biaya ini sekadar untuk menutupi biaya yang timbul.
i. Hiwalah (Alih Utang Piutang)
Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang
piutang. Dalam praktik perbankan syari’ah fasilitas hiwalah
lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal
tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapat
ganti biaya atas jasa pemindahan utang. Untuk
mengantisipasi risiko kerugian yang akan timbul, bank
perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang

12
berhutang dan kebenaran transaksi antara yang
memindahkan piutang dengan yang berhutang. Katakanlah
seorang supplier bahan bangunan menjual barangnya
kepada pemilik proyek yang akan dibayar dua bulan
kemudian. Karena kebutuhan supplier akan likuiditas, maka
ia meminta bank untuk mengambil alih piutangnya. Bank
akan menerima pembayaran dari pemilik proyek.
i. Qardh
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain
yang dapat ditagih atau diminta kembali. Menurut teknis
perbankan, qardh adalah pemberian pinjaman dari bank
kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan
mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu
dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif.
Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka
waktu tertentu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar
pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan dan
pembayarannya dilakukan secara angsuran atau sekaligus.
Bank dapat meminta jaminan atas pinjaman ini kepada
peminjam.
3. Produk jasa perbankan lainnya
Produk jasa perbankan lainnya yaitu layanan perbankan dimana
bank syari’ah menerima imbalan atas jasa perbankan diluar fungsi
utamanya sebagai lembaga intermediasi keuangan.4
a. Wakalah
Wakalah atau perwakilan berarti penyerahan, pendelegasian
atau pemberian mandat yakni bank diberikan mandat oleh nasabah
untuk melaksanakan suatu perkara sesuai dengan amanah atau
permintaan nasabah. Secara teknis perbankan, wakalah adalah
akad pemberi kuasa dari lembaga atau seseorang (sebagai pemberi

4
Ibid.

13
mandat) kepada pihak lain (sebagai wakil, dalam hal ini bank)
untuk mewakili dirinya melaksanakan urusan dengan batas
kewenangan dan dalam waktu tertentu. Segala hak dan kewajiban
yang diemban wakil harus mengatasnamakan yang memberi kuasa.
Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa
harus cakap hukum.
b. Kafalah
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh
penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain kafalah berarti
mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan
berpegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin.
Secara teknis perbankan, kafalah merupakan jasa
penjaminan nasabah dimana bank bertindak sebagai penjamin
(kafil) sedangkan nasabah sebagai pihak yang dijamin (makfullah).
Prinsip syari’ah ini sebagai dasar layanan bank garansi, yaitu
penjaminan pembayaran atas suatu kewajiban pembayaran.
Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan
sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai jaminan. Atas dana
tersebut bank dapat memperlakukannya dengan prinsip wadi’ah.
Dalam hal ini bank mendapatkan imbalan atas jasa yang diberikan.
c. Sharf
Layanan jasa perbankan jual beli valuta asing sejalan
dengan prinsip sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini
penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama
berdasarkan kurs jual atau beli yang berlaku pada saat itu juga.
Jenis layanan berdasarkan transaksi spot adalah : today, tomorrow,
dan spot.
Bank syari’ah tidak melayani transaksi forward, swap, dan
option yang dalam transaksinya diterapkan hedging. Karena

14
transaksi ini penyerahannya dilakukan pada masa yang akan datang
dan mengandung unsur spekulasi.
d. Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Tujuan akad
rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali
kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Secara sederhana
rahn adalah jaminan hutang atau gadai. Biasanya akad yang
digunakan adalah akad qardh wal ijarah, yaitu akad pemberian
pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai dengan
penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang
diserahkan.
Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria, yaitu
milik nasabah sendiri; memiliki nilai ekonomis sehingga bank
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian
piutangnya; harus jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan
berdasarkan nilai riil pasar; dapat dikuasai namun tidak boleh
dimanfaatkan bank.
e. Ijarah
Akad ijarah selain menjadi landasan syari’ah untuk produk
pembiayaan yaitu sewa cicil, juga menjadi prinsip dasar pada jasa
perbankan lainnya, antara lain layanan penyewaan kotak simpanan
(safe deposit box). Bank mendapat imbalan sewa atas jasa tersebut.
f. Al-wadiah
Akad al-wadiah selain menjadi landasan syari’ah produk
tabungan, termasuk giro, juga menjadi prinsip dasar layanan jasa
tata laksana administrasi dokumen (custodian). Bank mendapatkan
imbalan atas jasa tersebut.

15
D. Petugas front office dan back office Bank Syariah
Pada umumnya organisasi bank dibagi atas bagian atau devisi front office
dan back office. Front office adalah bagian-bagian organisasi dimana karyawan
secara langsung melayani nasabah. Pada bagian atau devisi front office dibagi
dalam dua bagian jabatan yaitu teller dan customer service.
1. Teller
Teller diartikan sebagai petugas bank yang diberi kepercayaan
penuh untuk memegang, memelihara, dan menyimpan sejumlah uang tunai
sesuai dengan limitnya masing-masing untuk keperluan melayani secara
langsung dalam arti menerima dan menerima uang tunai atau yang
diperlukan sama dengan uang tunai selama waktu yang telah ditentukan
(cash hour).
2. Customer service
Customer service memegang peranan penting di berbagai
perusahaan. Dalam dunia perbankan, tugas utama seorang customer
service adalah memberikan pelayanan dan membina hubungan dengan
nasabah.
Customer service bank dalam melayani nasabah selalu berusaha
menarik dengan cara meyakinkan para calon nasabah agar menjadi
nasabah yang bersangkutan dengan berbagai cara. Selain itu customer
service juga harus dapat menjaga nasabah lama agar tetap menjadi nasabah
bank. Oleh karena itu, tugas customer service merupakan tulang punggung
kegiatan operasional dalam dunia perbankan.5
Sedangkan back office adalah bagian-bagian organisasi seperti
pembukuan, audit, urusan sumber daya manusia (HRD) yang para karyaan tidak
berhubungan langsung dengan nasabah bank. Adapun tugas dari back office pada
suatu bank adalah sebagai pendukung dari bagian front office. Selain itu, secara
umum tugas back office adalah melanjutkan (follow up) atas suatu transaksi bank
yang dilakukan nasabah pada front office.
5
Sabinus Theo, Pengaruh Kualitas Pelayanan Frontliner Terhadap Kepuasan Nasabah Bank (Studi
Pada PT. Bank BRI Syariah Kantor Cabang Abdul Muis), Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2015.

16
Tugas back office secara umum adalah :
1. Membuat voucher input transaksi (debit atau kredit)
2. Membuat laporan data transaksi
3. Analisa kredit
4. Accounting
5. Controlling
6. An information technology system (IT system)
7. Melakukan filing dokumen dengan rapi
8. Melakukan pengadministrasian dokumen dengan baik dan rapi
9. Melakukan pencatatan setiap dokumen dengan tertib dan rapi
10. Melakukan pemisahan dokumen sesuai dengan jenisnya
11. Kondisi meja kerja dalam keadaan bersih dan rapi.6

6
Arsip Bank Syariah Mandiri KCP Barabai.

17
BAB III
Penutup

Kesimpulan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008,
Perbankan Syari’ah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syari’ah
dan unit usaha syari’ah mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Fungsi perbankan syari’ah ialah Bank Syari’ah dan Unit Usaha Syari’ah
(UUS) : 1) Menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat,
2) Menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, 3) Menghimpun
dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada nazhir
sesuai dengan kehendak wakif, 4) Alat transmisi kebijakan moneter.
Prinsip operasional syari’ah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip wadi’ah yang berarti pihak yang dititipi bertanggung
jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan
tersebut dan prinsip mudharabah diaplikasikan pada produk tabungan berjangka
dari deposito berjangka yang berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak
penyimpan dana dibagi menjadi dua yaitu mudharabah mutlaqah dan
mudharabah muqayyadah.
Dalam akad pelengkap diperbolehkan untuk meminta pengganti biaya-
biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti biaya
ini sekadar untuk menutupi biaya yang timbul. Akad pelengkap sendiri dibagi
menjadi dua yaitu hiwalah atau transaksi mengalihkan utang piutang dan qardh
atau pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali.
Pada umumnya organisasi bank dibagi atas devisi front office dan back
office. Front office adalah bagian-bagian organisasi dimana karyawan secara
langsung melayani nasabah. Sedangkan back office adalah adalah bagian-bagian
organisasi seperti pembukuan, audit, urusan sumber daya manusia (HRD) yang
para karyaan tidak berhubungan langsung dengan nasabah bank.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ikit. 2015. Akuntansi Penghimpun Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Deepublish.

Theo, Sabinus. 2015. Pengaruh Kualitas Pelayanan Frontliner Terhadap


Kepuasan Nasabah Bank (Studi Pada PT. Bank BRI Syariah Kantor Cabang
Abdul Muis). Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Arsip Bank Syariah Mandiri KCP Barabai

https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Konsep-
Operasional-PBS.aspx

19

Anda mungkin juga menyukai