Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KMB III Neuro

Carlos Edoardo Sagala


1851056

1. Melakukan penilaian Fungsi Saraf Cranial


a. Penciuman
b. Optik
c. Oculomotor
d. Trochlear
e. Trigeminal
f. Abduscence
g. Wajah
h. Vestibulocochlear
i. Glossopharyngeal
j. Asesori Vagus
k. Spinal
I. Hipoglosus

2. Melakukan tes refleks dalam


a. Refleks bisep
b. Refleks trisep
C. Refleks brachioradialis
d. Reflek quadriceps
e. Refleks Achlles

3. Melakukan tes Kerning


4. Melakukan tes Babinski
5. Kemajuan Perburukan fungsi otak

Answer :

Nervus Olfaktori (N. I):


 Fungsi: saraf sensorik, untuk penciuman
 Cara Pemeriksaan: pasien memejamkan mata, disuruh membedakan bau yang dirasakan
(kopi, teh,dll)
Nervus Optikus (N. II)
 Fungsi: saraf sensorik, untuk penglihatan
 Cara Pemeriksaan: Dengan snelend card, dan periksa lapang pandang
Nervus Okulomotoris (N. III), nervus trokhlearis (N. IV),
dan nervus Abdusen (N. VI) dijaki bersama.
 Fungsi: saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata keatas, kontriksi pupil, dan sebagian
gerakan ekstraokuler.
 Cara Pemeriksaan: Tes putaran bola mata, menggerakan konjungtiva, refleks pupil dan
inspeksi kelopak mata
Nervus Trochlearis (N. IV)
 Fungsi: saraf motorik, gerakan mata kebawah dan kedalam
 Cara Pemeriksaan: Sama seperti nervus III
Nervus Trigeminus (N. V)
 Fungsi: saraf motorik, gerakan mengunya, sensai wajah, lidah dan gigi, refleks korenea dan
refleks kedip
 Cara Pemeriksaan: menggerakan rahang kesemua sisi, pasien memejamkan mata, sentuh
dengan kapas pada dahi atau pipi. menyentuh permukaan kornea dengan kapas.
Nervus Abdusen (N. VI)
 Fungsi: saraf motorik, deviasi mata ke lateral
 Cara pemeriksaan: sama seperti nervus III
Nervus Fasialis (N. VII)
 Fungsi: saraf motorik, untuk ekspresi wajah
 Cara pemeriksaan: senyum, bersiul, mengngkat alis mata, menutup kelopak mata dengan
tahanan, menjulurkan lida untuk membedakan gula dan garam
Nervus Verstibulocochlearis (N. VIII)
 Fungsi: saraf sensorik, untuk pendengran dan keseimbangan
 Cara pemeriksaan: test webber dan rinne
Nervus Glosofaringeus (N. IX)
 Fungsi: saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa
 Cara pemeriksaan: membedakan rasa manis dan asam
Nervus Vagus (N. X)
 Fungsi: saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan
 Cara pemeriksaan: menyentuh faring posterior, pasien menelan saliva, disuruh mengucap
ah…
Nervus Asesoris (N. XI)
 Fungsi: saraf motorik, untuk menggerakan bahu
 cara pemeriksaan: suruh pasien untuk menggerakan bahu dan lakukan tahanan sambil
pasien melawan tahanan tersebut.
Nervus Hipoglosus
 Fugsi: saraf motorik, untuk gerakan lidah
 cara pemeriksaan: pasien disuruh menjulurkan lidah dan menggerakan dari sisi ke sisi.
2. Performing deep reflek test
1. biceps reflek
2. triceps reflek
3. brachioradialis reflek
4. Quadriceps reflek
5. achiles reflek
Pentunjuk pengkajian reflek
 Bantu klien merelaksasikan diri dan hindari gerakan volunter atau penegangan otot
 Posisikan ekstermitas agar tidak menengangkan tendo yang akan diuji
 Selama pengujian reflek klien boleh duduk atau berbaring

melakukan tes reflek dalam

Definisi reflek bisep adalah Tes dengan mengetuk tendon otot bisep.
Biasanya ada kontraksi dari otot-otot bisep disertai dengan kedutan lengan bawah.
Pada lesi traksi kortikospinalis, ada refleks yang berlebihan. Pada lesi arkus refleks
perifer atau
kerusakan pada segmen traksi C5-C6 di sisi yang diuji, respon tertahan atau tidak
ada

melakukan tes reflek


Bisep reflek
1. Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, posisi tangan pronasi
(menghadap ke bawah )
2. Letakkan ibu jari pemeriksaan pada fossa antekkubital didasar tendon bisep dan
jari-jari lain diatas tendo bisep
3. Pukul ibiu jari dengan reflek hammer,kaji reflek.
B. Triceps reflek

Reflek trisep, reflek tendo dalam adalah reflek karena memunculkan kontraksi otot
triceps bracii tanpa di sengaja. Ini di prakarsai oleh daerah leher rahim ( daerah
leher) saraf tulang belakang 7 akar saraf ( segmen kecil saraf yang muncul dari
sumsum tulang belakang). reflek ini diuji sebagai bagian dari pemeriksaan
neurologis untuk menilai jalur sensorik dan disalam saraf tulang belakang C6 dan
C7.

Fungsi : untuk mengetahui ada tidaknya pergerakan reflek


Dasar pemeriksaan reflek :
1. pemeriksaan menggunaka alat reflek hammer
2. Penderita harus dalam posisi rileks dan santai. Bagian tubuh yang akan diperiksa
harus dalam posisi sedemikian rupa sehingga gerakan otot yang nantinya akn
terjadi dapat muncul secara optimal
3. Rangsangan harus diberikan secara tepat dan langsung; keras pukulan harus
dalam batas nilai ambang, tidak perlu terlalu keras
4. Oleh karena itu reaksi tergantung pada tonus otot, maka otot yang harus
diperiksa dalam keadaan sedikit kontraksi.

Prosedur pemeriksaan
1. alat-alat yang digunakan
 Palu reflek
 Kapas
2.cara kerja
Posisi : pasien duduk dengan rileks, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan
sedikit pronosi, kita pegang lengan bawah pasien yang di fleksikan
Cara : perlu diketok pada tendon insersi m. tripces yang berada sedikit diatas
olekranon

Respon : lengan bawah mengadakan gerakan ekstensi. Lengkung refleks melalui


nervus radialis yang pusatnya terletak di C6-C8.
Refleks brakhioradialis
Posisikan lengan bawah pasien fleksi serta sedikit dipronasikan lalu pemeriksaan
mengetok pada brakhioradialis, yang berada didasar dari processus styloideus radii.
Hal ini akan memberikan respon berupa lengan bawah fleksi dan supinasi. Pusat
dari reflek ini terletak pada C5-C6, dengan lengkung refleks ini melalui n.radialis.
Quadriceps reflek
- Refleks Patella (Refleks Tendon Lutut):

Pemeriksaan ini disebut juga kniepeesreflex (KPR) yang berasal dari bahasa Belanda,


yang artinya refleks tendon lutut.
Pada pemeriksaan refleks ini, posisi pasien dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pasien
duduk dengan kedua kaki digantung, pasien duduk dengan kedua kaki menapak pada
lantai, dan posisi pasien berbaring terlentang dengan tungkai difleksikan pada sendi lutut.

Pemeriksa dapat melakukan stimulasi dengan mengetuk pada tendon m.quadriceps


femoris (tendon patella). Hal ini akan memberikan respon berupa kontraksi m.quadriceps
femoris dan menyebabkan ekstensi tungkai bawah. Pusat refleks ini terletak pada L2, L3,
L.4, dengan lengkung refleks ini melalui n.femoralis.[4,10]

- Refleks Tendon Achilles (Refleks Triseps Sure):

Dalam bahasa Belanda pemeriksaan ini disebut sebagai achillespees reflex (APR). Pada


pemeriksaan ini pasien dapat diposisikan dengan tiga cara, yaitu pasien berbaring dengan
tungkai ditekuk pada sendi lutut dan kaki di dorsofleksikan, posisi pasien berlutut diatas
tempat periksa dengan ujung pergelangan kaki bebas di tepi tempat pemeriksaan, dan
posisi terakhir yaitu pasien duduk.
Pemeriksa dapat memberikan stimulus dengan mengetuk pada tendon achilles, yang akan
mengakibatkan berkontraksinya m. triceps surae dan memberikan gerak plantar fleksi
pada kaki. Pusat refleks ini terletak pada S1-2, dengan lengkung refleks ini
melalui n.tibialis.[4,10]

3. Performing Kerning’s Test


1. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
2. Fleksikan salah satu paha pasien pada persendian panggul sampai membuat sudut 90
derajat
3. Ekstensikan tungkai bawah sisi yang sama pada persendian lutut sampai membuat sudut
135 derajat atau lebih.
4. Lakukan Interpretasi: Kernig’s sign: negatif (= Normal, apabila ektensi lutut mencapai
minimal 135 derajat) Kernig’s sign positif (= Abnormal, yaituapabila tidak dapat
mencapai 135 derajat atau terdapat rasa nyeri.
5. Lakukan hal yang sama untuk tungkai sebelahnya dan interpretasikan hasilnya.

(Gambar Pemeriksaan Tanda Kerning)


Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pada sendi panggul kemudian ekstensi tungkai
bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi
sendi lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai
spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.

4. Performing Babinski’s Test


1. Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki diluruskan.
2. Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada
tempatnya.
3. Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior
4. Respon : posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan
jari kaki lainnya

(Gambar Metode Untuk Menimbulkan Tanda Babinski)

Reflek Babinski Pada individu normal, stimulasi pada telapak kaki diikuti respon berupa fleksi
jari kaki. Responnya selalu cepat, jari-jari kecil lebih fleksi dibanding ibu jari dan reaksinya lebih
jelas pada stimulasi aspek posterior dan lateral daritelapak kaki. Reflek plantar yang normal
merupakan suatu reflek superfisial yang dipersarafi oleh segmen lumbal 4 sampai segmen
sakral 1 atau 2 melalui nervus tibial. Pada penyakit sistem kortikospinal terjadi kebalikan dari
reflek ini, reflek Babinski atau respon ekstensor plantar. Pada kondisi ini stimulasi telapak kaki
akan menimbulkan respon dorsofleksi jari-jari, terutama ibu jari, disertai pemekaran jari-jari
lainnya.

Tanda Babinski dibangkitkan dengan menstimulasi telapak kaki dengan ujung tumpul, bisa
dengan batang korek api, tusuk gigi, batang kayu, patahan tongue blade, atau dengan ujung
kunci. Beberapa pemeriksa mengggunakan ujung jari atau kuku ibu jari. Stimulasi sebaiknya
seringan mungkin, tetapi bila tidak ada respon yang timbul, benda yang lebih tajam dapat
digunakan dan dengan lebih kuat. Baik menggelitik (yang menimbulkan gerakan volunter)
maupun nyeri, yang dapat menimbulkan fleksi berulang sebagai respon nosiseptif, sebaiknya
dihindari. Stimulasi langsung dari tumit ke depan, sampai metatarsofalangeal, baik bagian
dalam serta luar kaki sebaiknya diperiksa. Bila respon sulit dibangkitkan, dapat dibangkitkan
dengan stimulasi aspek lateral kaki, yang berlanjut hingga dasar metatarsal dari jari kelima
hingga ibu jari kaki. Pasien harus dalam keadaan rileks dan akan lebih baik bila dalam posisi
terlentang dengan panggul dan lutut ekstensi serta tumitnya terletak pada tempat tidur. Bila
dalam posisi duduk, maka lutut harus dalam keadaan ekstensi, dengan kaki dipegang pemeriksa
pada lutut pemeriksa. Respon dapat diperkuat dengan memutar kepala pasien ke arah
berlawanan. Sedangkan respon dapat dihambat bila kaki dingin dan meningkat bila kaki hangat
walaupun stimulasi dingin diberikan untuk membangkitkan respon. Respon dapat dihilangkan
oleh fleksi lutut, dan pada 50% kasus, dihilangkan dengan membalut Esmarch pada tungkai.
Karakteristik respon yaitu lambat, tonik, kadang klonik, dorsofleksi ibu jari kaki dan pemekaran
jari lainnya serta pemisahan jari-jari. Kadang-kadang, terdapat respon cepat tapi singkat
diawalnya, yang kemudian diikuti fleksi, atau predominan fleksi diikuti ekstensi. Bisa juga hanya
terdapat ekstensi pada ibu jari, atau ekstensi ibu jari dan fleksi jari lainnya. Dorsofleksi atau
pemekaran jari dapat terjadi tidak bersamaan. Kadang fleksi ibu jari yang singkat mendahului
ekstensi. Bisa terdapat fleksi panggul dan lutut tanpa pergerakan jari-jari. Respon tergantung
pada bagian dan intensitas stimulus. Dengan stimulasi berulang gerakan ekstensi dapat
berkurang dan menjadi hilang. Fenomena ini dapat timbul sendiri dikenal sebagai formes
frustes, yang tidak signifikan. Pada kasus tertentu, respon dapat tidak timbul dengan stimulasi
plantar apapun. Hal ini sebagai konsekuensi bila tidak terdapat lesi LMN yang menyebabkan
paralisis baik ekstensi maupun fleksi, dan tanpa lesi saraf perifer. Bila terdapat paralisis pada
dorsofleksor, tidak akan ada respon Babinski. Variasi respon dan inkomplit respon kadang
disebut sebagai Babinski equivokal. Semua respon ini signifikan, dan pemeriksa harus
menjelaskan respon tersebut daripada menyatakan apakah respon Babinski ada apa tidak. Pada
individu dengan keterlambatan maturasi akibat trauma lahir atau dengan gangguan tumbuh
kembang, gangguan motorik serebral, defisiensi mental, diasumsikan respon plantar normal
terlambat, dan tanda Babinskinya menetap. Yakovlev menemukan bahwa kelelahan fisik yang
berkepanjangan atau berjalan 14 mil menimbulkan tanda Babinski pada 7% individu normal.
Penelitian menunjukkan pada mereka dengan tanda Babinski positif seperti keadaan diatas,
biasanya terlambat mulai bicara dan berjalan atau mengalami defisit intelektual; banyak
dengan riwayat kelahiran prematur atau konvulsi infantil. Pada perubahan sistem saraf saat
prenatal, natal atau neonatus, terutama pada pusat dan jalur kortikospinalis, sebagai akibat
abnormalitas tumbuh kembang, kelahiran prematur, trauma lahir, penyakit akut sistem saraf
saat bayi, dengan defisiensi mielin, yang bertanggung jawab adanya perkembangan tanda
Babinski. Kemudahan timbulnya respon merupakan indeks derajat abnormalitas. Beberapa
contoh tanda Babinski yang ditemukan pada pasien yang dihipnosis kembali ke masa kecil.
Tanda Babinski juga dapat ditimbulkan pada keadaan penurunan kesadaran atau pada tidur
dalam. Dapat juga ditimbulkan pada anestesia dalam dan narkosis, pada intoksikasi obat dan
alkohol, setelah elektrokonvulsif terapi, koma sekunder akibat metabolik, kondisi pasca trauma,
dan kondisi lain yang disetai penurunan kesadaran. Ditemukan juga pada kondisi pasca konvulsi
epilepsi, dan digunakan sebagai kriteria dalam diagnosa kejang organik, meskipun jarang,
kecuali pada periode penurunan kesadaran, dan mungkin manifestasi pada koma, terutama bila
unilateral, tanda fokal pada proses penyakit yang menyertai. Pada pernapasan Cheyne-Stokes
respon ekstensor dapat terjadi selama periode apneu, sedangkan pada fase respirasi aktif reflek
normal yang tampak. Pemulihan setelah anestesia dalam atau dari koma akibat intoksikasi
obat, seperti keracunan barbiturat, disertai hilangnya respon Babinski, munculnya reflek
superfisial, dan kembalinya reflek regang otot kembali ke normal. Tanda Babinski ditemukan
pada individu normal setelah injeksi scopolamine atau barbiturat dalam dosis tinggi, dan
fenomena laten Babinski timbul setelah injeksi dosis rendah. Injeksi pisostigmin pada dosis
fisiologis dapat menghilangkan reflek Babinski.

Prosedur pelaksanaan penerapan instrumen Four Score adalah melakukan prosedur


pemeriksaan disamping bed pasien di Intensive Care Unit dengan pedoman penilaian yang
ditampilkan dalam tabel 4.1

5. OTAK
- Pengamatan pola pernafasan, dapat menunjukkan letak dari proses
Cheyne stokes : proses di hemicerebral dan batang otak atas
Kusmaul : proses di batas mesencpl dan pons
Apnoutic breathing : proses di pons
Ataxing breathing : pernafasan cepat-dangkal dan tidak teratur, proses diformato reticule
batang otak

- Kelainan pupil dan bola mata( Penampang pupil, perbandingan pupil kanan dan kiri,
bentuk, reflek )
1. Defiasi conjugate
Kedua bola mata kesamping kearah hemicerebral yang terganggu.
Besar, penampang pupil dan reaksi reflek cahaya normal, menunjukkan kerusakan di pontamen
2. Kelainan thalamus
Kedua bola mata melihat ke hidung, dan tak dapat melihat ke atas,pupil kecil, reflek cahaya
lambat.
3. Kelainan pons
Kedua bola mata di tengah, bila dilakukan gerakan, Doll Eye M, pupilsebesar titik (pin point
pupil), reflek cahaya positif(+)
4. Kelainan di cerebellum
Kedua bola mata ditengah, pupil lebar, bentuk normal, reflek cahayapositif(+)
5. Kelainan di nervus III
Pupil di daerah terganggu melebar, reflek cahaya positif (+), pupil pada sisi sehat normal. Sering
terlihat pada herniasi tentorium, nervus III tertekan.

Reflek chepalik dari batang otak


Batang otak mempunyai banyak nucleas dan mempunyai reflek tertentu. Melalui reflek
tersebut dapat menilai bagian batang otak mana yangterganggu.
Reflek pupil (mesencpl) : reflek cahaya, reflek konsensual, reflek convergensi
1. Bila reflek cahaya tergangu atau negative maka terdapat gangguan di mesen cpl (bagian atas
batang otak).
2. Gerakan mata boneka (occulochepalic reflek), maka terjadi gangguan di pons
3. Occulo vestibuler reflek, terjadi gangguan di pons ( caloric test )
4 Reflek kornea, terjadi gangguan di pons
5. Occulo auditorik reflek, terjadi ganguan di MD

Referensi :

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_dir/e785a65c3e786fc1c92debcad569eeea.pdf

https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/44093324/PEMERIKSAAN-NEUROLOGIS.pdf?
1458901867=&response-content-disposition=attachment%3B+filename
%3DPEMERIKSAAN_NEUROLOGIS.

http://repository.unimus.ac.id/296/1/BUKU%20AJAR%20SISTEM%20SYARAF.pdf

Anda mungkin juga menyukai