Answer :
Definisi reflek bisep adalah Tes dengan mengetuk tendon otot bisep.
Biasanya ada kontraksi dari otot-otot bisep disertai dengan kedutan lengan bawah.
Pada lesi traksi kortikospinalis, ada refleks yang berlebihan. Pada lesi arkus refleks
perifer atau
kerusakan pada segmen traksi C5-C6 di sisi yang diuji, respon tertahan atau tidak
ada
Reflek trisep, reflek tendo dalam adalah reflek karena memunculkan kontraksi otot
triceps bracii tanpa di sengaja. Ini di prakarsai oleh daerah leher rahim ( daerah
leher) saraf tulang belakang 7 akar saraf ( segmen kecil saraf yang muncul dari
sumsum tulang belakang). reflek ini diuji sebagai bagian dari pemeriksaan
neurologis untuk menilai jalur sensorik dan disalam saraf tulang belakang C6 dan
C7.
Prosedur pemeriksaan
1. alat-alat yang digunakan
Palu reflek
Kapas
2.cara kerja
Posisi : pasien duduk dengan rileks, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan
sedikit pronosi, kita pegang lengan bawah pasien yang di fleksikan
Cara : perlu diketok pada tendon insersi m. tripces yang berada sedikit diatas
olekranon
Reflek Babinski Pada individu normal, stimulasi pada telapak kaki diikuti respon berupa fleksi
jari kaki. Responnya selalu cepat, jari-jari kecil lebih fleksi dibanding ibu jari dan reaksinya lebih
jelas pada stimulasi aspek posterior dan lateral daritelapak kaki. Reflek plantar yang normal
merupakan suatu reflek superfisial yang dipersarafi oleh segmen lumbal 4 sampai segmen
sakral 1 atau 2 melalui nervus tibial. Pada penyakit sistem kortikospinal terjadi kebalikan dari
reflek ini, reflek Babinski atau respon ekstensor plantar. Pada kondisi ini stimulasi telapak kaki
akan menimbulkan respon dorsofleksi jari-jari, terutama ibu jari, disertai pemekaran jari-jari
lainnya.
Tanda Babinski dibangkitkan dengan menstimulasi telapak kaki dengan ujung tumpul, bisa
dengan batang korek api, tusuk gigi, batang kayu, patahan tongue blade, atau dengan ujung
kunci. Beberapa pemeriksa mengggunakan ujung jari atau kuku ibu jari. Stimulasi sebaiknya
seringan mungkin, tetapi bila tidak ada respon yang timbul, benda yang lebih tajam dapat
digunakan dan dengan lebih kuat. Baik menggelitik (yang menimbulkan gerakan volunter)
maupun nyeri, yang dapat menimbulkan fleksi berulang sebagai respon nosiseptif, sebaiknya
dihindari. Stimulasi langsung dari tumit ke depan, sampai metatarsofalangeal, baik bagian
dalam serta luar kaki sebaiknya diperiksa. Bila respon sulit dibangkitkan, dapat dibangkitkan
dengan stimulasi aspek lateral kaki, yang berlanjut hingga dasar metatarsal dari jari kelima
hingga ibu jari kaki. Pasien harus dalam keadaan rileks dan akan lebih baik bila dalam posisi
terlentang dengan panggul dan lutut ekstensi serta tumitnya terletak pada tempat tidur. Bila
dalam posisi duduk, maka lutut harus dalam keadaan ekstensi, dengan kaki dipegang pemeriksa
pada lutut pemeriksa. Respon dapat diperkuat dengan memutar kepala pasien ke arah
berlawanan. Sedangkan respon dapat dihambat bila kaki dingin dan meningkat bila kaki hangat
walaupun stimulasi dingin diberikan untuk membangkitkan respon. Respon dapat dihilangkan
oleh fleksi lutut, dan pada 50% kasus, dihilangkan dengan membalut Esmarch pada tungkai.
Karakteristik respon yaitu lambat, tonik, kadang klonik, dorsofleksi ibu jari kaki dan pemekaran
jari lainnya serta pemisahan jari-jari. Kadang-kadang, terdapat respon cepat tapi singkat
diawalnya, yang kemudian diikuti fleksi, atau predominan fleksi diikuti ekstensi. Bisa juga hanya
terdapat ekstensi pada ibu jari, atau ekstensi ibu jari dan fleksi jari lainnya. Dorsofleksi atau
pemekaran jari dapat terjadi tidak bersamaan. Kadang fleksi ibu jari yang singkat mendahului
ekstensi. Bisa terdapat fleksi panggul dan lutut tanpa pergerakan jari-jari. Respon tergantung
pada bagian dan intensitas stimulus. Dengan stimulasi berulang gerakan ekstensi dapat
berkurang dan menjadi hilang. Fenomena ini dapat timbul sendiri dikenal sebagai formes
frustes, yang tidak signifikan. Pada kasus tertentu, respon dapat tidak timbul dengan stimulasi
plantar apapun. Hal ini sebagai konsekuensi bila tidak terdapat lesi LMN yang menyebabkan
paralisis baik ekstensi maupun fleksi, dan tanpa lesi saraf perifer. Bila terdapat paralisis pada
dorsofleksor, tidak akan ada respon Babinski. Variasi respon dan inkomplit respon kadang
disebut sebagai Babinski equivokal. Semua respon ini signifikan, dan pemeriksa harus
menjelaskan respon tersebut daripada menyatakan apakah respon Babinski ada apa tidak. Pada
individu dengan keterlambatan maturasi akibat trauma lahir atau dengan gangguan tumbuh
kembang, gangguan motorik serebral, defisiensi mental, diasumsikan respon plantar normal
terlambat, dan tanda Babinskinya menetap. Yakovlev menemukan bahwa kelelahan fisik yang
berkepanjangan atau berjalan 14 mil menimbulkan tanda Babinski pada 7% individu normal.
Penelitian menunjukkan pada mereka dengan tanda Babinski positif seperti keadaan diatas,
biasanya terlambat mulai bicara dan berjalan atau mengalami defisit intelektual; banyak
dengan riwayat kelahiran prematur atau konvulsi infantil. Pada perubahan sistem saraf saat
prenatal, natal atau neonatus, terutama pada pusat dan jalur kortikospinalis, sebagai akibat
abnormalitas tumbuh kembang, kelahiran prematur, trauma lahir, penyakit akut sistem saraf
saat bayi, dengan defisiensi mielin, yang bertanggung jawab adanya perkembangan tanda
Babinski. Kemudahan timbulnya respon merupakan indeks derajat abnormalitas. Beberapa
contoh tanda Babinski yang ditemukan pada pasien yang dihipnosis kembali ke masa kecil.
Tanda Babinski juga dapat ditimbulkan pada keadaan penurunan kesadaran atau pada tidur
dalam. Dapat juga ditimbulkan pada anestesia dalam dan narkosis, pada intoksikasi obat dan
alkohol, setelah elektrokonvulsif terapi, koma sekunder akibat metabolik, kondisi pasca trauma,
dan kondisi lain yang disetai penurunan kesadaran. Ditemukan juga pada kondisi pasca konvulsi
epilepsi, dan digunakan sebagai kriteria dalam diagnosa kejang organik, meskipun jarang,
kecuali pada periode penurunan kesadaran, dan mungkin manifestasi pada koma, terutama bila
unilateral, tanda fokal pada proses penyakit yang menyertai. Pada pernapasan Cheyne-Stokes
respon ekstensor dapat terjadi selama periode apneu, sedangkan pada fase respirasi aktif reflek
normal yang tampak. Pemulihan setelah anestesia dalam atau dari koma akibat intoksikasi
obat, seperti keracunan barbiturat, disertai hilangnya respon Babinski, munculnya reflek
superfisial, dan kembalinya reflek regang otot kembali ke normal. Tanda Babinski ditemukan
pada individu normal setelah injeksi scopolamine atau barbiturat dalam dosis tinggi, dan
fenomena laten Babinski timbul setelah injeksi dosis rendah. Injeksi pisostigmin pada dosis
fisiologis dapat menghilangkan reflek Babinski.
5. OTAK
- Pengamatan pola pernafasan, dapat menunjukkan letak dari proses
Cheyne stokes : proses di hemicerebral dan batang otak atas
Kusmaul : proses di batas mesencpl dan pons
Apnoutic breathing : proses di pons
Ataxing breathing : pernafasan cepat-dangkal dan tidak teratur, proses diformato reticule
batang otak
- Kelainan pupil dan bola mata( Penampang pupil, perbandingan pupil kanan dan kiri,
bentuk, reflek )
1. Defiasi conjugate
Kedua bola mata kesamping kearah hemicerebral yang terganggu.
Besar, penampang pupil dan reaksi reflek cahaya normal, menunjukkan kerusakan di pontamen
2. Kelainan thalamus
Kedua bola mata melihat ke hidung, dan tak dapat melihat ke atas,pupil kecil, reflek cahaya
lambat.
3. Kelainan pons
Kedua bola mata di tengah, bila dilakukan gerakan, Doll Eye M, pupilsebesar titik (pin point
pupil), reflek cahaya positif(+)
4. Kelainan di cerebellum
Kedua bola mata ditengah, pupil lebar, bentuk normal, reflek cahayapositif(+)
5. Kelainan di nervus III
Pupil di daerah terganggu melebar, reflek cahaya positif (+), pupil pada sisi sehat normal. Sering
terlihat pada herniasi tentorium, nervus III tertekan.
Referensi :
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_dir/e785a65c3e786fc1c92debcad569eeea.pdf
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/44093324/PEMERIKSAAN-NEUROLOGIS.pdf?
1458901867=&response-content-disposition=attachment%3B+filename
%3DPEMERIKSAAN_NEUROLOGIS.
http://repository.unimus.ac.id/296/1/BUKU%20AJAR%20SISTEM%20SYARAF.pdf