LANDASAN TEORI
1. Pengertian Perkawinan
Kedua kata ini yang terpakai dalam kehidupan sehari-hari orang Arab dan
2014: 35).
“alDlom” (( (الض ّمAmir Syarifuddin, 2014: 36). Arti ini sebagaiana yang
12
istilah fikih disebut jima’ mengingat bahwa persetubuhan adalah
kehidupan, dan menjadikan untuk kedua pihak sebara timbal balik hakhak
dan kewajiban”.
tersebut
pasal 1 dijelaskan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ada beberapa hal dari rumusan tersebut di atas yang perlu diperhatikan.
Pertama, digunakannya kata “seorang pria dengan seorang wanita” mengandung arti
bahwa perkawinan itu hanya terjadi dari jenis kelamin yang berbeda. Hal ini menolak
perkawinan sesama jenis yang sudah dilegalkan oleh beberapa negara Barat (Amir
bawha perkawinan itu berakibat pada bertemunya dua jenis kelamin yang berbeda dalam
rumah tangga, tidak hanya dalam konteks hidup bersama (Amir Syarifuddin, 2014: 40).
membentuk rumah tangga bahagia dan kekal, yang menafikan adanya perkawinan
perkawinan itu bagi Islam adalah periwtiwa agama dan dilakukan untuk memenuhi
Lain dari pada itu, Kompilasi Hukum Islam (KHI) juga memberi definisi
akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah
transaksi yang menghalakan yang semula haram. Halal dan haram yang
dimaksud dalam hal ini adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan
Sunnah Allah berarti menjadi kehendak atas dasar wadrat dan iradat Allah
dalam penciptaan alam ini. sedangkan sunnah Rasul adalah suatu tradisi
yang telah ditetapkan Rasul untuk dirinya sendiri dan ummatnya (Amir
2. Syarat-Syarat Perkawinan
terbagi menjadi dua bagian besar. Pertama adalah syarat perkawinan dalam
akibat hukum yang sah, perlu adanya regulasi yang lengkap. Diantara
regulasi yang dimaksud adalah adanya syarat sebagai hal yang harus
2007:280-283)
dalam hal ini adalah KHI- terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi
2) Harus mendapat ijin dari orang tua untuk calon mempelai yang
mempelai.
tahun 1974 tentang perkawinan, yakni diatur dalam pasal 6 dan pasal 7.
3. Rukun Perkawinan
penentu sah atau tidaknya suatu transaksi. Apabila syarat dan rukun tidak
Baik rukun dan syarat mengandung arti yang sama dalam hal
kapan dan di mana ia harus terpenuhi. Jika syarat harus terpenuhi sebelum
transaksi –yang dalam hal ini adalah perkawinan- maka rukun adalah hal
yang harus terpenuhi pada saat transaksi itu berlangsung. Sebab rukun
adalah unsur dari transaksi itu sendiri (Amir Syarifuddin, 2014: 59).
mahram dari calon istri, tidak terpaksa dalam menikah, sudah jelas
b Calon istri. Syarat calon istri diantaranya adalah bukan mahram dari
calon suami, calon istri harus jelas orangnya, calon istri tidak boleh
dalam ikatan perkawinan atau dalam masa iddah serta calon istri
t.th:102-103).
d. Dua saksi. Perkawinan adalah akad yang sakral yang berisi perjanjian
yang kuat yang akan menimbulkan akibat hukum jangka panjang. Oleh
karena itu adanya saksi diperlukan agar akad yang dilakukan tidak
t.th:102-103).
wali calon isteri kepadanya. Ijab qabul juga sering disebut akad nikah
B. Kemaslahatan Perkawinan
1. Pengertian Maslahat
masdar dari kata kerja salaha atau saluha yang secara etimologis berarti
789).
(pola) dan makna dengan kata manfaath. Kedua kata ini telah di-
lawan dari kata “madlarat” yang berarti rugi atau buruk (Asmawi,
2011:128).
kebaikan manusia’. Dalam artinya yang umum adalah setiap hal yang
manusia melalui sang Nabi yang agung, Nabi Muhammad SAW untuk
(http://elmisbah.wordpress.com/al-maslahah).
Dalam kajian filsafat hukum islam –atau yang sering disebut
yang diperselisihkan oleh para Ulama. Artinya kaidah ini tidak dipakai
adalah sesuatu yang tidak dapat dibuktikan oleh dalil nash tertentu dari
penolakannya”.
oleh syari’ serta tidak ada dalil syar’i yang mengakuinya atau
b. Maslahah hajiyah
tidak terpenuhi.
c. Maslahah tahsiniyah
(Asmawi, 2011:127).
setiap hal yang baik untuk menusiabaik dalam arti menarik atau
halhal yang baik atau kemanfaatan yang dikehendaki oleh Allah bagi
tatanan ilmu –atau dengan kata lain- dalam satu bidang keilmuan
beragama islam.
surat al-Nisa ayat 191 atau kewajiban isteri untuk taat pada suami dalam
rumah tangga.
2 . Isteri-isteri solihah adalah mereka yang taat dan menjaga harta suami dalam keadaan
sepi (saat suami tidak ada) sebagaimana Allah manjaganya.