Anda di halaman 1dari 7

Bismillah we heula.

Bismillah…

1. Komunikasi Ekstraselular

Sel saling berkomunikasi dan berinteraksi untuk menjalankan proses hidup, dalam
komunikasi tersebut, hal yang sangat penting adalah komitmen antar sel dimana keberadaan
suatu sel dalam jaringan dikarenakan diperlukan oleh sel yang lainnya. Konsep ini juga
menunjukkan bahwa dalam tingkatan sel sudah terdapat mekanisme homeostatis dan
keteraturan dengan adanya komunikasi yang seimbang antar sel tersebut. Apabila keberadaan
sel sudah tidak dibutuhkan dalam suatu jaringan yang dapat misal dikarenakan jumlah dalam
suatu jaringan sudah mencukupi, maka sel tersebut akan mengalami apoptosis. Kondisi
tersebut perlu dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi suatu bagian (jaringan atau organ)
untuk menunjang proses hidup organisme.

Kehidupan sel secara terus menerus dimonitor, dikelilingi, dan diatur oleh aktivitasnya
sendiri dan juga sesuai dengan komposisinya. Sel-sel juga berkomunikasi secara sengaja
dengan mengirimkan sinyal yang dapat diterima dan diterjemahkan oleh sel yang lainnya,
misalkan bau buah-buahan bagi manusia dan sebagian hewan merupakan tanda adanya
makanan. Sinyal yang terjadi pada sel termasuk di dalamnya adalah sinyal kimiawi
sederhana, gas, protein, cahaya, dan reaksi kimia. Sel memiliki banyak protein reseptor untuk
mendeteksi sinyal dan jalur yang rumit untuk menterjemahkan sinyal tersebut menjadi
sebuah respon.

Selain interaksi dan komunikasi yang mengharuskan sel-sel saling terhubung secara fisik,
maka bentuk komunikasi juga dapat terjalin dengan adanya sinyal yang dapat berfungsi
untuk menjalankan mekanisme tertentu dalam tubuh makhluk hidup. Sinyal untuk
komunikasi tersebut dilakukan dengan dikeluarkannya protein yang berperan sebagai pemicu
reseptor pada bagian sel yang lain sebagai kode untuk memulai dilakukannya suatu
mekanisme tertentu dalam sel.

Sel dapat memberi sinyal satu sama lain dan menafsirkan sinyal yang mereka terima dari
sel lain dan lingkungan. Sinyal tersebut dapat berupa cahaya dan sentuhan, tetapi yang paling
sering adalah zat kimia. Jalur reson yang ditunjukkan di sini dipicu oleh molekul pensinyalan
yang disebut epinefrin. Serangkaian kecil mekanisme pensinyalan sel yang sama muncul
berulang kali pada spesies yang beragam, dalam proses mulai dari pensinyalan bakteri hingga
perkembangan embrio hingga kanker.

A. Tahapan Komunikasi Sel

Penelitian awal Sutherland menyiratkan bahwa proses yang berlangsung di ujung


penerima pada percakapan selular dapat dibagi menjadi tahap: penerimaan, transduksi,
dan respons. Berikut penjelasan mengenai tahap komunikasi sel:

1. Penerimaan (reception). Penerimaan adalah ketika sel target mendeteksi molekul


sinyal yang berasal dari luar sel. Sinyal kimiawi ‘terdeteksi’ ketika molekul sinyal
berikatan dengan protein reseptor yang terletak di permukaan sel atau di dalam sel.
2. Transduksi (transduction). Pengikatan molekul sinyal mengubah protein reseptor
dengan suatu cara, sehingga menginisiasi proses transduksi. Tahap transduksi
mengubah sinyal menjadi bentuk yang dapat menyebabkan respons selular spesifik.
Dalam sistem Sutherland, pengikatan epinefrin ke protein reseptor pada membran
plasma sel hati menyebabkan aktivasi glikogen fosforilase. Transduksi terkadang
terjadi dalam satu langkah saja, namun lebih sering membutuhkan suatu urutan
perubahan dalam serangkaian molekul yang berbeda-jalur transduksi sinyal.
Molekul-molekul dalam jalur ini seringkali disebut molekul relai (relay molecule)
3. Respons (response) Pada tahap ketiga pensinyalan sel, sinyal yang ditransduksikan
akhirnya memicu respons selular spesifik. Respons ini mungkin merupakan aktivitas
selular apa pun yang bisa dibayangkan- misalnya katalisis oleh suatu enzim
(misalnya, glikogen fosforilase), penyusunan ulang sitoskeleton atau aktivasi gen-gen
dalam nukleus. Proses pensin an sel membantu memastikan bahwa aktivitas-aktivitas
krusial seperti ini berlangsung dalam sel yang benar, pada waktu yang tepat, dan
dalam koordinasi yang sesuai dengan sel-sel lain pada organisme tersebut
Gambar 2.2.1 Tahapan Pensinyalan Sel (Champbell, 2008)

B. Macam-Macam Interaksi Sel

Sistem komunikasi suatu sel berperan teramat penting dalam memnentukan respon
seluler yang akan dilakukan oleh sel. Seluruh peristiwa yang terangkum dalam dogma
biologi molekuler diawali oleh adanya aktivitas komunikasi. Untuk dapat menjalankan
aktivitas komunikasi tersebut sebuah sel (eukariotik) dilengkapi berbagai jenis reseptor
yang terdapat di membrane plasmanya. Reseptor ini biasanya meupakan bagian structural
dari protein integral yang terdapat di sela-sela lemak lapis ganda. Sel berinteraksi dengan
sel lain dengan cara komunikasi langsung atau dengan mengirimkan sinyal kepada sel
target.

1) Komunikasi Kontak Langsung


Sel dapat berkomunikasi dengan cara kontak langsung. Baik sel hewan maupun sel
tumbuhan memiliki sambungan sel yang bila memang ada memberikan kontinuitas sitoplasmik
diantara sel-sel yang berdekatan. Dalam hal ini, bahan pensinyalan yang larut dalam sitosol dapat
dengan bebas melewati sel yang berdekatan. Disamping itu sel hewan mungkin berkomunikasi
melalui kontak langsung diantara molekul-molekul pada permukaannya. Seperti sel bakteri, sel-
sel dalam organisme multisel biasanya berkomunikasi melalui molekul pemberi sinyal yang
ditargetkan untuk sel yang mungkin atau mungkin tidak berbatasan langsung. Sel eukariotik
dapat berkomunikasi melalui kontak langsung, salah satu jenis pensinyalan lokal. Baik hewan
maupun tumbuhan memiliki sambungan sel yang, jika ada, langsung menghubungkan sitoplasma
sel yang berdekatan. Dalam kasus ini, zat pemberi sinyal yang dilarutkan dalam sitosol dapat
lewat dengan bebas di antara sel yang berdekatan. Selain itu, sel hewan dapat berkomunikasi
melalui kontak langsung antara molekul permukaan sel yang terikat membran dalam proses yang
disebut pengenalan sel-sel. Pemberian sinyal lokal semacam ini sangat penting dalam
perkembangan embrio dan respons imun.
2) Pensinyalan Parakrin

Pada pensinyalan parakrin, sel pensekresi bertindak pada sel target didekatnya dengan
melepas molekul pengatur local ke dalam fluida ekstraseluler. Dalam banyak kasus
pensinyalan lokal lainnya, molekul kurir disekresikan oleh sel pensinyalan. Beberapa dari
perjalanan ini hanya menempuh jarak pendek; regulator lokal seperti itu mempengaruhi
sel di sekitarnya. Salah satu kelas regulator lokal pada hewan, faktor pertumbuhan,
adalah senyawa yang merangsang sel target di dekatnya untuk tumbuh dan membelah.
Banyak sel dapat secara bersamaan menerima dan menanggapi molekul faktor
pertumbuhan yang dihasilkan oleh satu sel di sekitarnya.
3) Pensinyalan Sinaptik

Pada pensinyalan sinaptik, sel saraf melepaskan molekul neurotransmitter ke dalam sinapsis
antara sel lain. An electrical signal along a nerve cell triggers the secretion of neurotransmitter
molecules. These molecules act as chemical signals, diffusing across the synapse—the narrow
space between the nerve cell and its target cell—triggering a response in the target cell. Sinyal
listrik di sepanjang sel saraf memicu sekresi molekul neurotransmitter. Molekul-molekul ini
bertindak sebagai sinyal kimia, berdifusi melintasi sinaps — ruang sempit antara sel saraf dan sel
targetnya — memicu respons dalam sel target.

4) . Pensiyalan Endoktrin/Hormonal
Hormone mensinyal sel target pada jarak yang lebih jauh. Pada hewan, sel endokrin
terspesialisasi mensekresi hormone ke dalam cairan tubuh yaitu darah. Hormone dapat
mencapai hamper seluruh sel tubuh, tetapi, jika dengan pengatur local. Hanya sel target
spesifik yang mengenali dan merespons sinyal kimiawi yang diberikan. Hewan dan
tumbuhan menggunakan bahan kimia yang disebut hormon untuk pensinyalan jarak
jauh. Dalam pensinyalan hormonal pada hewan, juga dikenal sebagai pensinyalan
endokrin, sel-sel khusus melepaskan molekul hormon, yang melakukan perjalanan
melalui sistem peredaran darah ke bagian tubuh lainnya, di mana mereka mencapai sel-
sel target yang dapat mengenali dan merespons hormon. Hormon tumbuhan (sering
disebut zat pengatur tumbuh) terkadang berjalan dalam pembuluh tetapi lebih sering
mencapai targetnya dengan bergerak melalui sel atau dengan berdifusi melalui udara
sebagai gas. Hormon sangat bervariasi dalam ukuran dan jenis, seperti halnya pembuat
peraturan lokal. Misalnya, hormon tanaman etilen, gas yang mendorong pematangan
buah dan membantu mengatur pertumbuhan, adalah hidrokarbon yang hanya terdiri dari
enam atom (C2H4), cukup kecil untuk melewati dinding sel. Sebaliknya, hormon insulin
mamalia, yang mengatur kadar gula dalam darah, adalah protein dengan ribuan atom.

Aktivasi Reseptor pada Permukaan sel


Terdapat 4 kelompok reseptor :
1. Reseptor terikat protein G
Ligand-reseptor aktifasi protein G aktifasi/ hambat suatu enzim, mengaktivasi
ion channel (second messenger). Contoh : reseptor untuk epinefrin, serotonin dan glukagon.
2. Reseptor Ion Channel
Ligand-reseptor perubahan konformasi reseptor aliran ion tertentu (K, Na, Ca, Cl) ubah
potensial elektris pada membran sel. Contoh : reseptor asetilkolin
3. Reseptor yang berikatan dengan tirosin kinase
Reseptor tidak memiliki aktivitas katalitik.
Ligand-reseptor stimulasi dimerisasi reseptor interaksi dengan protein tirosin kinase pada
sitosol. Contoh : Faktor tumbuh.

4. Reseptor yang memiliki aktivitas enzimatis intrinsik


Reseptor memiliki aktivitas katalitik intrinsik.
Ligand-reseptor katalisasi GTP cGMP (sebagai protein fosfatase) mengkatalisasi pelepasan
fosfat dari fosfotirosin (reseptor tirosin kinase). Contoh : reseptor insulin.

1. Komunikasi Intrasel
2. Regulasi Siklus Sel

Anda mungkin juga menyukai