Abstrak
Lirik lagu " Indonesia Raya", karya komponis W.R. Supratman, juga merupakan
karya sastra. Sebagai karya satra, ia memiliki struktur atau sistem dan tanda yang
bermakna. Strukturnya, terdiri atas beberapa fenemena dan elemen, seperti:
ponologi, morpologi, sintaktsis, semantik, dan semiotik, tetapi mereka mempunyai
relasi dengan total makna dalam lirik. Vokal /u/ diulang tiga kali, sebagai contoh,
merupakan relasi dengan kata-kata: "Negriku yang Kucinta", "aku", "kita",
"bersatu", "Indonesia", dan "Raya". Kemudian repetasi dan koneksi adalah tanda
kesatuan dari masyarakat Indonesia sebagai dasar jiwa yang cinta dan kebenaran dari
persahabatan seluruh peradaban daerah "Indonesia Raya". Artikel ini memuat tiga
struktur analisis lagu, yaitu lirik, struktur, dan makna.
lainnya yang terlibat dalam situasi itu. melahirkan kita" berarti "orang yang
Makna penuh suatu satuan atau mempertaruhkan jiwanya untuk kita", dan
pengalaman dapat dipahami hanya jika "orang yang mempertaruhkan jiwanya
terintegrasi ke dalam struktur yang untuk kita" berarti "orang yang mencintai
merupakan keseluruhan dalam satuan- kita". Penjelasan lebih lanjut mengenai
satuan itu. Antara unsur-unsur struktur makna karya sastra dan lirik lagu
itu ada koherensi atau pertautan erat; diberikan di bagian lain tulisan ini.
unsur-unsur itu tidak otonom, melainkan
merupakan bagian dari situasi yang rumit C. Pendekatan Struktural terhadap
dan dari hubungannya dengan bagian Karya Sastra
lain, unsur itu mendapatkan artinya Baik Teeuw maupun Pradopo
(Pradopo, 2003: 108 -111,141 - 143). sependapat bahwa karya sastra adalah
Lirik lagu, sebagaimana disebutkan artefak atau benda mati, baru mempunyai
oleh C. Sumarni, pada dasarnya juga makna dan menjadi obyek estetik bila
merupakan karya sastra, khususnya puisi, diberi arti oleh manusia pembaca,
karena lirik lagu, seperti puisi, mengacu sebagaimana artefak peninggalanmanusia
kepada konvensi bahasa dan konvensi purba mempunyai arti bila diberi makna
sastra. Menurut Pradopo, konvensi oleh arkeolog (Teeuw, dalam Pradopo,
bahasa adalah kesepakatan sistem atau 2003: 106). Atas dasar ini, untuk
struktur ketandaan tingkat pertama, memberi makna kepada karya sastra,
sedangkan konvensi sastra adalah dibutuhkan suatu cara atau pendekatan
kesepakatan sistem atau struktur Struktural karena karya sastra,
ketandaan tingkat kedua yang juga dapat sebagaimana dijelaskan di muka,
disebut konvensi tambahan. Untuk merupakan sistem atau struktur tanda
mengungkapkan sebuah makna, pertama bermakna. Dalam pendekatan ini, karya
kali lirik lagu/karya sastra menggunakan sastra dipandang sebagai struktur, semua
bahasa sebagai medianya. Bahasa, unsur yang membentuk struktur itu dan
sebelum menjadi unsur sastra, sudah keterkaitannya satu sama lain dianalisis
mempunyai arti sendiri atau meaning. untuk mendapatkan makna keseluruhan
Kemudian, arti bahasa itu ditingkatkan karya sastra itu.
menjadi makna atau significance oleh/ Mengenai pendekatan Struktural ini,
berkat konvensi sastra. Arti atau meaning Teeuw memberikan penjelasan sebagai
menjadi makna atau significance itu berikut. Analisis Struktural bertujuan
ditentukan oleh konvensi sastra atau untuk membongkar dan memaparkan
konvensi tambahan, yaitu konvensi yang secermat, seteliti, semendetil, dan
ditambahkan kepada konvensi bahasa. Jadi mendalam mungkin keterkaitan dan
makna lirik lagu/karya sastra itu bukan keterjalinan semua anasir dan aspek karya
semata-mata arti bahasa, melainkan arti sastra yang bersama-sama menghasilkan
bahasa mendapatkan arti tambahan oleh makna menyeluruh. Yang terpenting
konvensi tambahan itu (Pradopo, 2003: dalam analisis Struktural adalah justru
107). Kata "ibu" dalam sebuah lirik lagu sumbangan yang diberikan oleh semua
atau puisi, misalnya, menurut konvensi gejala semiotik, seperti inversi sintaksis,
bahasa, berarti "orang yang melahirkan pengulangan bunyi, dan lain-lain, pada
kita". Tetapi, menurut konvensi sastra keseluruhan makna, dalam keterkaitan
kata itu dapat bermakna "orang yang dan keterjalinannya, juga dan justru
mencintai kita" karena "orang yang antara berbagai tataran: fonik,
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI
morfologis, sintaksis dan semantik. dan homophonic). Bunyi yang sama atau
Gejala bunyi dalam analisis struktural diulang itu adalah /ber/,/ra/, /kit/,/re/,
sajak, misalnya, disemantikkan, diberi /nang/,/sa/,/se/,/hu/,/lu/, dan /an/.
makna lewat interaksinya dengan gejala Morfim yang diulang itu adalah ber-.
makna kata, atau sebaliknya (Teeuw, 1984: Kata-kata yang diulang itu adalah "rakit",
135-36). "renang", "sakit", dan "senang". Larik
Seorang pembaca, sebelum pertama sejajar dengan larik ketiga, dan
memahami/memberi makna kepada larik kedua sejajar dengan larik keempat.
karya sastra, terlebih dahulu harus Secara linguistik/ menurut konvensi
mempunyai keyakinan bahwa karya sastra bahasa, pengulangan bunyi/kata/morfim
merupakan sistem atau struktur tanda dan kesejajaran larik itu tidak mempunyai
sehingga di dalamnya pasti ada sesuatu arti, tetapi menurut konvensi sastra
yang patut dicurigai sebagai tanda gejala-gejala sastra seperti itu mempunyai
bermakna. Dengan keyakinan itu, maka efek puitis yang sangat kuat terhadap
segalanya yang ada dalam karya sastra itu, pembentukan makna sajak itu. Makna
seperti keteraturan suku kata, yang dapat tertangkap dari sajak itu
pengulangan fonetik, susunan tipografi, adalah bahwa kalau manusia
banyaknya kata sifat, struktur kalimat, menginginkan sesuatu yang terbaik,
panjang pendeknya kalimat atau teks, manusia harus berusaha bekerja keras
kata-kata deiktik, keseluruhan organik untuk mencapainya. Keinginan terhadap
teks, tema teks, ketidaklangsungan arti sesuatu yang terbaik itu ditunjukkan oleh
teks, dan lain-lain, semua itu dapat larik ke dua dan ke empat, sedangkan
dianggap sebagai tanda. Semuanya yang keharusan berusaha bekerja keras untuk
dapat diamati dan diidentifikasikan, dari mencapai keinginan itu ditunjukkan oleh
hal yang terkecil sampai ke hal yang larik pertama dan ke tiga. Meskipun
kompleks, dapat menjadi tanda. Dengan menurut konvensi bahasa atau secara
kata lain, seorang pembaca untuk denotatif, larik pertama, misalnya, berarti
memberi makna kepada karya sastra, "berusaha menaiki alat transportasi
harus memperhatikan faktor-faktor yang sungai sederhana menuju ke pusat
berperan dalam pemaknaan karya sastra, sumber air yang dalam dan berbahaya"
yaitu konvensi bahasa dan konvensi sastra dan larik ke dua berarti "berusaha
yang ada di dalamnya.
menggerak-gerakkan badan di dalam air
Sebuah sajak berikut ini dianalisis
agar maju menuju ke bagian tepi sungai
untuk menggambarkan uraian diatas.
yang dangkal dan tidak berbahaya", tetapi
Sajak itu berbunyi:
secara konotatif atau menurut konvensi
Berakit-rakit kehulu sastra makna tersebut tersirat secara tidak
Berenang-renang ke tepian langsung melalui larik-lariknya itu. Jadi,
Bersakit-sakit dahulu semua gejala: fonologis, morfologis,
Bersenang-senang kemudian. sintaksis, dan semantik saling terkait satu
(Pradopo, 2003: 131) sama lain, dan masing-masing
Menurut ilmu Phonetics, salah satu memberikan sumbangan yang besar
cabang dari ilmu Unguistics, ada bunyi- terhadap makna keseluruhan sajak itu
bunyi yang sama dalam kata-kata dan
larik-larik dari sajak itu sehingga terjadi
pengulangan bunyi/kata/morfim dan D. Struktur Lirik Lagu "Indonesia
kesejajaranlarik-lariknya (sifat homologous Raya"
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI
"Indonesia Raya" itu? Kata "raya" dapat cinta kasih", adalah "bersatu yang
ditinjau dari arti denotatifnya, yaitu didasari oleh semangat persaudaraan
"besar". "Besar" identik dengan "kuat", sejati" sehingga meskipun aku memiliki
"tahan uji", "jaya", atau "megah". Jadi latar belakang budaya, agama, politik,
"Indonesia Raya" berarti "Indonesia yang kepribadian, dan lain-lain, yang berbeda
kuat, tahan uji, jaya, atau megah". dengan orang lain di Indonesia ini, kita
Kemudian, timbul pertanyaan berikutnya (aku, dan orang lain) "tetap bersatu"
: Agar "Indonesia menjadi kuat, tahan uji, karena pada dasarnya kita semua adalah
jaya, atau megah,aku harus bagaimana?" "bersaudara". "Hiduplah semuanya,
Agar "Indonesia menjadi kuat, tahan uji, bangunlah jiwa raganya" menunjukkan
jaya, atau megah aku harus mencintai- bahwa karena adanya "semangat
Nya". Setelah itu, muncul pertanyaan persaudaraan sejati" itu, semuanya akan
selanjutnya: Mengapa "aku harus menjadi hidup, bersemangat, sehat
mencintai-Nya"?. "Aku harus jasmani dan rohani, dan akan
mencintai-Nya" karena "Indonesia memberikan yang terbaik kepada bangsa
sendiri mencintaiku juga". Indonesia dan negaranya. Seorang hakim, misalnya,
adalah representasi dari setiap warga akan menjatuhkan hukuman yang seadil-
bangsa sehingga setiap warga bangsa adilnya terhadap siapa saja atau lembaga
harus mencintai bangsanya sendiri. apapun yang merusak lingkungan
Dengan kata lain, sebagai warga bangsa, sehingga menjadi jera, dan kelestarian
setiap warga bangsa harus saling lingkungan akan tetap terjaga. Seorang
mencintai. Semua itu dijelaskan dalam guru akan mendidik siswanya sedemikian
ketiga bagian tersebut. rupa sehingga siswanya akan menjadi
Bagian awal memberi introduksi orang yang pandai dan berakhlak mulia.
dasar/fundamental, yaitu bahwa Seorang siswa akan tekun dan rajin
hubungan Indonesia dengan aku dapat belajar demi kemajuan dirinya dan
diumpamakan seperti hubungan ibuku kejayaan negerinya.
dengan aku yang kedua-duanya saling Bagian akhir merupakan
memberi cinta kasihnya. Kata "ibuku" kesimpulan dari apa yang telah di
berarti "orang yang melahirkan aku". introduksikan dan diuraikan di atas.
"Orang yang melahirkan aku" berarti Kesimpulannya adalah " agar Indonesia
"orang yang mempertaruhkan jiwanya Raya yang dicita-citakan itu terwujud, kita
untuk aku". "Orang yang semua, sebagai warga bangsa, dari segala
mempertaruhkan jiwanya untuk aku" lapisan dan kalangan masyarakat, wajib
berarti "orang yang mencintaiaku". Jadi, berkarya atas dasar semangat cinta kasih
kata "ibuku" berarti "orang yang atau persaudaraan sejati sehingga
mencintai aku". Dengan demikian, aku Indonesia akan menjadi kuat karena
merasa wajib untuk mencintai ibuku, sungguh-sungguh merdeka atau bebas
sebagaimana seorang pandu atau dari segala bentuk kemiskinan,
pramuka yang secara ikhlas atau rela kebodohan, kekerasan, ketidak adilan, dan
berkorban menolong orang lain yang penindasan yang menyengsarakan
membutuhkan bantuan atau pertolongan. warganya". Berdasarkan kesimpulan itu,
Bagian pertengahan merupakan isi dapat diperoleh maknanya, yaitu bahwa
yang menguraikan ungkapan nyata dari dengan semangat cinta kasih atau
cinta kasihku terhadap Indonesia. persaudaraan sejati diantara warga
Konsep " bersatu yang dilandasi oleh bangsa, bangsa Indonesia akan dapat
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI