Anda di halaman 1dari 9

HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Analisis Struktur Lirik Lagu "Indonesia Raya"


Ciptaan W.R. Supratman
(Structure Analysis of the Lyrics of the Song "Indonesia Raya" Composed by
W.R. Supratman)

F.X. Nugroho HP.


Staf Pengajar Jurusan Musik, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Abstrak

Lirik lagu " Indonesia Raya", karya komponis W.R. Supratman, juga merupakan
karya sastra. Sebagai karya satra, ia memiliki struktur atau sistem dan tanda yang
bermakna. Strukturnya, terdiri atas beberapa fenemena dan elemen, seperti:
ponologi, morpologi, sintaktsis, semantik, dan semiotik, tetapi mereka mempunyai
relasi dengan total makna dalam lirik. Vokal /u/ diulang tiga kali, sebagai contoh,
merupakan relasi dengan kata-kata: "Negriku yang Kucinta", "aku", "kita",
"bersatu", "Indonesia", dan "Raya". Kemudian repetasi dan koneksi adalah tanda
kesatuan dari masyarakat Indonesia sebagai dasar jiwa yang cinta dan kebenaran dari
persahabatan seluruh peradaban daerah "Indonesia Raya". Artikel ini memuat tiga
struktur analisis lagu, yaitu lirik, struktur, dan makna.

Kata Kunci: Lirik, Struktur, makna

A. Pendahuluan dari Negara Kesatuan Republik


"Persatuan Indonesia" masih Indonesia (NKRI).
menjadi persoalan yang amat berat bagi Persoalan di atas disebabkan oleh
bangsa Indonesia. Lebih-lebih dengan pemahaman mengenai "persatuan
pelaksanaan otonomi daerah dan Indonesia" yang masih sempit dan
pemberdayaan demokrasi, persoalan itu dangkal. Selama ini, "persatuan" hanya
menjadi semakin berat. Semangat diartikan sama dengan keseragaman, atau
kedaerahan dan pelaksanaan demokrasi kesamaan wilayah, daerah, suku, ras,
yang kebablasan atau berlebihan, dapat agama, budaya, golongan, dan pendapat.
menimbulkan pertikaian atau bentrokan Apabila sekelompok orang memakai
antar daerah, suku, ras, agama, golongan, pakaian batik dengan pola dan warna
atau warga. Bahkan, di daerah-daerah yang sama, misalnya, maka dikatakan
tertentu seperti di Aceh, Maluku, dan mereka "bersatu". Demikian pula apabila
Papua, telah terjadi pergolakan yang tidak sekelompok orang mendirikan sebuah
hanya menuntut otonomi saja tetapi organisasi dengan faham atau ideologi
pembentukan negara baru yang terlepas tertentu, maka dikatakan mereka telah
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

membentuk "ikatan persatuan diantara sejati, sebagimana dijelaskan di atas,


mereka". Dengan pemahaman seperti itu, adalah makna dari struktur link lagu itu.
"persatuan Indonesia" menjadi sangat Sebagai struktur, lirik lagu itu tersusun
rapuh. dari berbagai unsur: fonologis, morfologis,
Padahal dalam arti yang sebenarnya, sintaksis, dan semantik, dengan gejala
"persatuan Indonesia" adalah persatuan semiotiknya sendiri-sendiri, tetapi semua
yang dilandasi oleh semangat cinta kasih unsur itu saling terkait satu sama lain, dan
atau persaudaraan sejati diantara warga membentuk makna struktur lirik lagu
bangsa. Pendapat ini selaras dengan apa itu. Vokal /u/ yang diulang sampai
yang dikatakan oleh Drijarkara, yaitu empat (4) kali, misalnya, terkait dengan
bahwa sebagai makhluk sosial, manusia kata-kata "Negriku yang kucinta", "aku",
harus menjadi anggota masyarakat dan "kita", "bersatu", "Indonesia", dan
hanya dapat berkembang dengan dan "Raya". Pengulangan dan keterkaitan itu
dalam kesatuan dengan sesama manusia menunjukkan pengertian bahwa setiap
(Drijarkara, 1984: 1). Dengan pandangan warga bangsa wajib saling menjalin
seperti itu, maka lalu "persatuan hubungan yang dilandasi oleh semangat
Indonesia" tidak lagi memandang latar cinta kasih atau persaudaraan sejati,
belakang seseorang. Seorang warga sehingga semua warga bangsa betul-betul
bangsa akan selalu menjalin hubungan bersatu untuk mencapai "Indonesia
persatuan/ persahabatan yang tulus Raya". Jadi untuk menemukan maknanya,
dengan siapa saja dari segala golongan seorang pembaca harus mengetahui
dan lapisan masyarakat manapun. Dari konvensi ketandaan dari struktur lirik lagu
lubuk hatinya yang paling dalam, seorang itu, dan keterkaitan unsur-unsur itu dalam
warga bangsa merasa bahwa dirinya pembentukan maknanya.
merupakan bagian/anggota dari keluarga Artikel ini berusaha menganalisis
besar bangsa Indonesia, dan dengan struktur lirik lagu itu untuk menemukan
demikian akan memberikan yang terbaik maknanya. Karena lirik lagu dan karya
bagi bangsa dan negaranyademi kejayaan sastra merupakan struktur atau sistem
Indonesia. Konsep persatuan seperti itu tanda bermakna, maka untuk
akan dapat menerobos dinding-dinding memahaminya/memaharni maknanya,
pemisah yang menimbulkan adanya diperlukan teori tentang pendekatan
perbedaan-perbedaan dalam masyarakat struktural sebagai dasar analisis. Dan
sehingga "persatuan Indonesia" akan artikel ini bertujuan membantu pembaca
menjadi kokoh. Sementara itu, menurut agar lebih memahami apa sebenarnya
C. Sumarni lirik sebuah lagu pada makna dari "persatuan Indonesia" yang
dasarnya juga sebuah puisi (Sumarni, tersurat dan tersirat dalam/melalui
2001: 62). Puisi termasuk karya sastra. struktur lirik lagu itu. Dengan demikian,
Mengenai karya sastra, Pradopo membicarakan maknanya adalah penting
berpendapat bahwa karya sastra karena dengan membicarakannya, wawasan
merupakan struktur atau sistem tanda pembaca tentang "persatuan Indonesia"
yang bermakna (Pradopo, 2003, 108). akan menjadi lebih luas sehingga
Dengan demikian, lirik lagu, seperti lirik implementasi maknanya akan lebih
lagu "Indonesia Raya", ciptaan W.R. mengena.
Supratman, juga merupakan struktur
atau sistem tanda yang bermakna. Konsep
"persatuan Indonesia" yang didasari oleh
semangat cinta kasih atau persaudaraan
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

dan alinea atau bait, dengan gejala


B. Karya Sastra dan Link Lagu semiotiknya sendiri-sendiri. Namun
sebagai Sistem atau Struktur Tanda masing-masing unsur itu saling terkait
Bermakna atau terjalin satu sama lain sedemikian
rupa sehingga menghasilkan makna karya
Segala sesuatu asalkan mengacu sastra secara keseluruhan. Unsur sekecil
kepada suatu obyek, pengertian, makna, apapun akan memberikan kontribusinya
ide, atau nilai-nilai, adalah tanda atau dalam pembentukan makna keseluruhan
menjadi tanda. Kata, gerakan isyarat, karya sastra itu.
lampu/rambu lalu lintas, tiupan peluit, Menurut teori Aristoteles, dalam
gambar, kehidupan manusia, peristiwa, Teeuw, sebagai struktur, karya sastra
keadaan, bangunan, struktur karya sastra, harus memenuhi empat syarat utama,yaitu
struktur film, musik/lagu, dan lain-lain order, unity, compexity, dan coherence.
adalah tanda. Kata "ibu", misalnya, Khusus untuk cerita atau prosa,
menunjuk kepada sebuah obyek yang dijelaskan bahwa order adalah urutan/
disebut ibu, yang mempunyai arti: "orang aturan; urutan aksi harus teratur, harus
yang melahirkan kita". "Anggukan menunjukkan konsekuensi dan konsistensi
kepala" mengacu kepada suatu obyek yang masuk akal terutama harus ada
yang berupa gerakan menganggukan awal, pertengahan, dan akhir yang tidak
kepala yang menandakan "persetujuan". sembarangan. Semua unsur dalam plot
"Lampu merah" di perempatan jalan
harus ada dan tidak bisa bertukar tempat
raya menunjuk kepada sebuah obyek yang
tanpa mengacaukan atau membinasakan
berwujud lampu lalu lintas berwarna
keseluruhannya; pengertian itu disebut
merah, yang berarti "Disini anda harus
unity. Kemudian, complexity menunjukkan
berhenti". " Tiupan peluit" bapak polisi
keluasan ruang lingkup dan kekomplekkan
mengacu kepada suatu obyek yaitu tindakan
karya sehingga perkembangan peristiwa
meniup peluit yang dilakukan oleh bapak
yang masuk akal dapat dimungkinkan.
polisi di jalan raya yang dapat berarti
Akhirnya, coherence berarti bahwa
"Anda telah melanggar rambu lalu
lintas". Bunga "mawar merah" dan sastrawan tidak bertugas untuk menyebut
"melati putih" dapat bermakna " cinta hal-hal yang sungguh-sungguh terjadi,
yang membara" dan "cinta yang tulus". tetapi hal-hal yang mungkin atau harus
Karena pengertian tanda yang memang terjadi dalam rangka keseluruhan plot itu,
luas seperti itu, maka sangat mungkin atas dasar tuntutan konsistensi dan logika
bahwa semuanya, ter masuk karya seni, ceritanya (Aristoteles, dalam Teeuw, 1984:
sebagaimana ditegaskan oleh Sumbo 121 - 122).
Tinarbuko, dapat dipandang sebagai Rachmad Djoko Pradopo
tanda-tanda atau bahasa (Tinarbuko, mengemukakan pandangannya yang pada
dalam Nugroho, 2003: 85). dasarnya sama dengan pendapat diatas
Karya sastra adalah karya seni. sebagai berikut. Karya sastra adalah
Oleh karena itu, karya sastra juga struktur yang merupakan susunan
merupakan tanda, dan sebagai tanda keseluruhan yang utuh. Antara bagian-
karya sastra merupakan sistem atau bagiannya saling erat berhubungan. Tiap
struktur. Sebagai sistem atau struktur, unsur dalam situasi tertentu tidak
karya sastra tersusun dari berbagai mempunyai arti dengan sendirinya,
macam unsur, seperti fonim, morfim, melainkan artinya ditentukan oleh
suku kata, kata, frasa, kalimat atau larik, hubungannya dengan unsur-unsur
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

lainnya yang terlibat dalam situasi itu. melahirkan kita" berarti "orang yang
Makna penuh suatu satuan atau mempertaruhkan jiwanya untuk kita", dan
pengalaman dapat dipahami hanya jika "orang yang mempertaruhkan jiwanya
terintegrasi ke dalam struktur yang untuk kita" berarti "orang yang mencintai
merupakan keseluruhan dalam satuan- kita". Penjelasan lebih lanjut mengenai
satuan itu. Antara unsur-unsur struktur makna karya sastra dan lirik lagu
itu ada koherensi atau pertautan erat; diberikan di bagian lain tulisan ini.
unsur-unsur itu tidak otonom, melainkan
merupakan bagian dari situasi yang rumit C. Pendekatan Struktural terhadap
dan dari hubungannya dengan bagian Karya Sastra
lain, unsur itu mendapatkan artinya Baik Teeuw maupun Pradopo
(Pradopo, 2003: 108 -111,141 - 143). sependapat bahwa karya sastra adalah
Lirik lagu, sebagaimana disebutkan artefak atau benda mati, baru mempunyai
oleh C. Sumarni, pada dasarnya juga makna dan menjadi obyek estetik bila
merupakan karya sastra, khususnya puisi, diberi arti oleh manusia pembaca,
karena lirik lagu, seperti puisi, mengacu sebagaimana artefak peninggalanmanusia
kepada konvensi bahasa dan konvensi purba mempunyai arti bila diberi makna
sastra. Menurut Pradopo, konvensi oleh arkeolog (Teeuw, dalam Pradopo,
bahasa adalah kesepakatan sistem atau 2003: 106). Atas dasar ini, untuk
struktur ketandaan tingkat pertama, memberi makna kepada karya sastra,
sedangkan konvensi sastra adalah dibutuhkan suatu cara atau pendekatan
kesepakatan sistem atau struktur Struktural karena karya sastra,
ketandaan tingkat kedua yang juga dapat sebagaimana dijelaskan di muka,
disebut konvensi tambahan. Untuk merupakan sistem atau struktur tanda
mengungkapkan sebuah makna, pertama bermakna. Dalam pendekatan ini, karya
kali lirik lagu/karya sastra menggunakan sastra dipandang sebagai struktur, semua
bahasa sebagai medianya. Bahasa, unsur yang membentuk struktur itu dan
sebelum menjadi unsur sastra, sudah keterkaitannya satu sama lain dianalisis
mempunyai arti sendiri atau meaning. untuk mendapatkan makna keseluruhan
Kemudian, arti bahasa itu ditingkatkan karya sastra itu.
menjadi makna atau significance oleh/ Mengenai pendekatan Struktural ini,
berkat konvensi sastra. Arti atau meaning Teeuw memberikan penjelasan sebagai
menjadi makna atau significance itu berikut. Analisis Struktural bertujuan
ditentukan oleh konvensi sastra atau untuk membongkar dan memaparkan
konvensi tambahan, yaitu konvensi yang secermat, seteliti, semendetil, dan
ditambahkan kepada konvensi bahasa. Jadi mendalam mungkin keterkaitan dan
makna lirik lagu/karya sastra itu bukan keterjalinan semua anasir dan aspek karya
semata-mata arti bahasa, melainkan arti sastra yang bersama-sama menghasilkan
bahasa mendapatkan arti tambahan oleh makna menyeluruh. Yang terpenting
konvensi tambahan itu (Pradopo, 2003: dalam analisis Struktural adalah justru
107). Kata "ibu" dalam sebuah lirik lagu sumbangan yang diberikan oleh semua
atau puisi, misalnya, menurut konvensi gejala semiotik, seperti inversi sintaksis,
bahasa, berarti "orang yang melahirkan pengulangan bunyi, dan lain-lain, pada
kita". Tetapi, menurut konvensi sastra keseluruhan makna, dalam keterkaitan
kata itu dapat bermakna "orang yang dan keterjalinannya, juga dan justru
mencintai kita" karena "orang yang antara berbagai tataran: fonik,
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

morfologis, sintaksis dan semantik. dan homophonic). Bunyi yang sama atau
Gejala bunyi dalam analisis struktural diulang itu adalah /ber/,/ra/, /kit/,/re/,
sajak, misalnya, disemantikkan, diberi /nang/,/sa/,/se/,/hu/,/lu/, dan /an/.
makna lewat interaksinya dengan gejala Morfim yang diulang itu adalah ber-.
makna kata, atau sebaliknya (Teeuw, 1984: Kata-kata yang diulang itu adalah "rakit",
135-36). "renang", "sakit", dan "senang". Larik
Seorang pembaca, sebelum pertama sejajar dengan larik ketiga, dan
memahami/memberi makna kepada larik kedua sejajar dengan larik keempat.
karya sastra, terlebih dahulu harus Secara linguistik/ menurut konvensi
mempunyai keyakinan bahwa karya sastra bahasa, pengulangan bunyi/kata/morfim
merupakan sistem atau struktur tanda dan kesejajaran larik itu tidak mempunyai
sehingga di dalamnya pasti ada sesuatu arti, tetapi menurut konvensi sastra
yang patut dicurigai sebagai tanda gejala-gejala sastra seperti itu mempunyai
bermakna. Dengan keyakinan itu, maka efek puitis yang sangat kuat terhadap
segalanya yang ada dalam karya sastra itu, pembentukan makna sajak itu. Makna
seperti keteraturan suku kata, yang dapat tertangkap dari sajak itu
pengulangan fonetik, susunan tipografi, adalah bahwa kalau manusia
banyaknya kata sifat, struktur kalimat, menginginkan sesuatu yang terbaik,
panjang pendeknya kalimat atau teks, manusia harus berusaha bekerja keras
kata-kata deiktik, keseluruhan organik untuk mencapainya. Keinginan terhadap
teks, tema teks, ketidaklangsungan arti sesuatu yang terbaik itu ditunjukkan oleh
teks, dan lain-lain, semua itu dapat larik ke dua dan ke empat, sedangkan
dianggap sebagai tanda. Semuanya yang keharusan berusaha bekerja keras untuk
dapat diamati dan diidentifikasikan, dari mencapai keinginan itu ditunjukkan oleh
hal yang terkecil sampai ke hal yang larik pertama dan ke tiga. Meskipun
kompleks, dapat menjadi tanda. Dengan menurut konvensi bahasa atau secara
kata lain, seorang pembaca untuk denotatif, larik pertama, misalnya, berarti
memberi makna kepada karya sastra, "berusaha menaiki alat transportasi
harus memperhatikan faktor-faktor yang sungai sederhana menuju ke pusat
berperan dalam pemaknaan karya sastra, sumber air yang dalam dan berbahaya"
yaitu konvensi bahasa dan konvensi sastra dan larik ke dua berarti "berusaha
yang ada di dalamnya.
menggerak-gerakkan badan di dalam air
Sebuah sajak berikut ini dianalisis
agar maju menuju ke bagian tepi sungai
untuk menggambarkan uraian diatas.
yang dangkal dan tidak berbahaya", tetapi
Sajak itu berbunyi:
secara konotatif atau menurut konvensi
Berakit-rakit kehulu sastra makna tersebut tersirat secara tidak
Berenang-renang ke tepian langsung melalui larik-lariknya itu. Jadi,
Bersakit-sakit dahulu semua gejala: fonologis, morfologis,
Bersenang-senang kemudian. sintaksis, dan semantik saling terkait satu
(Pradopo, 2003: 131) sama lain, dan masing-masing
Menurut ilmu Phonetics, salah satu memberikan sumbangan yang besar
cabang dari ilmu Unguistics, ada bunyi- terhadap makna keseluruhan sajak itu
bunyi yang sama dalam kata-kata dan
larik-larik dari sajak itu sehingga terjadi
pengulangan bunyi/kata/morfim dan D. Struktur Lirik Lagu "Indonesia
kesejajaranlarik-lariknya (sifat homologous Raya"
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Lagu "Indonesia Raya" yang 3. Indonesia Kebangsaanku


diciptakan oleh W.R. Supratman Bangsa dan Tanah Airku
merupakan sebuah lagu kebangsaan 4. Marilah kita berseru "Indonesia
Indonesia. Sebagai lagu kebangsaan, lagu Bersatu!"
itu berfungsi sebagai pembangkit semangat 5. Hiduplah Tanahku, hiduplah
nasionalisme dan semangat pembangunan Negriku, Bangsaku, Rakyatku,
watak atau akhlak bangsa (nation and semuanya
character building) sesuai dengan 6. Bangunlah jiwanya, bangunlah
maknanya yang mengajari setiap warga badannya untuk Indonesia Raya
negara untuk mencintai tanah airnya dan
memberikan yang terbaik bagi bangsanya Akhir:
demi kejayaan bangsa dan negara. Makna 7. Indonesia Raya merdeka!
itu tersurat dan tersirat melalui struktur merdeka! Tanahku, Negriku
liriknya karena lirik lagu, seperti karya yang kucinta
sastra, sebagaimana dijelaskan di muka, 8. Indonesia Raya merdeka!
merupakan sistem atau struktur tanda merdeka! hiduplah Indonesia
bermakna. Raya!
Namun, sebelum makna itu 9. Indonesia Raya
dibahas lebih lanjut, struktur lirik lagu itu merdeka!merdeka! Tanahku,
akan dijelaskan terlebih dahulu. Lirik lagu Negriku yang kucinta
itu cukup pendek tetapi padat dan 10. Indonesia Raya
kompleks karena hanya terdiri dari
merdeka!merdeka! hiduplah
sepuluh (10) baris atau larik tetapi
Indonesia Raya!
menyangkut banyak hal yang mendalam.
Sepuluh baris itu terbagi kedalam tiga (3) (Muchlis Dan Azmy, 1992: 1)
bagian, yaitu awal, pertengahan dan akhir. Karena lirik lagu merupakan sistem
Bagian awal terdiri dari dua (2) baris, atau struktur tanda bermakna, maka apa
bagian pertengahan empat (4) baris, dan saja yang ada dalam lirik lagu itu, seperti
bagian akhir empat (4) baris. struktur, judul, bunyi, kata, kalimat,
Dengan demikian, struktur liriknya tanda-tanda baca, dan lain-lain, dapat
akan terlihat, sebagai berikut: menjadi tanda; semua komponen yang
membentuk struktur lirik lagu itu saling
Indonesia Raya terkait satu sama lain, dan dalam
keterkaitannya itu menghasilkan makna
(judul lagu)
lirik lagu itu. Tanda mengacu ke sesuatu,
dan acuan itu dapat berada baik didalam
Awal: maupun diluar lirik lagu itu. Secara
struktural, bagian awal, pertengahan dan
1. Indonesia Tanah Airku, tanah akhir mengacu ke judul lagu sehingga
tumpah darahku judul lagu merupakan ide sentral yang
2. Di sanalah aku berdiri jadi didukung oleh setiap komponen yang ada
pandu Ibuku dalam ketiga bagian itu.
Setelah membaca judul lagu itu
"Indonesia Raya", segera saja timbul
Pertengahan: pertanyaan, yaitu: Indonesia yang
bagaimana yang dimaksud dengan

Vol. VI No. 3/September-Desember 2005


HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

"Indonesia Raya" itu? Kata "raya" dapat cinta kasih", adalah "bersatu yang
ditinjau dari arti denotatifnya, yaitu didasari oleh semangat persaudaraan
"besar". "Besar" identik dengan "kuat", sejati" sehingga meskipun aku memiliki
"tahan uji", "jaya", atau "megah". Jadi latar belakang budaya, agama, politik,
"Indonesia Raya" berarti "Indonesia yang kepribadian, dan lain-lain, yang berbeda
kuat, tahan uji, jaya, atau megah". dengan orang lain di Indonesia ini, kita
Kemudian, timbul pertanyaan berikutnya (aku, dan orang lain) "tetap bersatu"
: Agar "Indonesia menjadi kuat, tahan uji, karena pada dasarnya kita semua adalah
jaya, atau megah,aku harus bagaimana?" "bersaudara". "Hiduplah semuanya,
Agar "Indonesia menjadi kuat, tahan uji, bangunlah jiwa raganya" menunjukkan
jaya, atau megah aku harus mencintai- bahwa karena adanya "semangat
Nya". Setelah itu, muncul pertanyaan persaudaraan sejati" itu, semuanya akan
selanjutnya: Mengapa "aku harus menjadi hidup, bersemangat, sehat
mencintai-Nya"?. "Aku harus jasmani dan rohani, dan akan
mencintai-Nya" karena "Indonesia memberikan yang terbaik kepada bangsa
sendiri mencintaiku juga". Indonesia dan negaranya. Seorang hakim, misalnya,
adalah representasi dari setiap warga akan menjatuhkan hukuman yang seadil-
bangsa sehingga setiap warga bangsa adilnya terhadap siapa saja atau lembaga
harus mencintai bangsanya sendiri. apapun yang merusak lingkungan
Dengan kata lain, sebagai warga bangsa, sehingga menjadi jera, dan kelestarian
setiap warga bangsa harus saling lingkungan akan tetap terjaga. Seorang
mencintai. Semua itu dijelaskan dalam guru akan mendidik siswanya sedemikian
ketiga bagian tersebut. rupa sehingga siswanya akan menjadi
Bagian awal memberi introduksi orang yang pandai dan berakhlak mulia.
dasar/fundamental, yaitu bahwa Seorang siswa akan tekun dan rajin
hubungan Indonesia dengan aku dapat belajar demi kemajuan dirinya dan
diumpamakan seperti hubungan ibuku kejayaan negerinya.
dengan aku yang kedua-duanya saling Bagian akhir merupakan
memberi cinta kasihnya. Kata "ibuku" kesimpulan dari apa yang telah di
berarti "orang yang melahirkan aku". introduksikan dan diuraikan di atas.
"Orang yang melahirkan aku" berarti Kesimpulannya adalah " agar Indonesia
"orang yang mempertaruhkan jiwanya Raya yang dicita-citakan itu terwujud, kita
untuk aku". "Orang yang semua, sebagai warga bangsa, dari segala
mempertaruhkan jiwanya untuk aku" lapisan dan kalangan masyarakat, wajib
berarti "orang yang mencintaiaku". Jadi, berkarya atas dasar semangat cinta kasih
kata "ibuku" berarti "orang yang atau persaudaraan sejati sehingga
mencintai aku". Dengan demikian, aku Indonesia akan menjadi kuat karena
merasa wajib untuk mencintai ibuku, sungguh-sungguh merdeka atau bebas
sebagaimana seorang pandu atau dari segala bentuk kemiskinan,
pramuka yang secara ikhlas atau rela kebodohan, kekerasan, ketidak adilan, dan
berkorban menolong orang lain yang penindasan yang menyengsarakan
membutuhkan bantuan atau pertolongan. warganya". Berdasarkan kesimpulan itu,
Bagian pertengahan merupakan isi dapat diperoleh maknanya, yaitu bahwa
yang menguraikan ungkapan nyata dari dengan semangat cinta kasih atau
cinta kasihku terhadap Indonesia. persaudaraan sejati diantara warga
Konsep " bersatu yang dilandasi oleh bangsa, bangsa Indonesia akan dapat
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

menyelesaikan segala persoalannya menuju besarnya bagi kesejahteraan hidup bangsa


Indonesia Raya. Indonesia lahir dan batin. Semua unsur
Kata-kata "aku" atau "-ku" yang membentuk struktur lirik lagu itu,
."Indonesia", "Raya", "merdeka", baik fonologis, morfologis, sintaksis,
"hiduplah" , "bangunlah", "Bangsa", maupun semantik, sebagaimana
"Tanah air", dan "Negri" sering diulang dijelaskan oleh para pakar ilmu sastra,
sehingga terjadi pula pengulangan bunyi saling terkait satu sama lain, dan dalam
kata-kata itu, khususnya vokal /u/ dan keterkaitannya itu, makna tersebut dapat
/a/ yang mengakhiri setiap baris atau ditemukan.
larik lirik lagu itu. Vokal /u/ ada di setiap Oleh karena itu, setiap warga bangsa
akhir baris atau larik pertama (1), kedua diharapkan memahami makna itu dan
(2), ketiga (3), dan keempat (4), mengimplementasikannya dalam
sedangkan vokal /a/ ada di setiap akhir kehidupan sehari-hari sehingga bangsa
baris atau larik kelima (5), keenam (6), Indonesia akan selalu tahan uji dari segala
ketujuh (7), ke delaman (8), kesembilan tantangan, cobaan, dan persoalan hidup
(9) dan kesepuluh (10). Vokal /u/ yang berbangsa dan bernegara, karena mampu
semula diucapkan dengan mulut sedikit mengatasinya. Dengan demikian,
terbuka menjadi vokal /a/ yang Indonesia akan betul-betul menjadi
kemudian diartikulasikan dengan mulut "Indonesia Raya", seperti yang dicita-
terbuka lebar. Kata-kata "Indonesia citakan oleh bangsa Indonesia.
bersatu", "merdeka", dan "hiduplah
Indonesia Raya" diberi tanda seru. Kata Daftar Pustaka
"aku" dan kata ganti empunya "-ku"
tidak hanya menunjuk kepada pencipta Drijarkara N. Sy., 1984, Capita Selecta Fil-
lagu atau pembaca saja, tetapi mengacu safat Pendidikan, Yogyakarta: IKIP
kepada kata "kita" dalam lirik lagu itu, Sanata Dharma.
yang berarti " kita semua sebagai warga Muchlis dan Azmy, 1992, Lagu-lagu untuk
bangsa". Baris atau larik ketujuh (7) dan Sekolah Dasar dan Lanjutan, Yogya-
kedelapan (8) diulang dua kali. Semua karta: Musika.
gejala fonologis, morfologis, sintaksis, dan Nugroho HP, FX., "Lukisan Legenda
semantik di atas saling terkait satu Sungai Nil Karya Paul Klee: Se-buah
sama lain dan ikut berperan dalam Ungkapan Keluasan Proses Belajar
pembentukan/ pemantapan / penegasan Manusia", Ekspresi: Jurnal Lembaga
makna tersebut. Penelitian, Volume 8, Tahun 3,
2003,.Institut Seni Indo-nesia
E. Simpulan Yogyakarta,.
Makna yang terkandung dalam Pradopo, Rachmad Djoko, 2003, Beberapa
struktur lirik lagu "Indonesia Raya" Teori Sastra, Metode kritik, dan Pene-
ternyata sangat dalam. "Persatuan rapannya, Yogyakarta: Pustaka Pe-lajar.
Indonesia" yang dimaksud tidak hanya Sumarni, C., "Gaya Bahasa Komponis
sekedar " persatuan Indonesia" yang Ismail Marzuki dalam Lirik Lagu-
bersifat lahiriah atau semu semata, tetapi lagu Ciptaanya", dalam Ekspresi:
"persatuan Indonesia" yang betul-betul Jurnal Lembaga Penelitian, Volume
menyentuh hati nurani setiap warga 5, Tahun 2001, Institut Seni In-
bangsa sehingga " persatuan Indonesia" donesia Yogyakarta,
akan memberi manfaat yang sebesar-
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Teeuw, A., 1984, Sastra dan Ilmu Sastra,


Pengantar Teori Sastra, Jakarta: PT.
Dunia Pustaka Jaya.

Vol. VI No. 3/September-Desember 2005

Anda mungkin juga menyukai