2019
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/23698
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Hubungan Lama Mengkonsumsi Antipsikotik dengan
Medan
SKRIPSI
Oleh:
151101063
ILMU KEPERAWATAN
2019
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
Badan Pasien Skizofrenia di RSJ Bina Karsa Medan” dan sesuai waktu yang telah
ditentukan.
hari. Penelitian ini merupakan salah satu persyaratan untuk mengikuti sidang
Selama penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari hambatan dan
kesulitan. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka skripsi
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas
iv
4. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB selaku Wakil
5. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku Wakil Dekan
7. Ibu Evi Karota, S.Kp., MNS selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan
8. Ibu Roxsana Devi Tumanggor, S.Kep., Ns., M.Nurs selaku Dosen Penguji II
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran yang
Amd.Keb., Refi Marlina, Yusma Ardita Sona, S.Pd., adik tersayang Tawia
kasih sayang memberikan dukungan baik doa, moril, maupun materil serta
menjalani pendidikan.
11. Direktur dan Pegawai RSJ Bina Karsa Medan yang telah mengizinkan,
Erianty, Kurnia Sari, Mega Yani Fauziah Hsb, Umi Ade Fitriana, Rizki
Winda Ayu Rizky, dan Mita Tri Mulyani yang senantiasa memberikan
dukungan.
serta masih diperlukan dalam penyempurnaannya. Hal ini tidak terlepas dari
Penulis
vi
vii
viii
ix
Ketiga ..................................................................................... 39
ABSTRAK
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang ditandai dua atau lebih
tanda-tanda waham, halusinasi, dan pembicaraan tidak teratur. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan lama mengkonsumsi
antipsikotik dengan peningkatan berat badan pasien skizofrenia di RSJ Bina Karsa
Medan. Pengambilan sampel menggunakan tehnik purposive sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 30 orang. Pengumpulan data diambil dari rekam medik
pasien dan hasil timbang berat badan pasien. Hasil penelitian menunjukkan
antipsikotik yang dominan dikonsumsi pasien adalah klozapin dan risperidon
yaitu sebanyak 24 orang (80 %). Pasien dengan lama mengkonsumsi antipsikotik
< 6 bulan sebanyak 16 orang (53,3%). Pasien yang mengalami peningkatan berat
badan naik sebanyak 21 orang (70,0%). Hasil analisis dengan metode chi-square
menunjukkan adanya hubungan lama mengkonsumsi antipsikotik dengan
peningkatan berat badan pasien skizofrenia dengan nilai P value 0,001 (<0,05).
Berdasarkan penelitian ini diharapkan bagi penelitian selanjutnya untuk
melakukan penelitian lanjutan yang lebih kompleks tentang tatalaksana yang
dapat diterapkan untuk mempertahankan berat badan pasien dalam keadaan stabil
xi
PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang ditandai dua atau lebih
akan tetapi tidak ada gejala tunggal yang menjadi gejala utama dari skizofrenia.
atau sosial. Individu dengan gangguan ini akan bervariasi dalam keunikannya,
tanda terjadinya skizofrenia biasanya muncul pada masa remaja ataupun pada
masa awal dewasa (Deanna, 2016). Menurut data epidemiologi dari World Health
skizofrenia meskipun tidak seperti gangguan mental lain yang lebih umum. Laki-
laki lebih sering terjadi skizofrenia yaitu sekitar 12 juta orang, sedangkan
perempuan sekitar 9 juta orang. Skizofrenia juga biasanya dimulai lebih awal pada
skizofrenia di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 6,0 per mil, ini membuktikan
2008).
obat potensi rendah, sedangkan haloperidol merupakan obat potensi tinggi, kedua
obat ini memiliki efek samping (ekstrapiramidal, konstipasi, mulut kering, mual)
(Champe, 2013).
cukup serius, antara lain peningkatan berat badan dan obesitas sentral (Stahl,
atipikal mengalami peningkatan berat badan rata-rata 0,6 kg setiap minggunya dan
terjadi sejak minggu pertama terapi (Huang, 2007). Peningkatan berat badan dan
reseptor pasca sinaps neuron di otak, khususnya sistem limbik, dan sistem
antipsikotik tipikal tidak ditemukan penjelasan bagaimana cara kerja obat tersebut
serotonin dan histamine sehingga bisa mempengaruhi berat badan (Dewi, 2013).
badan.
massa tubuh, sedangkan peningkatan berat badan adalah penambahan berat badan
antipsikotik. Berbagai faktor menjadi penyebab dari terjadinya obesitas baik dari
dalam maupun dari luar seperti faktor keturunan, aktivitas fisik, faktor makanan
tersebut akan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke dan diabetes (Fiveash,
2009).
pada penggunaan obat clozapine sebesar 2,22 kg, dibandingkan dengan penelitian
sebesar 1,1 kg, pada penggunaan klorpromazin meningkat 2,65 kg, pada
peningkatan berat badan pasien skizofrenia dikarenakan adanya efek samping obat
antipsikotik dengan peningkatan berat badan pasien skizofrenia di RSJ Bina Karsa
Medan.
skizofrenia.
skizofrenia di RSJ.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
2.1.1 Definisi
Skizofrenia berasal dari kata “schizo” yang berarti terbelah dua dan
normal. Skizofrenia umumnya menyerang orang yang berada dalam usia puncak
macam penyebab dan perjalanan yang banyak dan beragam, dimana terjadi
perasaan dan perbuatan serta hilang timbul dengan manifestasi klinis yang
dari pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan adanya afek yang tidak
wajar atau tumpul. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada
perempuan antara 23-35 tahun. Prevalensi seumur hidup dari skizofrenia adalah
antara 0,3% hingga 0,7 % walaupun terdapat variasi antar ras, negara maupun
kehidupan penderita berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita
berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase residual. Selama fase residual
6
pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri. Perjalanan penyakit skizofrenia
gejala residual di antara episode, atau episode tunggal dengan remisi parsial atau
2.1.2. Epidemiologi
menderita skizofrenia meskipun tidak seperti gangguan mental lain yang lebih
umum (WHO, 2016). Berdasarkan jenis kelamin, pada pria dan wanita umumnya
masa timbulnya gejala lebih dahulu tampak pada pria. Timbulnya gejala sangat
signifikan pada usia antara 15 dan 35 tahun (50% dari kasus muncul sebelum usia
25 tahun). Timbulnya gejala sebelum usia 10 tahun dan setelah 45 tahun jarang
sosioekonomi tinggi. Selain itu, skizofrenia paling banyak terdapat pada kota yang
Tingginya angka kematian berkaitan dengan gaya hidup yang tidak sehat, efek
samping obat yang menyebabkan status kesehatan yang menurun, dan juga
2.1.3. Etiologi
tidak memiliki etiologi yang khusus. Setiap individu dapat membawa gen
tidak terkode dalam DNA dan dapat berpotensi menimbulkan mutasi atau
pengaruh pada ekspresi genetik. Akan tetapi kebanyakan dari faktor ini adalah
faktor biologis dan termasuk didalamnya faktor-faktor seperti cedera saat lahir,
nutrisi saat hamil yang kurang, atau penyalahgunaan zat saat hamil (Black, 2014).
otak dan tingkah laku terutama dalam gerakan, sikap untuk mendapatkan
pencetus dari beberapa gangguan kejiwaan dan saraf seperti penyakit Parkinson,
menunjukkan campuran tanda dan gejala. Gejala biasanya mulai muncul saat
pasien masih muda, biasanya saat remaja, dan jarang setelah usia paruh baya.
yakni gejala positif, gejala negatif, dan gejala kognitif. Gejala positif menandakan
adanya sesuatu hal yang muncul sebagai penyebab skizofrenia. Gejala negatif
berkurangnya afek dan gejala kognitif adalah berkurangnya fungsi kognitif pada
otak. Klien dapat salah mengartikan persepsi atau pengalaman mereka. “Gejala
positif”, juga disebut sebagai “gejala akut”, merupakan pikiran dan indera yang
tidak biasa, bersifat surreal, yang mengarah ke perilaku pasien yang tidak normal.
seseorang. Seseorang dapat berpindah dari satu topik ke topik lainnya dalam
waktu cepat, menjawab pertanyaan secara tidak relevan ataupun berbicara tanpa
berhenti tanpa mengarah ke suatu tujuan. Pada proses pikir yang terganggu
2013).
b. Halusinasi
persepsi akan tetapi timbul tanpa adanya rangsangan. Halusinasi bersifat hidup
dan jelas, dengan kekuatan penuh dan dampak dari persepsi normal, dan bukan di
bawah kontrol volunter (kontrol yang disadari). Hal ini dapat terjadi dalam setiap
modalitas sensorik, tetapi halusinasi auditorik adalah hal yang paling lazim dalam
dalam bentuk suara, dalam bentuk yang dikenali maupun tidak dikenali yang
c. Waham
kesimpulan salah mengenai realita eksterna yang sangat kuat bertahan meskipun
hampir semua orang percaya dan meskipun isi waham tersebut membuktikan
bahwa kenyataan terbukti berbeda dengan yang dipercaya. Keyakinan yang secara
umum tidak diterima anggota lain dalam budaya atau subkultur seseorang. Bila
melibatkan penilaian yang berharga, keyakinan yang salah akan dianggap waham
mengenai waham terjadi terus menerus dan terkadang dapat disimpulkan dari
perilaku seseorang. Sering sulit membedakan antara waham dan ide berlebih
(Sadock, 2010).
Isi dari waham ada beberapa tipe, yaitu: bizar, cemburu, erotomania,
2.1.4.2.Gejala Negatif
afek datar, alogia, avolition, anhedonia, dan masalah perhatian. Klien dengan afek
datar memiliki ekspresi wajah yang tampak tidak bergerak, seperti topeng, tidak
responsive, dan memiliki kontak mata yang buruk. Klien dengan alogia berespon
singkat, dan pola bicara spontan mereka terbatas, isi pikiran, dalam bicara tidak
lancar dan penggunaan bahasa yang kurang memadai, menurun. Klien dengan
Gangguan kognitif dapat menjadi sulit untuk dikenali sebagai bagian dari
focus dan perhatian, gangguan memori kerja yaitu kurangnya kemampuan untuk
menurunkan kualitas hidup dan dapat menyebabkan gangguan emosi berat (APA,
2013).
2.1.5. Diagnosis
a. Tipe Paranoid
satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang sering; b. tidak ada hal
berikut ini yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau atau katatonik, afek datar
prominen: bicara kacau, perilaku kacau, afek datar atau tidak sesuai; b. tidak
c. Tipe Katatonik
fleksibilitas serea) atau stupor; 2. Aktivitas motorik yang berlebihan (yaitu yang
instruksi atau dipertahankannya suatu postur rigid dari usaha menggerakkan) atau
pembentukan postur (secara volunter menempatkan diri dalam postur yang tidak
e. Tipe Residual
halusinasi, bicara kacau yang prominen, serta perilaku sangat kacau atau
oleh adanya gejala negatif atau 2 atau lebih gejala yang tercantum pada kriteria A
2.1.5.2. Pencitraan
temporal pada ventrikel lateral, perpindahan dari sel kortikal yang tidak benar,
Terdapat lima jaras dopamin yang terletak pada otak, yakni a. jaras
limbik yang berhubungan dengan tingkah laku seperti euforia dan halusinasi; c.
jaras yang berhubungan dengan jaras mesolimbik adalah jaras mesokortikal. Jaras
aksonnya ke area korteks prefrontal dan berperan dalam mediasi gejala kognitif
jaras dopamin yang muncul dari beberapa tempat, termasuk mesenfalon ventral,
2.2 Antipsikotik
mengobati skizofrenia (Jarut, 2013). Pemberian obat jenis ini tidak bersifat kuratif
efektif mengobati gejala positif pada episode akut misalnya halusinasi dan
antipsikotik tipikal (generasi ke-1) dan atipikal (generasi ke-2) (Katona, 2012).
generasi kedua dapat memperbaiki gejala positif dan negatif dari skizofrenia dan
lebih efektif mengobati pada pasien yang resisten. Antipsikotik generasi pertama
tinggi dalam menghambat reseptor dopamin 2 (Jarut, 2013). Dapat bekerja efektif,
apabila 80% reseptor dopamin 2 di otak dapat dihambat (Elvira, 2013), hal inilah
yang diperkirakan menyebabkan reaksi ekstrapiramidal yang kuat. Obat ini dapat
tipikal umumnya hanya berespon untuk gejala positif. Selain itu antipsikotik
tipikal juga memiliki tempat dalam manajemen psikosis, antara lain untuk pasien
yang kurang mampu atau pada keadaan dimana pasien tersebut sudah stabil
dengan antipsikotik tersebut dengan efek samping yang masih diterima oleh
2.2.1.1 Chlorpromazine
kerjanya secara pasti tidak diketahui. Prinsip efek farmakologinya adalah sebagai
psikotropik dan juga mempunyai efek sedative dan anti-emetik. Bekerja pada
susunan saraf pusat, terutama pada tingkat subkortikal maupun pada bagian sistem
serta efek penghambatan ganglion yang relative lemah. Ia juga mempunyai efek
2.2.1.2 Haloperidol
samping berupa sindrom ekstrapiramidal dan gangguan gerak yang lebih dominan
mengatasi penderita dengan gejala gaduh, gelisah, hiperaktif, dan sulit tidur.
2016).
reseptor D2 di striatum yaitu 70% pada klorpromazin dan 90% pada haloperidol.
efek samping berupa sindrom ekstrapiramidal yang lebih besar (Yulianty, 2017).
Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% pasien yang diobati haloperidol (Zahnia,
2016). Efek terhadap sistem otonom dan efek antikolinergiknya sangat minimal.
Efek samping sedatifnya lemah digunakan terhadap sindrom positif dengan gejala
dominan antara lain halusinasi, waham, apatis, menarik diri, hipoaktif kehilangan
minat dan inisiatif serta perasaan tumpul (Fahrul, 2014). Sediaan di Indonesia
2008).
2.2.1.3 Perpenazine
tipikal. Turunan piperazin lebih poten (efektif pada dosis rendah) tetapi tidak
untuk skizofrenia berdasarkan harganya yang murah (Katzung, 2012). Dosis awal
flufenazin adalah 4-25 mg/hari dengan rentang dosis 16-64 mg/hari (Wells, 2015).
antagonis serotonin dan dopamin, hal ini berbeda dengan kelompok antipsikotik
2007).
Antipsikotik generasi kedua/ atipikal efektif untuk terapi psikosis akut dan
kronis seperti skizofrenia dan skizoafektif pada orang dewasa dan remaja.
Antipsikotik atipikal juga efektif untuk terapi depresi psikotik serta untuk psikotik
pengendalian awal agitasi selama episode manik. Olanzapin dan risperidon dapat
depresi berat dengan gejala psikotik (Sadock, 2014). Secara umum antipsikotik
atipikal berbeda dengan antispikotik tipikal dalam hal ikatan dengan reseptor
dopamin D2 dan rasio ikatan dengan serotonin 5 HT2 yang lebih tinggi daripada
psikotik awal, sedangkan klozapin digunakan untuk orang yang refrakter terhadap
hingga 6 minggu untuk mencapai efektifitas penuhnya. Jika efektif, dosis dapat
diturunkan sesuai dengan yang ditoleransi (Sadock, 2014). Dari perspektif klinis,
(M1,M2,M3,M4 dan M5) dan reseptor adrenergic (α1 dan α2) (Stahl, 2013).
2.2.2.1 Olanzapin
skizofrenia dan gangguan bipolar. Memiliki efek sedasi yang ringan sehingga
dapat diterima dibanyak pelayanan psikiatri akut. Dari beberapa studi yang besar
menunjukkan suatu dilema yaitu disatu sisi olanzapin memiliki manfaat efikasi
yang besar dibanding antipsikotik lainnya, disisi lain memiliki efek samping yang
serius termasuk berat badan yang meningkat. Olanzapin diabsorbsi dengan baik
rokok, jenis kelamin dan usia. Rerata waktu paruh adalah sekitar 31 jam (dalam
rentang 21-54 jam). Hal ini memungkinkan untuk dosis sekali sehari. Pasien
mencapai konsentrasi plasma yang stabil dalam waktu sekitar 7 hari. Pemberian
yang aktif. Olanzapin adalah antagonis affinitas yang tinggi pada reseptor 5-
HT2A/2C, 5- HT6, D1-4, H1, adrenergik a1 dan antagonis afinitas yang sedang
2.2.2.2 Klozapin
Klozapin bekerja sebagai antagonis serotonin 5HT2A dan D2. Selain itu
kejang, serta dapat bersifat sedatif dan menyebabkan peningkatan produksi saliva.
2013).
sebagai antagonis Muskarinik (M) dan alpha-1 adrenergik reseptor (Stahl, 2013).
Sediaan di Indonesia yaitu Clorilex, Clozapine Ika, Luften, Dan Sirozil (DOI,
2008)
2.2.2.3 Risperidon
pada reseptor α-2 adrenergik serta α-1 adrenergik. Efek samping yang dapat
bekerja pada beberapa subtipe reseptor serotonin. Ikatan pada reseptor 5-HT2c
efek samping hipotensi ortostatik dan sedasi sedangkan ikatan pada reseptor
2013). Sediaan di Indonesia yaitu Neripson, Noprenia, dan Risperdal (DOI, 2008).
2.2.2.4 Kuetiapin
adrenergik), dan antagonis reseptor H1. Scan PET serial menunjukkan bahwa
reseptor D2, secara teori hal ini dapat meminimalisir efek samping gejala
H1, reseptor muskarinik (M1,M2,M3,M4 dan M5) dan reseptor adrenergic (α1
reseptor pasca sinaps neuron di otak, khususnya sistem limbik, dan sistem
serotonin dan histamin sehingga bisa mempengaruhi berat badan (Dewi, 2013).
Tidak ditemukan penjelasan lebih rinci mengenai proses sehingga obat tersebut
seseorang mencari suplai makanan yang adekuat. Jika proses pencarian makanan
berhasil, rasa kenyang akan timbul. Sinyal makan menimbulkan sensasi lapar,
mendorong kita mencari makanan. Sinyal kenyang memberi tahu kita bahwa kita
telah cukup makan dan menekan keinginan makan, setiap sensasi tersebut
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan budaya serta oleh pengaturan fisiologis
2006).
Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) masuk ke dalam
tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan akan bertambah, dan
sebagian besar kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai lemak (Guyton,
2006).
perilaku dan lingkungan, gaya hidup, aktivitas, dan obat-obatan (Nugraha, 2009).
Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab utama dari penambahan
berat badan. Orang-orang yang tidak aktif mengeluarkan lebih sedikit kalori dan
bila ditambah dengan faktor lingkungan / lifestyle, termasuk perilaku / pola gaya
hidup seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak serta tidak
fisiologis dan metabolism keseimbangan energi di dalam tubuh diatur oleh otak
terutama hipotalamus dan oleh organ lain diluar otak seperti saluran cerna,
jaringan adiposa / lemak dan lain lain. Terdapat banyak interaksi kimiawi antar
mengkoordinasi berbagai proses yang mengatur perilaku makan dan persepsi rasa
lemak tubuh. Masih sulit ditentukan peran genetik yang pasti untuk
(Soegih, 2009).
badan.
Berat Badan
Progestasional steroid
inhibitor
Anti-serotonin Pizotifen
Antihistamin Siprofeptin
tersebut akan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke dan diabetes (Fiveash,
2009).
KERANGKA PENELITIAN
pertama mengkonsumsi hingga saat ini. Ada 2 jenis antipsikotik, yaitu tipikal dan
atipikal. Dengan hasil ukur <6 bulan, 6-12 bulan, 12-18 bulan, 18-24 bulan.
memiliki efek peningkatan berat badan, akan tetapi peningkatan berat badan lebih
sering tejadi pada penggunaan antipsikotik atipikal. Peningkatan berat badan akan
dilihat dari hasil penimbangan berat badan yang dilakukan 3 kali, yaitu minggu
Pada bab ini akan dibahas kerangka konsep yaitu suatu diagram yang
Dengan Peningkatan Berat Badan Pasien Skizofrenia di RSJ Bina Karsa Medan.
Lama
Mengkonsumsi
Antipsikotik Peningkatan
Berat Badan
1. Tipikal
2. Atipikal
26
Operasional
mengkonsumsi 18 – 24 bulan
baik antipsikotik
tipikal ataupun
atipikal untuk
mengatasi gejala
yang terjadi
pada pasien
skizofrenia
penggunaan ketiga:
turun
Medan.
METODOLOGI PENELITIAN
4.2.1. Populasi
Populasi target adalah sasaran akhir penerapan hasil penelitian dari seluruh
populasi yang ada dan jumlahnya tak terbatas, karena tidak dibatasi oleh tempat
dan waktu. Dari survei sebelumnya didapatkan data sebanyak 37 orang pasien
rawat inap dari bulan juni-juli 2019 di RSJ Bina Karsa Medan. Populasi dalam
29
4.2.2. Sampel
Sampel adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenia yang memenuhi kriteria inklusi,
sebagai berikut:
Inklusi
atipikal.
benzodiazepin.
4.3.1. Lokasi
Penelitian ini akan dilakukan di RSJ Bina Karsa Medan. Peneliti memilih
lokasi tersebut karena populasi pasien skizofrenia di RSJ Bina Karsa Medan
memadai.
Penelitian ini telah dilakukan mulai dari tahap penyusunan proposal pada
Oktober 2018 hingga laporan penelitian pada bulan Juli 2019. Pengumpulan data
peneliti terlebih dahulu memberi penjelasan tentang maksud, tujuan dan manfaat
(anonymity). Nama responden digantikan dengan inisial atau kode tertentu untuk
Jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada risiko penelitian maka boleh
dilakukan (Beneficience).
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam
medik responden yang mengalami skizofrenia dan memenuhi kriteria inklusi. data
dari responden, meliputi: nomor rekam medik, jenis kelamin, usia, tanggal masuk
RS, riwayat keluarga obesitas, frekuensi makan, waktu makan, jumah/ porsi
(BB) (KG) selama 3 minggu. Data primer berupa berat badan yang diukur
minggu kedua dan minggu ketiga untuk melihat peningkatan berat badan
responden.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Uji validitas yang dilakukan
didalam penelitian ini yaitu uji validitas isi, yaitu dengan instrumen dibuat
mengacu pada isi yang sesuai dengan variabel yang diteliti. Data pengkajian
peningkatan berat badan pasien skizofrenia dilakukan uji validitas oleh dosen
penelitian yaitu RSJ Bina Karsa Medan. Setelah mendapat izin, peneliti
serta prosedur pengukuran yang akan dilakukan kepada responden. Jika responden
persetujuan. Jika responden tidak bersedia diteliti, maka responden berhak untuk
menolak. Penelitian ini langsung dilakukan pada responden dan nantinya akan
dipastikan pada pengukuran berat badan dan tinggi badan tidak akan
membahayakan fisik ataupun psikologis responden. Dari data rekam medik dan
pengukuran tersebut maka akan didapatkan data yang diperlukan pada variabel
dua kelompok dalam satu variabel atau dua variabel dalam satu kelompok. Penelitian
Skizofrenia di RSJ Bina Karsa Medan. Peneliti akan menganalisis data menggunakan
uji chi-square.
b. Pemberian kode (Coding), pada tahap ini peneliti memberi tanda atau kode
tertentu terhadap data yang telah disunting untuk mempermudah pengolahan data.
c. Transfering, pada tahap ini peneliti mengevaluasi kembali data yang telah
mengurutkan data dari responden berdasarkan kategori yang telah dibuat untuk
kemudian didata, disusun, dan dianalisis dengan tujuan agar mudah dibaca.
sejak 19 juni 2019 sampai 10 juli 2019. Data pasien rawat inap dari bulan juni-juli
sebanyak 37 orang, dan pasien yang menjadi responden sebanyak 30 orang sesuai
makan 3 × sehari sebanyak 30 orang (100 %). Dilihat dari waktu makan
responden yang makan pagi, siang, dan sore sebanyak 30 orang (100 %).
yaitu sebanyak 27 orang (90 %), tipikal lebih sedikit yaitu sebanyak 3 orang (10
36
pengkajian yang diambil dari rekam medik, dari hasil penelitian yang dilakukan di
RSJ Bina Karsa Medan didapatkan bahwa lama mengkonsumsi antipsikotik < 6
bulan yaitu sebanyak 16 orang (53,3 %), 6 – 12 bulan sebanyak 11 orang (36,7
(n=30)
timbangan yaitu berat badan minggu pertama sampai minggu ketiga . Berdasarkan
hasil yang didapatkan berat badan naik sebanyak 21 orang (70,0 %), tetap 1 orang
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi, dan Persentase Peningkatan Barat Badan (n=30)
deviasi 10,6. Pada minggu kedua didapat rata-rata berat badan adalah 60,0 kg
dengan standar deviasi 10,3. Dan berat badan minggu ketiga adalah 60,6 kg
dengan standar deviasi 10,4. terlihat nilai mean perbedaan antara minggu pertama
dan kedua adalah 0,10 kg sedangkan minggu kedua dan ketiga adalah 0,68 kg.
Badan
Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi square untuk
badan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,001 (<0,05) maka dapat disimpulkan
antipsikotik dengan peningkatan berat badan pasien skizofrenia di RSJ Bina Karsa
Medan.
dengan Stahl (2013) antipsikotik atipikal saat ini menjadi lini pertama pengobatan
skizofrenia karena selain efektif juga mempunyai efek ekstrapiramidal yang lebih
menyebabkan efek samping terkait metabolik yang cukup serius, antara lain
kurun waktu yang lama. Peningkatan berat badan sering terjadi dan hal tersebut
dan 8 orang mengalami penurunan berat badan. Hal ini sejalan dengan penelitian
naik sebanyak 21 orang (70,0 %). Dari penelitian ini didapatkan hasil peningkatan
berat badan minggu pertama dan kedua adalah 0,10 kg sedangkan minggu kedua
serotonin 5 HT2C, ketika terjadi blokade pada kedua reseptor ini maka pada saat
yang sama pasien dapat mengalami peningkatan berat badan. Peningkatan berat
badan merupakan akibat dari peningkatan nafsu makan pada pusat makan
hipotalamus, namun faktor perifer yang tidak terkait dengan nafsu makan juga
Salah satu obat antipsikotik yang digunakan di RSJ Bina Karsa Medan
adalah klozapin, obat ini mempunyai efek peningkatan berat badan yang paling
mempunyai efek dalam meningkatkan berat badan dalam derajat yang berbeda
tidak semua pasien yang diobati dengan clozapin mengalami kenaikan berat
badan. Dengan demikian, efek samping dari kenaikan berat badan terjadi hanya
dalam proporsi pasien yang cenderung untuk efek samping ini. sekarang
mendapatkan berat badan adalah ditentukan oleh kombinasi genetik dan faktor
Faktor yang terkait dengan peningkatan berat badan adalah faktor genetik
tanpa riwayat obesitas sebanyak 19 orang (63,3%) hal ini menunjukkan bahwa
faktor genetik bukanlah faktor utama dalam peningkatan berat badan. sajalan
dengan soegih (2009) faktor genetik berpengaruh sekitar ±30% pada peningkatan
lemak tubuh, masih sulit ditentukan peran genetik yang pasti untuk menimbulkan
obesitas.
antipsikotik yang memiliki efek terhadap peningkatan berat badan, nafsu makan
adanya aktifitas fisik berarti yang dilakukan pasien adalah awal terjadinya
Badan
antipsikotik dengan peningkatan berat badan pasien skizofrenia di RSJ Bina Karsa
0,001 (< 0,05). Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa hipotesa peneliti
responden tentang perubahan berat badan dan kadar trigliserida pada pasien
sebanyak 0,68 kg (2,95%). Peningkatan berat badan setelah 2 bulan adalah 0,74
kg(4,65%). Sedangkan total peningkatan berat badan adalah : 0,92 kg. Tampak
bahwa peningkatan berat badan lebih besar pada bulan kedua. Penelitian lain
pada penggunaan clozapin adalah 4,3 kg dan risperidon adalah 2,3 kg (Volavka J,
2002). Sedangkan penelitian pada pasien dengan terapi risperidon dan clozapine
Huang,2007).
penyembuhan dari gejala yang terjadi. Respon setiap individu dalam pengobatan
dalam pengobatan menggunakan clozapine. Pada pasien wanita yang sudah dalam
kondisi obesitas hal ini menjadi sangat diperhatikan. Pada beberapa penelitian
efekif yang sudah terbukti menghilangkan gejala pasien. Pada kasus diganti
diantaranya yaitu :
penyakit penyerta yang dialami pasien dan tidak adanya hasil pemeriksaan
laboratorium rutin pada rekam medik responden. Hal ini menyebabkan data
pasien skizofrenia.
6.1. Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan pada bulan juni 2019 sampai dengan juli 2019
di RSJ Bina Karsa Medan, dengan jumlah responden sebanyak 30 orang pasien
kategori < 6 bulan sebanyak 16 orang (53,3 %), 6-12 bulan sebanyak 11
orang (36,7 %), 12-18 bulan sebanyak 3 orang (10,0 %), dan 18-24
sebanyak 21 orang (70,0 %), tetap sebanyak 1 orang ( 3,3 %), dan turun
dengan peningkatan berat badan yaitu nilai P Value 0,001 (< 0,05),
6.2. Saran
antipsikotik dengan peningkatan berat badan, perlu penelitian lanjutan yang lebih
46
agar berat badan pasien skizofrenia tetap dalam keadaan stabil dan tidak terus
mengalami peningkatan
Allison, D.B., Mentore, J.L., Heo, M., Chandler, L.P., Cappelleri, J.C., Infante,
M.C. and Weiden, P.J. (2009). Antipsychotic-induced weight gain: a
comprehensive research synthesis.Am. J. Psychiatry
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders. 5 ed. Washington DC: American Psychiatric
Publishing.
Black DW., Andreasen NC. (2014). Introductory Textbook of Psychiatry. 6 ed.
Arlington, VA: American Psychiatric Publishing.
Champe, P.C., Richard A.H. (2013). FARMAKOLOGI Ulasan Bergambar.
Jakarta: EGC.
Christian, L.S. (2002). Antipsychitics Atypical, article on the Canadian Journal of
CME
Deanna L. Et Al. (2016). Schizophrenia Clinical Symptom Differences In Women
Vs Men With And Without A History Of Childhood Physical Abuse.
Child And Adolescent Psychiatry And Mental Health10.
Umbricht, D.S., Pollack, S. and Kane, J.M. (2004). Clozapine and weight gain. J.
Clin. Psychiatry
Wells, B.G., Dkk. (2015). Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edition. Ed.
Mcgraw Hill Education, New York Zahnia, Siti., Dan Sumekar Wulan.
(2016). Kajian Epidemiologi Skizofrenia. Jurnal Mojarity
WHO. 2016. Schizophrenia.World Health Organization.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Minggu ke
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan Bab 1
3 Penyusunan Bab 2
4 Penyusunan Bab 3
5 Penyusunan Bab 4
6 Penyerahan Proposal
7 Ujian Sidang Proposal
8 Revisi Proposal
9 Pengumpulan Data
10 Analisa Data
11 Pengajuan Sidang Skripsi
12 Ujian Sidang Skripsi
13 Perbaikan Laporan Akhir
14 Mengumpulkan skripsi
( ……………..)
Tanggal :
No. Responden : …………( diisi oleh peneliti)
Kode Responden:
Data Demografi
No. RM :
Usia : Tahun
Tanggal Masuk RS :( / / )
Pola Makan
Konsumsi Obat
( ) Haloperidol
( ) Perpenazine
Atipikal: ( ) Olanzapine
( ) Klozapin
( ) Risperidon
( ) Quetiapin
Tanggal
(KG)
Frequency Table
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Frekuensi makan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Waktu makan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Porsi makan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
JENIS ANTIPSIKOTIK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Lama mengkonsumsi
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std.
Difference
Std. Error
Mean Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 bb1 - bb2 .1000 1.2219 .2231 -.3563 .5563 .448 29 .657
Pair 2 bb2 - bb3 -.6800 .7797 .1423 -.9711 -.3889 -4.777 29 .000
Cases
lamakonsumsi *
30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
peningkatanbb
peningkatanbb
Total Count 21 1 8 30
N of Valid Cases 30
a. 7 cells (77.8%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .10.
Master Data
NIM : 151101063
RIWAYAT HIDUP
Pekerjaan : Mahasiswi
Agama : Islam
Email : sintaaulya97@gmail.com
Ibu : Yusriana
Riwayat pendidikan :