ID Model Pendidikan Kewirausahaan Di Pendidikan Dasar Dan Menengah
ID Model Pendidikan Kewirausahaan Di Pendidikan Dasar Dan Menengah
Abstrak
1
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, April 2011
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Keberhasilan program pendidikan kewirausahaan dapat diketahui
melalui pencapaian kriteria oleh peserta didik, guru, dan kepala sekolah
yang antara lain meliputi: 1) peserta didik memiliki karakter dan perilaku
wirausaha yang tinggi, 2) lingkungan kelas yang mampu mengembangkan
kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai
kewirausahaan yang diinternalisasikan, dan 3) lingkungan kehidupan
sekolah sebagai lingkungan belajar yang bernuansa kewirausahaan.
A. Pendahuluan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3,
menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berkaitan dengan ketercapaian tujuan pendidikan nasional terutama yang
mengarah pada pembentukan karakter yang terkait dengan pembentukan sikap dan
perilaku wirausaha peserta didik, selama ini belum dapat diketahui secara pasti. Hal
ini mengingat pengukurannya cenderung bersifat kualitatif, dan belum ada standar
nasional untuk menilainya. Berlakunya sistem desentralisasi berpengaruh pada
berbagai tatanan kehidupan, termasuk pada manajemen pendidikan yaitu manajemen
yang memberi kebebasan kepada pengelolaan pendidikan. Adanya kebebasan dalam
pengelolaan pendidikan diharapkan mampu menemukan strategi pengelolaan
pendidikan yang lebih baik sehingga mampu menghasilkan output pendidikan yang
berkualitas baik dilihat dari kualitas akademik maupun non akademik. Kualitas
akademik yang dimaksud adalah kualitas peserta didik yang terkait dengan bidang
ilmu, sedangkan kualitas non akademik berkaitan dengan kemandirian untuk mampu
bekerja di kantor dan membuka usaha/lapangan kerja sendiri. Dengan kata lain
lulusan pendidikan diharapkan memiliki karakter dan perilaku wirausaha yang tinggi.
2
Model Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Dasar dan Menengah –Endang Mulyani
3
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, April 2011
menjadi bagian dari etos kerja masyarakat dan bangsa Indonesia, sehingga dapat
melahirkan wirausahawan-wirausahawan baru yang handal, tangguh, dan mandiri.
Menurut pendapat Suherman (2008), hal itu sangat penting mengingat bahwa
sebenarnya aktivitas kewirausahaan tidak hanya berada dalam tataran micro-
economy.
Hingga saat ini upaya tersebut masih berlangsung, karena kegiatan yang bercirikan
kewirausahaan tidak hanya terbatas dalam bidang bisnis dengan tujuan mencari laba.
Yang membuat kewirausahaan menjadi menarik banyak pihak untuk memahaminya
ialah kontribusi istimewa yang dihadirkan oleh mereka yang melakukan tindakan yang
terkait dengan kewirausahaan.
Pemerintah telah berupaya untuk memasyarakatkan kewirausahaan, namun upaya
tersebut belum membawa pengaruh yang signifikan karena masih banyak penduduk
yang tidak produktif setiap tahun. Hal itu memunculkan pertanyaan, seberapa jauh
keberhasilan pelaksanaan Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan
Kewirausahaan yang telah dilakukan sejak tahun 1995 dan apa dampak dari program
itu. Integrasi pendidikan kewirausahaan yang dilakukan saat ini merupakan
momentum untuk revitalisasi kebijakan Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan
Membudayakan Kewirausahaan, mengingat jumlah terbesar pengangguran terbuka
dari tamatan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Data
pengangguran terbuka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (2009)
menunjukkan bukti masih banyak penduduk yang perlu ditingkatkan produktivitasnya.
Apabila tidak ada penanganan yang serius terhadap masalah ini bukan tidak mungkin
angka pengangguran akan terus meningkat setiap tahunnya. Data pengangguran dari
Badan Pusat Statistik tahun 1999, pengangguran terbuka sebesar 9.258.964 orang.
Data berkenaan dengan pengangguran terbuka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik (2009) menunjukkan bahwa jumlah terbesar pengangguran terbuka berasal
dari tamatan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
sebesar 5.225.853 orang.
Dalam konteks ini, pendidikan kewirausahaan harus mampu mengubah pola pikir
para peserta didik sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasmir (2006). Pendidikan
kewirausahaan akan mendorong para pelajar dan mahasiswa agar memulai mengenali
dan membuka usaha atau berwirausaha. Pola pikir yang selalu berorientasi menjadi
karyawan diputarbalik menjadi berorientasi untuk mencari karyawan. Dengan
demikian kewirausahaan dapat diajarkan melalui penanaman nilai-nilai kewirausahaan
yang akan membentuk karakter dan perilaku untuk berwirausaha agar para peserta
didik kelak dapat mandiri dalam bekerja atau mandiri usaha. Hal yang tidak bisa
dilupakan dan dirasakan sangat penting dalam konteks pendidikan yang berwawasan
4
Model Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Dasar dan Menengah –Endang Mulyani
5
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, April 2011
(masyarakat). Dilihat dari sasaran yang ingin dicapai, sasaran pendidikan kita adalah
pembentukan aspek kognitif (intelektual), afektif (sikap mental atau moral) dan
psikomotorik (skill/keterampilan). Pada umumnya sekolah sebagai lembaga
pendidikan dan merupakan pusat kegiatan belajar mengajar dijadikan tumpuan dan
harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bahkan pemerintah. Karena itu, sekolah
senantiasa memberikan pelayanan pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang
bersifat ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), pembentukan sikap dan keterampilan
bagi peserta didik termasuk sikap mental wirausaha.
Dalam praktik di sekolah, untuk menanamkan nilai-nilai kewirausahaan pada
peserta didik ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:1) pembenahan
dalam Kurikulum; 2) peningkatan peran sekolah dalam mempersiapkan wirausaha; 3)
pembenahan dalam pengorganisasian proses pembelajaran; 4) pembenahan pada
diri guru.
Keberhasilan program pendidikan kewirausahaan dapat diketahui melalui
pencapaian kriteria oleh peserta didik, guru, dan kepala sekolah yang antara lain
meliputi: 1) peserta didik memiliki karakter dan perilaku wirausaha yang tinggi, 2)
lingkungan kelas yang mampu mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik
yang sesuai dengan nilai-nilai kewirausahaan yang diinternalisasikan, dan 3)
lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang bernuansa
kewirausahaan.
6
Model Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Dasar dan Menengah –Endang Mulyani
7
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, April 2011
8
Model Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Dasar dan Menengah –Endang Mulyani
mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan, serta memiliki sifat, watak,
dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara
kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan. Intinya, seorang
wirausahawan adalah orang yang memiliki jiwa wirausaha dan mengaplikasikan
hakekat kewirausahaan dalam hidupnya.
Manusia memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Secara
epistimologis, sebenarnya kewirausahaan pada hakikatnya adalah suatu kemampuan
dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya,
tenaga penggerak, tujuan, siasat, dan kiat dalam menghadapi tantangan hidup.
Seorang wirausahawan tidak hanya dapat berencana dan berkata-kata, tetapi juga
dapat berbuat, merealisasikan rencana-rencana dalam pikirannya ke dalam suatu
tindakan yang berorientasi pada kesuksesan. Untuk itu, dibutuhkan kreativitas, yaitu
pola pikir tentang sesuatu yang baru, serta inovasi, yaitu tindakan dalam melakukan
sesuatu yang baru.
Beberapa konsep kewirausahaan seolah identik dengan kemampuan para
wirausahawan dalam dunia usaha (business). Padahal, pada kenyataannya
kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak/ciri wirausahawan semata, karena
sifat-sifat wirausahawan pun dimiliki oleh seseorang yang bukan wirausahawan.
“Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun
pemerintahan” (Soeparman Soemahamidjaja, 1980). “Wirausahawan adalah mereka
yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide
dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan
(preparation) hidup” (Prawirokusumo, 1997)
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani
mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi
semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang
dan penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001). Esensi dari kewirausahaan adalah
menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya
9
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, April 2011
dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Nilai tambah tersebut dapat
diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:
a. Pengembangan teknologi baru (developing new technology); (b) penemuan
pengetahuan baru (discovering new knowledge); (c) perbaikan produk (barang dan
jasa) yang sudah ada (improving existing products or services);(d) penemuan cara-
cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan
sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods
and services with fewer resources.)
b. Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada
peran pengusaha kecil, namun sifat ini pun sebenarnya dimiliki oleh orang-orang
yang berprofesi di luar wirausahawan. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang
yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun
profesinya. Dengan demikian, ada enam hakekat pentingnya kewirausahaan, yaitu:
1) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis.
2) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha
dan mengembangkan usaha.
3) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
4) Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda.
5) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan
usaha.
6) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan.
Meredith (2006) memberikan ciri-ciri seseorang yang memiliki jiwa wirausaha
(entrepreneur) sebagai orang yang (1) percaya diri, (2) berorientasi tugas dan hasil,
10
Model Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Dasar dan Menengah –Endang Mulyani
(3) berani mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan,
dan (6) keorisinal.
Seperti telah dikemukakan, bahwa seseorang wirausaha adalah seseorang yang
memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah
seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif.
Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan
kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu
yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity),
kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan
untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya.
Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut menurut Meredith (2006),
diperlukan terutama untuk: (1) melakukan proses/ teknik baru (the new technique);
(2) menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service); (3)
menghasilkan nilai tambah baru (the new value added); (4) merintis usaha baru (new
businesses), yang mengacu pada pasar; (5) mengembangkan organisasi baru (the
new organization).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi
wirausahawan yang berhasil, seseorang harus memiliki bekal pengetahuan
kewirausahaan dan bekal keterampilan kewirausahaan. Bekal pengetahuan yang
terpenting adalah bekal pengetahuan bidang usaha dan lingkungan usaha yang
dimasuki, pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab, pengetahuan tentang
kepribadian dan kemampuan diri, pengetahuan tentang manajemen dan organisasi
bisnis. Sedangkan bekal keterampilan yang perlu dimiliki meliputi keterampilan
konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan risiko, keterampilan kreatif
dalam menciptakan nilai tambah, keterampilan dalam memimpin dan mengelola,
keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi, serta keterampilan teknis bidang usaha.
Akhirnya, wirausahawan harus menjaga kecenderungan peningkatan komitmen pada
keputusan-keputusan untuk menghindari keharusan mengakui bahwa mereka
11
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, April 2011
12
Model Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Dasar dan Menengah –Endang Mulyani
13
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, April 2011
NILAI DESKRIPSI
memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk
meningkatkan dan memperkaya kehidupan
6. Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
7. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan mampu
melaksanakan tugas dan kewajibannya .
8. Kerja sama Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
mampu menjalin hubungan dengan orang lain dalam
melaksanakan tindakan, dan pekerjaan.
9. Kepemimpinan Sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka terhadap
saran dan kritik, mudah bergaul, bekerjasama, dan
mengarahkan orang lain.
10. Pantang Sikap dan perilaku seseorang yang tidak mudah menyerah
menyerah (ulet) untuk mencapai suatu tujuan dengan berbagai alternative
11. Berani Kemampuan seseorang untuk menyukai pekerjaan yang
Menanggung menantang, berani dan mampu mengambil risiko kerja
Resiko
12. Komitmen Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh
seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang
lain.
13. Realistis Kemampuan menggunakan fakta/realita sebagai landasan
berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan
maupun tindakan/ perbuatannya.
14. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui secara mendalam dan luas dari apa yang yang
dipelajari, dilihat, dan didengar
15. Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain
16. Motivasi kuat Sikap dan tindakan selalu mencari solusi terbaik
untuk sukses
17. Berorientasi pada Mengambil inisiatif untuk bertindak bukan menunggu,
tindakan sebelum sebuah kejadian yang tidak dikehendaki terjadi.
14
Model Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Dasar dan Menengah –Endang Mulyani
Satuan Perubahan
Pendidikan Pembelajaran
PAUD,
SD/MI/SDLB,
Kewirausahaan
SMP/MTs/
SMPLB, Pendidikan
SMA/MA, Kewirausahaan Pembel
dan Ekstrakurikuler -ajaran
SMK/MAK, Aktif
dan
Nonformal
Pengembang-
SI Nilai-nilai an Diri
Kewirausahaan:
¾ Kreatif
¾ Mandiri
¾ Kepemimpinan
Kultur
Sekolah
¾ Penanggung
Risiko
¾ Berorientasi pada Muatan
tindakan, dsb Lokal
15
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, April 2011
I. Penutup
Pendidikan kewirausahaan di setiap satuan pendidikan mulai dari PAUD –
SMA/SMK, perlu segera dilaksanakan mengingat suatu bangsa akan maju apabila
jumlah entrepreneurnya paling sedikit 2% dari jumlah penduduk. Data tahun 2007,
jumlah penduduk Indonesia kurang lebih sebesar 220 juta, jumlah entrepreneurnya
baru 400.000 orang (0,18%), yang seharusnya sebesar 4.400.000 orang. Berarti
jumlah entrepreneur di Indonesia kekurangan sebesar 4 Juta orang.
Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan mulai dari PAUD – SMA/SMK, SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMK/SMALB, merupakan suatu hal yang tidak
bertentangan dengan butir-butir kebijakan nasional dalam bidang pendidikan yang
terdapat dalam dokumen RPJMN 2010 - 2014, yang telah menetapkan sebanyak 6
16
Model Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Dasar dan Menengah –Endang Mulyani
Daftar Pustaka
Cole, Peter G. & Lorna KS Chan.(1994). Teaching Principle and Practice. New York:
Prentice Hall.
17
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, April 2011
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani. (2002). Strategi Pembelajaran
Aktif. Yogyakarta: CTCD.
Kasihani, K., Latief, A., Nurhadi. (2002). Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual
Teaching and Learning). Makalah disampaikan pada Kegiatan Sosialisasi CTL
untuk Dosen-Dosen UM. Malang, 12 Februari 2002.
Nana Sudjana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Timmon, Jeffry & Stephen Spinelli.(2007). New Venture Creation, Enterpreneurship for
the 21st Century. New York:Mgraw-Hill, Inc.
18