Anda di halaman 1dari 5

ANALISA

Undang-undang Kebidanan
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika dan Hukum Kesehatan.

Dosen Pembimbing:
Sri Maryati SST .,M.Kes

Disusun Oleh:
Nazma Alvya Prayoga (E.0106.18.007)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BUDI LUHUR CIMAHI
2019
Seorang bidan dalam menjalankan setiap tugasnya mempunyai standar pelayanan dan kode etik yang
harus dipatuhi.adapun wewenang bidan diantaranya:

1. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan
kegawatan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil / bersalin , nifas dan bayi baru lahir (0-28
hari), agar penanganan dini atau pertolongan pertama sebelun rujukan dapat dilakukan secara cepat
dan tepat waktu

2. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan oleh bidan adalah kelainan
ginekologik ringan, seperti keputihan dan penundaan haid.Pengobatan tersebut pada dasarnya bersifat
pertolongan sementara sebelum dirujuk kedokter

3. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai dengan obat-obatan
yang sudah ditetapkan segera merujuk pada dokter.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI , nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002, tanggal 25 Juli


2002. Wewenang seorang bidan adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan dan pengobatan kelaianan ginekologik yang dapat dilakukan oleh bidan adalah kelainan
ginekologik ringan, seperti keputihan dan penundaaan haid. Pengobatan ginekologik yang diberikan
tersebut pada dasarnya bersifat pertolongan sementara sebelum dirujuk ke dokter, atau tindak lanjut
pengobatan sesuaii advis dokter.

2. Memberikan imunisasi kepada wanita usia subur termasuk remaja puteri, calon pengantin, ibu dan
bayi.

3. Memberikan suntikan kepada penyulit kehamilan meliputi pemberian secara parental antbiotika pada
infeksi /sepsis, oksitoksin pada kala III dan kala IV untuk pencegahan/penanganan perdarahan post
partum karena hipotonia uteri, sedativa pada preeklamsia/eklamsi, sebagai pertolongan pertama
sebelum dirujuk.

4. Melakukan tindakan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm pada letak belakang kepala,
pada distosia karena inertia uteri dan diyakini bahwa bayi dapat lahir pervaginam.

5. Kompresi bimanual internal dan atau eksternal dapat dilakukan untuk menyelamatkan jiwa ibu pada
perdarahan post partum untuk menghentikan perdarahan. Diperlukan keterampilan bidan dan
pelaksanaan tindakan sesuai dengan protap yang berlaku.

6. Versi luar pada gameli pada kelahiran bayi kedua. Kehamilan ganda seharusnya sejak semula
direncanakan di rumah sakit oleh dikter. Bila hal tersebut tidak diketahui, bidan yang menolong
persalinan terlebih dahulu dapat melakukan versi luar pada bayi kedua yang tidak dalam masa
presentasi kepala, sesuai dengan protap.
7. Ekstraksi vacuum pada bayi dengan kepala di dasar penaggul. Demi penyelamatan hidup bayi dan ibu,
bidan yang telah mempunyai kompetensi, dapat melakukan ekstraksi vacuum atau ekstraksi cunam bila
janin dalam presentasi belakang kepala dan kepala janin telah berada di dasar panggul.

8. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia. Bidan diberikan wewenang melakukan resusitasi pada
bayi baru lahir yang mengalami asfiksia, yang sering terjadi pada partus lama, ketuban pecah dini,
persalinan dengan tindakan dan pada bayi dengan berat badan lahir rendah, utamanya bayi premature.
Bayi tersebut selanjutnya perlu dirawat di fasilitas kesehatan, khususnya yang mempunyai berat lahir
kurang dari 1750 gram

9. Hipotermi pada bayi baru lahir. Bidan diberi wewenang untuk melaksanakan penanganan hipotermi
pada bayi baru lahir dengan mengeringkan, menghangatkan, kontak dini dan metode kangguru.

10. Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berncana harus memperhatikan kompetensi dan
protap yang berlaku di wilayahnya meliputi :

a. Memeberikan pelayanan Keluarga Berencana yakni pemasangan IUD, alat kontrasepsi bawah kulit
(AKBK), pemberian suntikan,tablet, kondom, diafragma, jelly dan melaksanakan konseling.

b. Memberikan pelayanan efek samping pemakaian kontasepsi. Pertolongan yang diberikan oleh Bidan
bersifat pertolongan pertam yang perlu mendapat pengobatan oleh dokter bila gangguan belanjut.

c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) tanpa penyulit. Tindakan ini dilakukan
atas dasar kompetensi dan pelaksanaanya berdasrkan protap. Pencabutan AKBK tidak dianjurkan untuk
dilaksanakan melalui pelayanan KB keliling.

d. Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa, Bidan berwenanang melakukan pelayanan
kebidanan selain kewewnangan yang diberikan bila tidak mungkin memperoleh pertolongan dari tenaga
ahli. Dalam memberikan pertolongan Bidan harus mengikuti protap yang berlaku.

11. Penyediaan dan Penyerahan obat-obatan :

a. Bidan harus menyediakan obat-obatan maupun obat suntik sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.

b. Bidan diperkenankan menyerhakan obat kepada apsien sepanjang untuk keperlua darurat sesuai
dengan protap.

Dalam praktek kebidanan terdapat standarisasi pengobatan yang distandarkan oleh pemerintahan dan
digunakan oleh seorang bidan. Maka Sesuai kebijaksanaan Pemerintah,Bidan dapat menberika
perawatan termasuk pertolongan atau penobatan diare;- petunjuk pemberian makanan Memberikan
obat-obatan :- roborantia;- pengobatan tertentu dalam bidang kebidanan, sepanjang hak itu tidak
melalui suntikan, kecuali uterotonika. Pemberian imunisasi dasar dan ulang (BCG, Polio, DPT dan
Campak).

Adapun wewenang bidan dalam menjalankan praktik adalah memberikan pelayanan yang meliputi
(Pasal 9 Permenkes 1464/2010):

a. pelayanan kesehatan ibu;

b. pelayanan kesehatan anak; dan

c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu berwenang untuk: (Pasal 10 ayat 3 Permenkes
1464/2010):

a. episiotomi;

b. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;

c. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

d. pemberian tablet Fe pada ibu hamil;

e. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;

f. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif;

g. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;

h. penyuluhan dan konseling;

i. bimbingan pada kelompok ibu hamil;

j. pemberian surat keterangan kematian; dan

k. pemberian surat keterangan cuti bersalin.

Sedangkan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak berwenang untuk (Pasal 11 ayat (2)
Permenkes 1464/2010):
a. melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi
menyusu dini, injeksi Vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0 - 28 hari), dan
perawatan tali pusat;

b. penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;

c. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

d. pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah;

e. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah;

f. pemberian konseling dan penyuluhan;

g. pemberian surat keterangan kelahiran; dan

h. pemberian surat keterangan kematian.

Selain itu, bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan
meliputi pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan
alat kontrasepsi bawah kulit (Pasal 13 ayat (1) huruf a Permenkes 1464/2010).

Melihat pada kewenangan bidan di atas, ada kewenangan yang memungkinkan bidan untuk melakukan
suntikan kepada pasien.

Melihat pada ketentuan di atas, sehubungan dengan pemberian suntikan oleh bidan, dapat dilihat
bahwa sanksi pidana akan diberikan kepada bidan jika tindakan yang dilakukannya kepada pasien
merupakan suatu kelalaian berat yang mengakibatkan luka berat atau kematian kepada pasien.

Maka dari itu dapat di simpulkan bahwa bidan bisa memberikan obat akan tetapi harus sesuai
wewenang dan undang-undang kebidanan dalam melakukan pemberian obat seperti imunisasi dasar
dan ulang (BCG, Polio, DPT dan Campak).

Anda mungkin juga menyukai