Anda di halaman 1dari 6

Nama : Defikasyafna Pratiwi

Npp : 30. 0270


Kelas : A-1
Fakultas : Politik Pemerintahan
Prodi : Politik Indonesia terapan

1. Apakah yang dimaksud dengan kekuasaan ?


Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang
atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi
kewenangan yang diperoleh  atau kemampuan seseorang atau kelompok
untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan
keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan
kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai
dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan,
kekuasaan raja, kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila
dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain
menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Robert
Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan
memberi perintah / dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan semua
alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg
memerintah dan ada yg diperintah. Manusia berlaku sebagai subjek sekaligus
objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari
kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada Undang-Undang (objek dari
kekuasaan).

Kekuasaan bersifat positif


Merupakan Kemampuan yang dianugerahkan oleh Allah kepada
individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang dapat mempengaruhi
dan mengubah pemikiran orang lain atau kelompok untuk melakukan suatu
-tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan sungguh-
sungguh dan atau bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental.
Namun di dalam kekuasaan tidak semua yang berkuasa memiliki
kewenangan, karena kewenangan bersifat khusus
Kekuasaan bersifat Negatif
Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan,
egois, serta apatis dalam memengaruhi orang lain atau kelompok untuk
melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemegang kuasa dengan cara
paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun mental. Biasanya pemegang
kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak memiliki kecerdasan intelektual dan
emosional yang baik,mereka hanya berfikir pendek dalam mengambil
keputusan tanpa melakukan pemikiran yang tajam dalam mengambil suatu
tindakan, bahkan mereka sendiri kadang-kadang tidak dapat menjalankan
segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang atau kelompok yang
berada di bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi. dan
biasanya kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari
keuntungan pribadi atau golongan di atas kekuasannya itu. karena mereka
tidak memiliki kemampuan atau modal apapun selain kekuasaan untuk
menghasilkan apapun, dan para pemegang kekuasaan bersifat negatif tersbut
biasanya tidak akan berlangsung lama karena tidak akan mendapatkan
dukungan sepenuhnya oleh rakyatnya.

2. Mengapa kekuasaan itu dibutuhkan ?

Karena Dalam Negara harus ada sebuah kekuasaan . karena Negara


akan baik jika memiliki kekuasaan lembaga negara yang baik . Yang
Tujuannya untuk mengatur / menjalankan hak/kewajiban negara . Atau
mengatur Warga nya supaya bisa menjalankan sebuah kekuasaan itu dengan
Bijak sana ,  Kekuasaan dibutuhkan untuk meningkatkan efektifitas, akan
tetapi tidak berarti bahwa memiliki kekuasaan yang besar selalu berarti lebih
baik. Besarnya kekuasaan keseluruhan yang sangat penting untuk
kepemimpinan yang efektif dan campuran dari berbagai tipe kekuasaan
menjadi pertanyaan yang mulai terjawab oleh sebagian para peneliti. Jelas
bahwa besarnya kekuasaan yang diperlukan tergantung pada apa yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan dan keterampilan
seorang pemimpin dalam menggunakan kekuasaan yang tersedia.
Kekuasaan yang tidak telalu besar dibutuhkan oleh pemimpin yang
mempunyai keterampilan menggunakan kekuasaan secara efektif dan yang
mengetahui pentingnya berkonsentrasi pada tujuan yang paling penting.
3. Kapankah kekuasaan itu digunakan ?

Kekuasaan digunakan ketika seseorang sedang memimpin maupun di


pimpin. Kekuasaan di sesuaikan dengan tanggung jawabnya masing-masing.
seorang pemimpin sangat penting untuk menciptakan efisiensi dalam
organisasi agar lebih teratur. Sebuah masyarakat tetap bisa berjalan
tanpa adanya seorang pemimpin, tetapi hal ini akan menjadi kurang
efisien.

Cara bekerja dan sikap seorang pemimpin yang dipelajari. Konsepsi baru
tentang kepemimpinan melahirkan peranan baru yang harus dimainkan oleh
seorang pemimpin. Titik berat beralihkan dari pemimpin sebagai orang yang
membuat rencana, berfikir dan mengambil tanggung jawab untuk kelompok serta
memberikan arah kepada orang-orang lain. Kepada anggapan, bahwa pemimpin
itu pada tingkatan pertama adalah pelatih dan koordinator bagi kelompoknya.
Fungsi yang utama adalah membantu kelompok untuk belajar memutuskan dan
bekerja secara lebih efisien dalam peranannya sebagai pelatih seorang
pemimpin dapat memberikan bantuan-bantuan yang khas. Yaitu:

 Pemimpin membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang baik.


 Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur-prosedur kerja.
 Pemimpim membantu kelompok untuk mengorganisasi diri.
 Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan sama dengan
kelompok.
 Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari
pengalaman.

4. Dimanakah kekuasaan dapat digunakan ?

Kekuasaan dapat digunakan ketika seseorang sedang dalam


pekerjaan atau mengemban tanggung jawab, karena ketika kita menjadi
seorang pemimpin kita harus bisa menyesuaikan dengan kondisi dan
lingkungan. Jika bicara kekuasaan selalu identik dengan politik yang dimana
dapat kita lihat politik tanpa kekuasaan itu seperti agama tanpa moral,namun
satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa konsep kekuasaan bukan satu-
satunya konsep dalam ilmu politik, kekuasaan merupakan suatu hal yang
selalu berhubungan antar manusia, dalam pemegang kekuasaan dapat
seorang indivu, kelompok, atau pun pemerintah sasaran kekuasaan dapat
berupa indivu atau pun kelompok. .
Dalam kehidupan kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap
masyarakat baik itu dalam masyarakat yang multikultur atau
pun majemuk walau pun kekuasaan selalu ada namun kekuasaan tidak
dapat dibagi rata pada semua anggota masyarakat, justru karena pembagian
yang tidak merata tadi timbul makna pokok dari bentuk kekuasaan yaitu
adanya orang atau individu yang dapat mempengaruhi pihak lain karena
adanya suatu hal yang dikuasai

5. Apakah manfaat kekuasaan ?

Manfaat umum pemegang kekuasaan adalah untuk mendapatkan ketaatan


atau penyesuaian diri dari pihak yang dipengaruhi. Tujuan umum ini dapat
dikelompokan menjadi dua aspek yang berbeda yakni tujuan positif dan
negatif. Dimaksudkan dengan kekuasaan positif adalah penggunaan sumber-
sumber kekuasaan untuk mencapai tujuan yang dianggap penting dan
diharuskan, dan kekuasaan negatif adalah penggunaan sumber-sumber
kekuasaan untuk mencegah orang lain mencapai tujuannya yang tidak hanya
dipandang tidak perlu akan tetapi juga merugikan pihaknya. Sebagai contoh
umpamanya, kemampuan seorang presiden untuk memengaruhi Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) agar menerima dan menyetujui Rancangan Undang-
Undang (RUU) yang diajukan, dapat dipandang sebagai kekuasaan positif.
Sedangkan kemampuan fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
untuk menolak seluruh Rancangan Undang-Undang (RUU) yang diajukan oleh
seorang presiden dapat dipandang sebagai kekuasaan negatif (dari sudut
pandang presiden).

Manfaat kekuasaan juga adalah

1. Tidak dapat di atur dengan orang yang tidak memiliki kepentingan di


bagian tersebut.

2. Bisa melakukan pembagiaan kerja. Sehingga dapat mempermudah


pekerjaan.

3. Mengerti arti pentingnya tanggung jawab.

4. Mendapatkan ketaatan atau penyesuaian diri dari pihak yang


dipengaruhi.

5. Bebas dari campur tangan orang luar.

6. Apa implikasi jika kekuasaan salah digunakan ?


Abuse of power adalah tindakan penyalahgunaan wewenang yang
dilakukan seorang pejabat untuk kepentingan tertentu, baik untuk
kepentingan diri sendiri, orang lain atau korporasi. Kalau tindakan itu dapat
merugikan keuangan atau perekonomian negara, maka tindakan tersebut
dapat dianggap sebagai tindakan korupsi. Penyalahgunaan kekuasaan atau
wewenang yang dilakukan pejabat penyelenggara negara selama ini selalu
dikaitkan dengan perilaku korup atau perbuatan merugikan negara.
Sebagaimana termaktub di dalam Undang-Undang Pemberantasan Tipikor,
arti menyalahgunakan wewenang yakni (1) Melanggar aturan tertulis yang
menjadi dasar kewenangan; (2) Memiliki maksud yang menyimpang
walaupun perbuatan sudah sesuai peraturan; (3) Berpotensi merugikan
negara.

Penyalahgunaan kewenangan sangat erat kaitan dengan terdapatnya


ketidaksahan (cacat hukum) dari suatu keputusan dan atau tindakan
pemerintah/penyelenggara negara. Cacat hukum keputusan dan atau
tindakan pemerintah/penyelenggara negara pada umumnya menyangkut tiga
unsur utama, yaitu unsur kewenangan, unsur prosedur dan unsur substansi,
dengan demikian cacat hukum tindakan penyelenggara negara dapat
diklasifikasikan dalam tiga macam, yakni: cacat wewenang, cacat prosedur
dan cacat substansi. Pembentukan disiplin, etika dan moral ditingkat pejabat
pengambil keputusan, sangat diperlukan untuk menangkal kebijakan yang
diambil penuh dengan nuansa kepentingan pribadi dan golongan/kelompok.
Kalau itu yang terjadi, tanpa disadari bahwa itu merupakan penyalahgunaan
wewenang jabatan, yang disebut abuse of power. Perwujudan tindakan 
penyalahgunaan wewenang jabatan tersebut sebagian besar berdampak
pada terjadinya Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Adakalanya tindakan 
penyalahgunaan wewenang jabatan tersebut disebabkan karena kebijakan
publik yang hanya dipandang sebagai kesalahan prosedur dan administratif,
akan tetapi apabila dilakukan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau korporasi yang berakibat pada kerugian perekonomian dan
keuangan negara, maka sesungguhnya itu adalah tindak pidana. maka
penyalahgunaan kewenangan dalam kekuasaan atau jabatan dapat
dipandang sebagai perbuatan melawan hukum. Hal ini dimaksudkan
karena perbuatan penyalahgunaan wewenang merupakan perbuatan
yang tercela, oleh karena orang cenderung melaksanakan sesuatu
tidak sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi yang seharusnya
dilaksanakan.

Terkait tindak pidana penyalahgunaan wewenang jabatan ini, dimuat


dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU PTPK), “Bahwa setiap
orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama dua
puluh tahun dan atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 dan paling
banyak Rp 1.000.000.000,00”.

Anda mungkin juga menyukai