Anda di halaman 1dari 16

PEMENUHAN PERSYARATAN STANDAR PENGELOLAAN WISATA SELAM

REKREASI

The Fulfillment of Diving Recreational Tourism Management Standard

Ellia Kristiningrum dan Febrian Isharyadi

Pusat Penelitian dan Pengembangan Standardisasi, Badan Standardisasi Nasional


Gedung 1 BPPT Lantai 12, Jl. MH. Thamrin No. 8, Kebon Sirih, Jakarta 10340, Indonesia
e-mail: ellia@bsn.go.id

Diterima: 19 Februari 2018, Direvisi: 28 Maret 2018, Disetujui: 2 April 2018

Abstrak

Persyaratan minimal penyelenggaraan usaha wisata selam rekreasi serta pedoman best practices sertifikasi
usaha wisata selam rekreasi, diatur dalam standar usaha wisata selam dalam bentuk Peraturan Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kesesuaian dengan standar membantu meyakinkan konsumen bahwa produk
yang dihasilkan aman, efisien, dan baik untuk lingkungan. Riset ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan dive center dalam memenuhi persyaratan standar usaha wisata selam rekreasi. Terdapat 3 aspek
dalam standar usaha wisata selam yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha. Aspek pelayanan yang meliputi
penyampaian informasi pelayanan merupakan hal utama yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha disamping
faktor keselamatan dan penanganan kesehatan konsumen. Sedangkan pada aspek produk, hal utama yang perlu
dipenuhi adalah peryaratan kompetensi untuk pemandu dan instruktur selam, kepemilikan peralatan permukaan
sebagai pendukung keselamatan, kepemilikan peralatan dan paket penyelaman. Aspek pengelolaan termasuk
bentuk organisasi, akses layanan kesehatan, sumber daya manusia, dan sarana prasarana juga menjadi
persyaratan yang harus dipenuhi. Riset ini juga menghasilkan konsep ekowisata yang mencakup 14 indikator
pengelolaan konservasi, 9 indikator manfaat ekonomi, 6 indikator untuk memaksimalkan manfaat bagi
masyarakat, pengunjung dan budaya serta meminimalkan dampak negatif, serta 12 indikator untuk manfaat bagi
lingkungan dan meminimalkan dampak negatif konservasi. Kesimpulan dari riset ini menunjukkan sebanyak 108
responden pelaku usaha wisata selam (dive center) telah mampu memenuhi persyaratan yang terdapat dalam
standar yang telah ditetapkan pemerintah, dan berharap untuk dapat mencapai tujuan keberlangsungan
pengelolaan aset wisata dengan dukungan dari pemerintah, masyarakat lokal dan wisatawan.
Kata kunci: standar, wisata selam, keberlangsungan, aset wisata.

Abstract

The minimum requirement organization of recreational activities and best practices certification recreational diving
tourism business stipulated in the standard diving tourism business in the form of Regulation of the Minister of
Tourism and Economy Creative. Conformity with standards helps convince consumers that the products they
produce are safe, efficient, and good for the environment. The purpose of this study is to determine the level of
ability and expectation of dive center in applying the standard of diving tourism business. There are 3 aspects in
the standard diving business that must be fulfilled by business actors. In the service aspect, it was found that the
delivery of service information including preliminary information, information during the provision of services and
insurance information, is the main thing that must be fulfilled by the business actor. The next factor is the security
and handling of consumer health. In product aspect, guidance competence and diving instructor's requirement is
the main thing to be considered by business actor. The next factor is the ownership of surface equipment as a
safety support. The last product aspect is proprietary equipment and diving packages. Requirements in the
management aspect are organizational forms, access to health services, human resources, and infrastructure
facilities. This research also produces an analysis of environmental factors in the management of tourist
destinations. Ecotourism concepts include conservation, participation, economics, education, and tourism so that
this research produces performance indicators for ecotourism tourism, 14 indicators for conservation
management, 9 indicators of economic benefits, 6 indicators to maximize benefits for the community, visitors and
culture. as well as minimizing negative impacts, as well as 12 indicators for environmental benefits and minimizing
negative impacts. The conclusion of this research indicates that 108 respondents of dive center business have
been able to fulfill the requirement in the standard set by the government, and hoped to achieve the goal of
sustainable tourism asset management with support from the government, local people and tourists.
Keyword: standard, diving, sustainability, tourism assets.

33
Jurnal Standardisasi Volume 20 Nomor 1, Maret 2018: Hal 33 - 48

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepariwisataan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional yang dilakukan secara
sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan,
dan bertanggungjawab dengan tetap
memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai
agama, budaya yang hidup dalam masyarakat,
kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta
kepentingan nasional (Undang-Undang Nomor
10 Tahun 2009). Pada tahun 2015,
penyambutan wisatawan di wilayah Asia Pasifik
mencapai 279 juta wisatawan internasional, Gambar 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
angka ini tumbuh sebesar 6% dibandingkan 2009 Tentang Kepariwisataan.
tahun sebelumnya. Untuk wilayah Asia
Karena meningkatnya popularitas scuba
Tenggara, Thailand bangkit dengan kuat sebesar
diving, pusat kesehatan primer harus terbiasa
20% pada tahun 2015 dengan menyambut 5 juta
dengan cedera menyelam yang umum terjadi,
lebih wisatawan internasional. Di Thailand,
antara lain serangan yang terjadi pada paru
pariwisata merupakan industri yang penting
berpotensi mengancam nyawa, memerlukan
dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan
perawatan hiperbarik. Penyakit dekompresi
mendatangkan devisa bagi Negara
adalah hasil pembentukan gelembung di jaringan
(Choovanichchannon, 2015). Myanmar juga
tubuh. Gejala penyakit dekompresi berkisar dari
mengalami lonjakan sebesar 52%, Laos sebesar
nyeri sendi hingga masalah neurologis atau
12%, Filipina sebesar 11% dan Indonesia juga
paru. (Clenney & Lassen, 1996).
menikmati dua digit pertumbuhan sebesar 10%.
(UNWTO, 2016). Di Srilanka dilaporkan, bahwa pada
Desember 2017 wisatawan meninggal karena
Di dalam Undang-Undang Nomor 10
serangan jantung saat melakukan diving. Selain
Tahun 2009 tentang kepariwisataan, hak
itu, teridentifikasi juga sebanyak 140 wisatawan
wisatawan diatur dalam pasal 20b, hak tersebut
snorkeling meninggal yang disebabkan oleh
salah satunya adalah pelayanan
jantung atau yang dicurigai penyebab jantung
kepariwisataaan yang sesuai dengan standar,
(60), kematian akibat tenggelam di permukaan
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka para
(sebagian besar pada snorkellers yang tidak
pelaku usaha wisata memiliki kewajiban
berpengalaman) (33), kematian karena
pengusaha yang diatur dalam pasal 26n, yaitu
tenggelam setelah menyelam yang lama
pengusaha pariwisata menerapkan standar
(terutama pada penyelam yang berpengalaman)
usaha dan kompetensi sesuai dengan peraturan
(19), dan kematian akibat trauma (10) (Lippmann
perundangan yang berlaku. Dalam undang-
& Pearn, 2012).
undang tersebut juga disebutkan pada pasal 54
bahwa produk, pelayanan, dan pengelolaan Di Indonesia, media menyebutkan dari
usaha pariwisata memiliki standar usaha yang tahun ke tahun jumlah kecelakaan selam
disetifikasi oleh lembaga sertifikasi usaha. bervariasi. Korban dapat saja wisatawan
penyelam asing maupun wisatawan lokal dimana
Wisata bahari yang meliputi wisata
sepanjang tahun 2015 terdapat sedikitnya 8
selam, wisata perahu layar, wisata memancing,
korban kecelakaan yang diakibatkan beberapa
wisata selancar, dermaga bahari memiliki resiko
hal antara lain kepanikan dan hilang (Siaran
menyangkut keselamatan, dan keamanan
Pers, 2016).
wisatawan merupakan jenis wisata alam yang
bersama-sama dengan ekowisata dan wisata Masih adanya laporan kecelakaan pada
petualangan merupakan tujuan dari 35% dari sektor wisata selam, maka sudah menjadi
wisatawan yang datang ke Indonesia kewajiban para industri wisata selam untuk
(Kementerian Pariwisata, 2014). Dalam memenuhi standar kompetensi dan standar
mengembangkan wisata bahari di Indonesia, usaha wisata selam yang dimilikinya. Kebutuhan
beberapa kegiatan dilakukan, salah satunya para pelaku usaha terhadap standar serta
adalah menyusun standar dan sertifikasi usaha kemampuan mereka dalam menerapkan standar
wisata bahari (Priyono, 2014). yang telah ada perlu dianalisa, selain itu
keinginan dari pelanggan (penyelam) juga perlu
digali untuk dapat meningkatkan kualitas dari
usaha wisata selam.

34
Pemenuhan Persyaratan Standar Pengelolaan Wisata Selam Rekreasi
(Ellia Kristiningrum dan Febrian Isharyadi)

Keberadaan peraturan yang dikeluarkan Australia pada tahun 1994 (Musa & Dimmock,
oleh pemerintah berupa standar usaha wisata 2012). Scuba diving menghasilkan pengalaman
selam sudah seharusnya dapat dan mobilisasi emosi bagi para penggemarnya
diimplementasikan oleh dive center sebagai (Straughan, 2012).
salah satu persyaratan utama yang harus Dalam wisata scuba, perhatian khusus
dipenuhi. Kebutuhan dan kemampuan pelaku diperuntukkan untuk dampak negatif pada
usaha digunakan sebagai respon terhadap terumbu, polusi dari motor boat (Straughan,
pemberlakuan perysaratan dalam standar usaha 2012). Dalam merespon popularitas scuba
wisata selam yang telah ditetapkan. diving, pertimbangan yang lebih besar
Adanya dugaan bahwa di lapangan diperuntukan pada dampak yang diberikan pada
masih ditemukan pelaku usaha yang belum ekosistem laut dan isu yang berhubungan
mematuhi persyaratan yang diberlakukan dengan manajemen penyelaman (Hawkins &
sehingga menjadikan persaingan tidak sehat dan Roberts, 1992; Davis & Tisdell, 1996), masalah
mengancam keselamatan wisatawan yang fisiologis yang berkaitan dengan menyelam,
menggunakan jasa penyediaan wisata selam (Newton 2001; Tetzlaff, 2002), dan pendidikan
rekreasi, menjadikan penelitian ini penting untuk penyelam (Barker & Roberts, 2004). Sementara
dilakukan. itu, pariwisata scuba diving kemungkinan akan
terus tumbuh di seluruh dunia. (Straughan,
Tujuan dari penelitian ini adalah
2012).
menganalisa kemampuan pelaku usaha dalam
pemenuhan persyaratan standar usaha wisata
2.2 Peralatan dasar selam scuba
selam yang ditetapkan oleh pemerintah.
Penelitian dilakukan pada pelaku usaha wisata Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan di
selam di wilayah Yogyakarta, Jakarta, Bali, bawah permukaan air laut dengan atau tanpa
Laboan Bajo, Bogor, Depok, Bekasi. menggunakan peralatan selam, dengan untuk
mencapai tujuan tertentu. Peralatan scuba yang
diatur dalam Lampiran Peraturan Menteri Nomor
2. TINJAUAN PUSTAKA 15 Tahun 2014 antara lain: masker selam (diving
mask), sepatu katak (fins), pipa udara (snorkel),
2.1 Wisata Selam pakaian selam (wetsuit); sistem pemberat (weight
system); regulator (1st stage and 2nd stage);
Wisata selam merupakan bagian dari wisata tirta
tabung scuba (scuba tank); dan rompi pengatur
karena berhubungan langsung dengan air atau
daya apung (buoyancy control device).
dilakukan di perairan pantai, danau, dan
Penjelasan masing – masing peralatan
sebagainya (Kementerian Pariwisata dan
berdasarkan USN Diving Manual 6 sebagai
Ekonomi Kreatif, 2014). Meningkatnya minat
berikut:
terhadap wisata selam rekreasi mendorong
berkembangnya industri penyelaman di a. Masker selam (diving mask)
Indonesia, sejalan dengan hal tersebut, maka Penglihatan di dalam air sangat buruk, maka
industri penyelaman harus meningkatkan mutu diperlukan peralatan yang memberikan manfaat
pelayanan wisata dengan memperhatikan aspek membuat kantong hawa pada mata serta hidung
perlindungan bagi keselamatan dan keamanan sehingga penyelam mampu melihat di
wisatawan selama rekreasi (Permen No 7 Tahun kedalaman air, serta membantu untuk mencegah
2016). Usaha Wisata Selam adalah usaha iritasi. Masker selam harus kedap air dan sesuai
penyediaan berbagai sarana untuk melakukan dengan bentuk muka penyelam.
penyelaman di bawah atau di permukaan dengan b. Sepatu katak (fins)
menggunakan peralatan khusus, termasuk
Dalam melakukan penyelaman, kemampuan kaki
penyediaan jasa pemanduan dan perlengkapan
harus dibantu peralatan untuk memudahkan
keselamatan, untuk tujuan rekreasi.
pergerakan dengan cepat dan nyaman. Sepatu
Scuba diving merupakan salah satu katak (fins) digunakan untuk menaikkan daya
kegiatan wisata. Scuba merupakan singkatan kayuh, sehingga kecepatan berenang menjadi
dari Self-Contained Underwater Breathing lebih besar. Terdapat 3 (tiga) jenis fins yang
Apparatus atau Perangkat Bernapas Bawah Air dikenal, adalah foot pocket, open heel, dan
yang Berdiri Sendiri, ditemukan pada tahun 1943 adjustable open heel.
oleh Jacques Yves Cousteau dan Emile Gagnan.
c. Pipa udara (snorkel)
Dampak ekonomi secara keseluruhan pariwisata
scuba belum dihitung, tapi tidak diragukan lagi Pipa udara (snorkel) digunakan untuk bernafas di
sangat besar; misalnya, diperkirakan permukaan air sewaktu penyelam skin diving
menyumbang $AUD 1,7 miliar dalam beristirahat di permukaan.
pengeluaran pariwisata di Great Barrier Reef di
35
Jurnal Standardisasi Volume 20 Nomor 1, Maret 2018: Hal 33 - 48

d. Pakaian selam (wetsuit) pariwisata serta untuk menentukan persyaratan


Penggunaan pakaiam selam bertujuan untuk standar mengenai usaha wisata selam rekreasi.
memperlambat kehilangan panas tubuh dan Berdasarkan parameter standar yang
melindungi tubuh dari goresan karang maupun telah diperoleh dari studi pendahuluan maka
sengatan kehidupan laut. Pemilihan pakaian dilakukan pengumpulan data melalui kuesioner
selam disesuaikan dengan ukuran tubuh dan terhadap responden penelitian yaitu pengelola
kebutuhan penyelaman. usaha wisata selam rekreasi di Indonesia dengan
e. Sistem pemberat (weight system) asumsi semua usaha wisata selam ini bersifat
homogen. Asumsi ini ditetapkan karena seluruh
Tubuh manusia akan mendapat daya apung ke
usaha wisata selam di Indonesia belum ada yang
atas di dalam air. Peralatan pemberat dibutuhkan
melakukan sertifikasi berdasarkan persyaratan
sehingga penyelam dengan mudah masuk ke
yang ada di dalam standar usaha wisata selam.
laut. Pemberat yang paling banyak digunakan
berbentuk weight belt, alat ini dengan mudah Tahap berikutnya, dilakukan
dipasang dan mudah dilepas dalam keadaan pengelompokkan berdasarkan tingkat
darurat. kepentingan dari parameter persyaratan standar
mengenai usaha wisata selam rekreasi yang
f. Regulator (1st stage and 2nd stage)
telah diperoleh sehingga akan didapatkan
Regulator adalah suatu alat yang sederhana batasan penilaian untuk setiap kategori dari
untuk mengubah udara bertekanan tinggi dari persyaratan standar, yaitu aspek produk,
sebuah tabung scuba menjadi udara bertekanan pelayanan dan pengelolaan. Berdasarkan hal
rendah sesuai dengan kebutuhan penyelam dan tersebut dilakukan analisa factor dengan jumlah
hanya memberikan udara yang diperlukan sesuai sampel 108 responden karena merupakan
dengan tekanan sekelilingnya. jumlah ideal sampel untuk melakukan analisa
g. Tabung scuba (scuba tank) faktor (Daely dkk, 2013).
Tabung scuba dirancang secara khusus untuk Tahapan yang terakhir adalah
menampung udara bertekanan tinggi. Udara memperoleh kembali informasi dari pakar terkait
yang diisikan dalam tabung adalah udara biasa usaha wisata selam rekreasi mengenai Global
yang disaring bukan oksigen murni, yaitu udaha Sustainable Tourism Council Criteria serta
yang biasa dihirup setiap hari. Pengisian dan konservasi alamnya sehingga dari seluruh data
perawatan tabung dilakukan oleh petugas yang yang diperoleh dapat diperoleh kesimpulan
telah terlatih. mengenai bagaimana pemenuhan persyaratan
h. Rompi pengatur daya apung (buoyancy standar wisata selam rekreasi di Indonesia
control device). dengan didukung program yang sustainable
terhadap lingkungan.
Rompi apung dipergunakan untuk keadaan
darurat. Di dalam kegiatan penyelaman, rompi ini
dipergunakan untuk terapung di permukaan air 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
sambal berenang, istirahat di permukaan air,
penyelamatan diri sendiri dan orang lain, 4.1 Pemenuhan Standar Usaha Wisata
netralisasi keterapungan dalam setiap Selam Rekreasi
kedalaman.
Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 15 Tahun
Saat ini penyusunan standar pariwisata 2014, usaha pariwisata adalah usaha yang
yang berhubungan dengan sistem menyediakan barang dan/atau jasa bagi
manajemennya telah menjadi program dari pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
Badan Standardisasi Nasional, namun untuk penyelenggaraan pariwisata. Usaha wisata
standar produk yang mendukung kegiatan wisata selam adalah usaha penyediaan berbagai sarana
juga perlu dilakukan kajian kebutuhannya. untuk melakukan penyelaman di bawah atau di
permukaan air dengan menggunakan peralatan
3. METODE PENELITIAN khusus, termasuk penyediaan jasa pemanduan
dan perlengkapan keselamatan, untuk tujuan
Penelitian ini terbagi dalam beberapa tahapan, rekreasi. Di dalam peraturan tersebut diatur
tahap pertama dilakukan studi pendahuluan yang mengenai penyelenggaraan usaha wisata selam;
meliputi studi pustaka terkait teori yang sertifikat dan sertifikasi usaha wisata selam;
mendukung terkait penelitian dan diskusi dengan pembinaan dan pengawasan; dan sangsi
pakar mengenai standar wisata selam. Output administratif.
dari tahap ini adalah gap atau peluang penelitian
berupa program pengembangan standar usaha

36
Pemenuhan Persyaratan Standar Pengelolaan Wisata Selam Rekreasi
(Ellia Kristiningrum dan Febrian Isharyadi)

4.1.1 Aspek Produk kompetensi atau lisensi pemandu dan instruktur


Pada proses pengelompokkan berdasarkan selam dari agen pelatihan nasional/internasional
tingkat kepentingan menggunakan analisa faktor yang bereputasi baik serta pengetahuan dan
maka diperoleh tiga kriteria yang menjadi rekam jejak tentang lokasi penyelaman dan
representasi dari tanggapan dari responden yaitu kemampuan penanganan keselamatan
kriteria utama (persyaratan yang sangat penting) wisatawan, termasuk penanganan keadaan
yaitu mutlak harus ada dalam persyaratan darurat di bawah air. Hal ini dikarenakan dalam
tersebut, kemudian kriteria kedua (persyaratan wisata selam, aset utama yang dapat ditawarkan
yang penting) dan kriteria ketiga (persyaratan pada wisatawan adalah keindahan di bawah laut,
yang cukup penting). sehingga peran dari instruktur selam sangat
besar.
Tabel 1 memperlihatkan bahwa kriteria
utama dalam persyaratan wisata selam adalah

Tabel 1 Penilaian responden terhadap persyaratan dalam aspek produk.


Kode Produsen
Grup 1: Kriteria utama
Pemandu selam memiliki kompetensi/lisensi dari agen pelatihan selam nasional/internasional
Q11
yang memiliki reputasi baik
Pemandu selam memiliki kompetensi/lisensi sebagai instruktur selam dari agen (agency)
Q12 pelatihan selam nasional/internasional yang memiliki reputasi baik, khusus untuk kegiatan
pengenalan penyelaman scuba
Pemandu selam memiliki pengetahuan dan rekam jejak tentang lokasi penyelaman dan
Q13 kemampuan penanganan keselamatan wisatawan, termasuk penanganan keadaan darurat di
bawah air
Grup 2: Kriteria kedua
Q17 Memiliki alat komunikasi
Q15 Memiliki pelampung penanda permukaan (SMB)
Q16 Memiliki pelampung dengan tanda dan bendera selam
Memiliki kapal untuk menyelam sesuai dengan lokasi penyelaman, dan memiliki sarana
Q18
pelampung
Memiliki perlengkapan P3K dan oksigen sesuai standar peralatan keselamatan penyelaman
Q14 yang direkomendasikan oleh agensi selam dan/atau ketentuan peraturan perundang-
undangan
Grup 3: Kriteria ketiga
Q08 Memiliki peralatan : Regulator
Q10 Memiliki peralatan : Rompi pengatur daya apung
Q03 Memiliki peralatan : Masker selam
Q04 Memiliki peralatan : Sepatu katak
Q09 Memiliki peralatan : Tabung scuba
Q06 Memiliki peralatan : Pakaian selam
Q07 Memiliki peralatan : Sistem pemberat
Q05 Memiliki peralatan : Pipa udara
Layanan yang diberikan oleh dive center meliputi: paket wisata, pendidikan dan pelatihan, dan
Q02
penyewaan alat selam

Kelompok kriteria kedua adalah tanda tersebut. Selain itu, perlengkapan yang
kepemilikan peralatan yang digunakan untuk juga penting dimiliki oleh pelaku usaha adalah
berkomunikasi pada saat melakukan kegiatan perlengkapan P3K dan oksigen sesuai standar
wisata selam, misalnya alat komunikasi penanda peralatan keselamatan penyelaman yang
permukaan, pelampung dengan tanda dan direkomendasikan oleh agensi selam dan/atau
bendera selam, kapal untuk menyelam lengkap ketentuan peraturan perundang-undangan,
dengan sarana pendukungnya. Peralatan- mengingat kegiatan menyelam ini merupakan
peralatan perlu dimiliki oleh pelaku usaha wisata kegiatan yang beresiko tinggi.
selam untuk dapat memberikan tanda kepada Kelompok kriteria ketiga merupakan
kapal-kapal lain bahwa pada saat tersebut ada kriteria penting namun tidak harus dimiliki oleh
kegiatan penyelaman di bawah laut disekitar para pelaku usaha, namun harus dapat
37
Jurnal Standardisasi Volume 20 Nomor 1, Maret 2018: Hal 33 - 48

disediakan pada saat ada kegiatan wisata selam. 4.1.2 Aspek pelayanan
Penyediaan tersebut dapat dengan cara memiliki Pada aspek pelayanan, kriteria dikelompokkan
sendiri atau menyewa ke penyedia peralatan menjadi 3 kelompok menurut tingkat
wisata selam. Pada kriteria ini, para pelaku kepentingannya untuk diadopsi menjadi standar
usaha dapat memberdayakan para pelaku usaha ekowisata selam rekreasi. Tabel 2 menunjukkan
penyewaan peralatan yang biasanya berada di tanggapan responden terhadap persyaratan
daerah, sehingga konsep ekowisata untuk dalam aspek pelayanan. Kriteria utama dari
memberikan manfaat pada daerah sekitar dapat aspek pelayanan adalah kepemilikan prosedur
terwujud. Analisa ini selaras dengan Ismayanti dalam pelaksanaan kegiatan wisata selam,
(2010) yang menyebutkan bahwa dampak positif seperti prosedur supervisi penyelaman,
dari pertumbuhan usaha wisata selam adalah: penggunaan kapal, keselamatan atau
o meningkatnya struktur ekonomi pertolongan pertama pada kecelakaan,
o membuka peluang investasi pelaksanaan kegiatan, menangani keluhan
o mendorong aktivitas wirausaha wisata. Kepemilikan prosedur pelayanan
(entreprenurships). administrasi yang terkelompok pada kriteria
kedua adalah prosedur metode pembayaran,
pemberian informasi paket wisata melalui media,
serta pelayanan dan penjemputan serta
pengantaran wisatawan.

Tabel 2 Penilaian responden terhadap persyaratan dalam aspek pelayanan.


Kode Produsen
Grup 1: Kriteria utama
Q25 Memiliki SOP dalam supervisi penyelaman
Q26 Memiliki SOP dalam penggunaan kapal
Q27 Memiliki SOP keselamatan atau pertolongan pertama pada kecelakaan
Q24 Memiliki SOP dalam pelaksanaan kegiatan
Q29 Memiliki SOP dalam menangani keluhan wisatawan
Grup 2: Kriteria kedua
Q22 Memiliki SOP untuk pembayaran tunai dan/atau non tunai
Memiliki SOP dalam penerimaan dan pemberian informasi melalui telepon,
Q20
faksimili, dan email mengenai: paket kegiatan, jadwal, produk, dan harga
Q23 Memberikan layanan dan SOP penjemputan dan pengantaran wisatawan
Grup 3: Kriteria ketiga
Memiliki penjagaan keamanan oleh satuan pengamanan di lokasi kantor, yang
Q28 memiliki kartu tanda anggota (KTA) satuan pengamanan yang dikeluarkan oleh
kepolisian RI
Q30 Memberikan pelayanan asuransi untuk pegawai dan wisatawan

Kriteria kedua dalam aspek pelayanan ini wisata yang memiliki resiko tinggi menggunakan
mencakup kepemilikan prosedur untuk cara jasa pihak ketiga dalam hal ini perusahaan
pembayaran paket wisata, pemberian informasi asuransi untuk menanggung risiko terhadap
paket wisata yang diberikan kepada calon wisatawan apabila terjadi hal-hal yang tidak
wisatawan, serta kepemilikan prosedur diinginkan.
penjemputan dan pengantaran wisatawan. Hal ini
menjadi penting karena para wisatawan 4.1.3 Aspek Pengelolaan
menginginkan informasi yang jelas dan cepat Aspek pengelolaan wisata selam merupakan
serta dapat dipercaya. kriteria-kriteria yang diperlukan dalam melakukan
Kriteria ketiga menurut tingkat kegiatannya. Kriteria program peningkatan
kepentingannya pada aspek pelayanan adalah kompetensi untuk pemandu dan staf operasional
penjagaan keamanan dan pelayanan pemberian kembali menjadi kriteria utama untuk aspek ini.
asuransi. Tenaga penjagaan keamanan tidak Pelaku usaha wisata selam juga harus memiliki
harus dimiliki oleh pelaku usaha wisata selam, dan melaksanakan program pemeriksaan
tenaga tersebut dapat disewa. Selain itu, kesehatan bagi para pemandunya. Selain itu,
pelayanan asuransi juga bisa disediakan oleh pada saat menawarkan paket wisata selam, para
perusahaan asuransi yang menjalin kerjasama pelaku usaha juga harus dapat menunjukkan
dengan pelaku usaha wisata. Pengelola tempat informasi lengkap mengenai dokter, klinik atau
38
Pemenuhan Persyaratan Standar Pengelolaan Wisata Selam Rekreasi
(Ellia Kristiningrum dan Febrian Isharyadi)

rumah sakit terdekat; peralatan komunikasi digunakan untuk melaksanakan kegiatannya.


khusus untuk koordinasi dan keadaan darurat; Fasilitas yang dapat disediakan antara lain
program pengawasan kegiatan penyelaman yang penyediaan toilet, kamar bilas dan kamar ganti
ramah lingkungan dan mengikuti kaidah yang terpisah antara pria dan wanita, dan
konservasi dan pengamatan biota laut yang beberapa fasilitas yang ditampilkan dalam Tabel
terdokumentasi. 3. Pada umumnya, tempat ini menjadi satu
Kriteria kedua menurut tingkat dengan kolam renang yang sengaja disewa
kepentingan dari para pelaku usaha adalah untuk melaksanakan kegiatan training praktek
kriteria yang mencakup penyediaan sarana dan menyelam.
prasarana di sebuah kantor dan tempat Kriteria yang masuk ke dalam kelompok
penyelenggaraan wisata selam. Hal ini ketiga dalam aspek pengelolaan meliputi
dikarenakan didalam paket wisata terdapat dokumen-dokumen yang harus dimiliki oleh para
kegiatan training untuk melihat kemampuan pelaku usaha untuk menunjang keberlangsungan
calon wisatawan selam. Training tersebut usahanya. Dokumen tersebut harus terjaga dan
dilakukan secara teori dan praktek, sehingga terpelihara keterbaruannya, disesuaiakan dengan
fasilitas-fasilitas dalam kantor diperlukan untuk kegiatan usaha wisata selam yang dilakukan.
menunjang kegiatan tersebut. Fasilitas-fasilitas Selain itu, evaluasi kerja juga sebaiknya
yang masuk ke dalam kriteria kedua ini tidak dilakukan untuk menjaga kualitas pelayanan
harus ada di kantor pelaku usaha wisata, namun yang diberikan.
mereka dapat menyewa tempat lain yang

Tabel 3 Penilaian responden terhadap persyaratan dalam aspek pengelolaan.


Kode Produsen
Grup 1: Kriteria utama
Q38P Memiliki staf operasional yang memahami usaha wisata selam
Melaksanakan program pengawasan kegiatan penyelaman yang ramah lingkungan dan
Q37P
mengikuti kaidah konservasi dan pengamatan biota laut yang terdokumentasi
Q48 Memiliki peralatan komunikasi khusus untuk koordinasi dan keadaan darurat
Melaksanakan program pemeriksaan kesehatan bagi pemandu selam paling sedikit
Q39P
sekali dalam 1 tahun
Q40 Memiliki program pelatihan peningkatan kompetensi
Q35P Memiliki informasi lengkap mengenai dokter, klinik atau rumah sakit terdekat
Q38P Memiliki staf operasional yang memahami usaha wisata selam
Grup 2: Kriteria kedua
Toilet pria dan wanita yang terpisah dengan sirkulasi pencahayaan udara yang sesuai
Q53
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Menyediakan kamar bilas dan kamar ganti pria dan wanita yang terpisah dengan
Q52
sirkulasi dan pencahayaan udara yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Q55 Memiliki instalasi air bersih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Q54 Memiliki instalasi listrik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Q49 Memiliki ruang medis yang dilengkapi: oksigen, tempat tidur, dan peralatan P3K
Memiliki ruang atau area perbaikan, penyimpanan dan pamajangan peralatan
Q50
penyelaman
Q45 Terdapat tempat penyimpanan barang berharga yang aman
Q47 Memiliki peralatan komunikasi yang terdiri dari telepon, faksimili dan fasilitas internet
Q44 Terdapat tempat penitipan barang yang aman
Q56 Menyediakan ruang atau area ibadah dengan kelengkapannya
Memilki alat pemadam api ringan (APAR) sesuai dengan ketentuan peraturan
Q51
perundang-undangan
Grup 3: Kriteria ketiga
Q33P Memiliki rencana usaha yang lengkap terukur, dan terdokumentasi dengan baik
Q32P Dokumen prosedur operasional standar dan/atau petunjuk pelaksanaan kerja
Q41P Memiliki perencanaan dan pengembangan karier
Adanya dokumen profil perusahaan yang terdiri atas: visi dan misi, struktur organisasi
Q31P yang lengkap dan terdokumentasi, serta uraian tugas dan fungsi yang lengkap untuk
setiap jabatan dan terdokumentasi

39
Jurnal Standardisasi Volume 20 Nomor 1, Maret 2018: Hal 33 - 48

Kode Produsen
Q36P Melaksanakan evaluasi kinerja manajemen yang terdokumentasi
Q34P Memiliki pelaksanaan program K3 yang terdokumentasi dengan baik
Q43P Terdapat meja dan kursi pada area kantor depan (front office)
Ruang kantor yang dilengkapi peralatan dan perlengkapan dengan sistem pencahayaan
Q42P
dan sirkulasi udara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
Papan nama yang dibuat dari bahan aman dan kuat dengan tulisan yang terbaca dan
Q46
terlihat jelas serta dipasang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

4.2 Global Sustainable Tourism Council mendapatkan pemahaman umum tentang


Criteria (GSTC) pariwisata berkelanjutan. Kriteria GSTC
Industri pariwisata merupakan industri yang merupakan upaya minimum yang perlu dicapai
berdampak global terhadap ekonomi, sosial, dan oleh setiap organisasi manajemen pariwisata
lingkungan. Pariwisata berkelanjutan bertujuan ketika mempertimbangkan keberlanjutan dalam
untuk meminimalkan dampak negatif serta praktik mereka. Untuk memenuhi definisi
meminimalkan kerugian, sekaligus pariwisata berkelanjutan, destinasi harus
memaksimalkan manfaat ekonomi. Menurut mengambil pendekatan interdisipliner, holistik
World Tourism Organization (UN-WTO), dan integratif yang meliputi empat tujuan utama:
pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang a. Mendemonstrasikan pengelolaan destinasi
dianggap mengarah pada pengelolaan semua yang berkelanjutan,
sumber daya sedemikian rupa sehingga b. Memaksimalkan keuntungan ekonomi untuk
ekonomi, social dan kebutuhan estetika dapat masyarakat lokal dan meminimalkan
dipenuhi dengan menjaga integritas budaya, dampak negatif,
proses ekologis yang penting, keragaman c. Memaksimalkan keuntungan untuk
biologis, dan system pendukung kehidupan. masyarakat, pengunjung dan budaya serta
(Oehms & Vitriani, 2016). meminimalkan dampak negatif,
GSTC adalah organisasi non-profit d. memaksimalkan manfaat untuk lingkungan
independen terdaftar di Amerika Serikat, yang dan meminimalkan dampak negatif. Kriteria
menetapkan dan mengelola standar internasional GSTC dirancang untuk dapat digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan dan praktek oleh semua jenis dan skala destinasi.
tentang pariwisata yang berkelanjutan. Global Kriteria GSTC untuk destinasi disusun
Sustainable Tourism Council (GSTC) sebagai awal suatu proses untuk membuat
menetapkan dan mengelola standar keberalanjutan menjadi praktek standar di semua
keberlanjutan global dengan tujuan untuk bentuk pariwisata, termasuk wisata selam.
meningkatkan pengetahuan dan praktik Karena destinasi terdiri atas banyak perusahaan,
pariwisata yang berkelanjutan di kalangan organisasi dan individu yang berbeda, penerapan
pemangku kepentingan publik dan swasta. GSTC kriteria ini harus mencakup pertimbangan yang
bersifat independen dan netral, melayani peran matang mengenai efek kumulatif dari
penting dalam mengelola standar dasar global kegiatan‐kegiatannya. Kriteria dari GSTC untuk
untuk keberlanjutan dalam perjalanan dan wisata selam yang dapat dijadikan indikator
pariwisata. disajikan dalam Tabel 4 berikut:
Global Sustainable Tourism Council
(GSTC) diciptakan dalam upaya untuk

Tabel 4 Kriteria GSTC untuk destinasi wisata.


Bagian Kriteria
Pengelolaan konservasi: 1. Strategi destinasi berkelanjutan
Mendemonstrasikan pengelolaan 2. Organisasi manajemen destinasi
destinasi yang berkelanjutan 3. Monitoring
4. Pengelolaan Pariwisata Musiman
5. Adaptasi terhadap Perubahan Iklim
6. Inventarisasi Aset dan Atraksi Pariwisata
7. Pengaturan Perencanaan
8. Akses untuk Semua
9. Akuisisi Properti

40
Pemenuhan Persyaratan Standar Pengelolaan Wisata Selam Rekreasi
(Ellia Kristiningrum dan Febrian Isharyadi)

Bagian Kriteria
10. Kepuasan Pengunjung
11. Standar Keberlanjutan
12. Keselamatan dan Keamanan
13. Manajemen Krisis dan Kedaruratan
14. Promosi
Manfaat ekonomi: 1. Pemantauan Ekonomi
Memaksimalkan manfaat ekonomi 2. Peluang Kerja untuk Masyarakat Lokal
untuk masyarakat lokal dan 3. Partisipasi Masyarakat
meminimalkan dampak negatif 4. Opini Masyarakat Lokal
5. Akses Bagi Masyarakat Lokal
6. Fungsi Edukasi Sadar Wisata
7. Pencegahan eksploitasi
8. Dukungan untuk Masyarakat
9. Mendukung pengusaha lokal dan perdagangan yang adil
Manfaat bagi masyarakat: 1. Perlindungan Atraksi Wisata
Memaksimalkan manfaat bagi 2. Pengelolaan Pengunjung
masyarakat, pengunjung dan 3. Perilaku Pengunjung
budaya, serta meminimalkan 4. Perlindungan Warisan Budaya
dampak negatif 5. Interpretasi Tapak
6. Perlindungan Kekayaan Intelektual
Manfaat bagi lingkungan: 1. Risiko Lingkungan
Memaksimalkan manfaat bagi 2. Perlindungan Lingkungan Sensitif
lingkungan dan meminimalkan 3. Perlindungan Alam Liar (Flora dan Fauna)
dampak 4. Emisi Gas Rumah Kaca
negatif 5. Konservasi Energi
6. Pengelolaan Air
7. Keamanan Air
8. Kualitas Air
9. Limbah Cair
10. Mengurangi Limbah Padat
11. Polusi Cahaya dan Suara
12. Transportasi Ramah Lingkungan
sumber: GSTC, 2013 & data penelitian (diolah).

Pada wisata selam, salah satu objek bahwa kegiatan scuba diving, snorkeling dan
yang sering ditawarkan adalah keindahan menginjak-nginjak area terumbu adalah kegiatan
terumbu karang. Meskipun masih banyak lagi yang banyak dilakukan wisatawan di seluruh
keindahan bawah laut yang bisa dinikmati oleh dunia. Kegiatan tersebut jelas memberikan
para peselam. dampak negarif pada persent tutupan karang
hidup, ukuran koloni karang dan pecahnya koloni
Tabel 5 Luas terumbu karang Indonesia. karang menjadi kecil.
Di Yogyakarta, kondisi terumbu karang di
No Regional Luas(Ha)
Pantai Sadranan sudah banyak yang rusak, hal
1 Bali 8.837 ini dikarenakan para penikmat keindahan bawah
2 Jawa 67.869 laut melalui kegiatan snorkling tidak diberikan
3 Kalimantan 119.304 training terlebih dahulu sebelum melakukan
4 Maluku 439.110 snorkeling. Para penyedia jasa pariwisata kurang
5 Nusa Tenggara 272.123 peduli terhadap keberlangsungan ekosistem
6 Papua 269.402 terumbu karang. Hal ini seperti dilaporkan oleh
7 Sulawesi 862.627 Yuliani (2016), bahwa di kawasan Lhokseudu
8 Sumatera 478.587 Aceh sebagai salah satu kawasan yang terdiri
Total 2.517.858 dari ekosistem terumbu karang, bahwa
Sumber: Giyanto dkk, 2017 perbandingan kondisi terumbu karang pada
tahun 2008 dan 2016 berbeda, dimana kondisi
Ekosistem terumbu karang terdapat tutupan karang menurun pada tahun 2016,
hampir di semua wilayah yang disurvei dalam karang mati, alga meningkat. Kerusakan ini
penelitian ini. Epstein dkk (2001) menyatakan didominasi oleh rubble. Rusaknya karang di
41
Jurnal Standardisasi Volume 20 Nomor 1, Maret 2018: Hal 33 - 48

wilayah perairan Pulau Sempu hampir sama karang meliputi terumbu karang buatan,
penyebabnya yaitu adanya faktor tekanan dari pencangkokan dan mineral accretion.
manusia yang lebih dominan seperti kegiatan Usulan lainnya disampaikan oleh Luthfi
wisata berjalan dan mencari kerang ketika surut (2016) untuk melakukan konservasi terumbu
terendah, berdiri dan menginjak karang ketika karang di Pulau Sempu dengan menggunakan
snorkeling atau berenang (Luthfi, 2016). konsep taman karang. Dalam usulan itu, hal-hal
Kerusakan terumbu karang telah lama yang perlu dilakukan adalah pengenalan jenis-
ditemukan oleh para peneliti, seperti dilaporkan jenis karang, pelatihan metode transplantasi
juga oleh Kunzmann & Effendi (1994) bahwa karang, pelatihan pembuatan taman karang,
keadaan terumbu karang di sepanjang pantai penurunan media, dan transplantasi karang.
Sumater Barat sudah sangat rusak dan teancam
punah. Berdasarkan fakta yang ada, kegiatan 4.3 Pariwisata, keberlanjutan, dan
untuk merusak terumbu karang tersebut hanya sertifikasi
perlu waktu 2 jam, sedangkan upaya karang
Pariwisata yang merupakan bisnis yang luas dan
untuk tumbuh kembali membutuhkan waktu
terus meluas di seluruh dunia memberikan
selama 10-15 tahun. Penyebab terjadinya
dampak positif dan negatif pada sosial, ekonomi
kerusakan terumbu karang oleh manusia salah
dan lingkungannya. Pariwisata yang
satunya adalah pengaruh aktivitas komersial dan
berkelanjutan bertujuan untuk memberikan
rekreasi di wilayah tumbuhnya terumbu karang.
dampak negatif yang minimal, meminimalkan
Studi yang lainnya mengeksplorasi kerugian dan mengoptimalkan manfaat ekonomi.
motivasi penyelam di Azores dalam hubungan Ekowisata merupakan pariwisata lestari yang
dengan variabel demografi dan tingkat biasanya dilakukan di daerah alami yang
spesialisasi, berdasarkan survei terhadap 425 sebagian besar tidak tersentuh, yang cenderung
penyelam di lima dari sembilan pulau. Dengan sensitif secara lingkungan dan seringkali sensitif
menggunakan analisis komponen cluster dan secara sosial (terutama jika kelompok
komponen utama, empat kelompok penyelam masyarakat adat), sehingga dampak potensinya
dibedakan: penyelam sosializer, hiu dan manta; dapat lebih besar lagi, baik atau buruk.
pencari keragaman hayati dan penyelam Ekowisata bertujuan untuk memperluas dampak
penjelajah. Aspek sosial penting bagi generalis positif, melalui fokus khusus pada konservasi,
dan spesialis dan pentingnya fauna bawah air manfaat bagi populasi tuan rumah, dan
tidak meningkat dengan spesialisasi. Latar pendidikan pengunjung.
belakang budaya penyelam mempengaruhi
Salah satu cara untuk memberi
motivasinya. Temuan menyoroti pentingnya
penghargaan kepada bisnis yang benar-benar
memahami motivasi penyelam, mengembangkan
mematuhi tujuan ini adalah dengan memberi
program kesadaran penyelam pada semua tahap
mereka pengakuan luar yang kredibel. Sertifikasi
spesialisasi dan juga strategi manajemen
adalah alat untuk melakukannya. Konsep
terpadu. (Bentz dkk, 2016).
pariwisata yang berkelanjutan dapat diterapkan
Sebagai uapaya pencegahan dan untuk berbagai tipe pariwisata, baik itu pariwisata
perbaikan kondisi biota laut, beberapa strategi massal dan individual dimanapun berada.
diusulkan, antara lain dengan penerapan prinsip Program dari United Nations Environment
ekowisata. Usulan ini disampaikan oleh Tinumbia Programme – World Tourist Organization (2005)
dkk (2016) untuk pembangunan fasilitas terpadu mendeskripsikan 12 (dua belas) tujuan untuk
dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di membuat pariwisata berkelanjutan adalah:
Gili Trawangan diharapkan dapat meningkatkan
a. Kelangsungan ekonomi: Memastikan
minat serta kepedulian masyarakatdalam
kelangsungan dan daya saing destinasi
menjaga kelestarian alam melalui program-
wisata dan perusahaan, sehingga dapat
program aktivitas yang diselenggarakan.
terus makmur dan memberikan keuntungan
Teknologi untuk melakukan konservasi terumbu
dalam jangka panjang
karang telah diusulkan dan di tindak lanjuti sejak
b. Kesejahteraan lokal: memaksimalkan
lama, seperti penelitian yang dilakukan oleh
kontribusi pariwisata terhadap kemakmuran
Santoso & Kardono (2008) yang mengusulkan
ekonomi dari destinasinya.
strategi yang diperlukan dalam pengelolaan
c. Kualitas Pekerja: memperkuat jumlah dan
terumbu karang yang meliputi pemberdayaan
kualitas pekerja lokal yang diciptakan dan
masyarakat pesisir secara langsung, mengurangi
didukung oleh pariwisata, termasuk tingkat
laju degradasi dan pengelilaan terumbu karang
upah, kondisi pelayanan dan ketersediaan
berdasarkan kerakteristik ekosistem, potensi,
untuk semua orang tanpa diskriminasi
pemanfaatan dan status hukumnya. Teknologi
menurut jenis kelamin, ras, kecacatan, dll
yang dikembangkan untuk konservasi terumbu
42
Pemenuhan Persyaratan Standar Pengelolaan Wisata Selam Rekreasi
(Ellia Kristiningrum dan Febrian Isharyadi)

d. Kualitas sosial: untuk mencari distribusi segmen pasar lainnya) adalah sertifikasi. The
manfaat ekonomi dan social yang meluas World Tourism Organization (2002) telah
dan adil dari pariwisata di seluruh mengidentifikasi 60 program sertifikasi ekowisata
masyarakat. dan berkelanjutan di seluruh dunia. Beberapa
e. Pemenuhan pengujung: untuk memberikan program beroperasi di seluruh dunia, beberapa
pengalaman yang aman dan memuaskan bersifat regional, dan sebagian besar bersifat
bagi pengunjung, tersedia bagi semua orang nasional atau lokal. Sejumlah studi telah
tanpa diskriminasi menurut jenis kelamin, membandingkan program sertifikasi, untuk
ras, kecacatan menentukan bagaimana perbedaannya dan di
f. Pengendalian lokal: untuk melibatkan dan mana mereka dapat ditingkatkan.
memberdayakan masyarakat local dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan 4.4 Program agency selam untuk
tentang pengelolaan dan pengembangan konservasi wisata selam
masa depan pariwisata di wilayahnya
melalui konsultasi dengan pemangku 4.4.1 Professional Association of Diving
kepentingan. Instructors (PADI)
g. Kekayaan budaya: Untuk menghormati dan Agency ini telah memiliki program yang selalu
meningkatkan warisan sejarah, budaya disosialisaskan dan diajarkan kepada calon
otentik, tradisi, dan kekhasan komunitas wisatawan atau para instruktur yang akan
tuan rumah. mendapatkan sertifikat dari PADI. Program
h. Integritas Fisik: Untuk menjaga dan tersebut dinamakan 10 tips for divers to protect
meningkatkan kualitas destinasi, baik the ocean planet, yang meliputi:
perkotaan maupun pedesaan, dan hindari
a. Be a buoyancy expert
degradasi fisik dan visual lingkungan.
Biota baik hewan maupun tumbuhan yang
i. Keanekaragaman Hayati: Untuk mendukung
berada di bawah laut merupakan makhluk
konservasi kawasan alami, habitat, dan
hidup yang rapuh. Gesekan dari kamera
satwa liar, dan meminimalkan kerusakan
bahkan sentuhan dari manusia akan sangat
pada mereka.
merusak dan membahayakan
j. Efisiensi Sumber Daya: Untuk
kelestariannya, sehingga para penyelam
meminimalkan penggunaan sumber daya
diharuskan dapat melakukan kegiatan selam
langka dan tidak terbarukan dalam
dengan baik dan benar. Keterampilan dan
pengembangan dan pengoperasian fasilitas
teknik menyelam dan pengambilan foto
dan layanan pariwisata.
bawah air harus tetap dijaga untuk
k. Kemurnian Lingkungan: Untuk
menghindari kontak langsugn dengan
meminimalkan polusi udara, air, dan tanah
lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan
dan pembangkitan limbah oleh perusahaan
selalu meneruskan pelatihan untuk
pariwisata dan pengunjung
menyempurnakan keahlian dalam
Ekowisata adalah sektor pariwisata melakukan kegiatan selam.
berdasarkan perjalanan alam dan termasuk
b. Be a role model
prinsip keberlanjutan. The International
Penyelam-penyelam baru terus dilatih dan
Ecotourism Society (TIES) mendefinisikan
mendapatkan sertifikasi sesuai dengan
ekowisata adalah kegaitan perjalanan ke daerah-
tignkat keahlian masing-masing. Terlepas
daerah alami yang melestarikan lingkungan dan
dari tingkat pengalaman dan keahlian yang
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dimiliki, agensi ini mengharapkan setiap
setempat. Masalah utama yang sering ditemui
penyelam yang disertifikasi dapat menjadi
adalah praktek yang disebut greenwashing, yaitu
contoh bagi penyelam lain atau bahkan
pebisnis yang mengaku sebagai bisnis yang
calon penyelam.
berkelanjutan, namun tidak sesuai dengan
standar yang berlaku umum, atau bahkan lebih c. Take only photos – leave only bubbles
buruk lagi. Hal tersebut akan kontradiksi dengan Semua yang ditemukan di bawah air
pengakuan mereka. merupakan makhluk hidup atau akan
digunakan untuk hidup, jadi agensi ini
Bagi bisnis yang benar-benar berusaha
memberikan peringatkan bahwa jika
melakukan yang terbaik untuk mematuhi semua
penyelam mengambil karang, cangkang
standar ekowisata, cara tersebut menjadi tidak
atau binatang, maka akan mengganggu
adil dan merusak kredibilitas keseluruhan
keseimbangan alam di bawah laut dan
industri. Salah satu cara untuk menentukan
menambah penipisan tempat menyelam
bisnis mana yang benar-benar mempraktikkan
untuk generasi yang akan datang. Hal ini
ekowisata (atau pariwisata berkelanjutan di

43
Jurnal Standardisasi Volume 20 Nomor 1, Maret 2018: Hal 33 - 48

berarti akan mengganggu keberlangsungan Pemanasan global dan pengasaman laut


objek wisata yagn ditawarkan. menjadikan ekosistem di seluruh bumi
d. Protect Underwater Life menjadi beresiko. Program ini
Prinsip keempat ini memiliki arti bahwa menganjurkan agar para penyelam
calon penyelam ataupun penyelam agar mengambil bagian dengan memahami jejak
tidak menyentuh, memberi makan, karbon yang ditinggalkan dan mencari cara
menangani, mengejar atau mengendarai untuk mengimbangi apa yang tidak dapat
apapun di bawah air. Tindakan ini akan dihindari/dikurangi.
menekan hewan, mengganggu habitat dan j. Give Back
kebiasaan makan dan bereproduksi dari Pentingnya investasi untuk melindungi
hewan, serta akan memprovokasi perilaku planet bumi dan memberikan peluang
agresif hewan dan tumbuhan di bawah air. menyelam untuk generasi yang akan dating,
e. Become a Debris Activist donasi sangat penting untuk diupayakan.
Limbah yang ada di bawah air akan sangat Penggalangan dana ini mendorong tindakan
mengganggu habitat dan mengancam dasar dan perubahan kebijakan yang
kesehatan. Program ini menganjurkan untuk diperlukan untuk memastikan planet laut
para penyelam agar sadar untuk melakukan yang bersih dan sehat.
upaya sekecil mungkin sehingga tidak (Jenkins, 2014).
meninggalkan limbah di bawah air.
4.4.2 The National Association of
f. Make Responsible Seafood Choices
Underwater Instructors (NAUI)
Penangkapan ikan untuk digunakan sebagai
sumber makanan manusia merupakan Dalam menjalankan proses bisnisnya, NAUI
praktek yang banyak dilakukan. Sebagai menawarkan kepada masyarakat sebuah
konsumen yang ikut menjaga ekosistem program untuk menjadi seorang penyelam yang
bawah laut, memiliki peran yang sangat mampu melindungi ekosistem. Program tersebut
penting, yaitu memilih makan yang dinamakan NAUI Green Diver Initiative (GDI).
bersumber secara lestari. Tidak hanya Program ini dibentuk pada tahun 2010 oleh NAUI
berhenti sampai diri sendiri, kampanye bekerjasama dengan Disney Worldwide
untuk memilih sumber makanan ini dapat Conservation Fund (DWCF), memberdayakan
diberikan kepada orang lain termasuk individu untuk melestarikan dan melestarikan
restoran dan pemilik toko untuk melakukan planet laut. GDI terbuka untuk semua orang,
hal yang sama. penyelam dan non-penyelam dengan tujuan
bersama untuk mengambil tindakan melindungi
g. Take Action
lingkungan. Pada tahun 2017, GDI bermitra
Penyelam scuba merupakan pendukung laut
dengan Center for Open Exploration (C4OE)
yang dibutuhkan untuk menjaga kelestarian
melaksanakan sebuah program untuk melakukan
ekosistem bawah laut. Program ini
survey dan pembersihan di Tampa Bay. Acara
memberikan arahan agar para penyelam
pembersihan ini merupakan salah satu dari
dapat menyampaikan ke masyakarat
sekian banyak kegiatan yang dilakukan dengan
tentang pentingnya konservasi, melaporkan
para penyelam NAUI. Kegiatan ini dilakukan
kerusakan-kerusakan yagn terjadi di bawah
untuk mengatasi pencemaran yang berada di
laut kepada pihak yang berwenang dan
bawah gelombang yang seringkali tidak
mengajak penyelam lainnya untuk
diperhatikan karena tidak terlihat.
melakukan perubahan, yaitu dengan
melindungi ekosistem bawah laut saat Kegiatan lain sebagai bentuk program
melakukan penyelaman. GDI adalah penyelenggaraan Nerol Divers
Xtreme Dive Center (XDC) di Zouk Mosbeh,
h. Be an Eco-tourist
Lebanon yang bekerjasama dengan Operation
Dianjurkan untuk membuat keputusan yang
Big Blue Association (OBBA) yang merupakan
tepat saat memilih dan mengunjungi tujuan.
organisasi non pemerintah Lebanon yang
Fasilitas yang didedikasikan untuk praktik
didedikasikan untuk melindungi dan memantau
bisnis sosial dan lingkungan yang
lingkungan pesisir dan laut, melakukan aktivitas
bertanggung jawab termasuk konservasi air,
di bawah air, serta pembersihan. Penyelam NAUI
pengurangan energi, pembuangan limbah
di Tampa, Florida, dengan Program Estuary
yang tepat, penggunaan pelampung tambat
Teluk Tampa, Kawasan Konservasi Tanah dan
dan penghormatan terhadap budaya,
Tanah Hillsborough County, The Florida
Undang-Undang dan peraturan setempat
Aquarium, Brandon Scuba, dan Center for Open
juga perlu diperhatikan.
Exploration, bergabung dan memindahkan
i. Shrink Your Carbon Footprint hampir 100 pon sampah berupa 70 pon sampah
44
Pemenuhan Persyaratan Standar Pengelolaan Wisata Selam Rekreasi
(Ellia Kristiningrum dan Febrian Isharyadi)

di sepanjang hamparan Seddon Channel Bay wisata, sehingga riset ini menghasilkan indikator
yang menutupi kira-kira 1.000 kaki di sepanjang kinerja untuk destinasi dengan konsep
dan sekitar 75 kaki dari tembok laut. NAUI ekowisata, yaitu 14 indikator untuk pengelolaan
mengajak para pemangku kepentingan untuk konservasi, 9 indikator untuk manfaat ekonomi, 6
mengambil tindakan dalam melindungi dan indikator untuk memaksimalkan manfaat bagi
melestarikan sumber daya air global bersama- masyarakat, pengunjung dan budaya serta
sama. meminimalkan dampak negatif, serta 12 indikator
untuk manfaat bagi lingkungan dan
4.4.3 Confédération Mondiale des Activités meminimalkan dampak negatif.
Subaquatiques (CMAS) Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Agensi ini menyusun dan menawarkan program menunjukkan seluruh responden telah mampu
yang peduli pada lingkungan dan ekosistem. menerapkan peraturan menteri tentang standar
Program tersebut berupa training yang usaha wisata selam. Peran pemerintah,
dikhususkan untuk melestarikan budaya. Training masyarakat lokal dan wisatawan sangat
ini diselenggarakan bekerjasama dengan pusat diharapkan oleh industri wisata untuk mencapai
selam setempat dan dirancang unutk para tujuan keberlangsungan pengelolaan aset wisata.
olahragawan selam yang berminat dengan
arkeologi bawah laut. Dalam pengantar teoritis, UCAPAN TERIMA KASIH
peserta akan mendapatkan wawasan tentang
topik arkeologi bawah laut, dan kondisi Penulis mengucapkan terimakasih kepada
konservasi khusus di bawah air. Pada bagian pimpinan Badan Standardisasi Nasional (BSN)
praktek, training ini memberikan kesempatan yang telah mengalokasikan anggaran untuk
para pesertanya untuk menemukan berbagai penelitian ini. Ucapak terimakasih juga diucapkan
situs budaya di taman bawah laut. Selain itu, juga pada wakil dari Kementerian Pariwisata, pelaku
diberikan pelajaran bagaiman harus berperilaku usaha wisata selam, serta tim Puslitbang BSN
di monument bawah air dan apa yang dapat yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
dilakukan jika menemukan objek yang menarik
dari sejarah/arkeologi.
DAFTAR PUSTAKA
5. KESIMPULAN
Barker, N. H., & Roberts, C. M. (2004). Scuba
diver behaviour and the management of
Tanggapan 108 pelaku usaha terhadap
diving impacts on coral reefs. Biological
persyaratan standar untuk wisata selam terbagi
Conservation, 120(4), 481-489.
dalam aspek produk, pelayanan, dan
pengelolaan. Untuk aspek pelayanan, didapatkan Bentz, J., Lopes, F., Calado, H., & Dearden, P.
bahwa penyampaian informasi pelayanan (2016). Understanding diver motivation
termasuk didalamnya informasi pengantar, and specialization for improved scuba
informasi selama penyediaan pelayanan dan management. Tourism in Marine
informasi asuransi, merupakan hal utama yang Environments, 12(1), 35-49.
harus dipenuhi oleh pelaku usaha. Faktor BNSP. (2009). Standar Kompetensi Kerja
selanjutnya adalah keselamatan dan Nasional Indonesia Sektor Pariwisata
penanganan kesehatan konsumen. Pada aspek Bidang Kepemanduan Wisata Selam.
produk, peryaratan kompetensi untuk pemandu Jakarta
dan instruktur selam merupakaan hal utama yang Choovanichchannon, C. (2015). Satisfaction in
harus diperhatikan oleh pelaku usaha. Faktor Thai Standard of Tourism
selanjutnya adalah kepemilikan peralatan Quality. Procedia-Social and Behavioral
permukaan sebagai pendukung keselamatan. Sciences, 197, 2110-2114.
Aspek produk yang terakhir adalah kepemilikan
dari peralatan dan paket penyelaman. Aspek Clenney. TL & Lassen, LF. (1996). Recreational
terakhir adalah aspek pengelolaan. Persyaratan scuba diving injuries. American Family
dalam aspek pengelolaan yang harus dipenuhi Physician, 53(5):1761-1774.
oleh pelaku usaha adalah bentuk organisasi, Daely, K., Sinulingga, U., & Manurung, A. (2013).
akses layanan kesehatan, sumber daya manusia, Analisis Statistik Faktor-Faktor yang
dan sarana prasarana. Mempengaruhi Indeks Prestasi
Riset ini juga menghasilkan analisa tekait Mahasiswa. Saintia Matematika, 1(5),
faktor lingkungan dalam pengelolaan destinasi 483-494.
pariwisata. Konsep ekowisata mencakup Davis, D., & Tisdell, C. (1995). Recreational
konservasi, partisipasi, ekonomi, edukasi, dan scuba-diving and carrying capacity in
45
Jurnal Standardisasi Volume 20 Nomor 1, Maret 2018: Hal 33 - 48

marine protected areas. Ocean & Luthfi, O.M. (2016). Konservasi terumbu karang
Coastal Management, 26(1), 19-40. di Pulau Sempu menggunakan konsep
Epstein, N., Bak, R. P. M., & Rinkevich, B. taman karang. Journal Of Innovation And
(2001). Strategies for gardening denuded Applied Technology. 2(1), 210-216.
coral reef areas: the applicability of using Musa, G., & Dimmock, K. (2012). Scuba diving
different types of coral material for reef tourism: introduction to special
restoration. Restoration Ecology, 9(4), issue. Tourism in Marine
432-442. Environments, 8(1-2), 1-5.
GSTC. (2013). GSTC destination criteria. Newton, H. B. (2001). Neurologic complications
ww.gstcouncil.org/gstc-criteria/gstc- of scuba diving. American family
destination-criteria. Diakses terakhir physician, 63(11), 2211-2218.
pada tanggal 3 februari 2018 Oehms, O & Vitriani, D. (2016). Global
Giyanto, et al. (2017). Status terumbu karang Suistainable Tourism Council (GSTC)
Indonesia 2017. Jakarta: Pusat Guidelines on Lombok Destination
Penelitian Oseanografi – LIPI Assesment. Suistainable Regional
Guraidhoo, K. (2017). Sri Lankan tourist dies Economic Growth and Investment
during dive. Programme (SREGIP). Jakarta.
https://maldivestimes.com/sri-lankan- Priyono, A. (2014). Strategi Pengembangan
tourist-dies-during-dive/ Industri Pariwisata Bahari. Disampaikan
Hawkins, J. P., & Roberts, C. M. (1992). Effects pada Kongres Maritim Indonesia tanggal
of recreational SCUBA diving on fore- 23-24 September 2014 di Yogyakarta.
reef slope communities of coral Diakses pada tanggal 29 Maret 2018.
reefs. Biological Conservation, 62(3), Tersedia pada
171-178. http://maritim.wg.ugm.ac.id/wp-
content/uploads/2014/09/Agus-
Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. PT
Priyono_Kebijakan-Industri-Pariwisata-
Grasindo : Jakarta
Bahari.pdf
ISO. (2017). ISO 24803:2017 – Recreational
Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang
diving services – requirements for
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
recreational diving providers. Jenewa
2009 tentang Kepariwisataan. Jakarta.
Jenkins, A. (2004) 10 Tips for Divers to Protect
Santoso, A.D., & Kardono (2008). Teknologi
the Ocean Planet. http://www.padi.com.
Konservasi dan Rehabilitasi Terumbu
Diakses tanggal 29 Januari 2018.
Karang. Jurnal Teknologi
Kementerian Pariwisata. (2014). Statistik Profil Lingkungan, 9(3), 221-226.
Wisatawan Mancanegara. Jakarta
Siaran Pers. (2016). Saatnya Peduli
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Keselamatan Saat Menyelam. Diakses
(2014). Peraturan Menteri Pariwisata dan pada 5 Januari 2018 pada
Ekonomi Kreatif Nomor 15 Tahun 2014 – https://lampung.antaranews.com/berita/2
Standar Usaha Wisata Selam. Jakarta 87512/saatnya-peduli-keselamatan-saat-
Kementerian Pariwisata. (2016). Peraturan menyelam.
Menteri Pariwisata Nomor 7 Tahun 2016 Straughan, E. R. (2012). Touched by water: the
- Pedoman Penyelenggaraan Wisata body in scuba diving. Emotion, Space
Selam Rekreasi. Jakarta and Society, 5(1), 19-26.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara TIES.(1990). Ecotourism Definition.
dan Reformasi Birokrasi. (2014). http://www.ecotourism.org/book/ecotouris
Peraturan Menteri Nomor 15 Tahun 2014 m-definition.
- Pedoman Standar Pelayanan. Jakarta
Tinumbia, R. P., Nugroho, A. M., & Ramdlani, S.
Kunzmann, A., & Efendi, Y. (1994). Kerusakan (2016). Penerapan Prinsip Ekowisata
terumbu karang di perairan sepanjang pada Perancangan Fasilitas Pengelolaan
pantai Sumatera Barat. J. Penelitian Ekosistem Terumbu Karang di Gili
Perikanan Laut, 91, 48-56. Trawangan. Jurnal Mahasiswa Jurusan
Lippmann, J. M., & Pearn, J. H. (2012). Arsitektur, 4(1), 1-8
Snorkelling-related deaths in Australia, -----, (2009). Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1994-2006. Medical journal of 2009. Kepariwisataan. Jakarta
Australia, 197(4),230-232. doi:
UNWTO. (2016). UNWTO Annual Report World
10.5694/mja11.10988
Tourism Organization. Published by the
46
Pemenuhan Persyaratan Standar Pengelolaan Wisata Selam Rekreasi
(Ellia Kristiningrum dan Febrian Isharyadi)

World Tourism Organization (UNWTO), Yuliani, W. (2016). Pengelolaan Ekosistem


Madrid, Spain. Terumbu Karang oleh Masyarakat di
UNEP & WTO.(2005). Making Tourism More Kawasan Lhokseudu Kecamatan
Sustainable (A Guide for Policy Makers). Leupung Kabupaten Aceh Besar. Jurnal
UNEP Deveision of Technology, Industry Ilmiah Mahasiswa Pendidikan
and Economics-France; World Tourism Biologi, 1(1), 1-9.
organization-Spain.

47
Jurnal Standardisasi Volume 19 Nomor 2, Juli 2017: Hal 169 - 182

48

Anda mungkin juga menyukai