Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi gestasional merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan merupakan salah

satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia

mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih tinggi. Hal ini

disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan

masih ditangani oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang belum sempurna.

Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga

pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar

dipahami oleh semua tenaga medik baik di pusat maupun di daerah (Sarwono, 2009).

Prevalensi hipertensi pada kehamilan di negara maju bervariasi antara 10 – 20 %

serta merupakan penyebab penting mortalitas dan morbiditas bagi ibu dan janin

(umans,2007). Saat ini mortalitas maternal akibat hipertensi mencapai 16%

disamping penyebab lain seperti sepsis, perdarahan, abortus (khan et al, 2006).

Ibu hamil dengan hipertensi berpotensi mengalami sejumlah komplikasi antara lain

koagulasi intravaskular diseminata (KID), Perdarahan otak, gangguan fungsi hati,

dan ginjal akut, sedangkan pada janin dapat berkibat pertumbuhan janin terhambat,

prematuritas, dan mortalitas perinatal (BCRCP Obstretic Guidelines 11

Hypertension in pregnancy, 2006).


Klasifikasi hipertensi pada kehamilan yang banyak di pakai menurut The Nation

High Blood pressure Education program working group on hypertension in

Pregnancy (NHBPEP) adalah tekanan darah 140/90 mmHg (Brown, 2002).

Permasalahan yang timbul pada tata laksana hipertensi pada kehamilan meliputi

indikasi terapi, target tekanan darah yang di capai, dan efek samping obat anti

hipertensi bagi janin dan ibu (Folic et al, 2008).

Perubahan erodinamik, anatomi fisiologi ginjal dan adaptasi tubuh yang terjadi

selama kehamilan menyebabkan deteksi dini tidak mudah dilaksanakan (Mc

Carthy& kenny, 2009; August, 2009).

Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan yang

dapat di kelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut primigravida,

hiperplasentosis (mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes melitus, hidrops

fetalis, bayi besar), umur yang ekstrim seperti kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35

tahun, riwayat keluarga pernah preeklamsia atau eklampsia, penyakit-penyakit ginjal

atau hipertensi yang sudah ada sebelum hamil dan yang terakhir obesitas.

Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin berperan terhadap terjadinya

hipertensi dalam kehamilan terbukti dengan fakta sebagai berikut Primigravida

mempunyai resiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika

dibandingkan dengan multigravida, ibu multipara yang kemudian menikah lagi

mempunyai risiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika

dibandingkan sebelumnya.
Menurut Bobak (2004) usia yang rentan terkena hipertensi pada ibu hamil adalah

usia kurang dari 18 atau lebih dari 35 tahun. Seperti yang telah dijelaskan Manuba

pada usia kurang dari 18 tahun keadaan alat reproduksi belum siap untuk menerima

kehamilan.

Hal ini akan meningkatkan terjadinya peningkatan keracunan kehamilan dalam

bentuk preeklampsia dan eklampsia. Sedangkan pada usia 35 tahun atau lebih

menurut Rochjati, P (2003) rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk

hipertensi dan eklamsia.

Saat ini banyak perempuan yang menikah di atas usia 30 tahun dan hamil di atas usia

tersebut. Perkembangan zaman, tuntutan karier, kematangan psikologi, hingga

urusan medis menjadi alasan bagi seorang perempuan untuk memutuskan menunda

pernikahan termasuk kehamilan.

Meski angka pernikahan di atas 30 tahun semakin tahun semakin meningkat hal ini

tidak di barengi dengan pengetahuan akan kehamilan yang memadai di dalam

masyarakat kita. Masih banyak orang memandang sebelah mata terhadap kehamilan

yang terjadi di atas 30 tahun.

Perlu disadari bahwa usia paling ideal untuk melahirkan adalah usia 20 tahun-an

karena pada usia tersebut tubuh wanita berada pada kondisi prima untuk menerima

pembuahan. Sementara usia 30-35 tahun wanita mengalami transisi memasuki fase

rawan dalan kehamilan.

Kehamilan pada usia ini sebenarnya bisa terjadi dengan normal asalkan kondisi

tubuh, kesehatan, dan asupan gizi wanita yang bersangkutan dalam kondisi baik.
Saat berusia 20 tahun kondisi fisik perempuan sangat prima mengalami puncak

kesuburan kelebihan hamil saat usia 20-an risiko keguguran yang minimal.

Hal ini disebabkan karena sel telur relatif muda sehingga kuat meski pada trimester

pertama kualitas sel telur yang baik memperkecil kemungkinan bayi lahir cacat

akibat ketidak normalan jumlah kromosom. Perempuan muda lebih tahan terhadap

keluhan kasehatan selama hamil.

Menurut penelitian Anna Maria Sirait terdapat hubungan antara kelompok umur,

tingkat pendidikan dan status wilayah dengan hipertensi pada ibu hamil sedangkan

prevalensi hipertensi pada ibu hamil sebesar 12,7%, persentase hipertensi pada

kelompok umur kurang dari 18 dan lebih dari 35 tahun sebesar 24,3%.

Dengan latar belakang tersebut di atas dan tingginya angka mortalitas dan morbiditas

ibu hamil dengan hipertensi maka penulis tertarik untuk membuat riset tentang

hubungan umur dan paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil karena pada

usia wanita di atas 35 tahun penyakit - penyakit kronik umumnya terjadi dan dapat

berpengaruh pada kehamilan seperti hipertensi, diabetes, artritis.

Insiden hipertensi dalam kehamilan meningkat pada wanita usia di atas 35 tahun

(Mattson, 2003). Begitu juga dengan paritas primigravida mempunyai resiko lebih

besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan multigravida.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat di tarik rumusan masalah pada penelitian ini

adakah hubungan umur dan paritas yang dapat menyebabkan kejadian hipertensi

pada ibu hamil di poliklinik kebidanan RS. Cipto Mangunkusumo.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan faktor umur dan

paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di poliklinik kebidanan RS. Cipto

Mangunkusumo.

2. Tujuan Khusus

a. Teridentifikasinya gambaran karakteristik responden (umur, pekerjaan,

pendidikan) yang dapat menyebabkan hipertensi pada ibu hamil di poliklinik

kebidanan RS. Cipto Mangunkusumo

b. Teridentifikasinya hubungan faktor umur dan paritas terhadap kejadian hipertensi

pada ibu hamil di poliklinik kebidanan RS. Cipto Mangunkusumo.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin didapat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai dasar pengembangan bagi ilmu

pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan

hipertensi.
2. Manfaat Metodologis

Penelitian ini hasilnya diharapkan juga dapat menjadi masukkan bagi perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan hipertensi.

3. Manfaat Aplikatif

Dapat menambah pengetahuan, wawasan, pengalaman, tentang penelitian dan

menghasilkan penelitian informasi terbaru tentang hubungan dan resiko kejadian

hipertensi pada ibu hamil.

Anda mungkin juga menyukai