Anda di halaman 1dari 2

NAMA : ERISA WIDIA

NIM : 1902140055

PRODI : HUKUM TATA NEGARA (A)

MATKUL : TEOLOGI ISLAM

Islam berkemajuan merupakan formulasi pemikiran untuk memahami Diinul


Islam (Agama Islam) itu sendiri. Nilai-nilai kemajuan yang terkandung sering tertutup debu
zaman sehingga sering tidak terperhatikan. Islam berkemajuan merupakan ikhtiar
mendinamisasikan Islam. Semangat Islam mesti menjiwai aspek-aspek kehidupan manusia. Kata
berkemajuan mengindikasikan bahwa Islam adalah agama yang tidak berhenti bergerak ke depan
dan selalu unggul. Islam selalu one or some steps ahead (satu atau beberapa langkah lebih maju).
Dalam konteks pemikiran Islam, Islam berkemajuan sesungguhnya menjadi bagian tak
terpisahkan dari tajdiid. Tajdiid dapat dilihat dari dua konteks, yaitu: purifikasi, diartikan dengan
pemurnian untuk akidah, dan pelurusan untuk urusan ritual. Akidah tidak bisa dirubah, karena
memang sudah ada ketentuan yang dicontohkan Rasulullah, demikian pula dengan ibadah,
mesti taken for granted (diterima sedemikian rupa) tanpa mesti menerima penambahan dan
pengurangan.

Tajdiid dalam konteks kedua sering disebut dinamisasi, pembaruan maupun perubahan.


Formulasi pemikiran Islam berkemajuan sesungguhnya berada dalam wilayah ini. Karena produk
sejarah, maka sifatnya nisbi dan sejajar dengan produk pemikiran lain. Islam berkemajuan
sejatinya mengembalikan model Islam murni sesuai dengan semangat yang terkandung dalam
Alquran dan Hadis. Islam berkemajuan bukan Islam yang manut pada ketentuan sejarah,
melainkan kreator dan pengarah sejarah.

Islam berkemajuan diantaranya ditunjukkan dengan budaya literasi (membaca dan


menulis). Budaya tersebut  diperkenalkan  ketika wahyu pertama turun, aktifitas membaca
bersamaan dengan pengakuan teologis tentang keberadaan Allah, yang disebut dalam ayat 1
Surah Al-'Alaq dengan Rabb (Sang Pendidik). 

Di tengah masyarakat yang berbudaya sangat rendah ketika itu, Islam mengajarkan
budaya maju dengan iqro' (membaca dan menulis). Termasuk dalam pengertian membaca dalam
ayat itu adalah meneliti, menelaah, mengkaji. Kini gerakan literasi menjadi nafas budaya di
berbagai komunitas akademik di seluruh dunia.
Selain gerakan literasi, Islam berkemajuan ditandai dengan budaya toleran. Toleransi
sangat penting di tengah berbagai perbedaan dan sekat-sekat yang kerap menjadikan masyarakat
terkotak-kotak. 

Toleransi secara hakiki mengindikasikan sebuah kesiapan untuk menenggang dan


mengapresiasi berbagai perbedaan sekaligus mengelolanya secara produktif. Toleransi bukan
hidup tanpa sebuah prinsip, melainkan sikap teguh memegang ajaran Islam namun terbuka dalam
konteks sosial.

Model Negara Madinah yang dicontohkan Rasulullah menjadi contoh ideal praktik
toleransi itu. Berbagai latar belakang perbedaan sosial direkat menjadi satu dalam sebuah mata
rantai persaudaraan kemanusiaan. Ini menjadi barang langka ketika itu. Jika dilihat secara jeli,
Islam berkemajuan menawarkan sesuatu yang unik dan bergerak terdepan. Islam berkemajuan
selalu kreatif dan inovatif melahirkan berbagai ide cerdas demi kepentingan bersama.

Islam berkemajuan juga berupaya menghidupkan dan merawat kembali semangat dasar
keadilan. Karena keadilan menjadi salah satu pilar penting di masyarakat. Tanpa adanya keadilan
maka siklus sosial akan mengalami turbulensi dan masyarakat berpotensi masuk ke dalam arus
konfik. Ini mudah saja dibuktikan. Berbagai peperangan dan aksi teror hampir di semua belahan
dunia, salah satu variabel pentingnya, dikarenakan persoalan keadilan yang tidak terdistribusi
secara merata.

Islam berkemajuan juga meniscayakan sikap ramah budaya. Secara realistik, kehadiran Islam di
semua pelosok dunia tidak terjadi di ruang hampa. Islam selalu bertemu dengan budaya lokal,
untuk selanjutnya terjadi dialog. 

Dalam konteks ini, terjadi proses yang disebut akomodasi dan negasi. Budaya lokal yang tidak
sesuai bahkan bertentangan dengan nilai dasar yang terkandung di dalam Alquran dan Hadis
akan dinegasikan, meskipun tetap diapresiasi. Sementara budaya lokal yang sejalan dengan
Alquran dan Hadis, bukan saja diakomodasi, malah digunakan untuk memperkaya manifestasi
keislaman.

Rahmat untuk Semua

Islam berkemajuan bermuara pada predikat rahmatan lil 'aalamiin (rahmat bagi semua). Kalimat
tersebut  mengandung cita-cita kuat untuk merawat nilai-nilai kemanusiaan, damai dengan alam
sekitar dalam kerangka pengabdian kepada Allah. Predikat rahmatan lil 'aalamiin berupaya
menghidupkan kembali tiga relasi harmonis bagi terlaksananya kehidupan di dunia ini, yaitu;
relasi seorang Muslim kepada Allah, relasi seorang Muslim kepada sesama manusia dan tentu
yang tidak boleh dilupakan adalah relasi seorang Muslim kepada alam sekitar. Itulah hakikat
Islam berkemajuan. Wallaahu a'lam

Anda mungkin juga menyukai