Anda di halaman 1dari 20

SISTEM JUAL BELI DAN METODE PEMBAYARAN TRANSAKSI

ELEKTRONIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Informasi dan Transaksi
Elektronik

Dosen Pengampu:

Rizky Dermawan, MH.

Disusun Oleh:

Binti Mufidaturossy Diana (931203514)

Vira Sartika (931216317)

Aulia Dwi Rachmawati (931216817)

Dana Binti Afifah (931215318)

Irma Nurainun Fitria (931216618)

Kholiefah (931216218)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

KEDIRI

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala rahmat dan puji kepada Allah SWT., Dzat yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang yang telah menganugerahkan keberkahan berupa
ilmu. Alhamdulillah, dengan hidayah dan ridho Allah, kami dapat menyusun
makalah ini. Makalah ini berisi tentang “Sistem Jual Beli Dan Metode Pembayaran
Transaksi Elektronik.” Serta tidak lupa shalawat dan salam semoga tercurahkan atas
baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat beliau yang telah
membina dan menciptakan kader-kader Muslim melalui pendidikan risalah Nabi
sehingga menjadikannya pahlawan-pahlawan yang membela agama dan negaranya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Informasi
dan Transaksi Elektronik. Dalam penyusunan laporan ini, tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu, Rizki Dermawan, M.H. yang telah
membimbing dan membantu dalam pembuatan makalah.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat


kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang
budiman sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini pada masa yang
akan datang. Semoga kehadiran makalah ini dapat memberi mamfaat bagi kita
semua dalam menjalankan aktivitas belajar mengajar.

Kediri, 26 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3

A. Kontrak Jual Beli Transaksi Elektronik ........................................... 3


B. Pengaturan Uu Ite Terhadap Kontrak Jual Beli E-Commerce ....... 4
C. Keabsahan Kontrak Transaksi Elektronik ...................................... 7
D. Aspek Pengaturan Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik Dan
Tanda Tangan Elektronik ............................................................... 8
E. Sistem Pembayaran Transaksi Elektronik ...................................... 10

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 15

Kesimpulan ............................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Internet telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial masyarakat
Indonesia. Dapat dikatakan bahwa internet tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat. Saat ini, internet telah memasuki hampir semua bidang.
Internet memberikan banyak kemudahan bagi para pengguna (user). Melalui
internet, masyarakat dapat mencari berbagai informasi dan hiburan yang
dikunjungi dari seluruh penjuru dunia. Karena sifat Internet yang tidak terbatas,
dapat memperjelas dan menyembunyikan identitas pengguna sendiri,
mengulangi atau membuat identitas baru. Bahkan saat ini marak terjadinya
transaksi belanja online yang dilakukan masyarakat Indonesia.
Tingkat belanja online pengguna internet Indonesia adalah yang tertinggi
dibanding di kawasan Asia Tenggara lain. Muncul berbagai marketplace yang
berlomba-lomba untuk mendirikan dan menyediakan barang dan jasa secara
online. Untuk melakukan transaksi secara online membutuhkan media seperti
handphone atau komputer. Marketplace saat ini sangat digandrungi oleh
masyarakat Indonesia untuk membeli kebutuhan mereka karena mudah diakses
dan menyediakan barang yang bervariasi. Serta terdapat metode pembayaran
yang beragam. Untuk itu kelompok kami akan membahas tentang jual beli dan
metode pembayaran transaksi elektronik dalam prespektif UU ITE.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kontrak jual beli transaksi elektronik?
2. Bagaimana pengaturan UU ITE terhadap kontrak jual beli e-commerce?
3. Bagaimana Keabsahan Kontrak Transaksi Elektronik?
4. Apa saja aspek pengaturan penyelenggaraan sertifikasi elektronik dan
tanda tangan elektronik?
5. Apa saja sistem pembayaran transaksi elektronik?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kontrak jual beli transaksi elektronik.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan UU ITE terhadap kontrak jual
beli e-commerce.
3. Untuk mengetahui bagaimana Keabsahan Kontrak Transaksi Elektronik.
4. Untuk mengetahui apa saja aspek pengaturan penyelenggaraan sertifikasi
elektronik dan tanda tangan elektronik.
5. Untuk mengetahaui apa saja sistem pembayaran transaksi elektronik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kontrak Jual Beli Transaksi Elektronik


Pada prinsipnya, transaksi perdagangan dengan menggunakan teknologi e-
commerce sesungguhnya merupakan suatu model kontrak yang sama dengan
kontrak jual beli konvensional yang dilakukan dalam masyarakat Indonesia.
Jual beli secara konvensional hingga saat ini dilakukan baik berdasarkan KUH
Perdata maupun menurut sistem hukum adat. Menurut Pasal 1458 KUH
Perdata, perjanjian jual beli dianggap sudah berlangsung antara pihak penjual
dan pembeli, apabila mereka telah menyetujui dan bersepakat tentang harga
barang tersebut, sekalipun barangnya belum diserahkan dan harganya belum
dibayarkan. Perbedaan antara jual beli konvensional dengan transaksi
perdagangan e-commerce, terletak pada media yang digunakan. Pada transaksi
e-commerce, media yang digunakan adalah media elektronik atau internet.
Sehingga kesepakatan ataupun kontrak yang tercipta adalah melalui online.
Kemudian, hampir sama dengan kontrak jual beli konvensional, kontrak jual
beli e-commerce juga terdiri dari penawaran dan penerimaan. Sebab suatu
kesepakatan selalu diawali dengan adanya penawaran oleh salah satu pihak dan
penerimaan oleh pihak yang lainnya.1
Didalam setiap kontrak jual beli maupun bentuk kontrak lainya akan
melalui 3 (tiga) rangkaian tahapan hingga pelaksanaan dari kontrak yaitu
diawali dengan tahap pra¬contractual, yaitu adanya penawaran dan
penerimaan, tahap contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak
antara para pihak, dan tahap post contractual, yaitu pelaksanaan perjanjian.2
Dalam transaksi jual beli yang menggunakan e-commerce, khususnya jenis
business to customer yang melakukan penawaran adalah merchant atau
produsen/penjual. Dalam proses penawaran, penjual harus beritikad baik dalam

1
Arip Latifulhayat,”Perlindungan Data Pribadi dalam Perdagangan Secara elektronik (E-
Commerce)”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 18, Maret 2002, 28.
2
H. Salim HS, Perkembangan teori dalam Ilmu Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2010), 164.

3
memberikan informasi mengenai barang yang diperdagangkan melalui e-
commerce tersebut. Hal ini juga ditegaskan dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik yang menentukan: “Para pihak
yang melakukan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib beritikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik selama transaksi berlangsung”.
Dalam kedudukannya sebagai pelaku usaha, maka penjual transaksi jual beli e-
commerce ini tidak hanya tunduk pada sistematika UU ITE, akan tetapi juga
tunduk pada sistematika Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dalam rangka hubungan hukumnya dengan
konsumen selaku pembeli.
Transaksi pra kontrak secara online dalam e-commerce ini menurut
Research Paper on Contract Law memiliki banyak variasi, yakni transaksi
melalui chatting dan video conference, transaksi melalui e-mail, dan traksaksi
melalui website.3 Selain katalog produk yang ditawarkan juga jenis
pembayaran. Jenis-jenis pembayaran yang ditawarkan berbeda-beda sesuai
dengan layanan yang disediakan oleh merchant, seperti credit card, transfer
lewat bank, pembayaran melalui minimarket, dan lain-lain. Pada saat pengisian
formulir, konsumen juga diminta untuk mengisi formulir yang bersifat
informasi kontak untuk konsumen. Setelah pengisian order form dilakukan,
selanjutnya akan disediakan tombol untuk konfirmasi order, kemudian
dilanjutkan ke tahap pengesahan dan pengecekan order.

B. Pengaturan UU ITE Terhadap Kontrak Jual Beli e-Commerce


Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur secara
khusus mengenai transaksi elektronik dalam Bab V, yakni pada pasal 17 s.d.
pasal 22. Dalam pasal 17 ayat (2), para pihak yang melakukan transaksi
elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib beritikad baik dalam

3
Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-Commerce: Perspektif Islam (Yogyakarta: Magistra
Insania Press, 2004), 5.

4
melakukan interaksi dan atau pertukaran informasi elektronik dan/ atau
dokumen elektronik selama transaksi berlangsung.
Selanjutnya, dalam pasal 18 UU ITE ditentukan pula bahwa:
1. Transaksi Elektronik yang dituangkan kedalam kontrak Elektronik
mengikat para pihak.
2. Para pihak memiliki kewenangan untuk memilih hukum yang berlaku
bagi Transaksi Elektronik internasional yang dibuatnya.
3. Jika para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam Transaksi
Elektronik internasional, hukum yang berlaku didasarkan pada asas
Hukum Perdata internasional.
4. Para pihak memiliki kewenangan untuk menetapkan forum pengadilan,
Arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang
berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul dari Transaksi
elektronik internasional yang dibuatnya.
5. Para pihak tidak melakukan pilihan forum tersebut, penetapan
kewenangan pengadilan, arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa
alternatif lainnya yang berwenang menangani sengketa yang timbul dari
transaksi tersebut, didasarkan pada asas hukum perdata internasional.
Lalu pada pasal 19 juga ditentukan: Para pihak yang melakukan Transaksi
Elektronik hatus menggunakan sistem Elektronik yang disepakati. Lalu, dalam
penjelasannya dijelaskan bahwa: Yang dimaksud dengan "disepakati" dalam
pasal ini juga mencakup disepakatinya prosedur yang terdapat dalam Sistem
Elektronik yang bersangkutan.
Lebih lanjut dalam pasal 20 ditentukan:
(1) Kecuali ditentukan lain oleh para pihak, Transaksi Elektronik terjadi
pada saat penawaran transaksi yang dikirim Pengirim telah diterima dan
disetujui Penerima.
(2) Persetujuan atas penawaran Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara
elektronik.
Selain itu, dalam pasal 21 ditentukan:

5
(1) Pengirim atau Penerima dapat melakukan Transaksi Elektronik sendiri,
melalui pihak yang dikuasakan olehnya, atau melalui Agen Elektronik.
(2) Pihak yang bertanggung jawab atas segala akibat hukum dalam
pelaksanaan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
diatur sebagai berikut:
a. Jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam pelaksanaan
Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab para pihak yang
bertransaksi;
b. Jika dilakukan melalui pemberian kuasa, segala akibat hukum
dalampelaksanaan Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab
pemberi kuasa; atau
c. Jika dilakukan melalui Agen Elektronik, segala akibat hukum
dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab
penyelenggara Agen Elektronik.
(3) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal beroperasinya
Agen Elektronik akibat tindakan pihak ketiga secara langsung terhadap
Sistem Elektronik, segala akibat hukum menjadi tanggung jawab
penyelenggara Agen Elektronik.
(4) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal beroperasinya
Agen Elektronik akibat kelalaian pihak pengguna jasa layanan, segala
akibat hukum menjadi tanggung jawab, pengguna jasa layanan.
Dalam pasal 22 UU ITE juga ditentukan:
(1) Penyelenggara Agen Elektronik tertentu harus menyediakan fitur pada
Agen Elektronik yang dioperasikannya yang memungkinkan
penggunanya melakukan perubahan informasi yang masih dalam
proses transaksi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggara Agen Elektronik
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah (PP).
Lalu dalam penjelasan pasal 23 dijelaskan bahwa; Yang dimaksud dengan
"fitur" adalah fasilitas yang memberikan kesempatan kepada pengguna Agen

6
Elektronik untuk melakukan perubahan atau informasi yang disampaikannya,
misalnya fasilitas pembatalan (cancel, edit, dan konfirmasi ulang).4

C. Keabsahan Kontrak Transaksi Elektronik


Secara materil pengaturan mengenai informasi elektronik, dokumen dan
tanda tangan elektronik tersebut telah diatur dalam UU ITE, yang mana dalam
Pasal 5 ditentukan bahwa:
1. Informasi Elektronik dan atau Dokumen Elektronik dan atau hasil
cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah
2. Informasi Elektronik dan atau Dokumen Elektronik dan atau hasil
cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluaan dari
alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia
3. Informasi Elektronik dan atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah
apabila menggunakan sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-undang ini.
4. Ketentuan mengenai informasi Elektronik dan atau Dokumen Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk :
a. Surat yang menurut Undang-undang harus dibuat dalam bentuk
tertulis
b. Surat beserta dokumennya yang menurut Undang-undang harus
dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh penjabat
pembuat akta
Selanjutnya, dalam penjelasan Pasal 5 ayat 4a dijelaskan bahwa surat yang
menurut undang-undang harus dibuat tertulis meliputi tetapi tidak terbatas pada
surat berharga, surat yang berharga dan surat yang digunakan dalam proses
penegakan hukum secara perdata, pidana dan administrasi negara. Selanjutnya
dalam Pasal 6 ditentukan bahwa dalam hal terdapat ketentuan lain selain yang
diatur dalam Pasal 5 ayat 4 yang mensyaratkan bahwa suatu informasi harus
terbentuk tertulis atau asli, informasi Elektronik dan atau Dokumen Elektronik

4
Pasal 17-22 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

7
dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat dikses,
ditampilkan, dijamin keutuhannya dan dapat dipertanggung jawabkan sehingga
menerangkan suatu keadaan. Dalam Pasal 7 ditentukan bahwa setiap orang
yang menyatakan hak, memperkuat hak yang telak ada atau menolak hak orang
lain berdasarkan adanya informasi Elektronik dan atau Dokumen Elektronik
harus memastikan bahwa informasi Elektronik dan atau Dokumen Elektronik
yang ada padanya berasal dari sistem Elektronik yang memenuhi syarat
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

D. Aspek Pengaturan Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik dan Tanda


tangan Elektronik
UU ITE telah memberikan batasan mengenai Penyelenggaraan sistem
elektronik, yang mana dalam Pasal 1 butir 6 ditentukan: Penyelenggaraan
sistem elektronik adalah pemanfaatan sistem elektronik oleh penyelenggaraan
Negara, badan usaha, dan masyarakat. Sedangkan batasan mengenai sistem
elektronik diatur dalam Pasal 1 butir 5, yang secara tegas ditentukan: Sistem
Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang
berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan mengolah, menganalisis,
menyimpan, menampilkan, mengumpulkan, mengirim, dan/atau menyebarkan
informasi elektronik.5
Dalam kaitannya dengan pengaturan mengenai penyelenggaraan
sertifikasi, Sertifikasi elektronik dan Sistem elektronik tersebut telah diatur
dalam UU ITE, yang mana dalam Pasal 13 ditentukan:
1. Setiap orang berhak menggunakan jasa Penyelenggaraan Sertifikasi
Elektronik untuk pembuatan Tanda Tangan Elektronik.
2. Penyelengaraan sertifikasi Elektronik harus memastikan keterkaitan
suatu Tanda Tangan Elektronik dengan pemiliknya.
3. Penyelenggraan sertifikasi Elektronik terdiri atas:
a. Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik Indonesia; dan

Abdul Halim Barkatullah, Hukum Transaksi Elektronik di Indonesia “Sebagai Pedoman dalam
5

Menghadapi Era Digital Bisnis e-Commerce di Indonesia” (Bandung: Nusa Media, 2019), 65.

8
b. Penyelenggaraan elektronik asing.
4. Penyelenggraan Sertifikasi Elektronik Indonesia berbadan hukum
Indonesia dan berdomisili di Indonesia.
5. Penyelanggaraan Sertifikasi Elektronik asing yang beroperasi
6. Di Indonesia harus terdaftar di Indonesia.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelenggraan Sertifikasi Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Demikian pula dalam Pasal 14 ditentukan Penyelenggraan Sertifikasi
Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) sampai dengan ayat
(5) harus meyediakan informasi yang akurat, jelas, dan pasti kepada setiap
pengguna jasa, yang meliputi:
a. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi Penanda Tangan;
b. Hal yang dapat diguakan untuk mengetahui data diri pembuatan Tanda
Tangan Elektronik; dan
c. Hal yang dapat digunakan untuk menunjukkkan keberlakuan dan
keamanan Tanda Tangan elektronik
Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuasaan hukum dan akibat hukum
yang sah selama mmemenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Data pembuatan Tanda Tangan Elektronik terkait hanya kepada Penanda
Tangan.
2. Data pembuatan Tanda Tangga Eletektronik pada saat proses
penandatanganan elektronik hanya berada dalam kuasa Penanda Tangan.
3. Segala perubahan terhadap Tanda Tangan Elektronik yang terjadi setelah
waktu penandatanganan dapat diketahui.
4. Segala perubahan terhadap Informasi Elektronik yang terkait dengan
Tanda Tangan Elektronik tersebut setelah waktu penandaanganan dapat
diketahui.
5. Terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengeidentifikasi siapa
Penandatangannya, dan

9
6. Terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa Penanda Tangan telah
memberikan persetujuan terhadap Informasi Elektronik yang terkait.
Ketentuan lebih lanjut tentang Tanda Tangan Elektonik diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah dimaksud, antara lain,
mengatur tentang teknik, metode, sarana, dan proses pembuatan Tanda
Tangan Elektronik. Setiap orang yang terlibat dalam Tanda Tangan
Elektronik berkewajiban memberikan pengamanan atas Tanda Tangan
Elektronik yang digunakannya.

E. Sistem Pembayaran Transaksi Elektronik


Internet mengalami perkembangan yang sangat cepat baik dilihat
dari segi jumlah pengguna maupun nilai bisnis didalamnya. Kalangan
bisnis berusaha untuk memanfaatkan fenomena ini sebagai strategi
marketing dan juga sebagai media penjualan yang baru. Berbagai jenis
barang dan jasa ini membutuhkan adanya teknologi pembayaran yang
mendukung di dunia maya. Sistem pembayaran yang ada pada saat ini
dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. COD (Cash On Delivery)
COD (Cash On Delivery) atau pembayaran di tempat. Metode
pembayaran ini hanya untuk wilayah terdekat, atau daerah lain yang dia
memiliki jaringan di daerah itu, dan pembeli membayar barang yang
dipesan setelah barang tersebut tiba di tempat.6
Kelebihan dari sistem COD (Cash On Delivery):
a. Pembeli dapat memeriksa barang secara langsung sehingga
aman dari penipuan dan konsumen dapat langsung komplain
dan membatalkan pesanan jika barang tidak sesuai,
b. Biasanya tidak dikenakan biaya tambahan sehingga konsumen
tidak memerlukan menambah ongkos kirim selama masih dalam
jangkauan area penjual,

6
Ibid., 74.

10
c. Layanan COD (Cash On Delivery) sangat baik untuk
membangun reputasi toko online penjual.
Kekurangan COD (Cash On Delivery):
a. Dapat merugikan ketika suatu transaksi ternyata dibatalkan oleh
pembeli ketika barang dikirim,
b. Penjual tentu menghabiskan waktu, tenaga untuk proses
pengiriman barang tersebut,
c. Biasanya menggunakan uang kertas sehingga penjual memiliki
resiko menerima pembayaran dengan uang palsu.7
2. Transfer Bank
Metode pembayaran ini adalah dengan menstransferkan uang ke
rekening penjual. Pembeli menstransfer sesuai jumlah yang diorder dan
mengirimkan bukti transfer via email atau melalui faks. Setelah dana
yang ditransfer masuk dan bukti transfer di terima sanur, barang yang
dipesan segera dikirim.
Kelebihan transfer bank:
a. Pembayaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja,
b. Lebih aman karena dananya akan langsung sampai ke penjual,
c. Memiliki bukti transfer yang dapat menjamin dana tersebut
sudah sampai ke tangan penerima dana tersebut.
Kekurangan transfer bank :
a. Jika barang tidak sampai uang akan hilang,
b. Dikenakan biaya tambahan sebagai packing barang dan biaya
pengiriman barang yang dibeli,
c. Apabila melakukan transfer ke bank yang berbeda maka akan
diberikan tambahan biaya administrasi.8
3. Sistem Debit

7
Guru Ekonomi, “Cash On Delivery (COD)”, https://sarjanaekonomi.co.id/pengertian-cod/
diakses pada tanggal 24 September 2020, pukul 13.02 WIB.
8
Kargo, “Kelebihan dan Kekurangan Membayar Pengiriman Lewat COD, Bank Transfer atau
Virtual Account”, https://kargo.tech/blog/kelebihan-dan-kekurangan-membayar-pengiriman-lewat-
cod-bank-transfer-atau-virtual-account/ diakses pada tanggal 24 September 2020, pukul 13.27
WIB.

11
Kartu debit adalah jenis APMK yang dapat digunakan untuk
melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan
ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan, yakni kewajiban pemegang
kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan
pemegang kartu pada bank atau Lembaga Selain Bank (LSB) yang
berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.9 Sistem ini mengharuskan konsumen terlebih
dahulu mempunyai rekening di suatu bank. Apabila ia akan melakukan
suatu pembayaran maka pembayaran itu akan diambil dari rekening
tersebut dengan cara di debit.
Kelebihan kartu debit:
a. Digunakan sesuai dengan jumlah tabungan,
b. Tidak berhutang setelah melakukan transaksi karena jumlah
transaski langsung dipotong dari tabungan yang dimiliki oleh
nasabah,
c. Praktis dan efisien, karena tidak perlu membawa uang dalam
jumlah banyak kemana-mana.
Kekurangan kartu debit:
a. Penawaran promo sangat jarang,
b. Tidak bisa berbelanja melebihi saldo rekening,
c. Penggunaan terbatas karena harus menyesuaikan saldo yang
ada di rekening10
4. Kartu Kredit (Credit Card)
Pengertian kartu kredit menurut Peraturan Bank Indonesia, Kartu
Kredit adalah ayat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK)
yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban
yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi
pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai, dimana

9
R. Serfianto Dibyo Purnomo, Cita Yustisia Serfiyani, & Iswi Hariyani, Untung Dengan Kartu
Kredit, Kartu ATM-Debit, & Uang Elektronik (Jakarta: Visimedia, 2012), 84.
10
Indira A, “Kartu Kredit VS Debit, Mana Yang Lebih Perlu”, https://blog.julo.co.id/kelebihan-
kekurangan-kartu-kredit-vs-debit/ diakses pada tanggal 24 September 2020, pukul 14.07 WIB.

12
kewajiban pembayaan pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh
acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban untuk
melakukan pembayaran pada waktu yang disepakati, baik dengan
pelunasan secara sekaligus (change card) ataupun dengan pembayaran
secara angsuran.11
Penjual dapat menggunakan jasa bank yang mempunyai hubungan
dengan Credit Card International, misalnya Mastercard, JSB dan Visa.
Setelah order selesai dan pembeli memilih pembayaran dengan kartu
kredit, maka pembeli akan terhubung ke Bank selaku payment gateway.
Pengisian semua data mengenai kartu kredit dilakukan pada payment
gateway tersebut. Tugas penjual hanya mengechek apakah ada
transaksi dengan CC dan cross chek dengan Bank apakah CC yang
digunakan valid.
Kelebihan kartu kredit:
a. Banyak promo dan diskon yang ditawarkan,
b. Dapat digunakan untuk kebutuhan darurat atau mendadak,
c. Pembayaran dapat dicicil, jika belum mampu membayar secara
langsung.
Kekurangan kartu kredit:
a. Terdapat berbagai biaya yang perlu dibayar ketika memiliki
kartu kredit,
b. Terdapat bunga untuk tiap transaksinya,
c. Ada denda yang dikenakan apabila tidak mampu membayar
cicilan kartu kredit tepat waktu.12
5. Uang Digital
Sistem pembayaran baru seperti halnya uang digital ini hanya
berhasil apabila keberadaannya diterima oleh banyak orang. Untuk

11
Indonesia Ikatan Bankir, Bisnis Kredit Perbankan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015),
193.
12
Indira A, “Kartu Kredit VS Debit, Mana Yang Lebih Perlu”, https://blog.julo.co.id/kelebihan-
kekurangan-kartu-kredit-vs-debit/ diakses pada tanggal 24 September 2020, pukul 14.07 WIB.

13
meraih penerimaan ini semua pihak yang terlibat harus memetik cukup
banyak keuntungan melebihi “biaya” yang harus ditanggungnya:
1. Pembayaran harus dapat dilakukan dari rumah dengan cara mudah
dan efisien.
2. Dealer (merchant) bisa saja memetik fee dari transaksi (namun
sebaiknya tidak). Di lain pihak, keuntungan yang diraihnya adalah
memperbaiki citra sebagai merchant yang inovatif dan mungkin
meningkatkan penjualan.
3. Aristek sistem bertanggung jawab terhadap pengembangan sistem
pembayaran.
4. Penyedia sistem (system provider) menjadi pihak penengah.
Penjualan dealer diteruskan ke institusi keuangan.
5. Institusi keuangan dapat mempromosikan sistem tertentu.
6. Trust center mengontrol kunci signature digital.13

Abdul Halim Barkatullah, Hukum Transaksi Elektronik di Indonesia “Sebagai Pedoman dalam
13

Menghadapi Era Digital Bisnis e-Commerce di Indonesia, 79.

14
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Pada transaksi e-commerce, menggunakan media elektronik atau internet
begitupun dengan kesepakatan ataupun kontraknya juga tercipta melalui online.
Kontrak jual beli e-commerce terdiri dari penawaran dan penerimaan. Dalam
kontrak jual beli akan melalui 3 (tiga) rangkaian tahapan yaitu yang pertama tahap
pra¬contractual, yang kedua tahap contractual, dan yang ketiga tahap post
contractual.
Pengaturan UU ITE terhadap kontrak jual beli e-commerce telah di atur dalam
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik terdapat dalam Bab V pada
pasal 17 sampai pasal 22.
Secara materil pengaturan mengenai informasi elektronik, dokumen dan tanda
tangan elektronik tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik kontrak transaksi elektonik dapat dikatakan sah apabila sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektornik.
Dalam kaitannya dengan pengaturan mengenai penyelenggaraan sertifikasi,
Sertifikasi elektronik dan Sistem elektronik tersebut telah diatur dalam dalam pasal
13, pasal 14. Sedangkan untuk tanda tangan elektronik memiliki kekuasaan hukum
dan akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan dan juga diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Teknologi telah mengalami perkembangan yang sangat cepat. Sistem
pembayaran yang ada pada saat ini juga mengalami perkembangan. Sistem
pembayaran tersebut yaitu COD (cash on delivery) atau pembayaran ditempat,
transfer bank, sistem debit, kartu kredit (credit card), dan uang digital dari semua
pembayaran tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

15
DAFTAR PUSTAKA

A, Indira. “Kartu Kredit VS Debit, Mana Yang Lebih Perlu”.


https://blog.julo.co.id/kelebihan-kekurangan-kartu-kredit-vs-debit/ diakses
pada tanggal 24 September 2020, pukul 14.07 WIB.

Asnawi, Haris Faulidi. Transaksi Bisnis E-Commerce: Perspektif Islam.


Yogyakarta: Magistra Insania Press. 2004.

Bankir, Indonesia Ikatan. Bisnis Kredit Perbankan. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama. 2015.

Barkatullah, Abdul Halim. Hukum Transaksi Elektronik di Indonesia “Sebagai


Pedoman dalam Menghadapi Era Digital Bisnis e-Commerce di Indonesia”.
Bandung: Nusa Media. 2019.

Ekonomi, Guru. “Cash On Delivery (COD)”,


https://sarjanaekonomi.co.id/pengertian-cod/ diakses pada tanggal 24
September 2020, pukul 13.02 WIB.

HS, H. Salim. Perkembangan teori dalam Ilmu Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2010.

Kargo, “Kelebihan dan Kekurangan Membayar Pengiriman Lewat COD, Bank


Transfer atau Virtual Account”, https://kargo.tech/blog/kelebihan-dan-
kekurangan-membayar-pengiriman-lewat-cod-bank-transfer-atau-virtual-
account/ diakses pada tanggal 24 September 2020, pukul 13.27 WIB.

Latifulhayat, Arip. ”Perlindungan Data Pribadi dalam Perdagangan Secara


elektronik (E-Commerce)”. Jurnal Hukum Bisnis. Vol. 18. Maret 2002.

Purnomo, R. Serfianto Dibyo. Cita Yustisia Serfiyani., & Iswi Hariyani. Untung
Dengan Kartu Kredit, Kartu ATM-Debit, & Uang Elektronik. Jakarta:
Visimedia. 2012.

16
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.

17

Anda mungkin juga menyukai