Makala H
Makala H
2. Organizing (Organisasi)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan dapat
dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat rumah sakit / instansi kesehatan
daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah
dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak langsung sangat diperlukan.
Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang terkait dalam organisasi ini di tingkat
pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah), di samping memberlakukan Undang-
Undang Keselamatan Kerja. Di tingkat daerah (wilayah) dan tingkat pusat (nasional)
perlu dibentuk Komisi Keamanan Kerja rumah sakit / instansi yang tugas dan
wewenangnya dapat berupa :
a) Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan.
b) Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana- an keamanan kerja
rumah sakit / instansi kesehatan
c) Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi
kesehatan
d) Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin rumah sakit
/ instansi kesehatan
e) Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu rumah sakit /
instansi kesehatan.
Perlu juga dipikirkan kedudukan dan peran organisasi /Cermin Dunia Kedokteran
No. 154, 2007 5/ background image Manajemen keselamatan kerja profesi (PDS-
Patklin) ataupun organisasi seminat (Patelki, HKKI) dalam kiprah organisasi
keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan ini. Anggota
organisasi profesi atau seminat yang terkait dengan kegiatan rumah sakit / instansi
kesehatan dapat diangkat menjadi anggota komisi di tingkat daerah (wilayah)
maupun tingkat pusat (nasional). Selain itu organisasi-organisasi profesi atau
seminar tersebut dapat juga membentuk badan independen yang berfungsi sebagai
lembaga penasehat atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit / Instansi Kesehatan
3. Actualing (Pelaksanaan)
4. Controlling (Pengawasan).
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-
pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang
dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip
pokok, yaitu :
a) Adanya Rencana
b) Adanya Instruksi-Instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.
1. Risiko Internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.
2. Risiko Eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan luar
perusahaan.
3. Risiko Keuangan, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi dan
keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata uang.
4. Risiko Operasional, adalah semua risiko yang tidak termasuk risiko keuangan.
Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor manusia, alam, dan teknologi.
3. Analisis Risiko Kualitatif, analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah proses
menilai (assessment) impak dan kemungkinan dari risiko yang sudah diidentifikasi.
Proses ini dilakukandengan menyusun risiko berdasarkan efeknya terhadap tujuan
proyek. Skala pengukuran yang digunakan dalam analisa kualitatifadalah
Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS) 4360:2004.
4. Analisis Risiko Kuantitatif adalah proses identifikasi secara numeric probabilitas dari
setiap risiko dan konsekuensinya terhadap tujuan proyek.
5. Perencanaan Respon Risiko, Risk response planning adalah proses yang dilakukan
untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai batas yang dapat diterima.
6. Pengendalian dan Monitoring Risiko, langkah ini adalah proses mengawasi risiko yang
sudah diidentifikasi, memonitor risiko yang tersisa, dan mengidentifikasikan risiko
baru, memastikan pelaksanaan risk management plan dan mengevaluasi
keefektifannya dalam mengurangi risiko.