TENTANG
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Desember 2013
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 3 Januari 2014
ttd
AMIR SYAMSUDIN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 84 TAHUN 2013
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN
DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG
KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2014
A. Latar Belakang
B. Arah Kebijakan
C. Tujuan
1. Umum
Membantu mendanai kegiatan fisik bidang kesehatan yang
merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan
kesehatan nasional yang tertuang dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) Tahun 2014.
- 11 -
2. Khusus
Mendukung percepatan pencapaian MDGs yang terkait dengan
kesehatan, pelaksanaan SJSN bidang kesehatan, melalui
pembangunan/perbaikan/peningkatan sarana prasarana dan
peralatan di Poskesdes, Puskesmas dan jaringannya, pemenuhan
fasilitas sarana prasarana dan peralatan di RS
Provinsi/Kabupaten/Kota dan peningkatan ketersediaan,
pemerataan dan keterjangkauan obat, perbekalan kesehatan
untuk pelayanan kesehatan dasar, terutama bagi pelayanan
untuk masyarakat miskin dan DTPK.
D. Ruang Lingkup
1. Pengalokasian
Penghitungan alokasi DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014,
dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu:
a. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK
Penentuan kelayakan daerah penerima DAK menggunakan
Indeks Fiskal Wilayah (IFW) dengan bobot 50% dan IT
(Indeks Teknis) dengan bobot 50%.
b. Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah
1) Penentuan besaran alokasi daerah penerima DAK
menggunakan IFW dengan bobot 20 % dan IT dengan
bobot 80%.
2) IFW ditentukan berdasarkan Kriteria Umum
merupakan kewenangan Kementerian Keuangan dan
Kriteria Khusus merupakan kewenangan dari
Kementerian/Lembaga terkait, sedangkan kriteria
teknis merupakan kewenangan dari Kementerian
Kesehatan.
3) Usulan ruang lingkup kegiatan dan besaran alokasi
DAK kemudian dibahas dan diputuskan bersama
antara pemerintah dengan Panitia Kerja Belanja
Transfer ke Daerah DPR RI.
- 13 -
2. Penyaluran
DAK Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2014 disalurkan
melalui mekanisme transfer yang diatur melalui Peraturan
Menteri Keuangan dan ketentuan peraturan yang berlaku
lainnya.
a. Penyediaan Sarana, Prasarana Pelayanan Kesehatan Dasar
untuk Kabupaten/Kota, disalurkan melalui SKPD Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Penyediaan Obat, BMHP dan Sarana Prasarana Pelayanan
Kefarmasian untuk Kabupaten/Kota, disalurkan melalui
SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sedangkan
penyediaan Sarana Prasarana Pelayanan Kefarmasian
untuk Provinsi, disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan
Provinsi.
c. Penyediaan Sarana Prasarana Dan Peralatan Kesehatan
untuk Pelayanan Kesehatan Rujukan disalurkan melalui
SKPD Rumah Sakit Umum atau Khusus
Provinsi/Kabupaten/Kota.
- 14 -
BAB II
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN TEKNIS
DAK BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2014
A. Perencanaan
Sesuai dengan Pasal 162 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah dan Pemerintah Daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota) harus saling berkoordinasi dalam
penyusunan kegiatannya.
Dalam rangka menjaga sinkronisasi perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi program kesehatan Kabupaten/Kota dengan Provinsi, SKPD
yang memperoleh alokasi DAK Bidang Kesehatan agar berkoordinasi
dengan Dinas Kesehatan Provinsi.
Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) yang disusun mengacu
kepada Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun
2014.
B. Pelaksanaan Teknis
1. Pagu anggaran DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014 terdiri dari
anggaran Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar untuk Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota; anggaran Subbidang Pelayanan
Kesehatan Rujukan untuk RS Provinsi/Kabupaten/Kota; dan
anggaran Subbidang Pelayanan Kefarmasian untuk Dinas
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota.
2. Penggunaan anggaran DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014 harus
mengacu pada Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang
Kesehatan TA 2014. Ruang lingkup kegiatan DAK dalam juknis
ini sifatnya pilihan sesuai dengan subbidang masing-masing dan
disesuaikan dengan prioritas nasional.
3. Penggunaan anggaran DAK Bidang Kesehatan 2014 yang tidak
sesuai dengan Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang
Kesehatan 2014 menjadi tanggung jawab Kepala Daerah dan
SKPD yang bersangkutan.
4. Tidak diperkenankan pengalihan anggaran ataupun kegiatan
antar subbidang karena besaran alokasi per subbidang
mempunyai keterikatan dengan Undang – Undang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (UU APBN) Tahun 2014 dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 180/PMK.07/2013 tentang
Pedoman Umum dan Alokasi DAK Tahun Anggaran 2014.
- 15 -
BAB III
SUBBIDANG PELAYANAN KESEHATAN DASAR
b. Persyaratan Teknis:
1) Luas ruangan/bangunan sesuai dengan kondisi
setempat dengan memperhatikan kebutuhan minimal
pelayanan/kegiatan. Sedangkan jumlah sarana dan
ruangan tergantung jenis pelayanan/kegiatan yang
dilaksanakan. Pembangunan baru Pustu dapat
menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan oleh
wilayah setempat.
2) Denah tata ruang agar memperhatikan fungsi sebagai
sarana pelayanan kesehatan. Denah kebutuhan tata
ruang mengacu pada buku Pedoman Tata Ruang
Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat tahun 2007 serta lampiran pedoman yang
disempurnakan dan pedoman program.
3) Peralatan kesehatan
Kebutuhan minimal peralatan kesehatan
pembangunan Pustu mengacu pada buku Pedoman
Peralatan.
c. Acuan:
1) Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.
2) Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat tahun 2008.
- 18 -
b. Persyaratan Teknis:
1) Luas lahan dan bangunan tergantung jenis pelayanan
kesehatan/kegiatan yang dilaksanakan guna
memberikan pelayanan yang optimal.
2) Denah tata ruang
a) Denah tata ruang Puskesmas mengacu pada buku
Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007
serta lampiran pedoman yang disempurnakan dan
pedoman program.
b) Setiap pembangunan Puskesmas perlu
memperhatikan ruang penyimpanan obat, ruang
laboratorium, adanya ruang laktasi/pojok ASI
(standar ruang laktasi terlampir), dan
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan gender.
3) Peralatan Kesehatan
Kebutuhan minimal peralatan kesehatan
pembangunan Puskesmas mengacu pada buku
Pedoman Peralatan.
c. Acuan
1) Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.
2) Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat tahun 2008.
a. Persyaratan Umum
1) Adanya telaahan kebutuhan akan adanya Puskesmas
Perawatan, antara lain karena:
a) Puskesmas di wilayah terpencil, tertinggal,
kepulauan, perbatasan dengan negara lain sesuai
dengan target (101 Puskesmas terlampir).
b) Kabupaten pemekaran yang belum tersedia Rumah
Sakit.
2) Lokasi Puskesmas:
a) Wilayah terpencil/sangat terpencil, tertinggal,
perbatasan dan kepulauan.
b) Waktu tempuh lebih dari 2 jam dengan
menggunakan sarana transportasi yang tersedia.
3) Ada surat pernyataan yang ditandatangani Kepala
Daerah yang berisi:
a) Kesanggupan daerah untuk memenuhi ketenagaan
dan biaya operasional.
b) Tersedia tanah yang tidak bermasalah untuk
pembangunan
c) Pembangunan belum pernah diusulkan dari
sumber dana lainnya.
4) Dilengkapi rumah dinas bagi petugas bagi Puskesmas
yang membutuhkan. Rumah dinas harus satu lokasi
dengan Puskesmas.
5) Usulan disertai sarana prasarana penunjang yang
harus disediakan seperti pagar, listrik, air,
perlengkapan mebeulair, SPAL/IPAL, sarana
pembuangan sampah, dan peralatan kesehatan yang
dibutuhkan.
b. Persyaratan Teknis
1) Luas lahan dan bangunan tergantung jenis pelayanan
kesehatan/kegiatan yang dilaksanakan guna
memberikan pelayanan yang optimal.
- 21 -
c. Acuan
1) Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.
2) Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat tahun 2008.
b. Persyaratan Teknis
1) Luas lahan dan bangunan
Jumlah sarana dan luas ruangan PONED sesuai
ketentuan. Puskesmas Perawatan mampu PONED,
rumah dokter dan rumah petugas kesehatan harus
berada dalam satu lokasi.
2) Denah tata ruang
Rancangan tata-ruang/bangunan agar
memperhatikan fungsi sebagai sarana pelayanan
kesehatan. Puskesmas Perawatan mampu PONED
harus dilengkapi dengan Dapur Gizi dan peralatannya
serta UGD yang dapat memberikan pelayanan PONED.
Pelayanan PONED mengacu pada buku acuan
Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar.
3) Peralatan kesehatan
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan yang
diberikan oleh Puskesmas perawatan mampu PONED,
maka Puskesmas diperkenankan melengkapi
peralatan Puskesmas sesuai standar peralatan
Puskesmas.
- 23 -
c. Acuan
1) Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.
2) Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat tahun 2008.
2. Persyaratan Khusus
a. Luas lahan dan bangunan IPAL disesuaikan dengan
kapasitas IPAL yang di butuhkan Puskesmas yang didapat
dari data pemakaian rata-rata air bersih per hari.
b. Kapasitas IPAL minimal dapat mengolah limbah cair
sebanyak 100% dari jumlah pemakaian air bersih di
Puskesmas tiap harinya.
c. Puskesmas membuat Perencanaan Detail Engineering
Design (DED) IPAL dan jaringannya serta RAB, unit cost
yang ditetapkan oleh kepala Puskesmas dengan
rekomendasi Dinas PU Pemda setempat diketahui oleh
Bupati/Walikota.
- 25 -
6) Finishing IPAL.
7) Pekerjaan equipment, mekanikal dan elektrikal antara
lain pemasangan blower dan pompa, pembuatan panel
listrik, dengan kapasitas daya minimal serta
pemasangan peralatan listrik lainnya.
8) Pagar Pelindung lokasi IPAL.
9) Jaringan Air Limbah dan Bak Pengumpul.
k. Dalam pemilihan jenis dan teknologi Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) harus memperhatikan:
1) Kekuatan konstruksi bangunan.
2) Teknologi IPAL yang dipilih harus sudah terbukti
efluen (keluaran) air limbah hasil pengolahannya telah
memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit atau
Peraturan Daerah Setempat.
3) Disarankan pihak Puskesmas mencari referensi
dengan peninjauan ke Puskesmas yang telah memakai
produk teknologi IPAL yang terbukti minimal 3 tahun
effluentnya masih memenuhi Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 atau
peraturan daerah setempat dengan dibuktikan dengan
hasil uji laboratorium lingkungan (yang terakreditasi)
terhadap influent dan effluent air limbah.
4) Teknologi IPAL yang dipilih harus mudah dalam
pengoperasian dan pemeliharaannya.
5) Mudah mencari suku cadangnya.
6) Biaya operasional IPAL yang tidak besar (listrik,
pemeliharaan alat, dll).
7) IPAL dapat digunakan untuk pengolahan air limbah
dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi
tinggi.
8) Lumpur yang dihasilkan IPAL sedikit.
9) IPAL tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah
maupun fluktuasi konsentrasi.
l. Harus dipasang alat pengukur debit pada influent dan
efluent IPAL untuk mengetahui debit harian limbah yang
dihasilkan.
- 27 -
4. Acuan
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
d. Keputusan Bapedal Nomor 3 Tahun 1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13
Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak.
f. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58
Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Rumah Sakit.
g. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1190/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Izin Edar Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
i. Instruksi Menteri Lingkungan Hidup Nomor 1 Tahun 2013
tentang Persyaratan dan kewajiban dalam ijin Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
- 28 -
b. Persyaratan Teknis
1) Denah tata ruang
Denah tata ruang Puskesmas Pembantu mengacu
pada buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas,
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun
2007 serta lampiran pedoman yang disempurnakan
dan pedoman program
2) Tersedia bukti pernyataan Dinas Pekerjaan Umum
(PU) setempat tentang kondisi bangunan (rusak berat
atau rusak total) sehingga perlu di
perbaiki/rehabilitasi. Biaya penghancuran dibebankan
pada APBD (dengan memanfaatkan dana pendamping
DAK).
c. Acuan
1) Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.
2) Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat tahun 2008.
- 29 -
2. Rehabilitasi Puskesmas
Guna menunjang serta meningkatkan pelayanan Puskesmas
secara optimal, perlu adanya rehabilitasi fisik pada bangunan
Puskesmas yang mengalami kerusakan. Rehabilitasi Puskesmas
juga diperlukan untuk hal-hal khusus seperti, relokasi
Puskesmas yang disebabkan adanya perubahan tata ruang
wilayah, dan lain-lain. Khusus bagi Puskesmas yang
membutuhkan rumah dinas dokter, diperkenankan untuk
menambah rumah dinas dokter Puskesmas. Rehabilitasi
Puskesmas diprioritaskan untuk Kabupaten/kota dengan
jumlah penduduk yang besar dan Angka Kematian Ibu yang
tinggi. Pelaksanaan rehabilitasi fisik Puskesmas harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Persyaratan Umum
1) Puskesmas atau Puskesmas Perawatan dengan
kondisi rusak berat atau rusak total.
2) Puskesmas yang mengalami relokasi yang disebabkan
adanya perubahan tata ruang wilayah dan hal lain.
3) Belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya.
b. Persyaratan Teknis
1) Denah tata ruang
a) Denah tata ruang Puskesmas mengacu pada buku
Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007
serta lampiran pedoman yang disempurnakan dan
pedoman program
b) Setiap perbaikan/rehabilitasi Puskesmas perlu
memperhatikan ruang penyimpanan obat, ruang
laboratorium tersedianya ruang laktasi/pojok ASI
jika dibutuhkan (standar ruang laktasi terlampir),
dan memperhatikan kebutuhan gender.
2) Tersedia bukti pernyataan Dinas Pekerjaan Umum
(PU) setempat tentang kondisi bangunan (rusak berat
atau rusak total) sehingga perlu di
perbaiki/rehabilitasi. Biaya penghancuran dibebankan
pada APBD (diluar anggaran DAK dan dana
pendampingnya).
- 30 -
c. Acuan
1) Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.
2) Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat tahun 2008.
b. Persyaratan Teknis
1) Persyaratan teknis rehabilitasi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
2) Tersedia bukti pernyataan Dinas Pekerjaan Umum
(PU) setempat tentang kondisi bangunan (rusak berat
atau rusak total) sehingga perlu di perbaiki/
rehabilitasi. Biaya penghancuran dibebankan pada
APBD (diluar anggaran DAK dan dana
pendampingnya).
3) Rencana tata ruang
Rancangan tata ruang/bangunan agar memperhatikan
fungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan. Tata-
ruang dan jenis ruangan mengacu pada buku
Pedoman Tata Ruang Puskesmas.
- 31 -
c. Acuan
1) Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.
2) Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat tahun 2008.
b. Persyaratan Teknis
Peralatan kesehatan mengacu pada buku Pedoman
Peralatan Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas Tahun, 2008.
- 32 -
c. Alat Laboratorium
1) Rincian Alat
No Jenis
1 Mikroskop Binokuler+ Kit
2 Rotator
3 Refrigerator (suhu 2-8oC)
4 Haemoglobinometer + Reagen
Urine Analizer + Strip (3 parameter : Glukosa,
5
Protein, PH)
6 Blood Lancet Set
7 Hemocytometer Set + Reagen
8 Westergreen Set
9 Sentrifuge Mikrohematokrit
10 Kotak penyimpanan (Box Slide)
11 Bunsen
12 Pipet
13 Rak Pengering Slide
14 Alat Fit Test (Tipe FT 30)
Sharp bin Container (Kotak tahan tusukan
15
untuk spuit bekas)
2) Kriteria
a) Sumber Daya Manusia
Mempunyai petugas yang memiliki kualifikasi
pendidikan dan pengalaman yang memadai serta
memperoleh/ memiliki kewenangan untuk
melaksanakan kegiatan dibidang yang menjadi
tugas atau tanggung jawabnya. Jenis, kualifikasi
dan jumlah tenaga laboratorium adalah sebagai
berikut:
d. Poliklinik Set
Alat melebarkan
23 55 Pinset
punctum lakrimalis
Alat untuk
24 mengeluarkan benda 56 Retraktor
asing
Selang karet untuk
25 Benang cat gut 57
anus
26 Benang sutera 58 Semprit, gliserin
27 Gunting bedah standar 59 Disposable spuit
Semprit karet untuk
28 Gunting untuk mata 60
mengeringkan telinga
Semprit untuk telinga
29 Gunting Pembalut 61
dan luka
30 Jarum Jahit 62 Sikat tangan
Skalpel, mata pisau
31 Kateter 63
bedah
Sharp bin Container
32 Klem arteri, lurus 64 (Kotak tahan tusukan
untuk spuit bekas)
g. Needle
Cricothyrotomi set
- 36 -
b. Sanitarian Kit
1) Belum memiliki sanitarian kit atau telah rusak.
2) Sanitarian kit dikhususkan untuk kegiatan
pengawasan kualitas air minum secara lapangan.
3) Sarana Surveilan Penyehatan Lingkungan untuk
Sanitarian Puskesmas yaitu satu kit mobile portable
water test yang mampu memeriksa parameter wajib
kualitas air berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum.
4) Sanitarian kit mampu menyediakan informasi hasil uji
kualitas air dalam bentuk tercetak yang sesuai dengan
format surveilan kualitas air.
5) Jenis sarana Surveilan Penyehatan Lingkungan untuk
sanitarian dengan rincian:
a) Satu set mobile portable yang dilengkapi dengan :
tempat penyimpan media dan water test kit untuk
analisa parameter kimia, fisika dan mikrobiologi
untuk sampel air minum.
b) Buku manual dalam bahasa Indonesia
c) Sertifikat kalibrasi
6) Spesifikasi alat:
Peralatan tersebut harus mampu telusur sesuai angka
batas minimal dan maksimal parameter dalam
persyaratan kualitas air minum.
b. Persyaratan Teknis
1) Jenis kendaraan dapat menjangkau masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas, dan kendaraan dilengkapi
dengan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi,
serta media penyuluhan.
2) Kendaraan pusling harus memenuhi fungsi
transportasi petugas, rujukan pasien, dan dilengkapi
dengan peralatan untuk pelayanan kesehatan dasar,
program Puskesmas, dan penyuluhan kesehatan.
c. Acuan
Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat, tahun 2008.
- 42 -
b. Persyaratan Teknis
1) Jenis kendaraan dapat menjangkau masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas, terutama di daerah terpencil
dan sangat terpencil, dan kendaraan dilengkapi
dengan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi,
serta media penyuluhan.
2) Kendaraan pusling harus memenuhi fungsi
transportasi petugas, rujukan pasien, dan dilengkapi
dengan peralatan untuk pelayanan kesehatan dasar,
program Puskesmas, dan penyuluhan kesehatan.
- 43 -
c. Acuan
Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat, tahun 2008.
c. Acuan
Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat, tahun 2008.
1. Pembangunan Poskesdes
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa
dalam rangka memberdayakan masyarakat di bidang
kesehatan. Namun karena kemampuan masyarakat sebagian
besar terbatas, maka pemerintah membantu pembangunan fisik
Poskesdes, dengan mempertimbangkan persyaratan sebagai
berikut :
a. Persyaratan Umum
Pembangunan baru Poskesdes adalah pada setiap desa
yang belum ada bangunan Poskesdes dengan persyaratan:
1) Masyarakatnya tidak mampu membangun secara
swadaya.
- 45 -
b. Persyaratan Teknis
1) Luas bangunan:
a) Luas ruangan/bangunan disesuaikan dengan
ketersediaan lahan dengan memperhatikan
kebutuhan minimal pelayanan/ kegiatan dan hal-
hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
baik perempuan maupun laki-laki, termasuk ibu
hamil, usia lanjut, dan penyandang cacat.
b) Mudah dijangkau oleh masyarakat (transportasi).
c) Keamanan petugas kesehatan terjamin.
d) Tidak berdekatan dengan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
e) Jumlah ruangan dan sarana yang dibutuhkan
disesuaikan dengan jenis pelayanan/kegiatan yang
dilaksanakan.
f) Pembangunan baru Poskesdes diprioritaskan
menggunakan bahan bangunan yang berasal dari
daerah setempat.
g) Bentuk luar dari Poskesdes dapat disesuaikan
dengan model rumah adat setempat.
2) Denah tata ruang
Rancangan tata ruang/bangunan Poskesdes
disesuaikan dengan fungsi sarana pelayanan
kesehatan dan memperhatikan pemenuhan
kebutuhan, baik perempuan maupun laki-laki,
termasuk ibu hamil, usia lanjut, dan penyandang
cacat. Pada pelaksanaan pelayanan kesehatan di
- 46 -
c. Acuan
1) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1529/MENKES/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
2) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
140.05/292/2011 tentang Pembentukan Kelompok
Kerja Operasional dan Sekretariat Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif Tingkat Pusat.
3) Petunjuk Teknis Pengembangan dan Penyelenggaraan
Pos Kesehatan Desa, Pusat Promosi Kesehatan tahun
2012.
- 47 -
BAB IV
SUBBIDANG PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
1. Persyaratan Umum
Masih tersedianya lahan untuk peningkatan fasilitas tempat
tidur kelas III RS.
2. Persyaratan Teknis
a. Luas Lahan dan Tata Ruang Bangunan
Pembangunan/rehabilitasi ruang rawat inap kelas III RS
harus memperhatikan fungsi sebagai sarana pelayanan
kesehatan serta alur pelayanan untuk kelancaran dalam
pelayanan pasien. Oleh karena itu setiap
pembangunan/rehabilitasi ruang rawat inap kelas III yang
baik, berisi 8 (delapan) set tempat tidur yang dilengkapi
fasilitas penunjang antara lain: selasar, 2 (dua) kamar
mandi, 2 (dua) wasthafel, serta 2 (dua) kipas angin/ceiling
fan.
Bila direncanakan membangun/merehabilitasi lebih dari 4
(empat) ruang rawat inap kelas III, pada setiap
pembangunan/rehabilitasi 4 (empat) ruang rawat inap
(dengan jumlah tempat tidur 32) atau kelipatannya, maka
perlu dibangun 1 (satu) ruang perawat (Nurse Station) yang
dilengkapi dengan ruang-ruang pendukungnya.
- 48 -
2. Persyaratan Teknis
a. Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawat-
daruratan.
b. Pelayanan IGD harus dapat memberikan layanan 24 jam
dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu
c. Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi
kasus emergency
d. Dokter dan perawat telah mengikuti pelatihan penanganan
kegawatdaruratan di rumah sakit
e. Mempunyai Standar Operating Procedure (SOP) penerimaan
dan penanganan pasien kegawatdaruratan
f. Mempunyai standar response time di IGD selama 5 menit
3. Kriteria Teknis Peralatan
Peningkatan fasilitas Instalasi Gawat Darurat rumah sakit
mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
856/MENKES/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit.
2. Persyaratan Teknis
a. Pengelolaan pasien langsung dilakukan secara primer oleh
dokter intensivis dengan melaksanakan pendekatan
pengelolaan total pada pasien sakit kritis.
b. Pelayanan ICU harus dapat memberikan layanan 24 jam
dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu
c. Ada Tim jaga yang terlatih di ICU yang terdiri dari dokter
yang mempunyai dasar pengetahuan, keterampilan, teknis,
komitmen waktu dan secara fisik selalu berada di suatu
tempat untuk melakukan perawatan
d. Dokter dan perawat telah mengikuti pelatihan critical care
medicine berkelanjutan
e. Mempunyai Standar Operating Procedure (SOP) penerimaan
dan penanganan pasien ICU
3. Kriteria Teknis Peralatan
Peningkatan fasilitas Intensive Care Unit (ICU) rumah sakit
mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah
Sakit.
4. Pembangunan/Penyesuaian Bangunan ICU
Pelayanan ICU yang memadai ditentukan berdasarkan disain
yang baik dan pengaturan ruang yang adekuat. Disain
berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU.
1. Persyaratan umum
a. Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi
kasus emergensi baik secara umum maupun emergency
obstetrik-neonatal.
b. Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim
PONEK di rumah sakit meliputi resusitasi neonatus,
kegawat-daruratan obstetrik dan neonatus.
c. Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk
melakukan operasi, bila ada kasus emergensi obstetrik
atau umum.
- 53 -
2. Persyaratan Teknis
b) Ruangan Neonatal
(1) Unit Perawatan Intensif
(a) Unit ini harus berada di samping ruang
bersalin atau setidaknya jauh dari area
yang sering dilalui.
(b) Minimal ruangan berukuran 18 m2.
(c) Di ruangan dengan beberapa tempat
tidur sedikitnya ada jarak antar ranjang.
(d) Harus ada tempat untuk isolasi bayi di
area terpisah.
(e) Ruang harus dilengkapi paling sedikit 6
steker yang dipasang dengan tepat untuk
peralatan listrik.
- 56 -
Jumlah
No. Jenis Peralatan
minimal
1. Inkubator baby 5
2. Infant Warmer 2
3. Pulse Oxymeter Neonatus 3
4. Phototherapy 2
5. Syringe Pump 4
6. Infant resuscitation dan Emergensi Set 1
CPAP(Continuous Positive Airway Pressure) w/
7. 1
Medical air Compressor
8. Flow meter 1
9. Infuse Pump 1
10. Neonatus Resusitation and Emergensi Set 1
- 57 -
2) PERALATAN MATERNAL
c. Acuan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) 24 Jam di Rumah Sakit.
5. Acuan
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
d. Keputusan Bapedal Nomor 3 Tahun 1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13
Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak.
- 65 -
b. Persyaratan teknis
1) Luas ruang
Luas ruang BDRS didasarkan pada jenis ruang
kegiatan yang dilaksanakan. Adapun luasnya itu
adalah:
h) Lorong Luas : 3 m²
Total Luas 40 m²
a. Persyaratan Umum
Pemenuhan kebutuhan peralatan UTD di rumah sakit
mengacu pada persyaratan umum yaitu diperuntukkan
bagi pemenuhan peralatan :
1) UTD yang telah operasional di rumah sakit dalam
rangka peningkatan kualitas pelayanan transfusi
darah.
- 69 -
b. Persyaratan Teknis
Perlengkapanpenyimpanandarah
Blood bank refrigerator 1 buah
Peti pendingin darah / cool box untuk
1 buah
mobile unit (25 – 50 kantong)
3.
Peti pendingin darah/cool box untuk
2 buah
ruangan (2 – 5 kantong)
Termometer 2 buah
Termometer digita 1 buah
- 71 -
Perlengkapan Laboratorium
4. Pemeriksaan Konfirmasi Golongan
Darah dan Uji Silang Serasi
Peralatan :
Serological centrifuge untuk tube 12 x
1 buah
75 mm
Table top centrifuge 1 buah
Reagen refrigerator 1 buah
4.1
Sampel refrigerator 1 buah
Centrifuge (gel test) 1 buah
Inkubator ( Dry incubator) 1 buah
Inkubator (gel test) 1 buah
Water bath 1 buah
Mikroskop 1 buah
Rak tabung ( tabung 12x75 & rak
secukupnya
tabung )
Tabung reaksi kaca pyrex
secukupnya
ukuran.12x75
Bloodgrouping plate secukupnya
Pipet Pasteur uk 1 ml secukupnya
Mikropipet uk 5 ul, 25 ul, 50 ul secukupnya
Labu semprot 1 buah
Timer 2 buah
Gelas wadah bilas pipet Pasteur 2 buah
Gunting 2 buah
Kaca objek Secukupnya
Ember kecil untuk limbah cair 2 buah
Wadah limbah infeksius Secukupnya
Wadah limbah non infeksius Secukupnya
Reagensia :
Antisera A, B, D IgM monoklonal@10
3 vial
ml
4.3
Bovine Albumin 22% @ 10 ml 3 vial
Anti Human Globulin@ 10 ml 3 vial
Anti D IgG @ 10 ml 2 vial
Dibuat
Test Sel Standar A, B, O
sendiri
NaCl 0,9 % 5 liter
LissCoomb’s Card Secukupnya
Diluent Secukupnya
Reagen Skrining dan identifikasi allo
1 set
antibodi donor dan pasien
4. Acuan
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi
Legal.
b. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang
Ketenaganukliran.
c. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
d. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
363/Menkes/Per/IV/1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi
Alat Kesehatan.
f. Peraturan Mentari Kesehatan Nomor 394/Menkes-
Sos/SK/V/2001 tentang Institusi Penguji Alat Kesehatan.
g. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
- 77 -
BAB V
SUBBIDANG PELAYANAN KEFARMASIAN
Penyediaan dan pengelolaan obat terutama obat generik dan Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP) adalah bagian dari upaya untuk peningkatan akses
dan kualitas pelayanan kesehatan dasar, serta untuk mendukung
pelayanan kesehatan sekunder dan tersier dalam rangka percepatan
penurunan angka kematian ibu dan anak, perbaikan status gizi
masyarakat, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan,
terutama untuk pelayanan kesehatan penduduk miskin dan penduduk di
Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) serta Daerah
Bermasalah Kesehatan (DBK).
Menu DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian Tahun 2014 ditujukan
untuk mendukung pencapaian ketersediaan obat terutama obat generik
dan vaksin di Kabupaten/Kota.
1. Persyaratan Umum
a. Besaran alokasi DAK untuk Kabupaten/Kota dihitung
berdasarkan biaya minimal obat perkapita penduduk
Penerima Bantuan Iuran (PBI) di Kabupaten/Kota dan
biaya obat perkapita bagi seluruh penduduk
Kabupaten/Kota dengan memperhatikan jumlah
kunjungan Puskesmas.
b. Penyediaan Obat dan BMHP dari DAK meliputi obat
generik, BMHP, reagensia dan vaksin skala
Kabupaten/Kota (tidak termasuk penyediaan vaksin
imunisasi dasar) yang digunakan untuk pelayanan
kesehatan dasar (PKD) (termasuk Bufferstock
Kabupaten/Kota). DAK dapat juga digunakan untuk
mendukung pembiayaan APBN dalam rangka memenuhi
kekurangan obat dan BMHP yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (PP dan PL), Program Gizi dan
Kesehatan Ibu Anak (KIA), Program Prioritas Kementerian
Kesehatan lainnya dan pada saat terjadi bencana/Kejadian
Luar Biasa (KLB).
- 78 -
2. Persyaratan Teknis
a. Penyediaan obat terutama Obat Generik dan BMHP di
Kabupaten/Kota dilakukan setelah melalui penelaahan
terhadap tingkat kesakitan (morbidity) dan tingkat
kematian (mortality) akibat penyakit untuk mengetahui
jenis obat dan BMHP yang paling dibutuhkan.
b. Penyediaan obat dan BMHP hanya dapat digunakan untuk
pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan Puskesmas
Perawatan.
c. Kabupaten/Kota membuat usulan penyediaan Obat dan
BMHP sesuai Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) dan
Formularium Nasional (Fornas) yang ditandatangani oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diketahui
oleh Bupati/Walikota.
- 79 -
1. Persyaratan Umum
a. Pembangunan Baru Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
(IFK) diperuntukan bagi:
1) Kabupaten/Kota yang belum memiliki IFK (termasuk
di dalamnya Kabupaten/Kota hasil
pemekaran/bentukan baru).
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ingin memperluas
atau merelokasi Instalasi Farmasi yang sudah ada.
Apabila salah satu kondisi tersebut telah terpenuhi, maka
Kabupaten/Kota harus mempunyai lahan siap bangun
(pembebasan, sertifikat tanah dan pematangan lahan
(pemerataan dan pemadatan) merupakan tanggung jawab
Pemerintah Kabupaten/Kota)
2. Persyaratan Teknis
a. Pembangunan Baru IFK
1) Luas lahan dan bangunan disesuaikan dengan
kebutuhan daerah berupa volume obat dan BMHP
yang akan disediakan (minimal memiliki ruang
penerimaan, ruang karantina, ruang penyimpanan,
ruang pengemasan, ruang penyerahan, ruang obat
kadaluarsa dan ruang Kepala IFK).
2) Kabupaten/Kota membuat usulan pembangunan
dengan melampirkan master plan, gambar/block plan,
unit cost (per m²) dan RAB. Unit cost masing-masing
daerah ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum
setempat dan ditandatangani oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan diketahui oleh
Bupati/Walikota setempat.
3) Kabupaten/Kota membuat Surat Pernyataan
Kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan yang
ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
4) Proses pengadaan pembangunan harus mengacu
kepada peraturan perundang-undangan serta aturan
perubahan dan aturan turunannya yang berlaku.
5) Denah tata ruang
Rencana tata ruang/bangunan agar memperhatikan
fungsi sebagai sarana penyimpanan obat publik dan
BMHP serta mengacu pada buku Standar Sarana dan
Prasarana di Instalasi Farmasi Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
- 82 -
1. Persyaratan Umum
a. Pembangunan IFP
1) Pembangunan baru Instalasi Farmasi Provinsi
dimaksudkan jika Dinas Kesehatan Provinsi ingin
memperluas atau merelokasi Instalasi Farmasi yang
sudah ada.
2) Apabila kondisi tersebut telah terpenuhi, maka
Provinsi wajib mempunyai lahan siap bangun
(pembebasan, sertifikat tanah dan pematangan lahan
(pemerataan dan pemadatan) merupakan tanggung
jawab Pemerintah Provinsi).
- 84 -
2. Persyaratan Teknis
a. Pembangunan Baru IFP
1) Luas lahan dan bangunan disesuaikan dengan
kebutuhan daerah berupa volume obat dan BMHP
yang akan disediakan (minimal ruang penerimaan,
ruang karantina, ruang penyimpanan, ruang
pengemasan, ruang penyerahan, ruang obat
kadaluarsa dan ruang Kepala IF).
- 85 -
3. Acuan
a. Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) yang berlaku
b. Formularium Nasional (Fornas) yang berlaku
c. Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang harga Serum dan
Vaksin Program Imunisasi yang berlaku
d. Keputusan Menteri Kesehatan tentang Harga Perbekalan
Kesehatan dan Obat Gigi yang berlaku.
e. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengadaan Obat dengan Prosedur e-
purchasing berdasarkan e – catalogue yang berlaku
f. Surat Edaran Menteri Kesehatan tentang Pengadaan Obat
Pemerintah melalui mekanisme e-purchasing berdasarkan
katalog elektronik (e-catalogue) yang berlaku
g. Standar Sarana dan Prasarana di Instalasi Farmasi
Provinsi dan Kabupaten/Kota yang berlaku.
h. Peraturan Perundang-undangan tentang Obat Tradisional,
Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka yang berlaku.
- 88 -
BAB VI
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN
B. Pelaporan
2. Alur Pelaporan
a. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota
1) Kepala SKPD menyampaikan laporan triwulan kepada
Sekretaris Daerah dan selanjutnya Sekretaris Daerah
melakukan kompilasi laporan SKPD. Bupati/Walikota
menyampaikan kompilasi laporan SKPD kepada
Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Teknis (Menteri Kesehatan).
2) Kepala SKPD (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
RS Kabupaten/Kota) menyampaikan laporan triwulan
kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan selanjutnya
Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan kompilasi
laporan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota kepada Menteri Kesehatan melalui
Sekretaris Jenderal up. Kepala Biro Perencanaan dan
Anggaran.
b. Pelaksanaan di Provinsi
1) Kepala SKPD menyampaikan laporan triwulan kepada
Sekretaris Daerah dan selanjutnya Sekretaris Daerah
melakukan kompilasi laporan SKPD. Gubernur
menyampaikan kompilasi laporan SKPD kepada
Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Teknis (Menteri Kesehatan).
- 91 -
SEKDA MENTERI
SKPD KABUPATEN/KOTA BUPATI/WALIKOTA
KEUANGAN
MENTERI DALAM
NEGERI
MENTERI
DINAS KESEHATAN
KESEHATAN
Ket :
: laporan langsung SEB
: laporan langsung
- 92 -
MENTERI DALAM
NEGERI
Ket :
: laporan langsung SEB
: laporan langsung
- 93 -
BAB VII
PENUTUP
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
FORMULIR 1
Yang terhormat,
Menteri Kesehatan
c.q Dirjen Binfar dan Alkes
di
tempat
Mengetahui Kepala
Bupati/Walikota Kab/Kota, Dinas Kesehatan Kab/Kota,
Nama Nama
NIP
Tembusan:
Kadinkes Propinsi ..........
FORMULIR 2
CONTOH FORMAT
KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PEMAKAIAN JUMLAH
KEBUTUHAN SISA STOK %
NO NAMA OBAT KEMASAN BULAN OBAT DAN
TAHUN 2014 PER…..2014 KETERSEDIAAN
…….s.d…… VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7=5+6 8=7/4
1 Alopurinol tablet 100 mg 100
tablet/strip/blister,
kotak
2 Aminofilin tablet 200 mg 100 tablet/botol
3 Aminofilin injeksi 24 30 ampul/kotak
mg/ml
4 Amitripilin tablet salut 25 100 tablet/strip/
mg (HCL) blister, kotak
… POLIO 10 Dosis
… ………………
… ………………
dst ………………
TOTAL
Keterangan:
1. Kebutuhan adalah persediaan ideal selama satu tahun dengan penghitungan pemakaian rata-rata per bulan tahun
sebelumnya x 18 bulan (12 bulan kebutuhan, 3 bulan cadangan/buffer stock, dan 3 bulan lead time pengadaan)
2. Sisa stok adalah jumlah fisik obat dan vaksin yang ada di IFK di akhir periode tertentu
3. Jumlah Obat dan Vaksin yang tersedia di IFK adalah : Sisa stok + total penggunaan selama periode tertentu
4. Untuk triwulan I sisa stok per 31 Maret, Pemakaian dari awal Bulan Januari sampai dengan akhir Maret
5. Untuk triwulan II sisa stok per 30 Juni, Pemakaian dari awal Bulan Januari sampai dengan akhir Juni
6. Untuk triwulan III sisa stok per 30 September, Pemakaian dari awal Bulan Januari sampai dengan akhir September
7. % Ketersediaan Obat dan Vaksin di IFK = jumlah obat dan vaksin yang tersedia / kebutuhan x 100%
FORMULIR 3
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
• Pembangunan
baru
• Rehabilitasi
• Alat Kesehatan
4 Puskesmas
Perawatan
• Pembangunan
baru
• Rehabilitasi
• Peningkatan
Puskesmas
menjadi
Puskesmas
Perawatan
• Alat Kesehatan
Perencanaan Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Permasalahan
Kesesuaian
antara
Lokasi
Jumlah Realisasi DPA-SKPD Upaya
No Jenis Kegiatan Kegiatan
dengan Kode Pemecahan
Jml Satuan Jml Satuan
Juknis Masalah Masalah
DAK Total **) yang
Pendamping Keuangan Fisik
(Rp. (Rp. Ya Tidak diharapkan
(Rp. Juta) (%) (%)
Juta) Juta)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
5 Puskesmas
Perawatan Mampu
PONED
• Pembangunan
baru
• Rehabilitasi
• Peningkatan
Puskesmas
menjadi
Puskesmas
mampu PONED
• Alat Kesehatan
6 IPL
• Pembangunan
IPAL
• Penghancur
jarum suntik
dan syringe
Perencanaan Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Permasalahan
Kesesuaian
antara
Lokasi
Jumlah Realisasi DPA-SKPD Upaya
No Jenis Kegiatan Kegiatan
dengan Kode Pemecahan
Jml Satuan Jml Satuan
Juknis Masalah Masalah
DAK Total **) yang
Pendamping Keuangan Fisik
(Rp. (Rp. Ya Tidak diharapkan
(Rp. Juta) (%) (%)
Juta) Juta)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
7 Rumah Dinas
• Rehab Rumah
Dinas dr/drg
• Rehab Rumah
Dinas
Paramedis
8 Puskesmas
Keliling
• Roda 4
- Single
gardan
- Double
gardan
• Perairan
9 Alat Kesehatan
• alat
laboratorium
• alat poliklinik
set
Perencanaan Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Permasalahan
Kesesuaian
antara
Lokasi
Jumlah Realisasi DPA-SKPD Upaya
No Jenis Kegiatan Kegiatan
dengan Kode Pemecahan
Jml Satuan Jml Satuan
Juknis Masalah Masalah
DAK Total **) yang
Pendamping Keuangan Fisik
(Rp. (Rp. Ya Tidak diharapkan
(Rp. Juta) (%) (%)
Juta) Juta)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
• alat gawat
darurat/Life
Saving
• Sanitarian Kit
• Food
Contamination
kit
Mengetahui,
Kepala Dinas Kesehatan Prov. Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota
Nama Nama
NIP NIP
Petunjuk pengisian :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
Kesesuaian
antara DPA-
Jumlah Realisasi Upaya
No Jenis Kegiatan SKPD dengan
Kode Pemecahan
Jumlah Satuan Jml Satuan Juknis
Masalah Masalah
DAK Total **) yang
Pendamping Keuangan Fisik
(Rp. (Rp. Ya Tidak
(Rp. Juta) (%) (%) diharapkan
Juta) Juta)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyediaan Obat
dan BMHP
Kabupaten/Kota
2 Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota
• Pembangunan
baru
• Rehabilitasi
• Sarana
pendukung IFK
1) Sarana
penyimpan
Perencanaan Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Permasalahan
Kesesuaian
antara DPA-
Jumlah Realisasi Upaya
No Jenis Kegiatan SKPD dengan
Kode Pemecahan
Jumlah Satuan Jml Satuan Juknis
Masalah Masalah
DAK Total **) yang
Pendamping Keuangan Fisik
(Rp. (Rp. Ya Tidak
(Rp. Juta) (%) (%) diharapkan
Juta) Juta)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2) Sarana
distribusi
3) Sarana
pengaman
4) Sarana
pengolah data
5) sarana
telekomunikasi
3 Instalasi Farmasi
Provinsi
a. Pembangunan
baru
b. Rehabilitasi
c. Sarana
pendukung IFP
1) Sarana
penyimpan
2) Sarana
distribusi
3) Sarana
pengaman
Perencanaan Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Permasalahan
Kesesuaian
antara DPA-
Jumlah Realisasi Upaya
No Jenis Kegiatan SKPD dengan
Kode Pemecahan
Jumlah Satuan Jml Satuan Juknis
Masalah Masalah
DAK Total **) yang
Pendamping Keuangan Fisik
(Rp. (Rp. Ya Tidak
(Rp. Juta) (%) (%) diharapkan
Juta) Juta)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4) Sarana
pengolah data
5) sarana
telekomunikasi
Mengetahui,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Nama Nama
NIP NIP
Petunjuk pengisian :
LAPORAN REALISASI PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN 2014
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN TRIWULAN I/II/III/IV *)
Provinsi :
Kabupaten/Kota :
RSUD/RSK :
Total
Mengetahui,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Direktur RS
Nama Nama
NIP NIP
Petunjuk pengisian :
Kolom 2 diisi dengan jenis kegiatan sesuai dengan juknis (untuk pengadaan peralatan laboratorium Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota disebutkan jenis peralatan yang diperoleh)
Kolom 3 diisi dengan jumlah kegiatan pada sarana dan prasarana kesehatan.
Kolom 4 diisi dengan satuan dari kolom 3.
Kolom 5 diisi dengan besarnya alokasi DAK Bidang Kesehatan (termasuk pendamping) untuk masing-masing kegiatan.
Kolom 6 diisi dengan jumlah kegiatan yang terealisasi pada sarana dan prasarana kesehatan.
Kolom 7 diisi dengan satuan dari kolom 6
Kolom 8 diisi dengan realisasi penggunaan DAK (termasuk pendamping) untuk masing-masing kegiatan sampai dengan
triwulan I/II/III/IV *).
Kolom 9 diisi dengan persentase fisik sampai dengan triwulan I/II/III/IV *).
Kolom 10 diisi dengan Kesesuaian antara DPA-SKPD dengan Juknis
Kolom 11 diisi dengan kode masalah dibawah ini:
Kode Masalah
1. Permasalahan terkait dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
2. Permasalahan terkait dengan petunjuk teknis
3. Permasalahan terkait dengan Rencana Kerja dan Anggaran (SKPD)
4. Permasalahan terkait dengan DPA-SKPD
5. Permasalahan terkait dengan SK Penetapan Pelaksanaan Kegiatan
6. Permasalahan terkait dengan Pelaksanaan Tender Pekerjaan Kontrak
7. Permasalahan terkait dengan Persiapan Pekerjaan Swakelola
8. Permasalahan terkait dengan Penerbitan SP2D
9. Permasalahan terkait dengan Pelaksanaan Pekerjaan Kontrak
10. Permasalahan terkait dengan Pelaksanaan Pekerjaan Swakelola
FORMULIR 6
SISTEMATIKA
LAPORAN AKHIR DANA ALOKASI KHUSUS
I. PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Tujuan penulisan laporan
IV.PENUTUP
a. Saran dan masukan daerah
b. Rekomendasi kebijakan untuk pemerintah pusat