536 979 1 SM
536 979 1 SM
10 Oktober 2014
Zulfikar Alkautsar
Mahasiswa Program Studi S1 Ekonomi Islam–Fakultas Ekonomi dan Bisnis–Universitas Airlangga
Email : zalkautsar3@gmail.com
ABSTRACT:
People does consumption to fulfill their needs in order to keeping their life. There are
guidelines in Islam telling how a Moslem is supposed to consumed. A Moslem needs a
comprehensive understanding about Islamic consumption in order to adjust their consuming
behaviour with Islamic syaria. The understanding causes an implication of Moslem consumer
behaviour in daily life.
This research uses case study method with descripive qualitative approach. Author
uses interview for primary data collection in this research. The scope of this research is limited
in student of Islamic Economics of Economics and Business Faculty of Airlangga University
and answer how to implement Islamic consumption understanding in Moslem consumption
behavior.
The result of this research shows there are four elements of Islamic consumption which
is used as a guideline for moslem while they do consumption, ie: halal products consumption,
avoiding excessive consumption (israf), paying zakat, infaq, and charity, and making needs
priority. The informen confess that there is a difference in their consuming behaviour before
and after knowing the Islamic consumption theory.
736
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
737
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
Informasi gaya hidup dan tren yang penelitian ini adalah mahasiswa Program
sangat mudah untuk diakses menjadikan Studi Ekonomi Islam Universitas Airlangga
konsumen muda kini memiliki penafsiran Surabaya. Seorang Muslim yang berakal
bahwa trend an gaya hidup di media (memahami) seharusnya dapat
massa tersebut harus diikuti karena mengamalkan ilmu yang dimilikinya
menyangkut penerimaan mereka di dalam kehidupan sehari-hari sebagai
lingkungan tempat mereka bergaul. Hal wujud ketaatan seorang hamba kepada
tersebut dalam ilmu psikologi disebut Allah SWT.
konformitas.
B. Rumusan Masalah
Konformitas adalah perubahan
Berdasarkan latar belakang yang
perilaku dan sikap seseorang untuk
telah diuraikan di atas, maka rumusan
memenuhi standar yang dibentuk oleh
masalah penelitian ini adalah
suatu kelompok agar seseorang dapat
“Bagaimana implementasi pemahaman
diterima sebagai bagian dari kelompok
konsumsi Islam pada konsumen Muslim?”
tersebut. (Hotpascaman, 2010:16).
II. Landasan Teori
Mahasiswa adalah elemen
A. Pemahaman
masyarakat yang diharapkan dapat
Pemahaman memiliki kata dasar
berpikir kritis terhadap apa yang terjadi
paham yang mendapat imbuhan pe- dan
dengan lingkungan sekitarnya. Mahasiswa
–an. Menurut Kamus Besar Bahasa
yang memiliki pemahaman konsumsi
Indonesia (KBBI) paham memiliki makna
Islam, tentu memahami bahwa tuntunan
pengertian, pendapat, atau mengerti
Islam dalam berkonsumsi harus didasari
benar akan suatu hal. Menurut Kamus
dengan motivasi untuk mencapai
Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa
maslahah bukan untuk maksimalisasi
Indonesia yang disusun oleh J.S. Badudu,
utilitas. Sebagai akademisi, mahasiswa
kata paham merupakan kata serapan
berkewajiban untuk mengaplikasikan teori
dari bahasa Arab, yaitu kata ﻓﮭﻢ. Menurut
yang didapat dari proses perkuliahan
Kitab Lisan Al Arab yang disusun oleh Ibnu
untuk diterapkan dalam kehidupan,
Mandzur, kata ﻓﮭﻢ memiliki makna
dalam hal ini mahasiswa ekonomi Islam
mengerti, memahami, dan pemahaman.
memiliki kewajiban untuk menerapkan
Lebih lanjut, menurut Partowisastro
ilmu ekonomi Islam, terutama teori
(1983: 22-24) seperti yang dikutip dari
konsumsi Islam untuk dipraktikkan dalam
http://dirman-
kehidupan sehari-hari.
djahura.blogspot.com/2012/09/pemaham
Berdasarkan uraian di atas, penulis
an-sebagai-pernyataan-hasil.html
tertarik untuk meneliti dampak
mengemukakan bahwa terdapat empat
implementasi pemahaman konsumsi Islam
macam pengertian pemahaman, yaitu :
pada perilaku konsumsi konsumen Muslim.
Konsumen muslim yang dimaksud dalam
738
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
1. Melihat hubungan yang belum nyata but as an aspect of how we deal with the
pada pandangan pertama world.” Dari pernyataan tersebut dapat
2. Mampu menerangkan atau dapat diketahui bahwa pemahaman bukan
melukiskan tentang aspek-aspek, hanya sebatas pada teori saja, namun
tingkatan, sudut pandangan- juga bagaimana seseorang merespon
pandangan yang berbeda fenomena yang ada di sekitarnya
3. Memperkembangkan kesadaran akan menggunakan konsep/teori yang telah
faktor-faktor yang penting didapat sebelumnya dalam sebuah
4. Berkemampuan membuat ramalan proses pembelajaran.
yang beralasan mengenai tingkah
B. Teori Konsumsi Islam
lakunya.
Islam berpandangan bahwa hal
Berdasarkan uraian diatas dapat
terpenting yang harus dicapai dalam
disimpulkan bahwa pemahaman menurut
aktifitas konsumsi adalah maslahah.
Partowisastro adalah kemampuan
“Maslahah adalah segala bentuk
seseorang dalam mengerti atau
keadaan, baik material maupun non
mengetahui suatu hal dengan benar.
material, yang mampu meningkatkan
Kemampuan memahami sesuatu menjadi
kedudukan manusia sebagai makhluk
bagian penting dalam proses
yang paling mulia” (P3EI, 2011:43).
pembelajaran yang dilakukan oleh
Maslahah memiliki dua kandungan, yaitu
seseorang. Mempelajari suatu hal tidak
manfaat dan berkah. Maslahah hanya
cukup hanya dengan mengetahui hal
bisa didapatkan oleh konsumen saat
tersebut saja, dibutuhkan pemahaman
mengkonsumsi barang yang halal saja.
agar apa yang dipelajari oleh seseorang
Halal memiliki definisi “tindakan
dapat diaplikasikan dalam kehidupan
yang dibenarkan untuk dilakukan oleh
sehari-hari. Pemahaman memiliki
syara’” (Sholihin,2010:301). Halal dibagi
tingkatan yang lebih tinggi dari
menjadi tiga yaitu halal menurut sifat zat,
pengetahuan. Seseorang yang
cara memperolehnya, dan cara
mengetahui suatu hal belum tentu
pengolahannya. Allah SWT berfirman
memahami hal tersebut, berbeda dengan
dalam Q.S. Al Baqarah:173
seseorang yang memahami suatu hal,
ٓۡ ﺰ ﺮ و ﺎ ۡ ۡ ﺔ و ﺪم و ۡﺤ ۡ ﺮم ﻋΣ إ ﺎ
dapat dipastikan dirinya mengetahui hal
tersebut (Diakses melalui Ωﻋﺎ
و ۡ ﺮ ﺎϏ ﺮτο
ۡ ϦϓͿ ﮫٕ ﻐ ۡ ﺮ مϞأھ
http://www.dirman-djahura.blogspot.com ٧ ٌ Σﻔﻮر رϏ Ϳ ﻋ ۡ ىﮫ إنΛۡ ٓ إϓ
pada 18 April 2014). “Sesungguhnya Allah hanya
Carl Bereiter mengemukakan dalam mengharamkan bagimu bangkai, darah,
bukunya Education and Mind in the daging babi, dan binatang yang (ketika
Knowledge Age bahwa: “understanding disembelih) disebut (nama) selain Allah.
was seen, not as some entity in the head Tetapi barangsiapa dalam keadaan
739
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
terpaksa (memakannya) sedang dia tidak dharuriyat. Kebutuhan hajjiyat hanya bisa
menginginkannya dan tidak (pula) dipenuhi apabila kebutuhan dharuriyat
melampaui batas, maka tidak ada dosa sudah terpenuhi. Tidak terpenuhinya
baginya. Sesungguhnya Allah Maha kebutuhan hajjiyat sebenarnya tidak
Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S. mengancam aspek dharuriyat selama
Al Baqarah:173). kebutuhan dharuriyat masih terpenuhi.
Tingkatan kebutuhan selanjutnya adalah
Keimanan seorang Muslim dapat
tahsiniyat. Tingkatan kebutuhan ini memiliki
diukur dengan bagaimana seorang
fungsi sebagai penambah keindahan dan
Muslim menjalani kehidupannya sehari-
kesenangan hidup. Kebutuhan tahsiniya
hari sesuai dengan tuntunan Al Qur’an
hanya boleh dipenuhi setelah kebutuhan
dan hadits. Dalam konteks ekonomi,
dharuriyat dan hajjiyat terpenuhi lebih
seorang Muslim diwajibkan untuk
dulu (Muflih, 2006: 66-70).
mengkonsumsi hal-hal yang baik saja.
Prioritas konsumsi seorang Muslim
Yaitu halal baik halal menurut sifat zat,
harus mengutamakan kebutuhan
cara pemrosesan, dan cara
dharuriyat dibandingkan dengan
mendapatkannya.
kebutuhan hajjiyat dan tahsiniyat.
Mengkonsumsi barang dan jasa
Kebutuhan hajjiyat dan tahsiniyat hanya
yang halal saja merupakan bentuk
boleh dipenuhi setelah semua kebutuhan
kepatuhan manusia kepada Allah SWT,
dharuriyat terpenuhi.
sebagai balasannya, manusia akan
Sepintas, prioritas pemenuhan
mendapatkan pahala sebagai bentuk
kebutuhan tersebut tidak berbeda
berkah dari barang dan jasa yang
dengan prioritas pemenuhan kebutuhan
dikonsumsi. (P3EI, 2011:129).
yang ada di dalam teori konsumsi
Teori konsumsi Islam mengajarkan
ekonomi sekuler, namun jika diperhatikan
untuk membuat prioritas dalam
lagi, kebutuhan dharuriyat (primer)
pemenuhan kebutuhan. “Urutan prioritas
mengandung unsur-unsur yang berbeda
kebutuhan tersebut adalah: dharuriyat
dengan kebutuhan primer yang ada di
(primer), hajjiyat (sekunder), dan tahsiniyat
teori konsumsi ekonomi sekuler.
(tersier)” (Muflih, 2006:66-70).
Perbedaan tersebut adalah kebutuhan
seseorang untuk beribadah. Teori konsumsi
Kebutuhan dharuriyat mencakup:
ekonomi sekuler hanya mencakup
agama (din), kehidupan (nafs),
kebutuhan sandang, pangan, papan, dan
pendidikan (‘aql), keturunan (nasl), dan
pendidikan. Islam mengajarkan umatnya
harta (mal). Tingkatan kebutuhan manusia
untuk hidup selaras, yaitu dengan
menurut Islam selanjutnya adalah
terpenuhinya kebutuhan duniawi dan
kebutuhan hajjiyat. Kebutuhan hajjiyat ini
ukhrawi. Sehingga kebutuhan untuk
berfungsi sebagai pelengkap kebutuhan
beribadah termasuk dalam kebutuhan
740
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
dharuriyat (primer). Allah berfirman dalam Islam). Pemahaman konsumsi Islam tidak
Q.S. Adz Dzariyat ayat 56: terlepas dari pemahaman seorang Muslim
konsumsi atau pembelanjaan uang tidak yang memenuhi janji Allah dan tidak
sebatas hanya untuk kepentingan pribadi merusak perjanjian. 21. dan orang-
yang terwujud dalam bentuk zakat dan apa yang Allah perintahkan supaya
merupakan salah satu pembeda perilaku hisab yang buruk. 22. Dan orang-
741
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
742
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
743
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
744
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
745
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
746
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
747
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
IV. Pembahasan
A. Pemahaman Konsumsi Islam
748
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
3. Prioritas Kebutuhan
Islam mengajarkan bahwa
pemenuhan kebutuhan merupakan hal
yang penting dalam kehidupan manusia.
Bahkan Islam telah memberikan
konfigurasi kebutuhan manusia menjadi
tiga tingkatan, dimulai dari yang paling
utama adalah: dharuriyat (primer), hajiyat
(sekunder), dan tahsiniyat (tersier).
Sepintas konfigurasi tersebut tidak
berbeda dengan konfigurasi kebutuhan
manusia dalam ekonomi sekuler. Namun
sebenarnya terdapat hal yang
membedakan kebutuhan primer dalam
Sumber: Diolah Penulis
ekonomi Islam dengan ekonomi sekuler.
2. Konsumsi yang proporsional Kebutuhan primer dalam ekonomi Islam
Islam mengajarkan umatnya untuk mencakup: agama, kehidupan,
berkonsumsi secara wajar dan tidak pendidikan, keturunan, dan harta (Muflih,
berlebihan. Tidak berlebihan adalah suatu 2006: 66).
keadaan dimana seseorang berkonsumsi
cukup untuk memenuhi kebutuhannya
bukan berkonsumsi untuk memuaskan
keinginannya.
4. Konsumsi Sosial
Islam mengajarkan bahwa
pembelanjaan uang tidak hanya sebatas
pada pemenuhan kebutuhan materi saja,
tapi juga dalam bentuk konsumsi sosial
dalam bentuk zakat dan sedekah.
Konsumsi sosial mendapat perhatian
penting dalam Islam karena konsumsi
tersebut dapat kontribusinya secara
langsung membantu dalam memenuhi
749
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
750
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
751
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
752
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
753
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
754