Anda di halaman 1dari 14

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Angka Indeks

Setiap kegiatan selalu mengalami kemajuan dan kemunduran, kadang-kadang


produksi meningkat kadang-kadang menurun, hasil penjualan suatu perusahaan dapat
meningkat dan juga menurun, hasil penerimaan devisa mengalami naik turun,
pendapatan nasional kadang-kadang naik kemudian merosot lagi, juga harga, gaji,
biaya hidup mengalami naik turun. Untuk mengetahui maju mundurnya suatu usaha
(perusahaan ingin mengetahui maju mundurnya hasil penjualan, pemerintah ingin
mengetahui maju mundurnya penerimaan Negara, penerimaan devisa, dan lain
sebagainya) diperlukan angka indeks.
Angka indeks atau sering disebut indeks saja, pada dasarnya merupakan suatu
angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan
perbandingan antara kegiatan yang sama (produksi, ekspor, hasil penjualan, jumlah
uang beredar, dan lain sebagainya) dalam waktu yang berbeda (J. Supranto, 1990).
Dari angka indeks bisa diketahui maju mundurnya atau naik turunnya suatu usaha atau
kegiatan. Jadi tujuan pembuatan angka indeks sebetulnya untuk mengukur secara
kuantitatif terjadinya suatu perubahan dalam dua waktu yang berlainan, misalnya
indeks harga untuk mengukur perubahan harga (berapa persen kenaikan dan
penurunannya), indeks produksi untuk mengetahui perubahan yang terjadi di dalam
kegiatan produksi, indeks biaya hidup sering digunakan untuk mengukur tingkat
inflasi dan lain sebagainya. Dengan demikian angka indeks sangat diperlukan untuk
siapa saja yang ingin mengetahui maju mundurnya kegiatan atau usaha yang
dilaksanakan.
Ciri khas dari angka indeks ini adalah perhitungan rasio (pembagian), dimana
hasil rasio tersebut selalu dikalikan dengan bilangan 100 untuk menunjukkan

Universitas Sumatera Utara


8

perubahan tersebut dalam persentase. Dengan demikian, basis dari angka indeks
apapun selalu 100, (Singgih Santoso, 2003)
Di dalam membuat angka indeks diperlukan dua macam waktu, yaitu waktu
dasar (base period) dan waktu yang bersangkutan atau sedang berjalan (current
period). Waktu dasar adalah waktu dimana suatu kegiatan (kejadian) dipergunakan
untuk dasar perbandingan, sedangkan waktu yang bersangkutan ialah waktu dimana
suatu kegiatan (kejadian) akan diperbandingkan terhadap kegiatan (kejadian) pada
waktu dasar, (J. Supranto, 1990)

2.2. Macam -Macam Indeks

Beberapa macam indeks yang umum dipakai dalam perekonomian, yaitu :

2.2.1 Indeks Harga Konsumen


Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indeks yang memperhatikan harga-harga
yang harus dibayar konsumen baik di perkotaan maupun pedesaan, (Suharyadi,
Purwanto S.K, 2003). IHK mengukur rata-rata perubahan harga dari suatu paket
komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat/rumah tangga di suatu daerah (urban)
dalam kurun waktu tertentu. Persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK)
bisa bernilai positif atau negatif. Bila persentase perubahan IHK positif dapat
dikatakan terjadi inflasi (kenaikan harga eceran secara umum) dan sebaliknya bila
persentase perubahan IHK bernilai negatif berarti terjadi deflasi (penurunan harga
secara umum). Kegunaan Indeks Harga Konsumen antara lain :
a. Dapat digunakan sebagai barometer nilai tukar rupiah atau sebagai indikator
inflasi.
b. Dipakai sebagai landasan untuk memperbaiki/menyesuaikan gaji dan upah
karyawan.
c. Merupakan pengukur perubahan harga konsumen.
d. Indikator perubahan pengeluaran rumah tangga.

2.2.2 Indeks Harga Perdagangan Besar

Universitas Sumatera Utara


9

Indeks harga perdagangan besar merupakan indikator yang digunakan untuk melihat
perekonomian suatu negara, yang pada hakekatnya menyangkut komoditi yang
diperjualbelikan di suatu negara pada tingkat perdagangan besar/grosir.
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) di Indonesia mencakup lima sektor
yaitu pertanian (44 komoditas), pertambangan dan penggalian (6 komoditas), ekspor
(53 komoditas) dan impor (38 komoditas).

2.2.3 Indeks Nilai Tukar Petani


Untuk melihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani dari tahun ke
tahun digunakan indeks harga yang diterima petani, yang merupakan rata-rata harga
produsen dari hasil produksi petani sebelum farm gate atau yang disebut dengan harga
di sawah setelah petik. Dengan membandingkan indeks yang diterima petani (IT)
terhadap indeks harga yang dibayar petani (IB), maka akan diperoleh nilai tukar
petani. Indeks harga yang diterima petani (IT) merupakan suatu ukuran perubahan
harga yang terjadi pada rata-rata harga yang diterima petani untuk produksi
pertaniannya. Sedang indeks yang dibayar petani (IB) merupakan ukuran perubahan
harga yang dibayar petani untuk barang dan jasa baik untuk keperluan rumah tangga
maupun produksi pertanian. Apabila Nilai Tukar Petani (NTP) lebih dari 100, maka
kondisi petani lebih baik dari tahun dasar dan begitu sebaliknya.

2.2.4 Indeks Produktivitas


Produktivitas merupakan rasio antara output atau produksi dengan input.
Produktivitas input bisa mencerminkan jenisnya seperti produktivitas tenaga kerja,
produktivitas modal dan produktivitas mesin. Namun demikian pada saat teknologi
berkembang, sumbangan input sudah tidak dapat dipisahkan, maka sebutan
produktivitas diarahkan pada produktivitas total. Apabila indeks lebih dari 100,
menunjukkan bahwa produktivitas lebih baik dari tahun dasar.

2.3 Penghitungan Indeks Harga Konsumen

Indeks harga termasuk yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
karena secara langsung mencerminkan pergerakan harga berbagai jenis barang.

Universitas Sumatera Utara


10

Dalam pengukurannya indeks harga bisa dicari dengan metode tak tertimbang, metode
tertimbang, metode relatif atau metode rantai.
Indeks harga tak tertimbang atau unweighted melakukan penghitungan indeks
langsung dengan menilai uang dari barang tertentu, dan bukannya mempertimbangkan
satauan barang tersebut, seperti berat barang (kilogram), panjang kain (meter) dan
sebagainya. Dianggap semua variabel yang akan diukur indeksnya mempunyai nilai
yang sama. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan praktis dalam
mengukur sebuah angka indeks (bisa indeks harga, indeks kuantitas atau jenis indeks
yang lain).
Jika pada metode tertimbang atau tak tertimbang, proses perhitungan dimulai
dengan menjumlah seluruh komponen yang ada kemudian dilakukan rata-rata, maka
metode relatif memulai dengan menghitung setiap indeks komponen, kemudian baru
melakukan rata-rata dari semua indeks individe yang didapat. Pada metode rantai
menghitung indeks secara berantai, misal dari tahun 1998 dibandingkan dengan tahun
1997, kemudian tahun 1999 dibandingkan dengan tahun 1998 dan seterusnya.
Berbeda dengan cara sederhana dari metode tak tertimbang, pada metode
indeks harga tertimbang ada bobot yang digunakan untuk membedakan variabel yang
satu dengan yang lain. Seperti adanya penimbang yang berupa kuantitas barang yang
terjual untuk berbagai jenis barang yang berlainan harganya. Mengapa harus
diberikan bobot yang berbeda? Karena pada dasarnya setiap barang dan jasa
mempunyai tingkat utilitas (manfaat dan kepentingan) yang berbeda. Contoh, beras
mungkin dirasakan lebih penting dibandingkan sayuran atau jenis barang yang lain.
Indeks harga tertimbang biasa digunakan untuk indeks agregat di mana banyak jenis
komoditi, sehingga tiap komoditi mempunyai bobot yang berbeda. Metode ini dalam
praktek masih dibagi dalam beberapa cara perhitungan indeksnya, seperti metode
Laspeyres, Paasche, Fisher dan lain sebagainya.

2.3.1. Indeks Laspeyres

Entienne Laspeyres mengembangkan metode ini pada akhir abad ke – 18 dalam


menentukan sebuah indeks tertimbang dengan menggunakan bobot sebagai
penimbang yaitu periode dasar. Pengukuran dengan indeks ini merupakan salah satu

Universitas Sumatera Utara


11

alat pengukuran yang paling populer. Indeks tertimbang Laspeyres dirumuskan


sebagai berikut :

IL =  P .Q
n 0
.100
 P .Q
0 0

Dengan : IL = Indeks Laspeyres


Pn = Harga Tahun ke n
P0 = Harga Tahun Dasar
Q0 = Jumlah jenis barang yang dikonsumsi pada tahun dasar
(Timbangan / bobot)

Penghitungan Indeks Harga Konsumen pada tahun dasar dilakukan setelah


melalui tahapan-tahapan seperti pembentukan paket komoditas, pengumpulan harga
tahun dasar dan pembentukan diagram timbang dasar. Setelah melakukan
penghitungan IHK bulan berjalan. IHK bulan berjalan tersebut akan digunakan untuk
menghitung laju inflasi/deflasi setiap bulan/tahun.

a) Relatif Harga (RH)


Relatif Harga (RH) adalah Rasio perbandingan harga suatu komoditas pada
suatu periode waktu tertentu terhadap harga pada periode waktu sebelumnya.
RH perbulan untuk setiap jenis barang/jasa digunakan untuk memperoleh Nilai
Konsumsi (NK) perbulan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Pnij
RHnij  . 100
P(n1)ij
Dimana :
RH nij = Relatif harga bulan ke-n untuk jenis barang i dengan kualitas j
Pnij = Harga bulan ke-n untuk jenis barang i dengan kualitas j
P(n-1)ij = Harga bulan sebelumnya (n-1) untuk jenis barang i dengan kualitas j

b) Nilai Konsumsi (NK)

Universitas Sumatera Utara


12

Nilai Konsumsi (NK) adalah nilai-nilai yang dikeluarkan oleh rumah tangga
untuk memperoleh suatu komoditas untuk konsumsi. Nilai konsumsi merupakan
perkalian harga suatu komoditas dengan kuantitas yang dikonsumsi pada periode
dasar. Ada dua macam nilai konsumsi yaitu nilai konsumsi pada periode dasar
dan nilai konsumsi pada periode berjalan. Nilai Konsumsi dihitung dengan
rumus :

NK(n1)i .RHni
NKni 
100

Dengan :
NKij = Nilai konsumsi bulan ke-n, jenis barang i
NK(n-1)i = Nilai konsumsi sebelumnya (n-1), jenis barang i
RHni = Relatif Harga bulan ke-n, jenis barang i

c) Indeks Laspeyres yang Dimodifikasi


Formula yang digunakan untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di
Indonesia adalah Indeks Laspeyres yang telah dimodifikasi. Adapun formula Indeks
Laspeyres yang telah dimodifikasi adalah sebagai berikut :
k
Pni
P
i 1
.P( n 1) i .Q0i
( n 1)
IL= k
. 100
P
i 1
0i .Q0i

Dengan : IL = Indeks harga konsumen bulan/tahun ke n


Pni = Harga jenis barang i bulan/tahun ke n
P(n-1)i = Harga jenis barang i bulan/tahun ke (n-1)
P(n-1)i.Qoi = Nilai konsumsi jenis barang i pada bulan/tahun ke (n-1)
Poi.Qoi = Nilai konsumsi jenis barang i pada tahun dasar
k = Banyaknya jenis barang paket komoditas dalam sub
kelompok

2.3.2. Indeks Paasche

Universitas Sumatera Utara


13

Indeks Harga Paasche (Hermann Paasche) berbanding terbalik dengan formula


Laspeyres, formula Paasche menggunakan nilai terakhir atau tahun berjalan pada tiap
periode tertentu tersebut dan bukan tahun dasar sebagai bobot untuk menjadi bobot
pada perhitungan. Formula Paasche lebih berupa rataan harmonik yang relatif dengan
perubahan nilai suatu komoditi di tiap periodenya. Berikut rumus atau formula untuk
menghitung indeks harga dengan menggunakan metode Paasche

IP = P ni .Qni
.100
P 0 i .Qni

Dengan : IP = Indeks Paasche


Pni = Harga jenis barang i bulan ke n
P0i = Harga jenis barang i pada tahun dasar
Qni = Banyaknya jenis barang i paket komoditas dalam sub
kelompok sebagai pembobot (W)

Dari rumus diatas terdapat rumus utama yaitu perkalian antara indeks
pertumbuhan harga dengan bobot dari tiap komoditi pada periode tertentu dan tidak
terdapat periode dasar yang menjadi acuan. Dengan formula Paasche nilai indeks
harga yang dihasilkan akan lebih detail mengikuti pertumbuhan nilai yang dibobotkan
tersebut, sehingga gejolak kenaikan atau penurunan angka indeks harga akan lebih
terlihat mengikuti perkembangan nilai total dari komoditi tersebut.

2.4 TAHUN DASAR DALAM PENGHITUNGAN ANGKA INDEKS

Di dalam pembuatan angka indeks pada suatu waktu tertentu (minggu tertentu, bulan
tertentu, triwulan tertentu, tahun tertentu), harus ditentukan terlebih dahulu waktu
dasar (base period) yaitu waktu dimana suatu kegiatan akan dipergunakan sebagai
dasar perbandingan (J. Supranto, 1990). Waktu dasar dapat berupa suatu waktu
tertentu (at a point of time), misalnya bulan Oktober 1996, tahun 1996, tahun 2002,
atau berupa suatu jangka waktu atau periode tertentu.

Universitas Sumatera Utara


14

Apabila kita hanya membandingkan suatu kegiatan dari 2 waktu saja (2 bulan,
2 tahun misalnya), maka hal ini tidak sukar, sebab tinggal memilih satu di antara dua,
misalnya untuk indeks harga 9 bahan pokok pada bulan Agustus 2009 dengan waktu
dasar Juli 2009, atau produksi padi tahun 2009 dengan waktu dasar 2008, hal ini
dinamakan Binary Comparison (J. Supranto, 1990). Akan tetapi dalam prakteknya
kita harus membuat angka indeks dari data berkala selama 10 tahun atau lebih,
katakanlah antara 1995-2010, dan lain sebagainya. Untuk ini kita harus memilih satu
waktu tertentu.

Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam menentukan atau memilih
waktu dasar tersebut :

1. Waktu seyogyanya menunjukkan keadaan perekonomian yang stabil, dimana


harga tidak berubah dengan cepat sekali. Di dalam keadaan inflasi orang biasanya
istilah kenaikan harga tetapi pergantian harga, mengingat kenaikan itu tidak wajar,
sering melebihi 100%. Antara tahun 2000-2009, angka indeks Badan Pusat
Statistik didasarkan pada tahun 2002 sebagai waktu dasar, mengingat keadaan
perekonomian selama periode tersebut relatif stabil.

2. Waktu jangan terlalu jauh dibelakang, kalau bisa usahakan paling lama 10 tahun
atau lebih baik kurang dari 5 tahun. Khususnya untuk indeks tertimbang, dimana
timbangannya terdiri dari beberapa barang, seperti indeks biaya hidup.
Timbangan yang dipergunakan untuk membuat indeks biaya hidup, merupakan
suatu hasil penelitian biaya hidup (cost of living survey). Di dalam penelitian itu
ditanyakan sejumlah barang atau komoditi (basket of commodities) yang
dikonsumsi oleh golongan masyarakat tertentu (misalnya pendapatannya rendah).
Komoditi meliputi barang dan jasa yang harus dibeli untuk memenuhi kebutuhan
hidup bagi anggota rumah tangga. Komoditi-komoditi tersebut pada umumnya
dikelompokkan menjadi 7 kelompok yaitu bahan makanan; makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar;
sandang; kesehatan; pendidikan, rekreasi dan olah raga; transport komunikasi dan
jasa keuangan. Kalau waktu dasarnya terlalu lama, maka barang dan jasa yang
dahulunya dikonsumsi sudah tidak ada lagi di pasaran (sudah tidak diproduksi)
atau kemungkinan ada barang dan jasa yang dahulunya belum dikonsumsi. Ingat

Universitas Sumatera Utara


15

bahwa dengan kemajuan teknologi dapat diciptakan barang-barang baru dan di


samping itu selera masyarakat juga berubah dengan cepat, selalu mengikuti mode
(pakaian, hiburan dan lain sebagainya). Itulah sebabnya waktu dasar harus up to
date (mutakhir), tidak boleh terlalu jauh di belakang.

3. Waktu di mana terjadi perisiwa penting, misalnya saja jika suatu perusahaan
dalam membuat indeks produksi atau hasil penjualan menggunakan waktu dasar
pada saat direktur produksi/pemasaran yang baru diangkat. Dengan demikian
dapat diketahui apakah dengan penggantian pimpinan yang baru itu terjadi
perbaikan-perbaikan (kenaikan produksi dan penjualan) yang tercermin dengan
angka indeks yang selalu lebih besar dari 100% serta meningkat terus. Peristiwa
penting lainnya adalah dilaksanakannya kebijakan baru dalam perekonomian,
dalam pemasaran dan lain sebagainya. Kalau harus berpegang pada kestabilan
(keadaan perekonomian yang normal), mungkin sulit sekali mencari waktu dasar,
akan tetapi sangat mudah untuk menentukan waktu di mana terjadi peristiwa
penting.

4. Waktu dimana tersedia data untuk keperluan timbangan. Hal ini biasanya juga
tergantung kepada tersedianya biaya untuk melakukan penelitian (pengumpulan
data).

Pada suatu ketika apabila waktu dasar dari suatu angka indeks dianggap sudah
out of date, karena sudah terlalu lama atau terlalu jauh ketinggalan, maka perlu
diadakan pergeseran waktu dasar (shifting the base period). Ada tiga cara untuk
melakukan pergeseran itu, yaitu sebgai berikut :

1. Apabila data asli masih tersedia, maka angka pada waktu atau tahun tertentu yang
akan dipakai sebagai tahun dasar yang baru itu diberi nilai 100%. Sedangkan
angka-angka lainnya dibagi dengan angka dari waktu tersebut, kemudian dikalikan
dengan 100%

2. Dibuat berdasarkan indeks yang lama. Indeks pada tahun yang akan dipilih
sebagai waktu dasar diberi nilai 100%, kemudian indeks pada tahun-tahun lainnya
dibagi dengan indeks dari tahun dasar baru, dan mengalikannya dengan 100%.
Cara ini sering digunakan kalau data aslinya sudah tidak ada lagi. Sebaiknya cara

Universitas Sumatera Utara


16

ini dipergunakan kalau angka indeks memenuhi pengujian sirkuler (circular test),
atau kalau terpaksa harus menggeser waktu dasar tetapi data aslinya sudah tidak
ada lagi, seperti telah diuraikan di atas.
3. Harus dilakukan suatu penelitian baru, untuk membuat timbangan bagi indeks
tertimbang, seperti angka indeks biaya hidup. Penelitian harus dilakukan pada
waktu atau tahun dasar yang baru, misalnya Badan Pusat Statistik melakukan
Survei Biaya Hidup (SBH) pada tahun 2007 untuk membuat timbangan bagi
angka indeks biaya hidup yang baru, dengan waktu dasar 2007 sebagai pengganti
indeks biaya hidup yang lama.

2.5 INFLASI

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(continue) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran
distribusi barang. Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai dari waktu-waktu
sebelumnya dan berlaku di mana-mana dan dalam rentang waktu yang cukup lama.
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara
kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat
harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi.
Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus
dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya
harga.

2.5.1 Penyebab Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya
produksi. Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang
berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan
terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-
faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian
menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu

Universitas Sumatera Utara


17

kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam


situasi full employment.

Inflasi desakan biaya terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input)


sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu kenaikan harga,misalnya
bahan baku dan kenaikan upah/gaji,misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan
usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang. dan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut:

1. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk


menghasilkan barang dan jasa
2. Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.
3. Kenaikan harga barang impor
4. Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru
5. Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun
1998. akibatnya angka inflasi mencapai 70%.

2.5.2 Dampak Sosial Dari Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti
dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional
dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak
terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian
dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga
akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan.


Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990,
uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -

Universitas Sumatera Utara


18

atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah.
Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti
misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya
dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata
uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat
inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung,
dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia
usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan,
karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah
dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih
rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh


lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan
terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha
besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada
akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya.
Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak
sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut
(biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan gangguan pada stabilitas ekonomi


di mana para pelaku ekonomi enggan untuk melakukan spekulasi dalam
perekonomian berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku
bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan
pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya
tingkat kehidupan dan kesejahteraan akibat menurunnya daya beli masyarakat secara

Universitas Sumatera Utara


19

umum akibat harga-harga yang naik. Selain itu distribusi pendapatan pun semakin
buruk akibat tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan inflasi yang terjadi.

2.5.3 Penghitungan Inflasi

Untuk memperoleh persentase (%) perubahan laju inflasi setiap bulan, dengan
mengurangkan indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu
bulan dengan bulan indeks (IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya
dikalikan 100 atau indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum)
suatu bulan dibandingkan dengan indeks harga konsumen (IHK sub
kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya, hasilnya dikurangi dengan 1 dan
dikalikan 100. atau dapat dijabarkan dengan rumus sebagai berikut :

I n  I ( n 1)
L(I)n = .100%
I ( n 1)

Atau
In
L(I)n = (  1).100%
I ( n 1)

Dengan : L(I)n = Laju inflasi bulan/tahun ke n


In = Indeks bulan/tahun ke n
I(n-1) = Indeks bulan/tahun (n-1)

2.5.4 Tujuan dan Kegunaan Penghitungan Inflasi

Data statistik harga-harga pada umumnya dan data statistik harga konsumen pada
khususnya terutama yang telah disusun dalam bentuk indeks dapat digunakan sebagai
indikator atas terjadinya perubahan harga. Selain itu dapat digunakan sebagai alat
untuk melihat seberapa besar tingkat kestabilan harga yang terjadi di suatu
negara/daerah. Hal ini menjadi wajar apabila pemerintah baik pusat maupun daerah
dan konsumen data lainnya akan selalu memperhatikan perubahan-perubahan yang
terjadi atas harga-harga konsumen dan indeksnya.

Universitas Sumatera Utara


20

Adapun secara garis besarnya kegunaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sebagai petunjuk dalam penyusunan kebijaksanaan ekonomi secara umum oleh


pemerintah, yaitu dalam merumuskan kebijaksanaan pengambilan keputusan dan
penetapan peraturan yang menyangkut harga, tarip, subsidi, rencana
produksi/pengadaan barang dan lain sebagainya.
2. Digunakan untuk indeksasi upah dan tunjangan gaji pegawai (wage indexation).
3. Digunakan untuk penyesuaian upah buruh oleh pimpinan perusahaan, karena
dengan tersedianya data tersebut merupakan bantuan yang besar dalam penetapan
atau penyesuaian upah yang riil, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
4. Untuk beberapa analisa ekonometri seperti : analisa pasar, analisa penjualan atas
barang-barang konsumen dan lain-lain.
5. Sebagai indikator maka indeks harga ini juga dipakai untuk mengambil keputusan
dalam kebijaksanaan fiskal dan moneter, penyesuaian nilai kontrak (contractual
payment), dan ekskalasi nilai proyek (project escalation), penentuan target inflasi
(inflation targeting), dan indeksasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah (budgeting indexation).
6. Digunakan sebagai proxi perubahan biaya hidup (proxy of cost of living).
7. Digunakan sebagai indikator dini tingkat bunga, valuta asing(valas), dan indeks
harga saham.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai