INDEKS
INDEKS
BAB 2
LANDASAN TEORI
perubahan tersebut dalam persentase. Dengan demikian, basis dari angka indeks
apapun selalu 100, (Singgih Santoso, 2003)
Di dalam membuat angka indeks diperlukan dua macam waktu, yaitu waktu
dasar (base period) dan waktu yang bersangkutan atau sedang berjalan (current
period). Waktu dasar adalah waktu dimana suatu kegiatan (kejadian) dipergunakan
untuk dasar perbandingan, sedangkan waktu yang bersangkutan ialah waktu dimana
suatu kegiatan (kejadian) akan diperbandingkan terhadap kegiatan (kejadian) pada
waktu dasar, (J. Supranto, 1990)
Indeks harga perdagangan besar merupakan indikator yang digunakan untuk melihat
perekonomian suatu negara, yang pada hakekatnya menyangkut komoditi yang
diperjualbelikan di suatu negara pada tingkat perdagangan besar/grosir.
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) di Indonesia mencakup lima sektor
yaitu pertanian (44 komoditas), pertambangan dan penggalian (6 komoditas), ekspor
(53 komoditas) dan impor (38 komoditas).
Indeks harga termasuk yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
karena secara langsung mencerminkan pergerakan harga berbagai jenis barang.
Dalam pengukurannya indeks harga bisa dicari dengan metode tak tertimbang, metode
tertimbang, metode relatif atau metode rantai.
Indeks harga tak tertimbang atau unweighted melakukan penghitungan indeks
langsung dengan menilai uang dari barang tertentu, dan bukannya mempertimbangkan
satauan barang tersebut, seperti berat barang (kilogram), panjang kain (meter) dan
sebagainya. Dianggap semua variabel yang akan diukur indeksnya mempunyai nilai
yang sama. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan praktis dalam
mengukur sebuah angka indeks (bisa indeks harga, indeks kuantitas atau jenis indeks
yang lain).
Jika pada metode tertimbang atau tak tertimbang, proses perhitungan dimulai
dengan menjumlah seluruh komponen yang ada kemudian dilakukan rata-rata, maka
metode relatif memulai dengan menghitung setiap indeks komponen, kemudian baru
melakukan rata-rata dari semua indeks individe yang didapat. Pada metode rantai
menghitung indeks secara berantai, misal dari tahun 1998 dibandingkan dengan tahun
1997, kemudian tahun 1999 dibandingkan dengan tahun 1998 dan seterusnya.
Berbeda dengan cara sederhana dari metode tak tertimbang, pada metode
indeks harga tertimbang ada bobot yang digunakan untuk membedakan variabel yang
satu dengan yang lain. Seperti adanya penimbang yang berupa kuantitas barang yang
terjual untuk berbagai jenis barang yang berlainan harganya. Mengapa harus
diberikan bobot yang berbeda? Karena pada dasarnya setiap barang dan jasa
mempunyai tingkat utilitas (manfaat dan kepentingan) yang berbeda. Contoh, beras
mungkin dirasakan lebih penting dibandingkan sayuran atau jenis barang yang lain.
Indeks harga tertimbang biasa digunakan untuk indeks agregat di mana banyak jenis
komoditi, sehingga tiap komoditi mempunyai bobot yang berbeda. Metode ini dalam
praktek masih dibagi dalam beberapa cara perhitungan indeksnya, seperti metode
Laspeyres, Paasche, Fisher dan lain sebagainya.
IL = P .Q
n 0
.100
P .Q
0 0
Pnij
RHnij . 100
P(n1)ij
Dimana :
RH nij = Relatif harga bulan ke-n untuk jenis barang i dengan kualitas j
Pnij = Harga bulan ke-n untuk jenis barang i dengan kualitas j
P(n-1)ij = Harga bulan sebelumnya (n-1) untuk jenis barang i dengan kualitas j
Nilai Konsumsi (NK) adalah nilai-nilai yang dikeluarkan oleh rumah tangga
untuk memperoleh suatu komoditas untuk konsumsi. Nilai konsumsi merupakan
perkalian harga suatu komoditas dengan kuantitas yang dikonsumsi pada periode
dasar. Ada dua macam nilai konsumsi yaitu nilai konsumsi pada periode dasar
dan nilai konsumsi pada periode berjalan. Nilai Konsumsi dihitung dengan
rumus :
NK(n1)i .RHni
NKni
100
Dengan :
NKij = Nilai konsumsi bulan ke-n, jenis barang i
NK(n-1)i = Nilai konsumsi sebelumnya (n-1), jenis barang i
RHni = Relatif Harga bulan ke-n, jenis barang i
IP = P ni .Qni
.100
P 0 i .Qni
Dari rumus diatas terdapat rumus utama yaitu perkalian antara indeks
pertumbuhan harga dengan bobot dari tiap komoditi pada periode tertentu dan tidak
terdapat periode dasar yang menjadi acuan. Dengan formula Paasche nilai indeks
harga yang dihasilkan akan lebih detail mengikuti pertumbuhan nilai yang dibobotkan
tersebut, sehingga gejolak kenaikan atau penurunan angka indeks harga akan lebih
terlihat mengikuti perkembangan nilai total dari komoditi tersebut.
Di dalam pembuatan angka indeks pada suatu waktu tertentu (minggu tertentu, bulan
tertentu, triwulan tertentu, tahun tertentu), harus ditentukan terlebih dahulu waktu
dasar (base period) yaitu waktu dimana suatu kegiatan akan dipergunakan sebagai
dasar perbandingan (J. Supranto, 1990). Waktu dasar dapat berupa suatu waktu
tertentu (at a point of time), misalnya bulan Oktober 1996, tahun 1996, tahun 2002,
atau berupa suatu jangka waktu atau periode tertentu.
Apabila kita hanya membandingkan suatu kegiatan dari 2 waktu saja (2 bulan,
2 tahun misalnya), maka hal ini tidak sukar, sebab tinggal memilih satu di antara dua,
misalnya untuk indeks harga 9 bahan pokok pada bulan Agustus 2009 dengan waktu
dasar Juli 2009, atau produksi padi tahun 2009 dengan waktu dasar 2008, hal ini
dinamakan Binary Comparison (J. Supranto, 1990). Akan tetapi dalam prakteknya
kita harus membuat angka indeks dari data berkala selama 10 tahun atau lebih,
katakanlah antara 1995-2010, dan lain sebagainya. Untuk ini kita harus memilih satu
waktu tertentu.
Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam menentukan atau memilih
waktu dasar tersebut :
2. Waktu jangan terlalu jauh dibelakang, kalau bisa usahakan paling lama 10 tahun
atau lebih baik kurang dari 5 tahun. Khususnya untuk indeks tertimbang, dimana
timbangannya terdiri dari beberapa barang, seperti indeks biaya hidup.
Timbangan yang dipergunakan untuk membuat indeks biaya hidup, merupakan
suatu hasil penelitian biaya hidup (cost of living survey). Di dalam penelitian itu
ditanyakan sejumlah barang atau komoditi (basket of commodities) yang
dikonsumsi oleh golongan masyarakat tertentu (misalnya pendapatannya rendah).
Komoditi meliputi barang dan jasa yang harus dibeli untuk memenuhi kebutuhan
hidup bagi anggota rumah tangga. Komoditi-komoditi tersebut pada umumnya
dikelompokkan menjadi 7 kelompok yaitu bahan makanan; makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar;
sandang; kesehatan; pendidikan, rekreasi dan olah raga; transport komunikasi dan
jasa keuangan. Kalau waktu dasarnya terlalu lama, maka barang dan jasa yang
dahulunya dikonsumsi sudah tidak ada lagi di pasaran (sudah tidak diproduksi)
atau kemungkinan ada barang dan jasa yang dahulunya belum dikonsumsi. Ingat
3. Waktu di mana terjadi perisiwa penting, misalnya saja jika suatu perusahaan
dalam membuat indeks produksi atau hasil penjualan menggunakan waktu dasar
pada saat direktur produksi/pemasaran yang baru diangkat. Dengan demikian
dapat diketahui apakah dengan penggantian pimpinan yang baru itu terjadi
perbaikan-perbaikan (kenaikan produksi dan penjualan) yang tercermin dengan
angka indeks yang selalu lebih besar dari 100% serta meningkat terus. Peristiwa
penting lainnya adalah dilaksanakannya kebijakan baru dalam perekonomian,
dalam pemasaran dan lain sebagainya. Kalau harus berpegang pada kestabilan
(keadaan perekonomian yang normal), mungkin sulit sekali mencari waktu dasar,
akan tetapi sangat mudah untuk menentukan waktu di mana terjadi peristiwa
penting.
4. Waktu dimana tersedia data untuk keperluan timbangan. Hal ini biasanya juga
tergantung kepada tersedianya biaya untuk melakukan penelitian (pengumpulan
data).
Pada suatu ketika apabila waktu dasar dari suatu angka indeks dianggap sudah
out of date, karena sudah terlalu lama atau terlalu jauh ketinggalan, maka perlu
diadakan pergeseran waktu dasar (shifting the base period). Ada tiga cara untuk
melakukan pergeseran itu, yaitu sebgai berikut :
1. Apabila data asli masih tersedia, maka angka pada waktu atau tahun tertentu yang
akan dipakai sebagai tahun dasar yang baru itu diberi nilai 100%. Sedangkan
angka-angka lainnya dibagi dengan angka dari waktu tersebut, kemudian dikalikan
dengan 100%
2. Dibuat berdasarkan indeks yang lama. Indeks pada tahun yang akan dipilih
sebagai waktu dasar diberi nilai 100%, kemudian indeks pada tahun-tahun lainnya
dibagi dengan indeks dari tahun dasar baru, dan mengalikannya dengan 100%.
Cara ini sering digunakan kalau data aslinya sudah tidak ada lagi. Sebaiknya cara
ini dipergunakan kalau angka indeks memenuhi pengujian sirkuler (circular test),
atau kalau terpaksa harus menggeser waktu dasar tetapi data aslinya sudah tidak
ada lagi, seperti telah diuraikan di atas.
3. Harus dilakukan suatu penelitian baru, untuk membuat timbangan bagi indeks
tertimbang, seperti angka indeks biaya hidup. Penelitian harus dilakukan pada
waktu atau tahun dasar yang baru, misalnya Badan Pusat Statistik melakukan
Survei Biaya Hidup (SBH) pada tahun 2007 untuk membuat timbangan bagi
angka indeks biaya hidup yang baru, dengan waktu dasar 2007 sebagai pengganti
indeks biaya hidup yang lama.
2.5 INFLASI
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(continue) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran
distribusi barang. Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai dari waktu-waktu
sebelumnya dan berlaku di mana-mana dan dalam rentang waktu yang cukup lama.
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara
kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat
harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi.
Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus
dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya
harga.
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya
produksi. Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang
berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan
terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-
faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian
menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti
dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional
dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak
terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian
dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga
akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah.
Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti
misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya
dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata
uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat
inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung,
dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia
usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan,
karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah
dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih
rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
umum akibat harga-harga yang naik. Selain itu distribusi pendapatan pun semakin
buruk akibat tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan inflasi yang terjadi.
Untuk memperoleh persentase (%) perubahan laju inflasi setiap bulan, dengan
mengurangkan indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu
bulan dengan bulan indeks (IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya
dikalikan 100 atau indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum)
suatu bulan dibandingkan dengan indeks harga konsumen (IHK sub
kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya, hasilnya dikurangi dengan 1 dan
dikalikan 100. atau dapat dijabarkan dengan rumus sebagai berikut :
I n I ( n 1)
L(I)n = .100%
I ( n 1)
Atau
In
L(I)n = ( 1).100%
I ( n 1)
Data statistik harga-harga pada umumnya dan data statistik harga konsumen pada
khususnya terutama yang telah disusun dalam bentuk indeks dapat digunakan sebagai
indikator atas terjadinya perubahan harga. Selain itu dapat digunakan sebagai alat
untuk melihat seberapa besar tingkat kestabilan harga yang terjadi di suatu
negara/daerah. Hal ini menjadi wajar apabila pemerintah baik pusat maupun daerah
dan konsumen data lainnya akan selalu memperhatikan perubahan-perubahan yang
terjadi atas harga-harga konsumen dan indeksnya.