Anda di halaman 1dari 12

Nama : Lydia Nurahma Sari

NIM : 20182121025

Tugas ke lima

1. Jelaskan apa yang kamu ketahui dengan 7 program intervensi konsumsi pangan dan gizi serta
contoh nya menurut kamu?
2. Jelaskan apa yang kamu ketahui dengan 5 tahapan perencanaan intervensi konsumsi pangan
dan gizi serta dengan menjawab pertanyaan pertanyaan nya menurut kamu (bs sebagai sebuah
rekayasa/ilustrasi saja atau bukan hal sebenarnya).
Jawab
1. - Pemberian makanan tambahan
berfungsi untuk menutupi kekurangan beberapa zat gizi pada golongan rawan (anak prasekolah,
ibu hamil dan ibu menyusui). Pemberian makanan tambahan didasari atas pertimbangan:
contohnya bagi keluarga yang miskin diberikan cuma-cuma atau dengan harga yang sangat
murah agar lebih dapat terjangkau. Bagi golongan rawan disertai dengan pendidikan gizi untuk
mengatasi masalah tabu/pantangan yang menyebabkan beberapa zat gizi tidak dikonsumsi.
- Pendidikan Gizi
Intervensi ditujukan untuk meningkatkan penggunaan bahan makanan yang bergizi tinggi yang
tersedia di lingkungan. Di samping itu juga bertujuan memperbaiki cara pengolahan makanan
yang kurang baik dll yang ada di masyarakat. Contohnya pemberian penyuluhan kepada ibu
mengenai pentingnya ASI.
- Fortifikasi
Intervensi ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah kekurangan zat-zat gizi tertentu dalam
makanan sehari-hari. Penambahan zat gizi tersebut dilakukan pada bahan makanan yang banyak
dikonsumsi. Zat gizi yang ditambahkan umumnya adalah vitamin dan mineral. Contohnya
fortifikasi vitamin A pada minyak goreng.
- Makanan Formula
Intervensi ini bertujuan menciptakan makanan campuran untuk anak berumur 6 sampai 36
bulan. Makanan tersebut dapat dibuat sendiri di rumah atau diproduksi oleh pabrik. Intervensi
ini perlu diikuti dengan pendidikan gizi seperti pada PMT. Contohnya makanan formula tahu dan
ayam yang dapat dibuat sendiri dirumah.
- Subsidi Harga
Intervensi ini dilakukan dengan memberi subsidi kepada konsumen bahan makanan tertentu.
Diharapkan kelompok sasaran dapat mengkonsumsi zat gizi yang diperlukan. Contohnya subsidi
dapat diberikan dalam berbagai bentuk yaitu melalui pengendalian harga, kupon makanan, dll.
Bahan makanan yang disubsidi biasanya makanan pokok, makanan formula, bahan makanan
yang difortifikasi.
- Produk pertanian
Dari segi intervensi gizi, intervensi ini bertujuan meningkatkan ketersediaan pangan bagi
golongan rawan. Dampak perbaikan gizi dapat dicapai melalui peningkatan produksi pangan,
peningkatan penghasilan petani kecil dan buruh tani atau melalui harga pangan yang
dikonsumsi.
- Program Terpadu
Keadaan gizi erat hubungannya dengan kesehatan yaitu melalui pengaruh sinergis dari penyakit
infeksi dan kurang gizi. Di samping itu status gizi juga berkaitan dengan variabel-variabel
kependudukan. Akhir-akhir ini telah disadari bahwa perbaikan gizi, kesehatan lingkungan dan
masalah-masalah demografi memerlukan upaya yang terpadu. • Di samping intervensi-
intervensi di atas yang besifat jangka panjang, masih ada intervensi jangka pendek seperti
pemberian kapsul vitamin A untuk penanggulangan masalah kurang vitamin A (KVA).
2. 1.Diagnose masalah gizi
Ibu Hamil KEK Di Puskesmas Kemonji
Di puskesmas kamonji kasus ibu hamil yang mengalami KEK pada tahun 2017 sebanyak 55 kasus,
kemudian pada tahun 2018 terjadi penurunan kasus menjadi 40 kasus dan pada tahun 2015
terjadi peningkatan drastis menjadi 90 kasus bumil KEK. Dilihat dari jumlah kasus, terjadi
peningkatan kasus pada tahun 2019.
Dampak Bagi Individu
Bila ibu mengalami risiko KEK selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun
janin. KEK pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain :
anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit
infeksi. Pengaruh KEK terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan
dengan operasi cenderung meningkat. KEK ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR). Bila BBLR bayi mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak (Sandjaja, 2009).
Dampak Bagi Masyarakat
Dampaknya terhadap tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktifitas generasi yang
akan datang. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi pembentukan
kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang, karena tumbuh kembang anak akan
sangat ditentukan oleh kondisi pada saat janin dalam kandungan. Selanjutnya berat lahir yang
normal menjadi titik awal yang baik bagi proses tumbuh kembang pasca lahir. Terutama pada
perkembangan kecerdasannya. Hal tersebut sangat berkaitan dengan kualitas otak anak. Pada
prinsipnya kecerdasan anak dapat dibentuk pada saat masih dalam kandungan, tentunya
dengan mempertimbangkan banyak hal (Kemenkes, 2012)
1. Analisis Masalah
Analisis masalah didasarkan pada penelaahan hasil identifikasi dengan menganalisis faktor
penyebab terjadinya masalah, tujuannya untuk dapat memahami masalah secara jelas dan
spesifik serta terukur, sehingga mempermudah penentuan alternatif masalah. Berdasarkan hasil
dari matriks USG, maka masalah yang kelompok kami pilih yaitu kasus Ibu Hamil yang
mengalami KEK, karena memiliki poin tertinggi yaitu 5 yang berarti sangat bermasalah.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK :
Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari:
a. Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan tingkat ekonomi tinggi
akan membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk makan, sedangkan dengan tingkat
ekonomi rendah akan berkurang belanja untuk makanan. Pendapatan merupakan faktor
yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang
berarti semakin baik makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin tinggi penghasilan,
semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan
beberapa jenis makanan lainnya
b. Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan
pengetahuan/informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
c. Faktor pola konsumsi
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber besi heme
(hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga
banyak mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor penghambat penyerapan besi.
Faktor perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita lebih
memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus
mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori/hari Jika ibu tidak punya kebiasaan buruk
seperti merokok, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik dan sebaliknya
(Weni, 2010).
Faktor Biologis
Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari :
a. Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas
janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Karena pada ibu yang
terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan
ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal
yang terjadi selama kehamilan. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun
dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik
b. Jarak kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian
menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya
lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi
anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. Jarak
melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan
juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk
memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan
keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan
menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung.
c. Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas
diklasifikasikan sebagai berikut:
Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin
yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada
waktu lahir.
Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang
berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau lebih
kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai      batas    kehamilan.
Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun /
kehamilan yang terlalu sering dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras
cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti
sebelum masa kehamilan.
d. Berat badan saat hamil
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata untuk umur
tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus
diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju pertambahan
berat badan selama hamil.sekitar 12-14 kg. Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya
hanya 7-8 kg dengan akibat akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
Pertambahan berat badan selama  hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I
pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg dan trimester III sekitar 6 kg.
Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin
(Weni, 2010).
2. Menentukan Kegiatan Perbaikan Gizi
Langkah ini didasarkan pada analisis masalah yang secara langsung maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan upaya peningkatan status gizi masyarakat, langkah ketiga pengelolaan
program perbaikan gizi ini dimulai dengan penetapan tujuan yaitu upaya-upaya penetapan
kegiatan yang dapat mempercepat penanggulangan masalah gizi yang ada.
Adapun penyebab Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil  Di puskesmas Kamonji yaitu :
1. Pendapatan keluarga
Adapun alternatif pemecahan masalahnya yaitu meningkatkan pendapatan keluarga, yang
bertujuan agar ibu hamil dapat membeli makanan yang bergizi.
2. Pengetahuan dan pendidikan ibu
Adapun alternatif pemecahan masalahnya yaitu melakukan meningkatkan pengetahuan ibu,
yang bertujuan agar ibu hamil dan wanita usia subur dapat menambah wawasan dan
informasi tentang masalah KEK pada ibu hamil.
3. Pola konsumsi ibu hamil
Adapun alternatif pemecahan  masalahnya yaitu mengonsumsi makanan bergizi yang
mengandung sumber utama yang diperlukan yaitu karbohidrat, lemak dan protein serta
buah-buahan dan sayuran serta memperhatikan frekuensi dan porsi makan yang bertujuan
untuk meningkatkan gizi ibu hamil.
Program Kegiatan Perbaikan Gizi
1. KREMIL (Kreasi Ibu Hamil)
Untuk program KREMIL dilakukan selama 6 bulan. Program ini dilakukan guna
meningkatkan perekonomian ibu hamil. Pada pelaksanaan program ini sumber dana
berasal dari masing-masing ibu hamil yang mengikuti kegiatan tersebut. Dana yang
terkumpul digunakan sebagai modal awal untuk melakukan kegiatan. Kegiatan ini
dilakukan setiap 3 kali dalam seminggu yang dilaksanakan pada hari rabu, jumat dan
minggu yang dilaksanakan pada malam hari agar tidak mengganggu aktivitas ibu hamil.
Kegiatan  ini dilaksanakan di salah satu rumah ibu hamil secara bergiliran, dan capaian
target yang kami harapkan yaitu 40 %.
2. TEMIL (Temu Ibu Hamil)
Untuk program TEMIL dilakukan selama 6 bulan. Program ini dilakukan guna
meningkatkan pengetahuan ibu, yang bertujuan agar ibu hamil dan wanita usia subur
dapat menambah wawasan dan informasi tentang masalah KEK pada ibu hamil. Pada
pelaksanaan program ini sumber dana berasal dari bantuan operasional kesehatan dan
dana dari puskesmas. Kegiatan ini dilakukan setiap 2 minggu sekali, selama 6 bulan dan
capaian target yang kami harapkan yaitu 60 %.
3. KAMIL (Kantin Bumil)
Untuk program KAMIL dilakukan selama 6 bulan. Program ini dilakukan guna
meningkatkan gizi ibu hamil yaitu berupa Pemberian Makanan Tambahan untuk Ibu
Hamil (PMT BUMIL). Kegiatan ini dilakukan setiap hari selama 3 bulan. Pengadaan
makanan tambahan ibu hamil dilakukan
oleh puskesmas dan bekerjasama dengan pusat atau provinsi/kabupaten/kota
pengelolaan PMT ibu hamil meliputi persiapan, pelaksanaan, mekanisme distribusi,
spesifikasi, cara pemberian, cara pengangkutan dan cara penyimpanan. Capaian target
yang kami harapkan yaitu 50 %.
4. Melaksanakan Program Perbaikan Gizi
Setelah perencanaan program tersusun, kemudian dilakukan langkah-langkah yang
terencana untuk setiap kegiatan. Kami sebagai Ahli Gizi (TPG) Puskesmas Kamonji
melakukan tiga Jenis kegiatan perbaikan gizi yaitu membuka lapangan pekerjaan untuk
ibu hamil yang diberi nama KREMIL (Kreasi Ibu Hamil) kemudian kegiatan yang kedua
yaitu melakukan Komunikasi Informasi dan Edukasi tentang faktor yang mempengaruhi
kejadian KEK dan tentang mengkonsumsi makanan yang bervariasi, yang diberi nama
TEMIL (Temu Ibu Hamil) dan kegiatan yang ketiga yaitu pemberian makanan tambahan
untuk  Ibu hamil yang diberi nama KAMIL (Kantin Bumil).
1. What (Apa)
Melakukan program KREMIL, TEMIL dan KAMIL. Adapun dalam program KREMIL
dilakukan setiap 3 kali dalam seminggu yang dimana dalam kegiatan ini ibu hamil
membuat usaha kecil seperti membuat kue. Program TEMIL melakukan komunikasi
informasi dan edukasi mengenai KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta
bagaimana menanggulanginya. Program KAMIL yaitu pengadaan makanan
tambahan ibu hamil. 
2. Who (siapa)
Program ini dilakukan oleh ahli gizi puskesmas yang bekerja sama dengan Dinas
Kesehatan kota palu dan ditujukan kepada ibu hamil.
3. Where (dimana)
Program ini akan dilaksanakan di Puskesmas Kamonji dan di salah satu rumah ibu
hamil secara bergiliran setiap 3 kali dalam seminggu.
4. When (Kapan)
Program KREMIL dilaksanakan setiap 3 kali dalam seminggu yang dilaksanakan pada
hari rabu, jumat dan minggu. TEMIL dilaksanakan setiap seminggu sekali. KAMIL
dilaksanakan setiap hari selama 3 bulan.
5. Why (Mengapa)
Program KREMIL dilakukan untuk meningkatkan perekonomian ibu hamil, program
TEMIL dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan pendidikan ibu dan program
KAMIL bertujuan untuk meningkatkan gizi ibu hamil.
6. How (Bagaimana)
Adapun langkah-langkah program kreasi ibu hamil yaitu :
1. Menyiapkan data ibu hamil (Gakin dan non Gakin) berdasarkan data dari Puskesmas
kecamatan.
2. Mengajak ibu hamil yang tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk mengikuti
kegiatan ini.
3. Menentukan waktu dan lokasi untuk membuat kreasi. Dalam hal ini tempat yang
ditunjuk yaitu rumah warga (ibu hamil).
4. Melakukan kegiatan yang telah direncanakan, seperti membuat kue dan kreasi lain
yang dapat menghasilkan uang.
5. Setelah selesai, kue yang dibuat akan dijual/dipasarkan ke toko-toko terdekat.
Kemudian hasil dari penjualan dibagikan kepada ibu–ibu hamil yang masuk dalam
organisasi tersebut.
Adapun langkah-langkah program Temu Ibu Hamil yaitu :
1. Menyusun perencanaan penyuluhan
2. Menyusun materi / isi penyuluhan
3. Memilih metode yang tepat
4. Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan
5. Penentuan kriteria evaluasi
6. Pelaksanaan penyuluhan
7. Penilaian hasil penyuluhan
8. Tindak lanjut dari penyuluhan
Langkah-langkah dalammelakukan program Kantin Ibu Hamil yaitu :
1. Persiapan
a. Menyiapkan tempat penyimpanan makanan tambahan.
b. Menyiapkan data ibu hamil (Gakin dan non Gakin) berdasarkan data dari
Puskesmas kecamatan.
2. Pelaksanaan
a. Mensosialisasikan dan memantau program PMT ibu hamil kepada lintas
program dan sektor.
b. Menerima dan menyimpan makanan tambahan ibu hamil.
c. Mendistribusikan makanan tambahan ibu hamil Gakin ke Puskesmas.
3. Mekanisme Distribusi
a. Produsen mengirimkan makanan tambahan ke gudang yang telah disiapkan oleh
Dinkes kabupaten/kota. Frekuensi pengiriman dilakukan sesuai jadwal yang
disepakati antara Dinkes provinsi, Dinkes kabupaten/kota dan produsen dengan
memperhatikan berbagai hal antara lain kondisi lapangan, transportasi dan jarak
antara provinsi dan kabupaten/kota.
b. Dinkes kabupaten/kota menginformasikan alokasi makanan tambahan untuk
masing-masing Puskesmas kepada pengelola program gizi dan penanggung
jawab gudang sesuai dengan rencana distribusi yang telah dibuat Puskesmas.
c. Dinkes kabupaten/kota berkoordinasi dengan tim koordinasi kabupaten/kota
untuk menentukan rencana distribusi ke masing-masing Puskesmas berdasarkan
usulan yang disampaikan oleh Puskesmas Dinkes kabupaten/kota melalui
gudang kabupaten/kota harus segera mendistribusikan makanan tambahan
tersebut ke Puskesmas dengan segera sesuai kebutuhan masing-masing.
d. Petugas gudang melakukan pencatatan dan pelaporan administrasi gudang
dengan membuat Surat Bukti Barang Masuk (SBBM), Surat Bukti Barang Keluar
(SBBK), Kartu Persediaan Barang (KPB), dan Buku Agenda Ekspedisi (BAE).
e. Puskesmas menyiapkan tempat penyimpanan sesuai petunjuk yang terdapat
pada kemasan kardus.
f. Di Puskesmas/Poskesdes/Pustu, bidan atau petugas yang ditunjuk bersama
kader memberikan biskuit lapis kepada sasaran berdasarkan rujukan dari
Posyandu dengan kriteria :
Ibu hamil dari keluarga miskin dan ibu hamil yang beresiko KEK dengan LILA
<23,5 cm.
Apabila persediaan makanan tambahan tidak mencukupi, sasaran PMT
diprioritaskan pada Ibu hamil KEK dari keluarga miskin dan ibu hamil KEK.
g. Biaya distribusi makanan tambahan dari Puskesmas sampai dengan sasaran
akan dibebankan antara lain pada dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
dan dana operasional Puskesmas.
Cara Pengangkutan
a. Mengangkut makanan tambahan tidak bersamaan dengan barang-barang non
pangan yang berbau tajam dan bahan berbahaya (pestisida, bahan kimia,
minyak tanah dan bahan jenis lainnya).
b. Makanan tambahan harus terhindar dari kerusakan dan kotoran yang
menyebabkan kontaminasi.
Cara Penyimpanan
a. Gudang penyimpanan harus selalu higienis, tidak berdebu, dan bebas dari tikus,
kecoa dan binatang pengerat lainnya.
b. Ruang gudang tidak bocor dan lembab, ruangan mempunyai ventilasi dan
pencahayaan yang baik.
c. Bangunan dan pekarangan sekitar gudang harus selalu bersih, bebas kotoran
dan sampah.
d. Pintu gudang dapat dibuka dan ditutup dengan rapat pada saat keluar masuk
makanan tambahan.
e. Makanan tambahan diletakkan di alas/rak/palet/ yang kuat berjarak minimal
10-20 cm dari lantai dan minimal 30 cm dari dinding.
f. Penyusunan/peletakan/penumpukan makanan tambahan sedemikian rupa
sehingga barang tetap dalam kondisi baik. Susunan maksimum tumpukan
adalah 12 karton.
g. Menyusun karton makanan tambahan dalam gudang harus menggunakan
alas/rak/palet dan dilarang menginjak tumpukan karton lainnya.
h. Makanan tambahan yang masuk ke gudang yang lebih awal dikeluarkan terlebih
dahulu (First In First Out= FIFO).
i. Penyimpanan makanan tambahan tidak dicampurkan dengan bahan lain dan
bahan bukan pangan.
j. Makanan tambahan yang rusak selama penyimpanan di gudang, diambil,
dipisahkan dari makanan tambahan yang masih baik.
k. Makanan tambahan yang telah dinyatakan rusak perlu dibuatkan berita acara
penghapusan oleh tim yang ditunjuk oleh kepala Dinkes kabupaten/kota
setempat.
l. Makanan tambahan dinyatakan rusak apabila kemasan berlubang, robek, pecah,
kempes dan teksturnya berubah. Pada waktu melakukan bongkar muat
makanan tambahan dilarang menggunakan ganco atau dibanting.
Pemantauan dan evaluasi meliputi aspek-aspek :
a. Pendistribusian makanan tambahan.
b. Penyimpanan makanan tambahan.
c. Pemberian makanan tambahan sampai ke sasaran.
d. Pembinaan pelaksanaan distribusi makanan tambahan.

5. Pemantauan dan Evaluasi
Kegiatan Pemantauan yang baik selalu dimulai sejak langkah awal perencanaan dibuat
sampai dengan suatu kegiatan telah selesai dilaksanakan, sedangkan evaluasi hanya
melihat bagian-bagian tertentu dari kegiatan yang dilaksanakan.
Pemantauan adalah pengawasan secara periodik terhadap pelaksanaan kegiatan
program perbaikan gizi dalam menentukan besarnya input yang diberikan, proses yang
berjalan maupun output yang dicapai. Tujuannya untuk menindak lanjuti kegiatan
program selama pelaksanaan kegiatan, dilakukan untuk menjamin bahwa Proses
pelaksanaan sesusai Action Plan dan jadwal.
Kegiatan pemantauan dapat dilakukan melalui Sistem Pencatatan dan       Pelaporan
termasuk laporan khusus, Pelaksanaan Quality Assurance Pelayanan Gizi dan Unit
pengaduan masyarakat.
Hasil Kegiatan pemantauan kemudian dibuatkan lagi kegiatan-kegiatan Tindak lanjut
pemantauan yang dilakukan melalui Umpan balik, bupervisi dan bimbingan tehnis.
Evaluasi  adalah suatu proses untuk mengukur keterkaitan, efektivitas, efisiensi dan
dampak suatu program, dilakukan dengan tujuan memperbaiki rancangan, menentukan
suatu bentuk kegiatan yang tepat, memperoleh masukan untuk digunakan dalam proses
perencanaan yang akan datang.
a. Input
1. Terdapat SDM (Ahli Gizi (TPG), petugas kesehatan/kader)
2. Terdapat data ibu hamil KEK (Gakin dan non Gakin)
3. Terdapat Dana untuk melakukan program
4. Ketersediaan PMT
5. Sarana dan prasarana.
b. Process
1. Registrasi jumlah Ibu Hamil dengan status gizi KEK
2. Pencatatan dan pelaporan
3. Jadwal pelaksanaan program
4. Penyediaan materi KIE
5. Penyediaan PMT
6. Pelaksanaan Program
c. Output
1. Terjadi peningkatan pengetahuan ibu hamil.
2. Terjadi penurunan jumlah ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis
(KEK).

Anda mungkin juga menyukai