Anda di halaman 1dari 63

PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH IKAN TERHADAP EFEKTIVITAS

PEMUPUKAN PADA TANAMAN KEDELAI DI TANAH GAMBUT

Syarifah Anita Zahara1) Iwan Sasli dan Ahmad Mulyadi Sirojul2)


1)
Mahasiswa, 2)Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

ABSTRACT
Peat soil as a medium for plant growth is restricted nature of the acidic peat, low
base saturation, levels of P, K and Ca is low, so it is necessary efforts to make peat ready
for soybean cultivation. . Meanwhile physically peat soil is more porous than mineral soil
so that it will result in the rapid movement of water in the peat decomposes not perfect so
the amount of water available to plants is very limited. Giving fish waste and the addition
of fertilizer N, P, K is an alternative to overcome these obstacles. This study aimed to
determine the effects of fish waste on the effectiveness of fertilization on soybean plants
in peat soils. The design used in this study was completely randomized design (CRD)
factorial, consisting of 2 factors treatment with 5 standard treatments and 2 standard
treatments with 3 replications and each replication consisted of 3 samples. The variables
measured were the root volume, number of root nodules, number of pods, dry seed
weight and dry weight of plants. Giving fish waste provides a real influence for the
number of root nodules, pods, dry seed weight and plant dry weight, whereas treatment
fertilizing N, P, K, giving a significant effect on the root volume, nodule number and dry
weight of plants.

Keywords: Peat, soy, fish waste, fertilizer N, P, K.

ABSTRAK

Tanah gambut sebagai medium tumbuh tanaman dibatasi sifat gambut yang
masam, kejenuhan basa rendah, kadar P, K dan Ca rendah, sehingga perlu upaya untuk
membuat gambut siap digunakan untuk budidaya kedelai. . Sementara itu secara fisik
tanah gambut bersifat lebih berpori dibandingkan tanah mineral sehingga hal ini akan
mengakibatkan cepatnya pergerakan air pada gambut yang belum terdekomposisi dengan
sempurna sehingga jumlah air yang tersedia bagi tanaman sangat terbatas. Pemberian
limbah ikan dan penambahan pupuk N, P, K merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian limbah ikan terhadap efektivitas pemupukan pada tanaman kedelai di tanah
gambut. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap
(RAL) faktorial, terdiri dari 2 faktor perlakuan dengan 5 taraf perlakuan dan 2 taraf
perlakuan dengan 3 kali ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 3 sampel. Variabel yang
diamati adalah volume akar, jumlah bintil akar, jumlah polong isi, berat biji kering, dan
berat kering tanaman. Pemberian limbah ikan memberikan pengaruh nyata bagi jumlah
bintil akar, jumlah polong, berat biji kering, dan berat kering tanaman, sedangkan
perlakuan pemupukan N, P, K, memberikan pengaruh nyata pada volume akar, jumlah
bintil, dan berat kering tanaman.
Kata kunci: Gambut, Kedelai, Limbah ikan, Pupuk N, P, K.

PENDAHULUAN

Kebutuhan kedelai di Indonesia selalu meningkat seiring dengan pertambahan


penduduk dan pendapatan perkapita. Oleh karena itu, diperlukan suplai kedelai
tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negri belum mencukupi kebutuhan
tersebut. Selain sebagai pangan, kedelai juga menjadi campuran bahan pakan ternak,
bahan ekspor non migas serta bahan baku pendukung industri. Pada tatanan perdagangan
pasar internasional, kedelai merupakan komoditas ekspor berupa minyak nabati di
berbagai negara di dunia. Kedelai diminati oleh masyarakat luas karena di dalam biji
kedelai terkandung gizi yang tinggi, terutama kadar protein nabati yaitu lebih dari 40%
dan kadar lemak 10-15%. Kebutuhan kedelai akan semakin meningkat setiap tahunnya
seiring dengan pertambahan penduduk, perbaikan pendapatan perkapita, dan
bekembangnya pabrik pakan ternak serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan
kecukupan gizi. Meningkatnya permintaan akan komoditi kedelai ini belum mampu
diimbangi oleh produksi yang dihasilkan di dalam negeri sehingga perlu dilakukan impor
kedelai. Hal tersebut terjadi karena produksi kedelai di Indonesia masih rendah
(Adisarwanto, 2008).
Harga kedelai di pasar internasional juga masih sangat rendah dibandingkan
dengan biaya untuk menghasilkan nya, maka usaha-usaha untuk meningkatkan produksi
kedelai akan sulit dilakukan. Namun, jika usaha-usaha itu tetap dilakukan akan
memerlukan investasi yang sangat besar.
Dalam upaya pengembangan kedelai diperlukan areal penanaman yang luas, salah
satu tanah yang bisa dimanfaatkan adalah gambut yang cukup luas terdapat di
Kalimantan Barat. Pengembangan pertanian pada lahan gambut menghadapi banyak
kendala yang berkaitan dengan sifat tanah gambut. Menurut Soepardi (1979) dalam
Mawardi et al, (2001), secara umum sifat kimia tanah gambut didominasi oleh asam-
asam organik yang merupakan suatu hasil akumulasi sisa-sisa tanaman. Asam organik
yang dihasilkan selama proses dekomposisi tersebut merupakan bahan yang bersifat
toksid bagi tanaman, sehingga mengganggu proses metabolisme tanaman yang akan
berakibat langsung terhadap produktifitasnya. Sementara itu secara fisik tanah gambut
bersifat lebih berpori dibandingkan tanah mineral sehingga hal ini akan mengakibatkan
cepatnya pergerakan air pada gambut yang belum terdekomposisi dengan sempurna
sehingga jumlah air yang tersedia bagi tanaman sangat terbatas (Riwandi, 2001).
Salah satu usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan
penambahan pupuk organik, yang dalam penggunaannya mampu meningkatkan
produktivitas tanah gambut. Salah satu pupuk organik yang dikenal adalah limbah ikan.
Keunggulan pupuk ini adalah, merupakan pupuk organik yang unsur haranya lebih
lengkap dibandingkan pupuk anorganik. Bahan baku melimpah dan murah karena
memanfaatkan limbah pengolahan ikan. Harga jual kompetitif jika dibandingkan dengan
produk impor yang sangat mahal, serta konsep back to nature melalui pertanian organik.
Namun, pupuk organik limbah ikan ini juga memiliki kelemahan. Kandungan unsur hara
jumlahnya kecil, sehinnga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif banyak bila
dibandingkan dengan pupuk anorganik. Sementara itu reaksi tanaman terhadap
pemberian pupuk organik tidak lebih baik dibandingkan pemberian pupuk buatan
(Maimun, 2009).
Limbah hasil perikanan dapat berbentuk padatan, cairan, dan gas. Masing-masing
jenis limbah membutuhkan cara penanganan khusus, berbeda antara jenis limbah yang
satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini menggunakan limbah ikan berbentuk cair,
yaitu ikan yang tidak terpakai dibusukkan dan direndam dalam air untuk mendapatkan
cairan limbah ikan (Greentopia, 2010).
Sampai saat ini belum diketahui pengaruh pemberian limbah ikan terhadap
efektivitas pemupukan pada tanaman kedelai di tanah gambut, maka dari itu perlu
dilakukan penelitian ini.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas


Tanjungpura Pontianak dengan menggunakan polybag. Penelitian ini berlangsung
selama 6 bulan, dari tanggal 26 Oktober – 31 April 2012.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
terdiri dari 2 faktor perlakuan dengan 5 taraf perlakuan dan 2 taraf perlakuan dengan 3
ulangan serta 3 sampel tanaman pada tiap perlakuan. Adapun perlakuan dalam penelitian
ini adalah:
Faktor 1: l1 = 1200 ml limbah ikan/polybag/6 x pemberian
l2 = 1650 ml limbah ikan/polybag/6 x pemberian
Faktor 2: p0 = tanpa pupuk N, P, K
p1 = 2,6 g Urea/polybag+8,4 g Rock phospat/polybag+2,6 g KCl/polybag
p2 = 5,2 g Urea/polybag+16,8 g Rock phospat/polybag+5,2 g KCl/polybag
p3 = 7,8 g Urea/polybag+25,10 g Rock phospat/polybag+7,8 g KCl/polybag
p4 = 10,4 g Urea/polybag+33,4 g Rock phospat/polybag+10,4 g KCl/polybag.

Persiapan tempat penelitian dimulai dengan pembersihan lahan dan membuat


rumah penelitian dengan panjan 8 m, lebar 4 m. Kemudian membuat 5 baris rak, dengan
tinggi 50 cm dan panjang 4 m untuk tempat meletakkan polybag.
Limbah ikan yang sudah dibuat dicampurkan secara merata pada tanah yang
sudah diinkubasi dengan kapur, setelah pemberian limbah ikan diinkubasi lagi selama 1
minggu. Itu merupakan pemberian busukan ikan pertama. Setelah 1 bulan dari pemberian
pertama, dilanjutkan dengan pemberian kedua dan seterusnya. Interval pemberian
busukan ikan kedua dan ketiga yaitu 2 minggu. Setiap 2 minggu sekali busukan ikan
diberikan hingga tanaman siap panen.
Penanaman dilakukan seminggu setelah pemberian limbah ikan pada media
tanam. Benih kedelai diberi legin terlebih dahulu 30 menit sebelum ditanam dengan cara
dicampur hingga merata, kemudian ditanam di polybag dengan kedalaman 3 cm, dimana
setiap lubang diisi dengan 3 biji kedelai. Dua minggu setelah tanam dilakukan
penyeleksian dan hanya satu tanaman yang baik pertumbuhannya yang dibiarkan tumbuh
sehingga setiap polybag hanya terdapat satu tanaman.
Pupuk Urea, Rock Phosphate dan KCl sebagai pupuk dasar diberikan sesuai dosis
yang ditetapkan. Pupuk tersebut diberikan sekaligus pada saat tanam. Cara pemberiannya
yaitu dengan membuat larikan berbentuk lingkaran dengan jarak 5 cm dari lubang tanam
lalu pupuk diletakkan pada larikan tersebut kemudian ditutup dengan sedikit tanah.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman yang dilakukan 2 kali sehari,
pejarangan yang dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam,
pengendalian gulma dengan mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman, dan
pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila terlihat adanya serangan pada
tanaman kedelai, dengan menggunakan pestisida.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah volume akar, jumlah binti,
jumlah polong isi, berat biji kering, dan berat kering tanaman. Selain itu dilakukan pula
pengamatan lingkungan tumbuh meliputi, suhu udara, kelembaban dan hama serta
penyakit tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian limbah ikan
memberikan pengaruh nyata pada jumlah bintil, jumlah polong isi, berat biji kering, dan
berat kering tanaman sedangkan pemupukan N, P, K memberikan pengaruh nyata pada
volume akar, jumlah bintil dan berat kering tanaman pada taraf 5%, tetapi interaksi tidak
berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan. Hasil dari pemberian limbah
ikan dan pupuk N, P, K terhadap semua variabel pengamatan dapat dilihat pada tabel 1
dan 2 di bawah ini:

Tabel 1. Tabulasi Hasil Penelitian Dari Pengaruh Pemberian Limbah Ikan Pada Tanaman
Kedelai Terhadap Variabel Pengamatan .

PERLAKUAN RERATA
JB VA BK JPI (√xi ) BBK
(butir) (cm3) (g) (butir) (g)
l1 8,20a 12,73 11,46a 9,50 7,49a
l2 11,06b 13,00 14,19b 7,98 11,05b
F hitung 6,22 0,07 4,77 3,55 4,74

KK 32,67% 21,05% 26,68% 25,05% 48,22%

BNJ 5% 2,39 2,60 3,40

Sumber: Hasil Pengamatan Di Lapangan, 2012


Tabel 2. Tabulasi Hasil Penelitian Dari Pengaruh Pemupukan N, P, K Pada Tanaman
Kedelai Terhadap Variabel Pengamatan .

PERLAKUAN RERATA
JB VA BK JPI (√xi ) BBK
(butir) (cm3) (g) (butir) (g)
p0 9,34ab 10,50a 8,60a 9,21 9,89
p1 7,04a 13,33ab 14,35ab 7,81 7,16
p2 12,65b 14,00ab 15,91b 9,60 11,38
p3 11,50ab 16,50b 11,34a 8,16 8,38
p4 7,67a 11,00a 13,92a 9,13 9,54

F hitung 3,57 3,47 4,23 0,62 0,76

KK 32,67% 21,05% 26,68% 25,05% 48,22%

BNJ 5% 5,44 4,76 5,92

Sumber: Hasil Pengamatan Di Lapangan, 2012


Keterangan: JB = Jumlah Bintil , VA = Volume Akar , BK = Berat Kering, JPI = Jumlah Polong
Isi, BBK = Berat Biji Kering

2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis keragaman jumlah bintil akar menunjukkan bahwa
interaksi berpengaruh tidak nyata, sedangkan pemberian limbah ikan dan pemupukan N,
P, dan K berpengaruh nyata. Rerata pemberian limbah ikan tertinggi terdapat pada 1650
ml limbah ikan/polybag/6 x pemberian yaitu 11,06 butir. Untuk pemupukan N, P, dan K
rerata tertinggi terdapat pada 5,2 g Urea/polybag+16,8 g Rock phospat/polybag+5,2 g
KCl/polybag yaitu 12,66 butir dan terendah adalah 2,6 g Urea/polybag+8,4 g Rock
phospat/polybag+2,6 g KCl/polybag yaitu 7,00 butir, namun jika dilihat dari hasil uji
lanjut BNJ menunjukkan jika pada pemberian 5,2 g Urea/polybag+16,8 g Rock
phospat/polybag+5,2 g KCl/polybag hasilnya tidak berbeda nyata dengan tanpa pupuk
N, P, K. Artinya tanpa penambahan pupuk N, P, dan K yang terlalu tinggi pun
pembentukan bintil akar sudah cukup baik sehingga hasilnya tidak berbeda jauh dengan
tanaman yang mendapatkan penambahan pupuk N, P, dan K dengan dosis yang sedikit.
Nodul atau bintil akar tanaman kedelai mulai dapat mengikat nitrogen dari udara pada
umur 10-12 hari setelah tanam, tergantung kondisi lingkungan tanah dan suhu.
Kelembaban tanah yang cukup dan suhu tanah sekitar 250C sangat mendukung
pertumbuhan bintil akar tersebut. Namun demikian, proses pembentukan bintil akar
sebenarnya sudah terjadi mulai umur 4-5 hst, yaitu sejak terbentuknya akar tanaman.
Pada saat itu, terjadi infeksi pada akar rambut yang merupakan titik awal dari proses
pembentukan bintil akar (Adisarwanto, 2008).
Berdasarkan data pengamatan dan analisis keragaman menunjukkan bahwa untuk
volume akar interaksi dan pemberian limbah ikan berpengaruh tidak nyata, pemupukan
N, P, dan K berpengaruh nyata. Hasil rerata volume akar menunjukkan bahwa
pemupukan N, P, K tertinggi pada 7,8 g Urea/polybag+25,10 g Rock
phospat/polybag+7,8 g KCl/polybag yaitu 15,50 cm3 dibandingkan dengan pemupukan
N, P, K lainnya dan yang terendah adalah tanpa pupuk N, P, dan K yaitu 10,50 cm3 ,
sedangkan pemberian limbah ikan berpengaruh tidak nyata.
Laju penyebaran akar, seperti halnya karakteristik sistem perakaran dipengaruhi oleh
faktor genetik dan lingkungan. Laju pertumbuhan akar yang berkembang tergantung pada
diameternya. Meristem yang lebar menunjukkan pertumbuhan yang cepat (Russel,1977
dalam Zuliarti, 2008). Faktor media tanam dan penambahan unsur hara baik organik
maupun anorganik juga ikut mempengaruhi pertumbuhan akar. Berdasarkan rerata dari
perlakuan yang ada, penambahan pupuk anorganik yang digunakan yaitu KCl, Urea, dan
Rock phosphat lebih baik dibandingkan dengan penambahan limbah ikan. Tanpa
penambahan pupuk anorganik, pertumbuhan dan penyebaran akar tidak begitu baik. Hal
ini diduga bahwa unsur hara yang ada dalam pupuk kimia lebih lengkap dan dominan
lebih cepat mempengaruhi pertumbuhan akar, dibandingkan limbah ikan yang kandungan
unsur haranya rendah untuk perkembangan akar. Volume akar menggambarkan laju
pertumbuhan dan perkembangan perakaran, sistem perakaran dipengaruhi juga oleh
pembelahan dan pembesaran sel pada perakaran yang dapat meningkatkan volume
perakaran tanaman (Gardner 1985 dalam Abdullah, 2004).
Hasil analisis keragaman berat kering tanaman menunjukkan interaksi berpengaruh
tidak nyata, tetapi pemberian limbah ikan dan pemberian pupuk N, P, K berpengaruh
nyata. Hasil rerata yang tertinggi untuk pemberian limbah ikan adalah 1650 ml limbah
ikan/polybag/6 x pemberian yaitu 14,19 g. Pemberian pupuk N, P, K, rerata tertinggi
terdapat pada 5,2 g Urea/polybag+16,8 g Rock phospat/polybag+5,2 g KCl/polybag
yaitu 15,91 g dan terendah adalah tanpa pupuk N, P, K yaitu 8,60 g.
Kondisi tanaman kedelai terdapat beberapa kerusakan mulai dari umur 4 minggu
setelah tanam yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit tetapi tidak terlalu parah
dan secara umum tanaman kedelai menjulang ke atas namun ujung-ujung cabang
tanaman merambat, hal ini dikarenakan tertiup angin yang sangat kencang sehingga
dipasang ajir untuk perambatan tanaman kedelai.
Berdasarkan analisis keragaman jumlah polong isi pertanaman menunjukkan
interaksi dan pemberian pupuk N, P, dan K berpengaruh tidak nyata, sedangkan
pemberian limbah ikan berpengaruh nyata. Berdasarkan pemberian limbah ikan pada uji
lanjut dapat dilihat rerata tertinggi adalah 1650 ml limbah ikan/polybag/6 x pemberian
yaitu 96 butir.
Suplai makanan selain dari tanah juga diperoleh tanaman dari proses fotosintesis,
apabila proses fotosintesis berjalan maka hasil fotosintat yang dihasilkan akan digunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, salah satunya adalah pembentukan
polong. Proses fotosintesis ini akan berjalan dengan baik apabila ditunjang dengan
ketersediaan unsur hara yang diserap serta pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yang baik. Pada penelitian ini pemberian limbah ikan memberikan pengaruh yang nyata
terhadap jumlah polong isi, ini berarti pemberian limbah ikan yang terurai menjadi bahan
organik dapat menyediakan suplai unsur hara serta dapat meningkatkan proses
fotosintesis tanaman sehingga menunjang proses pembentukan polong. Pemberian bahan
organik ke tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah, disamping itu bahan organik juga
dapat menyediakan unsur hara yang diperlukan sehingga baik untuk perkembangan dan
pertumbuhan tanaman(Adisarwanto, 2006)
Hasil analisis keragaman berat biji kering pertanaman menunjukkan bahwa interaksi
dan pemberian pupuk N, P, dan K berpengaruh tidak nyata, sedangkan pemberian limbah
ikan berpengaruh nyata.
Rerata pemberian limbah ikan tertinggi adalah 1650 ml limbah ikan/polybag/6 x
pemberian yaitu 11,05 g, rerata berat biji kering pertanaman berkaitan dengan
ketersediaan unsur hara seperti N, P dan K. Menurut Cabrera dan Talibudeen (dalam
Sajuliarto, 2009) bahwa N berperan dalam memperbesar persentasi protein yang
mendorong perkembangan dan perbesaran buah. Unsur P dan K dapat membantu
meningkatkan zat makanan seperti karbohidrat yang berperan dalam proses pembentukan
buah. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian limbah ikan memberikan pengaruh nyata
pada berat biji kering pertanaman. Peningkatan rerata berat biji kering semakin
meningkat seiring dengan penambahan dosis limbah ikan yang diberikan. Hal ini
menunjukkan bahwa limbah ikan mampu menyediakan kebutuhan N, P, dan K bagi
tanaman kedelai.
Unsur P sangat penting dalam pertumbuhan dan menentukan hasil tanaman, karena
peranan utama P juga meningkatkan perkembangan akar, peningkatan kadar P dalam
tanaman akan diikuti dengan meningkatnya serapan hara lain, sehingga fotosintesis juga
meningkat. Meningkatnya proses fotosintesis dapat mempengaruhi berat bji tanaman,
karena semua hasil fotosintesis ditransfer ke seluruh bagian tanaman untuk pertumbuhan
dan sebagian besar disimpan dalam biji. Pembentukan dan pengisian polong sering
dihubungkan dengan proses penyerapan dan translokasi unsur hara yang diperlukan
tanaman, dalam hal ini pembentukan polong tersebut sangat dipengaruhi oleh serapan P
yang sangat diperlukan dalam proses fotosintesis selain itu P dapat merangsang
perkembangan akar tanaman sehingga translokasi unsur hara ke bagian atas tanaman
berjalan dengan lancar (Jumin, 2005).
Secara umum pemberian pupuk limbah ikan dan pupuk kimia yang digunakan
(Urea, kCl, dan Rock phosphat) memberikan pengaruh yang baik pada pertumbuhan
tanaman kedelai. Berdasarkan analisis ragam pemberian berbagai dosis pupuk organik
dan pupuk anorganik yang digunakan memberikan pengaruh nyata pada parameter
jumlah bintil akar dan berat kering tanaman. Limbah ikan berpengaruh nyata pada
parameter berat biji kering tanaman,jumlah polong isi, jumlah bintil akar, dan berat
kering tanaman, sedangkan untuk pemberian pupuk N, P, dan K berpengaruh nyata pada
parameter volume akar, bintil akar, dan berat kering tanaman. Hasil uji lanjut BNJ pada
taraf 5% yang dilakukan, secara umum pada berbagai dosis limbah ikan dan pupuk kimia
yang diberikan pengaruhnya berbeda nyata pada pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan penelitian ini tidak terjadi interaksi terhadap semua variabel
pengamatan, artinya pemberian pupuk N, P, dan K tidak dipengaruhi oleh dosis dan
efektivitas dari pemberian limbah ikan. Apabila analisis ragam menunjukkan tidak terjadi
interaksi yang nyata antara limbah ikan dan pupuk N, P, K maka berarti efektivitas pupuk
N, P, K tidak berpengaruh pada limbah ikan dan sebaliknya limbah ikan tidak
berpengaruh pada pemberian pupuk N, P, K. Dalam hal ini perbandingan perlakuan
limbah ikan dapat dilakukan tanpa memperhatikan efektivitas dari pemberian N, P, dan
K. Masing-masing faktor bekerja sendiri-sendiri, artinya sebagai pupuk organik limbah
ikan dapat digunakan sebagai pengganti pupuk N, P, K atau dapat mengefisienkan peran
pupuk N, P, K. Hal ini didasarkan pada hasil analisis keragaman yang menunjukkan
bahwa limbah ikan berpengaruh terhadap beberapa variabel pengamatan, sehingga
sebagai alternatif bisa memilih menggunakan pupuk organik limbah ikan atau
menggunakan pupuk N, P, K anorganik.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
perlakuan pemberian limbah ikan terhadap efektivitas pemupukan memberikan pengaruh
nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil uji
lanjut yang dilakukan limbah ikan dengan dosis 1650 ml limbah ikan/polybag/6 x
pemberian berpengaruh dan berbeda nyata terhadap variabel pengamatan jumlah bintil
akar, jumlah polong isi, berat biji kering pertanaman, dan berat kering tanaman.
Pemberian pupuk N, P, dan K dengan dosis 5,2 g Urea/polybag+16,8 g Rock
phospat/polybag+5,2 g KCl/polybag berpengaruh dan berbeda nyata terhadap variabel
jumlah bintil akar dan berat kering tanaman, sedangkan untuk pemberian N, P, K dengan
dosis 7,8 g Urea/polybag+25,10 g Rock phospat/polybag+7,8 g KCl/polybag berpengaruh
dan berbeda nyata terhadap variabel volume akar.

B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan jika melakukan
penelitian terhadap efektivitas pemupukan lebih baik dilakukan juga analisis terhadap
serapan unsuir hara N, P, dan K agar lebih mengetahui pengaruh nya. Dalam melakukan
penelitian mengenai pupuk organik limbah ikan atau pupuk organik yang lainnya,
disarankan untuk memberikan dosis yang lebih banyak, karena semakin tinggi dosis
pupuk organik yang diberikan maka semakin baik bagi pertumbuhan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, G. 2004. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Beberapa Varietas Melon Pada Tanah Gambut. Skripsi Penelitian Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura. Pontianak. (Tidak dipublikasikan)

Adisarwanto.2006. Budidaya Dengan Pemupukan Yang Efektif Dan Pengoptimalan


Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta

---------------. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta

Greentopia. 2010. Pemanfaatan Limbah Ikan Sebagai Pupuk Organik. Diposkan oleh
Greentopia Juli 2010

Jumin, H, B. 2005. Dasar- Dasar Agronomi. Grafindo Persada. Jakarta

Maimun, M. 2009. Pupuk Organik Sebagai Jembatan Menuju Pertanian Berkelanjutan.


Universitas Pertanian. Bogor
Mawardi, E., Azwar dan Tambidjo, A. 2001. Potensi Dan Peluang Pemanfaatan
Memantapkan Rekayasa Paket Teknologi Pertanian dan Ketahanan Pangan Dalam
Era Otonomi Daerah, 31 Oktober-1 November 2001. Bengkulu.

Riwandi.2001. Kajian Stabilitas Gambut Tropika Indonesia Berdasarkan Analisis


Kehilangan Karbon Organik, Sifat Fisika Kimia dan Komposisi Bahan Gambut.
Tesis.Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor

Sajuliarto, 2009. Pengaruh Pemberian Ikan Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Terung Pada Tanah Gambut. Skripsi Penelitian Universitas Tanjungpura. Pontianak.
(Tidak dipublikasikan)

Zuliarti, E. 2008. Pengaruh Pemberian Busukan Ikan Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Terung Pada Tanah Gambut. Skripsi Penelitian Universitas Tanjungpura.
Pontianak. (Tidak dipublikasikan)

 
SMA NEGERI 1 JETIS
TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Di daerah desa parangtritis tempat saya tinggal terutama di dusun samiran merupakan tempat
yang penduduknya mayoritas bekerja sebagai petani,dan dalam bercocok tanam mereka membutuhkan
pupuk.Pupuk terbagi dalam 2macam yaitu pupuk organik dan anorganik.Pupuk anorganik adalah pupuk
yang terbuat dari bahan kimia.Di dalam penelitian ini saya akan menggunakan pupuk NPK
phonska.Kandungan yang terdapat didalam pupuk phonska adalah:

Nitrogen(N)=15%,Fosfat(P2O5)=15%,Kalium(K2O),Sulfur(S)=10%,kadar air maksimal=2%


(www.petrokimia-gresik.com/phonska.asp) dan mempunyai beberapa manfaat diantaranya :

1.Menjadikan daun tanaman lebih hijau segar,dan banyak mengandung butir hijau yang

penting bagi proses fotosintesis.

2.Mempercepat pertumbuhan tanaman,mempercepat pencapaian tinggi tanaman

3.Memacu pertumbuhan akar,perakaran lebih lebat sehingga tanaman menjadi sehat dan

kuat.(www.stepensanji.blogspot.com/2009/04/manfaat-pupuk-phonska)

Terung(solanum melongena) juga merupakan tanaman yang banyak dijumpai di lahan pertanian
dusun samiran karena memiliki banyak manfaat Buah terong mengandung striknin, skopolamin,
skopoletin, dan skoparon yang bisa menghambat serangan sawan, gugup, atau kekejangan saraf. Maka,
buah ini bisa digunakan untuk mencegah dan mengobati serangan epilepsi dan penyakit kejang lainnya,
seperti yang diyakini dalam pengobatan tradisional.

B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah pengaruh konsentrasi pupuk pada pertumbuhan terung?

2.      Bagaimanakah perbedaan kecepatan pertumbuhan terung yang dipupuk phonska dengan konsentrasi
berbeda?

C. Tujuan

1.      Mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk pada pertumbuhan terung.

2.      Mengetahui perbedaan kecepatan pertumbuhan terung yang dipupuk phonska dengan konsentrasi
berbeda

BAB III

Meteodologi Penelitian

A.   Lokasi dan waktu penelitian

Waktu penelitian : 29 Agustus 2011

Tempat : pekarangan rumah joni arisandi

Obyek : tanaman terung

B.   Variabel penelitian

1.Variabel terikat : Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah tinggi batang dan
jumlah daun terung.

2.Variabel bebas : Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah konsentrasi pupuk.

3.Variabel terkontrol : Dalam penelitian ini variabel terkontrolnya adalah media

tanam,bibit terung,waktu penyiraman.

C.   Alat dan Bahan

1.Bibit terung 4.Pot ukuan sedang(9)

2.Pupuk Phonska 5.Timbangan

3.Penggaris

D.   Cara Kerja

1.      Siapkanlah sembilan pot.

2.      Masukkan tanah kedalam setiap pot.

3.      Tanamkan bibit terung sebanyak dua biji untuk setiap pot.

4.      Menaburkan pupuk phonska sebanyak 4 gram dipot A,dan sebanyak 6 gram dipot B,sedangkan pot C
sebanyak 2 gram.

5.      Menyiramnya dengan air setiap hari.

E.    Rancangan Penelitian

1.      Perlakuan I pot A berjumlah 3 buah ditanami bibit terung yang setiap pot diberi 2 bibit dengan medium
tanah dan dipupuk dengan pupuk phonska sebanyak 4 gram.

2.      Perlakuan II pot B berjumlah 3 buah ditanami bibit terung yang setiap pot diberi 2 bibit dengan medium
tanah dan dipupuk dengan pupuk phonska sebanyak 6 gram.
3.      Perlakuan III pot C berjumlah 3 buah ditanami bibit terung yang setiap pot diberi 2 bibit dengan medium
tanah dan dipupuk dengan pupuk phonska sebanyak 2 gram sebagai pengontrol.

Pupuk phonska sebanyak 4 gram

Pupuk phonska sebanyak 6 gram

Pupuk phonska sebanyak


2 gram(sebagai pengontrol)
BAB II

Tinjauan Pustaka
Terung (Solanum melongena), di Pulau Jawa lebih dikenal sebagai terong) adalah tumbuhan
penghasil buah yang dijadikan sayur-sayuran. Asalnya adalah India dan Sri Lanka[1][2]. Terung berkerabat
dekat dengan kentang dan leunca, dan agak jauh dari tomat.

Penanaman Terung :

      a.   Umur benih saat dipindahkan 1 - 1,5 bulan (daun berhelai 4, tinggi 7,5 cm)

      b.   Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari

      c.   Jarak tanam yang digunakan : jarak antar tanaman dalam barisan 60 cm, jarak antar barisan tanaman 70-
80 cm. Setiap bedengan ada dua baris tanaman

      d.   Tanam sebatas leher akar

      e.   Pemupukan kimia :

            Urea                 :           2,5-3 gr / tanaman

            SP-18               :           2,5-3 gr / tanaman

            KCl                  :           1,5-2 gr / tanaman

Phonska : 1-1,5gr/tanaman

      f.    Insektisida yang digunakan berbahan aktif Carbofuran (Furadan)


(http://bp4kkabsukabumi.net/index.php/Hortikultura/Budidaya-Terung.html)

Berikut beberapa manfaat terong:

Buah ini diketahui punya manfaat sebagai antikejang, antikanker, dan pendepak gangguan
pembuluh darah. Bahkan di Nigeria digunakan sebagai tanaman kontrasepsi, terutama untuk kaum pria.
Masyarakat Nigeria juga mendewakan tumbuhan ini karena bisa meredam "penyakit" gugup.
Kemampuan ini telah dibuktikan secara ilmiah terhadap marmut yang diberi sari terong mentah.Buah
terong mengandung striknin, skopolamin, skopoletin, dan skoparon yang bisa menghambat serangan
sawan, gugup, atau kekejangan saraf. Maka, buah ini bisa digunakan untuk mencegah dan mengobati
serangan epilepsi dan penyakit kejang lainnya, seperti yang diyakini dalam pengobatan tradisional.Di
Korea terong yang telah dikeringkan bila dikonsumsi bisa pula mengobati sakit pinggang, encok,
pinggang kaku, dan nyeri lainnya. Secara empiris, sayuran ini pun mampu mengobati campak, cacar air,
ketergantungan alkohol, gastritis, dan luka bakar.Jus terong bisa menekan kerusakan pada sel-sel
dengan penyimpangan kromosom sebagai pertanda adanya kanker. Kandungan tripsin (protease)
inhibitor pada buah ini diyakini bisa melawan serangan zat pemicu kanker. Buah ini sangat baik untuk
mengurangi risiko penyakit kanker.Buah ini juga bisa menetralkan kerusakan pembuluh darah arteri.
Dengan begitu, ia dapat menekan dan mengatasi arterosklerosis; penyakit yang disebabkan oleh
terganggunya transportasi darah dan zat makanan pada pembuluh darah arteri. Gangguan itu terjadi
akibat timbunan lemak dan kolesterol di pembuluh darah. Dampaknya, kerja jantung pun terganggu.
Organ vital ini akan kesulitan memompa darah ke seluruh tubuh yang bisa membahayakan nyawa.
Gangguan pembuluh darah ini bisa dikurangi, bahkan ditanggulangi dengan cara mengonsumsi terong.
www.suaramedia.com

    Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, baik berupa padatan
(feces) yang bercampur sisa makanan, ataupun air kencing (urine).  Walaupun demikian sepertinya
orang-orang sepertinya enggan membicarakan kotoran cair yang berupa urine ternak. Dalam hal ini
mengumpulkan kotoran padat memang jauh lebih praktis dibanding urin ternak. Padahal dari segi kadar
haranya, urine jauh lebih tinggi dibanding feces.Zwavelzure amoniak (ZA) lebih dikenal dengan sebutan
ZA. Pupuk ini dibuat dari gas amoniak dan asam belerang. Persenyawaan kedua zat ini menghasilkan
pupuk ZA yang mengandung N 20,5-21%. Artinya tiap 100   ZA berisi 20 kg N. Bentuknya Kristal kecil-
kecil berwarna putih, abu-abu, biru keabu-abuan, dan kuning (Lingga, 1989).

Pertumbuhan & Perkembangan

Pertumbuhan adalah proses bertambahnya ukuran seperti panjang, lebar, volume dan massa.
Perkembangan adalah suatu proses menuju kedewasaan (menuju suatu keadaan yang lebih tinggi, lebih
teratur dan lebih kompleks)

Macam-macam pertumbuhan pada tumbuhan, yaitu:


1. Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan yang memanjang baik yang terjadi pada ujung
akarmaupun ujung batang. Pertumbuhan primer dapat diukur secara kuantitatif yaitu dengan
menggunakan alat auksanometer .
Pertumbuhan primer pada ujung akar dan ujung batang dapat dibedakan menjadi 3 daerah yaitu:
a. Daerah pembelahan sel, terdapat di bagian ujung akar. Sel-sel di daerah ini aktif membelah (bersifat
meristematik)
b. Daerah perpanjangan sel, terletak di belakang daerah pembelahan. Sel-sel di daerah inimemiliki
kemampuan untuk membesar dan memanjang.
c. Daerah diferensiasi sel, merupakan daerah yang sel-selnya berdiferensiasi menjadi sel-sel yang
mempunyai fungsi dan struktur khusus.

2. Pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang dapat menambah diameter batang. Pertumbuhan
sekunder merupakan aktivitas sel-sel meristem sekunder yaitu kambium dan kambium gabus.
Pertumbuhan ini dijumpai pada tumbuhan dikotil.
Perkecambahan
Macam-macam Perkecambahan pada Biji
1. Perkecambahan hipogeal: apabila terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun
lembaga tertarik keatas tanah tetapi kotiledon tetap di dalam tanah.
Contoh: perkecambahan pada biji kacang tanah dan kacang kapri.
2. Perkecambahan epigeal: apabila terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau
hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah. Contoh:
perkecambahan pada biji buncis dan biji jarak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan pada tumbuhan :


1. Faktor eksternal/lingkungan: faktor ini merupakan faktor luar yang erat sekali hubungannya dengan
proses pertumbuhan dan perkembangan. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan
tumbuhan adalah sebagai berikut.
Air dan mineral, Kelembaban, Suhu, Cahaya
2. Faktor internal: faktor yang melibatkan hormon dan gen yang akan mengontrol pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan.
Macam-macam hormon pada tumbuhan:
Auksin,Giberelin,Sitokinin,Gas Etilen,Asam,AbsisatKalin
BAB IV

Tabel Pengamatan dan Pembahasan

B.Pembahasan
`Dari penelitian yang saya lakukan selama 7 hari dimulai dari hari senin 29 Agustus 2011 sampai
5 September 2011 menunjuukkan hasil seperti yang terlihat di dalam table pengamatan perbandingan
Pot A yang dipupuk dengan konsentrasi 4gram dengan Pot B yang dipupuk dengan konsentrasi 6gram
dari Perlakuan tinggi batang dapat dilihat pada table pengamatan bibit bermula dari ukuran 5cm semua
pada pot A hari pertama dan kedua belum mengalami peningkatan pertumbuhan sama halnya yang
terjadi di potB yang masih berukuran ± 5cm apabila dibandingkan dengan potC sebagai pengontrol mulai
dari hari ke dua sudah tambah ukuran tingginya yaitu rata rata ±5,1cm hal ini sudah menunjukkan
bagaimana pengaruh konsentrasi pupuk terhadap pertumbuhan terung.Akan tetapi pada pot A
peningkatan tinggi batang terjadi pada hari ke tiga sedangkan pada pot B terjadi pada hari ke
empat.kemudiaan sampai pada hari yang ketujuh Pot A mengalami peningkatan pertumbuhan sampai
ukuran rata rata ±5,8 cm dari semua pot A1,A2,A3 kemudian apabila kita lihat kedalam potB pada hari
ketujuh atau pengamatan yang terakhir terlihat peningkatan pertumbuhan tanaman terung sampai
ukuran rata rata ±5,08 cm dari seluruh pengamatan ternyata pada pengamatan yang terakhir terlihat
perbedaan tumbuh yang terjadi dan apabila hasi ini kita bandingkan dengan Pot C sebagai pengontrol
pada harii yang ketujuh tanaman terung terjadi penngkatan pertumbuhan ukuran rata rata ±6 cm pada
pengamatan hari yang tterakhir di pot C semua ukuran batang tanaman terung ±6 cm.

Sedangkan dari perlakuuan mengamati jumlah daun tanaman terung yang muncul dari table
pengamatan dapat kita lihat daun dari semua pot berjumlah 4 daun dari pot A,potB,PotC pada table
terlihat Pot A kebanyakan daunnya tidak ada yang bertambah akan tetapi yang terjadi pada pot A1.1
dan A2.2 daun tanamman terung berkurang.Dan apabila kia lihat pada table pengamatan yang Pot B
juga sama bermula dari jumlah 4 daun akan tetapi yang membedakan dengan pot A pad pot B ini
kebanyakan daunnya padaa berkurang semua dapat dilihat pada hari ke empat rata rata semua daun
pada pot B banyak yang berkurang.Dan pada hari terakhir apabila dilihat daun pada pot A rata rata
berjumlah 4 dan ada yang 3 sedangkan pada pot B dapat dilihat rata rata berjumlah 3 buah dan ada
yang berjuumlah 2.Sedangkan apabila dibandingkan dengan Pot C sebagai pengontrol terlihat pada
semua pot C ini pada hari keempat jumlah daunnya bertambah sebanyak satu atau dua buah daun yang
muncul dan pada hari ketujuh jumlah daun yang ada pada po C rata rata berjumlah 5 buah.Dari hasil
yang didapat dapat disimpulkan bahwa pengaruh konsentrrasi pupuk terhadap jumlah daun tanaman
terung sangat berdampak dapat terlihat pada dosis yang mendekati pengontrol yaitu pot A(4gram)
sedikit yang berkurang akan tetapi yang terjadi pada pemupukan padda dosis yang menjauhi pengontrol
yaitu pot B(6gram) dapat terlihatt banyak daun yang berguguran.
BAB V

Penutup

A.   Kesimpulan

 Dari penelitian yang telah diakukan menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi terhadap pertumbuhan
terung sangat berpengaruh terlihat pada table pengamatan yang menunjukkan pada konsentrasi yang
pas yaitu pada pot A yang konsentrasinya lebih rendah dari pot B menunjukkan perbedaan tinggi dan
tidak melebihi atau ada yang hampir sama dengan pot C sebagai pengontrol

 Dari table pengamatan terlihat perbedaan pertumbuhan yang dialami tanaman terung yang dipupuk
dengan konsentrasi yang berbeda terlihat pada pot A lebih cepat tumbuh ukuran tinggi batang yaitu
pada hari ke3 sedangkan pada pot B pada hari ke empat dan apabila dibandingkan dengan pot C sebagai
pengontrol yang tambah ukuran pada hari kedua.

B.   Saran

Sebaiknya dalam melakukan pengamatan lebih teliti mengukur tinggi batang terung dari hari pertama
sampai hari ketujuh dan dalam mengamati jumlah daun yang muncul.
Daftar Pustaka

  www.petrokimia-gresik.com/phonska.asp

  www.stepensanji.blogspot.com/2009/04/manfaat-pupuk-phonska

  www.google.com/ pertumbuhan dan perkembangan

 www.suaramedia.com

 www.annisanfushie.wordpress.com

 buku paket ERLANGGA Biologi kelas XII IPA

 Yani, Riana, dkk.2008.SMS Biologi 3A SMA kelas XII.Bandung:Rosda

 Aryulina,Dyah.2007.Biologi III.Jakarta:Esis

 (http://id.wikipedia.org)

 (http://bp4kkabsukabumi.net/index.php/Hortikultura/Budidaya-Terung.html)
PENGARUH PEMBERIAN  KOMPOS  KULIT  BUAH KAKAO
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL  TANAMAN
TERUNG (Solanum melongena L.) DI POLYBAG

SKRIPSI

Oleh

UBAIDILLAH
NPM : 081016154211166
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUARA BUNGO
2012

PENGARUH PEMBERIAN  KOMPOS  KULIT  BUAH KAKAO


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL  TANAMAN
TERUNG (Solanum melongena L.) DI POLYBAG

SKRIPSI

Oleh

UBAIDILLAH
NPM : 081016154211166

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUARA BUNGO
2012
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUARA BUNGO

            Kami dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh :

UBAIDILLAH

Judul :   
Pengaruh Pemberian  Kompos  Kulit  Buah Kakao Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman  Terung (Solanum melongena L.) Di Polybag

  Diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar sarjana.

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I                                                              Dosen Pembimbing II

Ir. H. Syaiful Azhar, ME.                                                     Subagiono, SP


NIDN. 1015066402                                                                NIDN. 1015047001

TIM PENGUJI                                      NAMA                     TANDA TANGAN

Ketua                               ……………………………..          …………………………..

Sekretaris                         ……………………………..          …………………………..

Angota                             ……………………………..          …………………………..

Angota                             ……………………………..          …………………………..

Angota                             ……………………………..          …………………………..

Mengetahui :
Dekan                                                                                        Pembantu Dekan I
Dr. Ir. Supriyono, MP                                                             Subagiono, SP
NIDN. 1030066702                                                                   NIDN. 1015047001

Tanggal Lulus :                             2012

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Dialah yang hidup kekal
Tiada tuhan selain Dia
Maka sembahlah Dia dengan mengiklaskan

Ibadah kepada-Nya…
( Qs. Al Mukmin 40 : Ayat 65 )

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan didunia


Tetapi ’amal - ’amal saleh yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya
Di sisi Tuhanmu serta sebaik-baiknya harapan…
( Qs. Alkahfi : 46 )

Sesunguhnya manusia diciptakan dengan sifat keluuh kesah apabila ditimpa kesusahan dia
mengeluh
Dan apabila dia mendapat kebaikan ( Harta ) dia kikir
Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat
Yaitu mereka tetap mengerjakan shalatnya…
( Qs. Al Ma’aarij 70 : Ayat 19 – 23 )

Hari ini…
Ucapan syukur akan kebesaran ALLAH SWT
Yang telah memberikanku kesempatan untuk menjalani dan merasakan semua ini

Sejenak harapan telah kugenggam


Segelintir kebahagiaan telah kuraih
Telah kuwujudkan cita-cita dan harapan keluargaku

Kupersembahkan karya kecilku kepada kedua orang tuaku


Ayahanda BURLIAN. S  dan Ibunda RUPI’AH Beliau guru pertama yang mengajarku untuk
mencintai ilmu pengetahuan......
Sujud ta’zim-ku kan slalu tertuju pada beliau…
Kupersembahkan juga buat keluarga besarku di desa BABEKO
adik dan kakak Terima kasih atas Tunjuk ajar, Tegur sapa dan
Istri ku tercinta yang telah menyemangatkan ku untuk terus semangat serta
Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo
Terima kasih telah memberikan ilmu setulus hati
Uraian kuliah yang beliau berikan telah membuka cakrawala
Serta semua kawan-kawan di Universitas Muara Bungo khususnya angkatan 2007
Jadikan kisah sejati ini sebagai sejarah dalam hidup kita untuk dimasa depan

PENGARUH PEMBERIAN  KOMPOS  KULIT  BUAH KAKAO


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL  TANAMAN
TERUNG (Solanum melongena L.) DI POLYBAG

Ubaidillah, dibawah bimbingan


Ir. H. Syaiful Azhar, ME dan Subagiono, SP
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Muara Bungo
Tahun 2012

ABSTRAK

            Penelitian ini dilakukan di kebun percontohan Fakultas Pertanian Universitas Muara
Bungo Km 06 arah Padang Kabupaten Bungo di mulai pada tanggal 07 Mei 2012 sampai 07
Agustus 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pemberian  Dosis
Kompos Kulit  Buah Kakao serta untuk mengetahui dosis yang terpat untuk Pertumbuhan Dan
Hasil  Tanaman Terung (Solanum melongena L.)  di Polybag.
            Rancangan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
( RAL), dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, ada pun perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:
K0 (tanpa perakuan), K1 (375 g/polybag), K2 (750 g/polybag), K3 (1.125 g/polybag) dan K4
(1.500 g/polybag), Data diperoleh dari hasil pengamatan akhir dilakukan statistik dengan
mengunakan sidik ragam. Apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Ducan’s
New Multiple Range Test DNMRT pada taraf 5%.
            Peubah yang diamati adalah: tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), luas Daun (cm2)
umur mulai berbunga (hst), jumlah buah pertanaman (buah), hasil buah pertanaman (gram).
            Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian dosis kompos kulit buah kakao
berpengaruh terhadap, Tinggi tanaman, Diameter  batang dan Umur mulai berbunga tetapi tidak
berbeda nyata terhadap Luas daun total, Jumlah buah dan hasil buah pertanaman. Pemberian
dosis kompos kulit buah kakao pada perlakuan K4 terbaik terhadap tinggi tanaman, K1 terbaik
terhadap umur mulai berbunga dan perlakuan K2 terbaik terhadap diameter batang.
Kata Kunci : Kompos Kulit Buah Kakao, Terung, Pertumbuhan dan Hasil.

  

I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Tanaman terung (Solanum melongena L.) berasal dari Indonesia dan India, pertama kali

dibudidayakan oleh Asia, terutama suku India dan Birma pada tahun700 sm. Kapan tanaman ini

mulai dibudidayakan oleh manusia belum ditemukan data pastinya. Beberapa petunjuk

menyatakan bahwa tanaman terung banyak tumbuh di Cina.Dari daerah ini kemudian dibawa ke

Spanyol dan disebarluaskan kenegara-negara lain di Eropa, Afrika, Amerika selatan, Malaysia

dan Indonesia. Dikedua kawasan ini terdapat aneka jenis terung, baik yang dibudidayakan atau

tumbuh secara liar. Pusat keanekaragamannya yang kedua adalah Cina. Pada perkembangannya

dibanyak Negara minsalnya daerah Karibia, Malaysia, Afrika Tenggara, Afrika Timur, Afrika

Barat, Amerika Selatan, dan daerah tropika pada umumnya ( Siregar, 1992 ).

Terung merupakan jenis tanaman sayur-sayuran berbentuk buah yang mempunyai rasa

enak untuk dikonsumsi, baik berupa buah segar maupun dalam bentuk lalap (sayuran segar) atau

disayur rebus, gulai, sambal dan lain sebagainya. Tanaman terung banyak digemari karena selain

rasanya enak dan harganya relatif murah, kandungan gizinya pun cukup lengkap yaitu protein,

lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin C, Posfor, dan zat besi. Terung mempunyai

nilai ekonomis yang cukup tinggi dan telah mampu menerobos pasaran ekspor. (Soetasad dan Sri

Muryanti,1999).
Manfaat dan  Kegunaan Terung.  Anti kejang, anti kanker, dan pendepak gagguan

pembuluh darah, Manfaat lain buah terung yang matang bisa untuk sirop, sup, adonan pengisi

(perut ayam, dan sebagainya) dan untuk rujak. Buah yang dibelah dapat digunakan sebagai

bumbu, serta dibakar atau dipanggang untuk digunakan sebagai sayuran. Buah yang matang di

pohon yang dipelihara pada lingkungan yang cocok saja yang rasa dan aromanya enak. Buah

yang dimatangkan sebaik-baiknya juga penting agar dihasilkan sirup, jell, selai, pencuci mulut

dan sebagai hiasan es krim yang berkualitas baik. Bijinya yang keras itu dapat dibuang setelah

digodok. Air kapur dan gula dapat ditambahkan agar rasanya lebih enak (Spilane, 1995).

Rata-rata produksi terung di Kabupaten Bungo pada tahun 2009 adalah sebesar 5,83 ton/ha

(Dinas TPH Kabupaten Bungo, 2010). Untuk Provinsi Jambi menurut BPS Jambi (2008) adalah

sebesar 7,46 ton/ha. Sedangkan rata-rata produksi terung unggul yang dibudidayakan secara

intensif dapat mencapai 50 – 60 ton/ha (Soetasad dan Sri Muryanti 1999).

Rendahnya produksi tersebut disebabkan belum mengunakan varietas unggul,  teknik

budidaya yang belum sempurna, masalah tanah masam dan pengendalian hama  penyakit. Salah

satu tehnik budidaya yang perlu mendapat perhatian adalah masalah pemupukan. Pemupukan

dapat mengunakan bahan an organik dan organik. Pemupukan yang berasal dari bahan an

organik dapat menyebabkan kerusakan tanah dan lingkungan. Pupuk organik merupakan salah

satu upaya untuk menambah unsur hara tanah yang sedang digalakkan pada saat ini karena

pupuk organik harganya murah, mudah didapat dan ramah lingkungan. Salah satu pupuk
organik  yang dapat digunakan yaitu dengan megunakan kompos kulit buah kakao. (Wood, 1973

dalam Irwandi, 2000).

Sutanto dan Utami (1995) mengemukakan bahwa secara garis besar Pupuk Kompos Kulit

Buah Kakao atau pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa organisme hidup.

Pupuk organik yang sering digunakan adalah pupuk kandang dan kompos.

Keuntungan yang diperoleh dengan memanfaatkan pupuk organik adalah mempengaruhi

sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Kompos adalah bahan organik mentah yang telah

mengalami proses dekomposisi secara alami. Proses pengomposan memerlukan waktu yang

panjang tergantung pada jenis biomassanya. Percepatan waktu pengomposan dapat ditempuh

melalui kombinasi pencacahan bahan baku dan pemberian aktivator dekomposisi.

Berdasarkan hasil penelitian Sutanto dan Utami (1995) salah satu limbah pertanian yang

baru sedikit dimanfaatkan adalah limbah dari perkebunan kakao yaitu kulit buah kakao.

Mengemukakan bahwa limbah kulit buah kakao berpengaruh terhadap diameter batang,

pertumbuhan  dan hasil tanaman terung.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Pemberian  Kompos Kulit  Buah Kakao Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil 

Tanaman Terung ( Solanum melongena L. ) Di Polybag”

1.2  Rumusan Masalah


  Berdasarkan  uraian di atas maka dapat dirumuskan  permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh kompos kulit buah kakao terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

Terung(Solanum melongena L) ?

2. Berapakah dosis optimum kompos kulit buah kakao yang memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman Terung(Solanum melongena L)  ?

1.3.   Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompos kulit buah kakao terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman Terung (Solanum melongena L). Sedangkan kegunaan penelitian

ini agar dapat memberikan informasi yang berguna dalam usaha pengembangan budidaya

tanaman terung khususnya pada fase pertumbuhan dan hasil tanaman terung.

1.4.  Hipotesis

   Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dikemukakan suatu hipotesis bahwa Pengunaan

kompos kulit buah kakao dapat memberikan pengaruh pertumbuhan dan hasil tanaman terung

lebih baik.

Dosis yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuahan dan hasil tanaman terung adalah

1.500 g / polybag dengan hasil yang terbaik terhadap tinggi  tanaman terung.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1        Botani Tanaman Terung

Menurut Prahasta (2009) Klasifikasi tanaman terung (Solanum melongena L). sebagai

berikut.: Divisio Magnoliophyta, Kelas Magnoliopsida, Ordo Solanales,  Family Solanaceae,

Genus Solanum, dan Spesies Solanum melongena L.

Tanaman terung (Solanum melongena L) adalah tanaman setahun berjenis perdu, pohon

dengan percabangan rendah dan tingginya dapat mencapai 1 m dpt. Batang tanaman terung

dibedakan menjadi dua macam, yaitu batang utama (primer) dan percabangan (sekunder). Dalam

perkembangan batangnya batang sekunder ini akan mempunyai percabangan baru. Batang utama

merupakan penyangga berdirinya tanaman, sedangkan percabangan adalah bagian tanaman yang

akan mengeluarkan bunga (Soetasad dan Sri Muryanti, 1999).

Tanaman terung mempunyai akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan akar serabut bisa

mencapai diameter 30 cm kearah samping dan akar tunggang berdiameter 35 cm ke arah bawah.

Tanaman terung yang diperbanyak dengan cara generatif pada awal pertumbuahnnya sudah

mempunyai akar tunggang yang berukuran pendek dan disertai dengan akar serabut yang

mengelilingi akar tunggang, banyak perkembangan akar dipengaruhi oleh faktor struktur tanah,
air tanah dan drainase didalam tanah, pada akar tunggang akan tumbuh akar-akar serabut dan

akar cabang (Siregar, 1992).

Bentuk daun terung terdiri dari atas tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina).

Daun seperti ini lazim dikenal dengan nama daun bertangkai. Tangkai daun berbentuk silindris

dengan sisi agak pipih dan menebal dibagian pangkal, panjangnya berkisar antara 5 – 8 cm.

Helaian daun terdiri atas ibu tulang daun, tulang cabang, dan urat-urat daun. Ibu tulang daun

merupakan perpanjangan dari tangkai daun yang makin mengecil kearah pucuk daun. Lebar

helaian daun 7 – 9 cm atau lebih sesuai varietasnya. Panjang daun antara 12 - 20 cm. Bagun daun

berupa belah ketupat hingga oval, bagian ujung daun tumpul, pangkal daun meruncing, dan sisi

bertoreh (Soetasad dan Sri Muryati, 1999).

Bunga terung merupakan bunga banci atau lebih dikenal dengan bunga berkelamin dua,

dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina (benang sari dan Putik), bunga seperti

ini sering dinamakan bunga lengkap, perhiasan bunga yang dimiliki adalah kelopak bunga,

mahkota bunga, dan tangkai bunga. Pada saat bunga mekar diameter bunga rata-rata 2,5 – 3 cm.

Letaknya mengantung. Mahkota bunga berjumlah 5 – 8 buah dan akan digugurkan sewaktu buah

berkembang. Mahkota ini tersusun rapi yang membentuk bangun bintang. Benang sari berjumlah

5 – 6 buah. Putik berjumlah 2 buah yang terletak dalam satu lingkaran bunga yang letaknya

menonjol di dasar bunga (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).

 Menurut Soetasad dan Sri Muryanti (1999) buah terung berbentuk bulat panjang dengan

kulit  yang berdaun lebar dan berbentuk telinga. Bunganya berwarna biru agak kecoklatan dan
merupakan bunga yang sempurna, biasanya terpisah dan terbentuk dalam tandan bunga. Buah

berbentuk panjang lonjong dan juga beragam bentuk dan warna.

Buah terung merupakan buah sejati tunggal dan berdaging tebal, lunak, berair dan tidak

akan pecah jika buah telah masak. Daging buah ini merupakan bagian yang enak dimakan, biji

terdapat bebas dalam selubung lunak yang terlindung oleh daging buah. Pangkal buah menempel

pada kelopak bunga yang telah menjelma menjadi kerangka bunga. Buah mengantung, tangkai

buah berkembang dari tangkai bunga yang letaknya berada diantara tangkai daun. Buah terung

bentuknya  beraneka ragam sesuai dengan varietasnya. Bentuk yang dikenal meliputi : panjang

silindris, panjang lonjong, lonjong (oval), bulat lebar, dan bulat (Soetasad dan Sri

Muryanti,1999).

2.2        Syarat  Tumbuh

2.2.1  Iklim

Tanaman terung dapat tumbuh dan agar produksi hasil tanaman memuaskan yaitu meliputi

Iklim cuaca tropis memungkinkan petani memproduksi sayuran sepanjang tahun. Unsur-unsur

iklim yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman terung antara lain ketinggian tempat,

intensitas cahaya, serta temperatur dan kelembaban. Tanaman terung dapat ditanam didataran

rendah dan dataran tinggi. Kisaran ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman terung ini

antara 1.000 – 1.200 m (dpl).  Suhu untuk tanaman terung untuk pertumbuhannya yaitu suhu

pertumbuhannya  Suhu udara 22 - 30 ºC pada siang hari dan 9 - 12 ºC pada malam hari.
Meskipun demikian, tanaman itu masih dapat bertahan pada suhu  38 ºC. Di Indonesia, tanaman

itu cocok ditanam pada dataran tinggi yang bersuhu 16 - 25 ºC.  (Soetasad dan Sri

Muryanti,1999).

Pusat penelitian terung dan kakao Indonesia (2004) Curah hujan tahunan yang diinginkan

oleh tanaman terung adalah 1250 mm sampai 2500 mm. Pada curah dibawah 1250 mm pertahun

tanaman terung memerlukan irigasi karena banyak air yang hilang melalui transpirasi yang jauh

lebih besar. Sebaliknya curah hujan yang besar dari 2500 mm pertahun menyebabkan timbulnya

serangan jamur.

Prihmantoro dan Indriani (2000) Intensitas cahaya banyak ditentukan dalam menentukan

kualitas buah terung. Dalam batas yang normal intensitas cahaya akan memberikan  pengaruh

yang  baik terutama pada pembentukan warna buah yang diperlukan tanaman terung yakni 60 %.

Terung bagus ditanam didaerah tropis  yakni dibawah  30˚C  (antara 15 – 25˚C)  ataupun dataran

tinggi yang kelembabannya rendah dibawah 70 %. Dan Kelembaban udara untuk tanaman terung

berkisar 80 %. Mendapatkan sinar matahari langsung yang cukup.

2.2.2        Tanah

Terung merupakan tanaman yang dapat ditanam diberbagai jenis tanah lempung agak

berliat, lempung berpasir, tanah pasir yang gembur, subur, banyak mengandung bahan organik,

unsur hara dan mudah menyerap air. Tanah untuk tanaman terung dapat tumbuh dengan baik

pada kondisi tanah lempung berpasir. Derajat keasaman atau pH tanah yang cocok untuk
tanaman terung adalah 5,0 – 6,0, kemiringan  lahan kurang  8 %, Tanah yang selalu  tergenang

air menyebabkan tanaman  menjadi kerdil atau mati  (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).

Untuk pertumbuhan tanaman  terutama tanaman terung unsur Nitrogen (N) sangat

dibutuhkan pada pertumbuhan vegetatif, kekurangan unsur N akan mengakibatkan pertumbuhan

kerdil, daunnya menguning dan produksinya menurun (Nyakpa, dkk 1988).

2.2.3  Pembibitan Tanaman

Tahap awal pembibitan biasanya biji atau benih terung dikecambahkan pada bedegan

perkecambahan yang lebarnya 1 meter dan panjangnya sesuai dengan jumlah biji yang

dikecambahkan. Benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat kuku selama 10 -15 menit.

Media tanam berupa tanah yang sudah dicampurkan dengan pupuk kandang dan dipastikan agar

media tercampur sampai merata lalu disiram dengan air dan dibiarkan sesaat, Tutup benih

tersebut dengan tanah tipis, Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup dengan daun

pisang atau ilalang, Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka penutupnya, Siram

persemaian pagi dan sore hari, Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di pembibitan,

kemudian pindahkan satu persatu ke polybag yang berukuran 6 x 17 cm yang telah berisi media

tanam. Bibit berumur 1 - 1,5 bulan atau berdaun empat helai siap dipindah tanamkan ke polybag

besar yang berkapasitas (15 x 35), benih diletakkan satu persatu pada setiap polybag percobaan,

(Erwiyono, 1990).

2.2.4  Pemupukan Bibit Terung


Pupuk yang dimaksud disini adalah semua bahan senyawa yang mengandung unsur hara

tanaman, mikro dan makro, padat ataupun cair, organik ataupun an organik, yang kalau diberikan

pada kedalam tanah akan dapat menyumbang unsur hara dan perbaikan kesuburan tanah.

Tindakkan penyampain pupuk ke dalam tanah ataupun bahagian pertumbuhan tanaman disebut

dengan pemupukan (Pusat Penelitian Terung dan Kakao Indonesia, 2004).

Cepat lambatnya reaksi pupuk didalam tanah ditentukan oleh sifat pupuk yang digunakan,

umumnya pupuk tunggal yang larut dalam air lebih cepat tersedia bagi tanaman. Begitu juga

pupuk majemuk umumnya merupakan pupuk yang tersedia berlahan bila dibandingkan dengan

pupuk tunggal, pupuk yang berikatan senyawa sedikit lebih lambat tersedia dibandingkan dengan

pupuk yang berikatan senyawa an organik (Warintek, 2004).

Respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan ditentukan oleh kandungan unsur  hara

yang ada dalam tanah dan banyaknya unsur  hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, tanah

yang kandungan unsur  hara tersedia lebih tinggi umumnya kurang respon terhadap pemupukan

dan akan terjadi sebaliknya. Bila pemupukan dilakukan secara tepat maka unsur-unsur yang

terkandung dalam pupuk ini tidak hanya mengendalikan atau mendukung satu sama lain akan

tetapi juga berkaitan dengan ekonomi maupun keefektipan pemupukan. Pada umunya tanaman

memerlukan pupuk majemuk yang mengandunng unsur Nitrogen, Posfor, dan Kalium. Masing-

masing unsur  hara mempunyai peranan yang khusus bagi tanaman (Soetasad dan Sri Muryanti,

1999).
2.3  Peranan Pupuk Organik

Pupuk Organik biasanya mengandung bahan-bahan organik yang bersifat alami tidak

mengandung zat kimia yang bisa merusak lingkungan dan struktur serta tekstur tanah. Pupuk

organik mengalami proses pelapukan atau penguraian secara alami maupun buatan.

Table 1. Jenis-jenis Pupuk Organik dan Persentase Hara yang Dikandung.

Jenis Pupuk % Kandungan Hara


Organik Nitrogen Posfor Kalium
Sapi 0,8 - 1,2 0,44 – 0,88 0,4 – 0,8
Domba/Kambing 2,0 -3,0 0,88 2,1
Ayam 1,5 – 3,0 1,15 – 2,25 1,0 – 1,4
Kulit Buah Kakao 1,30 0,186 5,5
Sumber : Darmono dan Tripanji, 1999.

Pupuk organik banyak macamnya diantaranya adalah kotoran hewan ternak, namun

demikian kotoran ayam mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kotoran hewan

lainnya, terlihat pada tabel 1 diatas.

Kompos Kulit Buah Kakao mengandung  unsur  hara yang diserap oleh tanaman terung, 

sehingga diharapkan dapat menyediakan unsur  yang dibutuhkan oleh bibit terung. Media

tanaman yang biasa digunakan dalam pembibitan terung adalah campuran antara tanah dan

pupuk kompos kulit buah kakao. Perbandingan campuran tanah dengan pupuk organik kompos

kulit buah kakao sangat berbeda, beberapa penelitian memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan
perbandingan dan campuran medium tumbuh antara satu tempat dengan tempat yang lainnya,  

Lapisan atas dengan  pupuk kandang  dengan perbandingan 1 : 1.  (Zulfan (1988), dan Erwiyono

(1990)).

Tabel 2. Analisis Kimia Kompos Kulit Buah Kakao 

Komponen BO H2O KCL C.Orga N.Total P2O5 K2O CaO Mg S


N%
Kimia % % % nik % % % % % O% %

Kandungan 42,3 9,4 1 33,71 1,30 0,186 5,5 0,85 0,57 0,79 8,7

Sumber : Dianalisis di Laboratorium dan Penelitian UPP SDA Hayati Unpad, (2000).

Kultivar tanaman yang unggul dibutuhkan untuk memproduksi hasil terung yang baik.

Benih Hybrid F1memiliki sifat-sifat yang unggul diantaranya yaitu : Produksi tinggi, Tahan

terhadap Hama dan Penyakit, Prospek agronomis mudah, Pertumbuhan Generatif yang baik dan

Periode tanaman untuk menghasilkan Cepat (Spillane, 1995).

III. METODA PENELITIAN

3.1.   Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun Percontohan Fakultas Pertanian Universitas

Muara Bungo (UMB) Sungai Binjai Km. 06 Kecamatan Bathin III Kabupaten Bungo, dengan
ketinggian tempat 80 - 100 M dpl. pH 5,5 Penelitian di dilaksanakan selama ± 5 bulan, yaitu dari

tanggal 07 April sampai dengan 07 Agustus 2012.

3.2.   Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi Benih terung varietas Hybrid F1

(Terung Bimbi). Kompos Kulit Buah Kakao, Pupuk Kandang, dan Pestisida Nabati

(Pseudomonas florecens).

Sedangkan Alat yang digunakan adalah Cangkul, Parang, Palu, Kayu, Seng, Tali rapia,

Paku, Gergaji, Ember plastic, Hand sprayer, Meteran, Timbangan, Kertas label, Polybag ukuran

(6 x 17) dan ukuran (15 x 35) serta Alat tulis.

3.3.   Rancangan Penelitian

Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan 5 Perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan pemberian takaran kompos kulit

buah kakao adalah sebagai berikut :

K0 = Kompos Kulit Buah Kakao 0 g / polybag.

K1 = Kompos Kulit Buah Kakao 375 g / polybag.

K2 = Kompos Kulit Buah Kakao 750 g  / polybag.

K3 = Kompos Kulit Buah Kakao 1.125 g  / polybag.

K4 = Kompos Kulit Buah Kakao 1.500 g / polybag.


Penelitian ini terdiri  5 perlakuan yang diulang sebanyak 4 kali sehingga didapat 20 unit

percobaan. Jumlah tiap unit 3 tanaman sehingga jumlah tanaman seluruhnya adalah 20 x 3 = 60

tanaman. Untuk setiap unit percobaan diambil 2 tanaman sampel sehingga diperoleh 2 x 20 = 40

tanaman sampel. Penempatan unit percobaan dilakukan secara acak seperti terlihat pada lampiran

1. Data hasil pengamatan priodik ditampilkan dalam bentuk grafik, sedangkan data pengamatan

terakhir di analisa dengan uji DNMRT F, jika F hitung > dari pada F tabel pada taraf 5 %,

dilanjutkan uji DNMRT pada taraf 5 %.

Karakteristik pertumbuhan tanaman meliputi Tinggi Tanaman, Diameter Batang, Luas

Daun Total, Umur Mulai Berbunga, Jumlah Buah Pertanaman, Hasil Buah Pertanaman.

3.4.   Pelaksanaan Penelitian

3.4.1.  Persiapan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dipilih yang datar dan tidak terlalu jauh dari naungan,  kemudian

dibersihkan dari tanaman pengganggu atau gulma, sampah dan kotoran-kotoran lain. Setelah

tanah nya dipadatkan, begitu juga disekitar 1,5 meter sekeliling tempat penelitian, Tanahnya

diratakan agar posisi polybag tegak dengan baik dan bagus, Sekeliling tempat penelitian dibuat

parit-parit drainase sedalam 10 cm, Lebar 50 cm, gunanya untuk mencegah masuknya air ke

areal percobaan jika turun hujan. Kemudian polybag yang telah diisi media tanah disusun sesuai

dengan denah penelitian pada Lampiran 1. Dengan jarak antar polybag 60 x 60 cm.
3.4.2.  Pembuatan Naungan Pembibitan

 Naungan dibuat memanjang Utara – Selatan , sebelah Barat ketinggian 2 meter dan

sebelah Timur 2 meter, ujung-ujung naungan sebelah Barat dan Timur dilebihkan ± 100 cm

menjorok keluar, Kerangka naungan terbuat dari kayu-kayu dengan atap naungan dari daun

salak.

3.4.3.  Persiapan Benih

Benih terung jenis Hybrid F1 (Terung Bimbi) Cap Bunga Matahari diambil dari toko

pertanian dimuara bungo, benih yang diperoleh berupa benih yang masih didalam kantong

kemasan dan bersitifikasi.

3.4.4.  Persemaian

Biji terung perlu disemai terlebih dahulu sebelum penanaman. Proses penyemaian harus

dilakukan secara steril pada media tanam. Biji dikecambahkan pada bedengan  selama 1 minggu.

Selanjutnya bibit terung yang memiliki daun sempurna tersebut dipindahkan ke polybag setelah

sampai muncul 2 – 3 helai daun. Kemudian bibit ditanam pada media sesungguhnya yakni

polybag besar yang  berukuran (15 x 35 cm). Benih diletakkan satu persatu pada setiap lubang

yang telah dibuat pada polibag besar dengan posisi bibit tanaman terung tegak lurus keatas

disekeliling bibit tanaman diberikan gulma yang sudah di buang yang berfungsi sebagai

kelembaban tanah didalam polibag.


3.4.5.  Penanaman
Penanaman dilakukan pada musim panas atau musim kemarau, pilih bibit yang tumbuh

subur dan normal dan tidak terjangkit serangan hama dan penyakit dengan memindahkan bibit

yang telah berumur 35 – 40 hari atau bibit telah mempunyai 4 – 6 helai daun pada media tanam

polybag kecil dan dipindahkan ke polybag besar. Media yang digunakan untuk penanaman ini

adalah tanah padsolid merah kuning (PMK) dan pupuk kandang sapi. Pemindahan tanaman

dilakukan dengan cara menyobek polibag kecil sebelum dimasukkan kedalam polibag besar.

3.4.6.  Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi kegiatan pengairan atau penyiraman, penyulaman, penyiangan

gulma, pemasangan ajir, pembentukan percabangan, pemupukan, serta pengedalian hama dan

penyakit, penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan cara menyiramkan air kedalam

polybag dan tidak terlalu berlebihan, Penyiangan gulma dilakukan dengan cara manual yaitu

dengan cara mencabut setiap gulma yang tumbuh didalam polybag maupun disekitar polybag.

Pengendalian hama dan penyakit mengunakan Pestisida Nabati, Jika tidak sangup dengan

Pestisida Nabati baru mengunkan Insektisida (Decis 2,5 EC).

3.4.7.  Pemanenan

Pemanenan terung dilakukan pada saat buah terung memasuki stasiun matang dengan ciri-

ciri sebagian besar permukaan buah sudah berwarna hitam mengilap dan pas waktunya untuk
dipanen atau persentasenya 20 %, kecuali pada panen terakhir semua buah yang kecil atau yang

besar juga ikut dipanen. Panen dilakukan sebanyak 5 kali dengan interval panen 2 hari 1 kali.

3.5.       Variabel Pengamatan

3.5.1.    Tinggi Tanaman (cm)

             Tinggi tanaman diukur setelah tanaman berumur 14  hari setelah tanaman dengan selang

waktu seminggu sekali sampai pada akhir masa pertumbuhan vegetatif, pengukuran dilakukan

dengan mengukur dari permukaan tanah atau leher akar sampai titik tumbuh. Agar dasar

pengukuran tidak berubah maka dibuat ajir dari permukaan tanah.

3.5.2.   Diameter Batang (cm)

 Pengukuran diameter batang tanaman dimulai pada minggu ke-4 setelah tanam dengan

selang waktu 2 minggu sekali sampai dengan minggu ke-16. pengukuran dilakukan dengan

mengunakan potongan tali rapia. Pengukuran pada titik tetap yaitu pada ketinggian 5 cm diatas

leher akar atau setinggi ajir bambu.

3.5.3        Luas Daun Total (cm²)


   Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir penelitian. Daun yang akan di ukur luasnya

adalah daun yang telah membuka sempurna, untuk mendapat luas daun total digunakan rumus

Francis Rutger dan Faliner (1969).

Rumus : LD = P x L x 0,75

ket :

LD : Lebar Daun (cm²)

P : Panjang Daun(cm)

L : Lebar Daun(cm)

3.5.4        Umur Mulai Berbunga (Hst)

Perhitungan umur mulai berbunga dilakukan dengan cara menghitung jumlah hari sejak

persemaian sampai muncul bunga pertama atau pada setiap petak terdapat 50% tanaman sampel

telah muncul bunga pertama. Satuan yang digunakan adalah hari setelah semai.

3.5.5           Jumlah Buah Pertanaman (Buah)

   Penghitungan jumlah buah pertanaman dilakukan pada saat panen, terung bimbi Hybrid

F1, yang tumbuh dan berkembang secara normal dan terpelihara dengan baik akan menghasilkan

jumlah buah sebanyak 4 - 6 buah pertanaman diluar putik.

3.5.6.    Hasil Buah Pertanaman (g)


Berat buah terung petikan pertama dan terakhir rata-rata 509,8 g maka produksi tanaman

adalah 250 – 350 g per tanaman. Apabila berat buah per tanaman 250 g maka pada areal tanah

seluas 1 ha akan menghasilkan buah terung sebanyak Produksi  30 - 40 Kg terong segar per

hektar (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).

3.6    Analisis Data

Untuk melihat pengaruh dari masing-masing perlakuan terhadap variabel yang diamati,

maka data hasil pengamatan penelitian terakhir diambil dan dihimpun, mengunakan atau

dilakukan Analisis ragam (Anova). Bila berpengaruh nyata atau F hitung > 5 % maka dilanjutkan

dengan uji DNMRT (Duncan’s New Multiple Range Test) pada taraf  5 % (Steel dan Torrie,

1994).

DAFTAR PUSTAKA

Darmono dan Tri Panji.1999. Penyediaan Kompos Kulit Buah Kakao Bebas Phytophthora palmivora.
Warta Penelitian Perkebunan.

Darmono dan Tri Panji. 1999. Penyediaan Kompos Kulit Buah Kakao Bebas
Phytophthora palmivora. Warta Penelitian Perkebunan. V(1).

Dwidjosaputro, 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Erwiyono.1990. Pengaruh Penambahan Pasir Pada Tanah Ultisol Terhadap Sifat Fisik Media Tanaman
dan Pertumbuahan Bibit Kakao. Menara Perkebunan. Yogyakarta.
 
Fitter, A.H.1978. Balai Penelitian Perkebunan. Jember. Jawa Timur.

Harjadi,S.S.1984. Pengantar Agronomi. Gramedia Jakarta.

Iswandi. 2000. Metode Pembibitan Tanaman Kakao. PAU-IPB. Bogor.

Jamilah, Nasrul Usman dan Widodo Haryoko (2009) Pengaruhg Takeran Pupuk Guano Terhadap
Produksi Jagung. Jurnal Iptek Terapan Kopertis Wilayah X ISSN 1979-9292.

Nyakpa, M.y, Am Lubis, M.A. Pulung, Ghaffar Amrah, All Munawar, Go Ban Hon dan N. Hakim.
1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.                 

Prihmantoro, H.2001. Hidroponik Sayuran Semusim untuk Bisnis dan Hoby.Jakarta. Penebbar Swadaya.

Prawiranata, W.S.Haran dan P.Tjondronegoro.1981. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan I Pep.Botani.


Faferta IPB. Bogor.

Pracaya.1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta. Penebar Swadaya.

Prahasta. 2009. Agribisnis Terung. CV. Pustaka Grafika. Bandung.

Prihmantoro, H dan indriani. 2005. Hidroponik Sayuran semusim Untuk Hobi dan Bisnis. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.1997. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kakao.Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao. Jember.
Putranto, A. 1987.Bagaimana Cara Tanaman Berkembang Biak. Wahana Mandiri.

Pusat Penelitian Terung dan Kakao. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Tanaman. Agromedia. Jakarta.

Sitomorang.1978.Budidaya dan Pengolahan Cokelat. Balai Penelitian Perkebunan.


            Jember.

Siregar. THS. 1992. Penampilan Beberapa Hibrida Terpilih Tanaman Kakao. Proseding Konferensi
Nasional Kakao III.

Soetasad dan Sri Muryani. 1999. Budi daya terung  local dan terung jepang. Jakarta. Penebar Swadaya.

Soedarsono. 1990. Pengaruh Umur Buah Kakao terhadap Daya Tumbuh Benih dan
            Pertumbuhan Semaian yang Dihasilkan di Kliwing. Pelita Perkebunan.

Spillane, J. 1995. Komoditi Kakao, Peranannya dalam Perekonomian Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.
Steel R, G, D dan  Torrie, J. H. 1994. Prinsip dan Prosedur Statistik dan Pendekatan Bo Metrik.PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Sutanto dan Utami. 1995. Potensi Bahan Organik Sebagai Komponen Teknologi Masukan Rendah
Dalam Meningkatkan Produktivitas Lahan Kritis.

Sujatmaka. 1988. Memilih Insektisida yang Tepat. Trubus.

Suepardi, G. 1983, Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian IPB.Bogor.

Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta

Warintek. 2004. Coklat (Teobroma cacao L.) http/www.warintek.com (diakses pada tanggal Januari
2010).

Zulfan. 1988. Studi Media Pembibitan Coklat (Theobroma cacao L.) Laporan KaryaIlmiah, Jurusan
Budidaya Pertanian, Faperta IPB. Bogor. 
PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK MAJEMUK TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT ( Lycopersicon esculentum
Mill)
PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK MAJEMUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
TOMAT

( Lycopersicon esculentum Mill)

Seminar UNX

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

Gelar sarjana Teknik Pertanian pada Jurusan TMIP

Disusun Oleh :

RIKKY TRIYADI

240110097001

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINAGOR

                                                                              2011
51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Tomat merupakan jenis buah-buahan yang tidak asing lagi di masyarakat Indonesia. Selain
dikonsumsi langsung, tomat juga digunakan untuk memasak sebagai bumbu tambahan. Sehingga
prosfek komoditas tomat ini sangat baik untuk dibudidayakan dengan baik. Konsumsi tomat pada tiap
tahunnya meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan taraf kehidupan masyarakat
serta kesadaran mengenai pentingnya sayuran dalam asupan makannnya.

            Untuk memenuhi peningkatan permintaan tersebut perlu adanya upaya peningkatan volume
produksi tomat. Peningkatan hasil panen tanaman tomat dapat dilakukan berbagai cara, baik secara
intensifikasi pertanian maupun ekstensifikasi pertanian. Namun seiring menyempitnya lahan,
peningkatan produksi tomat dapat dilakukan dengan cara intensifikasi pertanian, salah satunya dengan
melakukan pemupukan yang baik dan benar sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

            Tingkat produksi tomat per hektar di Indonesia sebesar 4,8 ton, hasil inijauh lebih rendah
dibandingkan dengan tingkat produksi maksimum tomat yang dapat mencapai 16-25 ton per hektar.
Produksi tomat per hektar dapat ditingkatkan dengan cara menanam varietas yang berdaya hasil tinggi,
perbaikan teknik budidaya serta perbaikan pembungaan secara terus menerus ( Purwanto, 2003).

            Salah satu upaya peningkatan produksi tomat adalah dengan melakukan pemupukan dengan
baik. Untuk pertumbuhan dan hasil yang baik, tanaman tomat membutuhkan unsure hara yang lengkap,
baik mikro maupun makro, dengan komposisi berimbang yang dipasok dari pupuk. Pemberiuan N yang
terlalu tinggi misalnya dapat menyebabkan pertumbuhan daun yang lebat , namun berpengaruh
menekan jumlah dan ukuran buah. Pemberian sulfur (S), Kalsium (Ca) dan  Magnesium (Mg) pada
tanaman tomat nyata meningkatkan hasil, memperbaiki pematangan dan kadar padatan terlarut.

           Namun pada kenyataannya, petani di Indonesia hanya menggunakan puuk tungal, seperti urea
sumber N, SP 36 untuk P, dan KCL untuk sumber K yang pemberiannya dilakukan secara sendiri-sendiri  
52

yang tidak memperhatikan keseimbangan komposisi pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga
dapat menyebabkan defisiensi unsure hara dan juga efisiensi pemupukan rendah.

            Kebutuhan unsure hara yang berimbang dan lengkap terdapat pada pupuk majemuk yang akan
menjamin ketersediaan unsure hara yang dibutuhkan tanaman sehingga dapat mencegah defisiensi
yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan dan kualitas tanaman. Oleh Karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberiaan pupuk majemuk terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat

1.2     Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh pupuk majemuk
terhadap petumbuhan dan hasil tanaman tomat pada berbagai dosis untuk meningkatkan produksi
tomat.

1.3     Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna bagi para petani sebagai referensi dalam melakukan pemupukan tanaman
tomat dengan menggunakan pupuk majemuk. Sehingga diharapkan dapat membantu dalam upaya
peningkatan produksi tanaman tomat per hektar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Tomat

Tomat merupakan tanaman asli benua Amerika yang tersebar dari Amerika tengah hingga
Amerika selatan. Tanaman tomat pertama kali dibudidayakan oleh suku Inca dan Axtec pada taun 700
SM.  Sementara itu bangsa Eropa mulai mengenal tomat sejak Christopholus Columbus pulang berlayar
dari Amerika dan tiba di pantai Salvador pada tanggal 12 Oktober 1942. Penyebaran di Indonesia dimulai
dari Filiphina dan Negara-negara Asia lainnya pada abad ke-18.

Selain dikonsumsi segar, buah tomat juga dimanfaatkan untuk berbagai industri misalnya
sambal, saus, minuman jamu, dan kosmetik. Sebagai abahan makanan kandungan gizi pada tomat
tergolong lengkap. Secara rinci disajikan pada tabel dibawah ini.
53

Tabel 1 Kandungan gizi tomat

Kandungan gizi Buah muda Buah masak Sari buah

1 2

Energi (kal) 23 20 19 15

Protein (g) 2 1 1 1

Lemak (g) 0,70 0,3 0,2 0,2

Karbohidrat (g) 2,3 4,2 4,1 3,5

Serat (g) - - 0,8 -

Abu - - 0,6 -

Calcium (mg) 5 5 18 7

Fosfor (mg) 27 27 18 15

Zat besi (mg) 0,5 0,5 0,8 0,4

Natrium (mg) - - 4 -

Kalium (mg - 266

- -

Vitamin A (S.I) 320 1500 735

600

Vitamin B1 (mg) 0,07 0,06 0,06 0,05

Vitamin B2 (mg) - - 0,04 -

Niacin (mg) - - 0,06 -

Vitamin C (mg) 30 40 29 10

Air (g) 93 94 - 94

Sumber : Direktorat Gizi RI (1981)


54

Secara morpologi tanaman tomat terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan biji. Ciri khas
tanaman tomat adalah tumbuhnya bulu-bulu halus di seluruh permukaan. Akar tomat berbentuk
serabut dengan menyebar ke segala arah dan kemampuannya menembuh tanah terbatas, yaitu hanya
mencapai 30-70 cm. Daun yang berwarna hijau dan berbulu mempunyai panjang sekitar 20-30 cm dan
lebar 15-20 cm. Sementara itu, tangkai daun berbentuk bulat memanjang sekitar 4-10 cm dan ketebalan
0,3-0,5 cm. Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompatan dengan jumlah 5-10
bunga/ dompatan atau tergantung varietas. Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan
lima helai mahkota. Bunga melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunga tomat berumah satu.
Buah tomat berbentuk bulat, bulat lonjong, pipih, atau oval. Buah yang masih muda berwarna hijau
muda sampai hijau tua. Sementara itu, buah yang sudah tua berwarna merah cerah atau gelap, merah
kekuning-kuningan, merah kehitam-hitaman.

Pada umumnya Tanaman tomat dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi. Kondisi
tanah yang ideal adalah tanah dengan  pH 5,5-6,5 berupa tanah liat berdebu dan tidak dalam kondisi
tergenang atau becek.

            Berdasarkan bentuknya, tomat dikelompokan menjadi beberapa kelompok, yaitu :

1.      Tomat apel

Bentuknya seperti buah apel atau pir.

2.      Tomat kentang

Bentuknya bulat besar, padat, dan kompak

3.      Tomat biasa

Bentuk buahnya pipih tidak teratur, sedikit beralur di dekat tangkai

4.  Tomat tegak

Bentuk buahnya agak lonjong, tektur keras, dan dengan daun rimbun, kriting dan warna kelam.

5.      Tomat cherry

Betuk buahnya kecil bulat atau bulat memanjang

            Berdasarkan tipe pertumbuhannya tanaman tomat dibagi menjadi tiga macam yaitu sebagai
berikut :

1.             Tipe
determinan : Pertumbuhannya diakhir dengan tumbuhnya rangkaian bunga atau buah.
Umur panen lebih pendek dan pertumbuhan batang cepat.
2.            Tipe indeterminan : Pertumbuhan tidak diakhiri dengan tumbuhnya bunga dan buah. Umur
panen relative lama dan pertumbuhan batang relative lamban
55

3.  .      Tipe semi indeterminan : cirri-ciri tipe ini diantara tipe determinan dan indeterminan

Terdapat beberapa varietas tomat yang dibudidayakan di Indonesia adalah sebagai berikut:
1.        Varieta Intan

Varietas tomat yang berasal dari Taiwan, dengan cirri-ciri buah berbentuk apel, berwarna putih
kehijauan pada waktu muda dan merah jingga pada waktu masak. Buahnya berukuran sedang (45
g/buah). Tumbuh dengan baik di dataran rendah atau medium, tahan terhadap penyakit layu bakteri,
dan peka terhadap penyakit busuk dau. Potensi produksi per hektar mencapai 5-24 ton.

2.        Varietas Ratna

Varietas tomat yang berasal dari Filiphina, merupakan tanaman pendek dan bersifat determinan. Buah
yang dihasilkan berbentuk apel, berwarna putih kehijuan pada waktu muda dan jingga sampai merah
pada waktu masak, permukaan halus atau sedikit bergelombang. Bobot buahnya mencapai 40 g/buah.
Varietas ini merupakan tanaman tomat tahan layu, namun sensitive terhadap busuk daun. Potensi
panen perhektar mencapai 5-20 ton.

3.       Varietas Berlian

4.        Varietas MutiaraVarietas ini berasal dari Taiwan dangan karakteristik tanaman determinan. Bentuk
buah oval, pada saat masak warnanya merah hingga oranye. Bobot buah yang dihasilkan 43 g/buah.
Varietas ini cocok untuk dataran tinggi atau medium dengan potensi panen mencapai 11-23 ton/hektar.

Varietas Mutiara ini merupakan hasil pemuliaan dalam negari yang bersifa deterinan, permukaan buah
licin. Pada saat muda, warnanya merah kehijauan, dan pada saat tua berwarna merah. Ukuran buah
mencapai 75 g/buah dengan potensi panen mencapai 40 ton/hektar. Varietas ini cocok untuk dataran
dataran randah dan tinggi. Keunggulan lainnya adalah vareietas ini tahan terhadap busuk daun dan layu.

2.2    Pemupukan tanaman tomat

Tanaman tomat memerlukan zat-zat makanan atau unsure hara yang terdiri atas unsure makro
N, P, K, S, Mg, Ca dan unsure hara mikro Mo, Cu, B, Zn, Fe, dan Mn. Agar efektif, pemberian pupuk
disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman, dan teknik budidaya yang diterapkan.

Tabel 2 Dosis pemberian pupuk NPK untuk system tanaman mulsa plastik hitam perak

Pupuk Dosis per tanaman

ZA 35 gram
56

Urea 15 gram

SP-36 27 gram

KCL 25 gram

Bionutrien 200-300 cc

Untuk pupuk kimia diberikan sebagai pupuk susulan yang dapat dilakukan sekaligus atau bertahap,
tergantung pada teknik yang ditreapkan. Pada teknik budidaya mulsa plastik hitam perak, pupuk kimia
dapat diberikan sekaligus dan waktu pemupukannya adalah 3-7 hari sebelum tanam. Apabila budidaya
tanpa mulsa plastik hitam perak pemberian pupuk dilakukan 4 kali, yaitu pupuk dasar 3-7 hari sebelum
tanam, sebagai pupuk susulan1 diberikan 7-10 hari setelah tanam, pupuk 2 diberikan setelah 21-24 hari
setelah tanam dan pupuk 3 diberikan setelah 35-38 hari setelah tanam.

2.3    Pupuk Majemuk

Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsure hara. Umumnya
unsure hara yang dikandungnya hanya unsure hara makro dan mikro saja. Pupuk majemuk ini dapat
mengandung dua unsur hara atau lebih. Misalnya NPK Rustika Yellow 15-15-15, N,P,K masing-masing 15
%, pupuk NPK Muitara 16-16-16 yang mengandung unsur N,P,K masing-masing 16 %.

Hasil penelitian beberapa peneliti menunjukan bahwa unsure hara yang menentukan produksi
dan kualitas buah tomat diantaranya unsure N, P, dan K. Pemupukan N dengan dosis 242 kg/hektar
dapat meningkatkan hasil dan ukuran buah tomat varieta walter. Pemberian N yang cukup menjamin
pertumbuhan yang baik, hasil panen yang lebih tinggi dan buah berkembang penuh. Unsur P banyak
berpengaruh pada pembungaan dan perkembangannya, kekerasan buah, warna buah, kandungan
vitamin C dan mempercepat pematangan buah. Penggunaan pupuk K meningkatkan kandungan gula,
kandungan vitamin C, kandungan asam total serta menambah jumlah buah yang dipanen ( Purwanto,
2005).

Manfaat dan gejala kekurangan pupuk makro N, P, dan K. Unsur hara Nitrogen berperan dalam
pertumbuhan vegetatif tanaman, yaitu pembentukan sel baru, mengganti sel-sel yang rusak. Selain itu
membantu dalam pembentukan klorofil dalam fotosintesis, pembentukan vitamin dan protein,
57

mempercepat pertumbuhan tanaman muda, dan meningkatkan penyerapan unsur hara lainya seperti
posfor dan kalium. Gejala kekurangan terhadap tanaman dapat menyebabkan tanaman menjadi layu,
menguning dan kekurangan zat hijau daun. Namun apabila terjadi kelebihan penggunaan pupuk
nitrogen dapat meyebakan bunga dan buah terhambat karena pertumbuhan vegetative meningkat,
pematangan buah terhambat, ukuran buah kecil, dan tidak tahan terhadap penyakit. Kegunaan unsur
hara Fospor berperan dalam pembentukan akar, pertumbuhan generative, dapat meningkatkan daya
tahan terhadap penyakit, mempercepat proses pematangan. Apabila tanaman mengalami kekurangan
unsure hara Fospor ini dapat mengakibatkan perakaran tanaman tidak sempurna, tanaman kerdil dan
kurus, daun menjadi mengering dan warnanya menjadi kemerah-merahan dan coklat. Peranan unusr
hara Kalium bagi tanaman adalah dalam pembentukan zat karbohidrat, pembentukan hijau daun dan
bunga, meningkatkan daya serap akar, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit, mengatur
kesetimbangan pupuk nitrogen dan fospat, serta meningkatkan kadar gula, lemak dan rasa pada buah.
Adapun apabila tanaman mengalami deefisiensi unsur hara kalium ini dapat mengyebkan pembentukan
lamban dan tanaman menjadi kerdil, pucuk daun menguning secara melua pada tepi-tepinya, kematian
pucuk akar dan akar rambut, dan penyerapan  unsure hara tergangu.

            Sedangkan pupuk majemuk lengkap adalah pupuk yang kandungannya terdiri dari unsur hara
yang lengkap, terdiri atas unsure makro dan mikro yang tersusun dalam komposisi tertentu. Keuntungan
dari pemakaian pupuk ini selain praktis dalam penggunaannya, hara yang terkandung tercampur dengan
rata, sehingga memudahkan  dalam aplikasi. Penggunaan pupuk majemuk lengkap formula tablet pada
tanaman the dapat menurunkan takaran penggunaan pupuk sebesar 33,33 % dibandingkan penggunaan
pupuk tunggal konvensional. Percobaan Rini Rosliani (1997) mengenai penggunaan pupuk majemuk
lengkap formula tablet (PMLT) pada tanaman cabi, menunjukan bahwa tidak tampak perbedaan antara
penggunaan pupuk tersebut dibandingkan campuran pupuk tunggal pada hasil cabai, namun dari
analisis ekonomi PMLT lebih efisien.( Tino Mutiarawati Onggo, 2001).

BAB III
58

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan ini dilakukan untuk mengamati pengaruh penggunaan pupuk majemuk terhadap
pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun serta
pengaruhnya terhadap hasil meliputi bobot rata-rata, jumlah buah dan berat buah  serta persentase
jumlah buah yang tidak layak dipasarkan (not marketable).

Pada percobaan ini menggunakan tiga jenis pupuk yang berbeda, yaitu campuran pupuk tunggal
(po), pupuk majemuk lengkap formula pril (PMLP), dan pupuk majemuk lengkap tablet (PMLT). Dosis
pupuk yang digunakan dalam percobaan ini adalah 30 gram/ tanaman (d1) dan 40 gram/tanaman.

Hasil percobaan menunjukan penggunaan pupk majemuk lengkap meningkatkan tinggi tanaman
dan lebih baik dibandingkan dengan pemberian pupuk tunggal, namun pupuk majemuk lengkap formula
tablet lebih baik dibandingkan dengan formula pril (Tabel 1).

Tabel 3. Pegaruh Formula dan Dosis Pupuk majemuk lengkap terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat umur 8
minggu setelah tanam

Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah daun Diameter  batang

(cm) (cm)

Formula pupuk (P)

po = urea + Sp36 + KCL 115.77 a 26.1 a 1.14 a

p1 = PML-pril 117.27 ab 26.3 a 1.18 a

p2 = PML-tablet 121.80 b 28.4 a 1.19 a

Dosis pupuk (D)

d1 = 30g/tanaman 118.50 a 27.1 a 1.17 a

d2 = 40 g/tanaman 118.06 a 26.8 a 1.17 a

        

 
59

Dosis pemupukan yang diberikan pada tanaman dengan perbedaan 10 gram/tanaman tidak menunjukan
pengaruh yang berarti terhadap pertumbuhan tanaman tomat, tampak dosis perbedaan pupuk hanya 10
gram dengan pada selang interval 30-40 gram/tanaman terlalu kecil dan berada pada kisaran
penggunaan pupuk yang biasa dilakukan oleh para petani, yaitu antara 30-50 gram/tanaman.Hasil
percobaan di atas menunjukan pemberian pupuk majemuk lengkap memberikan pengaruh positif
terhadap pertumbuhan tanaman tomat dibandingkan dengan pupuk tunggal yang hanya mengandung
unsur makro saja yang biasa digunakan para petani berupa urea, SP36, dan KCl. Namun pemberian
pupuk majemuk lengkap dalam bentuk tablet lebih baik pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman
tomat dibandingkan dengan menggunakan formula MPL-pril. Hal tersebut dikarenakan formula tablet
tidak mudah tercuci oleh air dan proses larutnya juga bertahap sehingga menjamin kebutuhan unsur
hara tanaman pada tiap fase pertumbuhan. Berbeda halnya dengan menggunakan PML-pril yang mudah
tercuci oleh air hujan, sehingga unsur hara yang terserap tanaman tidak sesuai dengan dosis yang
diberikan akibat kehilangan pencucian zat hara tersebut.

          Pada pertumbuhan batang yang diamati dari besar kecil diameternya dan jumlah daun tanaman
tomat, ternyata hasil percobaan menunjukan tidak adanya hubungan yang saling mempengaruhi dengan
perlakuan penambahan pupuk majemuk lengkap. Perbedaan hasil antara pupuk tunggal dan majemuk
pada diameter batang dan jumlah daun tidak begitu berbeda.

            Pengamatan kedua pada percobaan ini adalah mengamati pengaruh penggunaan pupuk majemuk
terhadap hasil tanaman tomat atau pertumbuhan generatif tanaman tomat. Dengan pemberian pupuk
majemuk lengkap, hasil buah tanaman tomat lebih baik dibandingkan dengan perlakuan pemupukan
dengan pupuk tunggal baik secara kualitas maupun kuantitas. Pada bobot buah/plot lebih tinggi sekitar
31- 38 % dibandingkan dengan hasil pemupukan tunggal. Begitu pula dengan jumlah buah pada setiap
plotnya, lebih banyak sekitar 27-29 % dari hasil pupuk tunggal. Namun persentase buah yang tidak layak
jual, perlakuan kedua jenis pemupukan tidak begitu berarti pengaruhnya, dapat terlihat bahwa tidak
berbeda jauh persentasenya antara penggunaan pupuk majemuk lengkap dengan pupuk tunggal (Tabel
2). Hasil percobaan tersebut menunjukan bahwa pertumbuahan tanaman yang baik memerlukan pupuk
lengkapyang mengandung hara mikro dan makro yang sangat bermanfaat dalam pertumbuhan fisiologi
tanaman. Sehingga dengan pertubuhan fisiologi tanaman yang baika akan mempengaruhi terhadap hasil
yang ditunjukan dengan pertumbuhan generative tomat baik pada jumlah buah dan kualitas yang
dihasilkan.
60

Tabel 4. Pengaruh Formula dan Dosis Pupuk Majemuk terhadap Komponen Hasil Tomat

Perlakuan Bobot Jumlah Bobot buah buah tak


buah/plot buah/plot rata-rata(g) layak pasar

(kg) (%)

Formula pupuk (P)

po = urea + Sp36 + KCL 17.21 a 194.5 a 88.2 a 31.7 a

p1 = PML-pril 22.63 b 247.3 b 91.4 ab 28.9 ab

p2 = PML-tablet 23.75 b 252.5 b 94.2 b 24.2 b

Dosis pupuk (D)

d1 = 30g/tanaman 20.86 a 229.2 a 90.6 a 29.9 a

d2 = 40 g/tanaman 21.54 a 233.6 a 91.9 a 26.6 a

 Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama pada tiap kolom dari kedua tabel di atas, menunjukan
tidak berbeda pada uji Duncan’t taraf 5 %

          Pemberian dosis 30 gram/tanaman dan 40 gram /tanaman tidak mempengaruhi secara signifikan
terhadap pertumbuhan generatif tanaman tomat, karena perbedaan dosis yang terlalu kecil dan masih
berada paa interval dosis penggunaan pupuk yang biasa petani gunakan meskipun hasil percobaan
menunjukan pertumbuhan generatip tanaman tomat dengan dosis 40 gram/tanaman  lebih tinggi tinggi
dibandingkan dengan menggunakan dosis 30 gram/tanaman.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1  Kesimpulan
61

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.     Penggunaan pupuk majemuk lengkap formula tablet dapat meningkatkan tinggi tanaman, bobot buah
rata-rata  dan menurunkan persen buah yang tidak layak jual dibandingkan dengan campuran pupuk
tunggal.

2.      Penggunaan pupuk majemuk lengkap dapat miningkatkan bobot buah per plot sebesar 31% - 38%
dibandingkan penggunaan campuran tiga pupuk makro (urea, SP36, dan KCl).

3.   Perlakuan dengan dosis 30 gram/tanaman dan 40 gram/tanaman tidak memeberikana perbedaanyang
signifikan pada semua pengamatan.

4.2  Saran

Adapun saran penulis kepada pembaca makalah ini adalah sebagai berikut:

1.    Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan laju kelarutan pupuk majemuk formula tablet
dengan        kebutuhan hara tanaman tomat.
2.    Perlu adanya penelitian dengan perbedaan dosis yang lebih besar untuk mendapatkan dosis
optimum            dalam penggunaan pupuk majemuk lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia dan winarso. 2002. Pemanfaatan Pupuk Majemuk sebagai Sumber Hara Budidaya Tomat secara
hidroponik. Bul. Agrom (31) (1) 15-20.

Cahyono Bambang. 2008. Usaha tani dan penanganan pasca panen tomat. Yogyakarta : Kanisius

Pritmantoro Heru. 2007. Pemupukan Tanaman Sayur. Bogor : Swadaya

Purwanto. 2005. Pengaruh Pupuk Majemuk NPK dan Bahan Pemantap Tanah terhadap Hasil dan Kualitas Tomat
Varietas Intan. Jurnal Penelitian UNIB: 54-60.

Mutiarawati tino. 2000. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat pada Aplikasi Berbagai Formula dan Dosis
Pupuk Majemuk Lengkap. Faperta-Unpad.

Wiryanta Wahyu. 2002. Bertanam Tomat. Jakarta : PT Agro Media  Pustaka


62

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERUNG AKIBAT


PEMBERIAN PUPUK DAUN GANDASIL D DAN ZAT PENGATUR
TUMBUH HARMONIK

Posted July 23, 2009 by Muhammad Hatta in jurnal vol 4. Tagged: Fertilizer, Gandasil D,
Growth Regulator Agent, Harmonik. 8 Comments

Jumini dan Ainun Marliah

ABSTRACT

The aim of this research was to study effect of Gandasil D fertilizer concentration and Harmonik
growth regulator on growth and yield of egg plants. Experimental design used was a factorial 3 x
4 with three replications. The two factors investigated were Gandasil D concentration (0 g/l, 2 g/l
and 4 g/l of water), and Harmonik growth regulator concentration (0 cc/l, 1 cc/l, 2 cc/l and 3 cc/l
of water).         Results showed that Gandasil D fertilizer concentration significantly affected
length of egg plants and its biomass. The best result of Gandasil D fertilizer was at concentration
of 2 g/ l of water. Growth regulator agent concentration showed significant effects on plant
height of 30 days and 60 days.  The best concentration was  3 cc/ l of water.  There was a
correlation between Gandasil D fertilizer concentration and Harmonik growth regulator on
diameter and length of egg plant.

Keywords: Fertilizer, Gandasil D, Harmonik, Growth Regulator Agent

PENDAHULUAN

            Terung (Solanum melongena L.) merupakan tanaman sayur-sayuran yang termasuk famili
Solanaceae. Buah terung disenangi setiap orang baik sebagai lalapan segar maupun diolah
menjadi berbagai jenis masakan. Menurut     Sunarjono et al. (2003) bahwa setiap 100 g bahan
mentah terung mengandung     26 kalori, 1 g protein, 0,2 g hidrat arang, 25 IU vitamin A, 0,04 g
vitamin B dan   5 g  vitamin C.[1] Selain itu, terung juga mempunyai khasiat sebagai obat karena
mengandung alkaloid solanin, dan solasodin yang berfungsi sebagai bahan baku kontrasepsi oral.
Buah terung juga diekspor dalam bentuk awetan, terutama jenis terung jepang.

Permintaan terhadap terung terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk  yang diikuti
dengan meningkatnya kesadaran akan manfaat sayur-sayuran dalam memenuhi gizi keluarga,
sehingga produksi tanaman terung perlu terus ditingkatkan. Untuk meningkatkan produksi
tanaman terung dapat dilakukan secara ekstensifikasi dan intensifikasi, namun dalam usaha
peningkatan produktivitas dan efisiensi penggunaan tanah, cara intensifikasi merupakan pilihan
63

yang tepat untuk diterapkan. Salah satu usaha tersebut adalah dengan penggunaan pupuk dan zat
pengatur tumbuh.

Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah dan daun. Pemupukan melalui daun lebih efisien
karena proses penyerapan haranya lebih cepat (Setyamidjaja, 1986). Selain itu, keuntungan
lainnya adalah apabila pupuk daun tersebut jatuh ke tanah, masih dapat dimanfaatkan oleh
tanaman (Buckman dan Brady, 1982).  Salah satu pupuk daun yang mengandung hara makro dan
mikro adalah  Gandasil D.  Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari penggunaan pupuk daun,
maka faktor yang sangat penting diperhatikan adalah konsentrasi dan interval pemberiannya. 
Menurut Suhadi (1990) bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemupukan melalui daun
adalah konsentrasi larutan, jenis tanaman dan waktu pemberian. Menurut Lingga dan Marsono
(2005) bahwa penggunaan pupuk daun dengan konsentrasi berlebih akan menyebabkan gejala
daun-daun seperti terbakar dan layu, kering dan akhirnya gugur. Hal ini tentunya sangat
mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman. Adapun anjuran dari pupuk Gandasil D untuk
tanaman sayur-sayuran adalah 1-3 g/liter air dengan interval waktu pemberian 8-10 hari
sekali[2].

Selain penggunaan pupuk daun, penggunaan zat pengatur tumbuh juga mampu meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman, di antaranya Harmonik. Zat pengatur tumbuh Harmonik
berperan dalam pembesaran dan diferensiasi sel, mempercepat aliran asam amino dan zat
makanan ke seluruh bagian tanaman dengan konsentrasi sitokinin tinggi. Selain itu,  ZPT
Harmonik mengandung auksin, giberelin dan sitokinin  yang mampu mendorong pertumbuhan
dan perpanjangan bagian tanaman (akar dan batang), merangsang pembungaan dan
menormalkan pertumbuhan tanaman yang kerdil. Keuntungan lain dari pemberian ZPT
Harmonik adalah mempunyai kisaran pemberian dengan konsentrasi lebih besar, sehingga
apabila pemberian berlebih tidak membahayakan tanaman, mudah terurai oleh alam, aman bagi
manusia dan ramah lingkungan. Konsentrasi ZPT Harmonik yang dianjurkan untuk tanaman
sayur-sayuran adalah 1-2 cc/liter air[3].  Dari uraian di atas belum diketahui berapa konsentrasi
pupuk daun  dan ZPT Harmonik yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
terung, sehingga perlu dilakukan penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk daun Gandasil D dan ZPT
Harmonik yang tepat serta interaksi kedua faktor tersebut terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman terung.

Anda mungkin juga menyukai