Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Sebagai tanaman serealia, jagung biasa tumbuh hampir di seluruh dunia.

Jagung termaksud bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung telah menjadi

komoditas utama setelah beras. Bahkan, dibeberapa daerah di Indonesia, jagung

dijadikan sebagai bahan pangan utama. Tidak hanya sebagai bahan pangan, jagung

juga dikenal sebagai salah satu bahan pakan ternak dan industri (Purwono, 2010).

Sentral produksi jagung masih didominasi di Pulau Jawa, yaitu sekitar 65%

sedangkan diluar pulau jawa hanya sekitar 35%. Hingga tahun 2003, produksi jagung

di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan. Untuk menutupi kekuranganya,

pemerintah mengimpor jagung beberapa negara produsen. Padahal, sejak tahun 2001

pemerintah telah menggalakkan sebuah program yang dikenal dengan sebutan Gema

Palagung (Gerakan Mandiri Padi, dan Jagung). Dengan adanya progam tersebut,

ternyata memang dapat memecu petani untuk meningkatkan produktivitasnya dan

terbukti dapat meningkatkan produksi jagung di dalam negeri, tetapi tetap belum

dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri (Hartono,2010).

1
Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional karena

merupakan sumber karbohidrat dan bahan baku industri pakandan pangan. Di

samping bijinya, biomas hijauan jagung diperlukan dalam pengembangan ternak sapi.

Kebutuhan jagung dalam negeri untuk pakan sudah mencapai 4,9 juta ton pada tahun

2005 dan di prediksi menjadi 6,6 juta ton pada tahun 2010. Peluang ekspor

semangkin terbuka mengingat Negara penghasil jagung seperti Amerika, Argentina,

dan cina mulai membatasi volume ekspornya karena kebutuhan jagungnya

meningkat. (Hartono,2010)

Propinsi sumatera utara merupakan daerah yang cukup potensial untuk

pengembangan jagung dan merupakan daerah penghasil utama jagung ke 5 setelah

jawa timur, jawah tengah, sulawesi selatan, dan lampung. Peningkatan produksi

jagung di Sumatera utara masih terbuka lebar baik melakui peningkatan produktivitas

maupun perluasan areal tanam. Rata-rata tingkat produktivitas jagung nasional dari

areal panen sekitar, 3,60 juta hektar baru mencapai 3,40 t/ha (Purwono, 2010).

Teknologi budaya jagung dengan produktivitas 4,5-10 t/ha tergantung pada

potensi lahan dan teknologi produksi yang diterapkan. Salah satu penyebabnya

besarnya senjang hasil antra teknologi penelitian dan hasil petani diakibatkan karena

jurang tahuan petani akan teknologi terbaru yang dihasilkan peneliti. Dengan adanya

teknologi budaya jagung ini diterapkan akan meningkatkan produksi dan pendapatan

petani ( Muhrizal, 2009 ).

2
Keuntungan bertanam jagung ternyata sangat besar. Selain biji sebagai hasil

utama, batang jagung merupan bahan pakan ternak yang sangat potensial. Dengan

demikian, dalam pengusahaan jagung selain mendapat biji atau tongkol jagung, masih

ditambah dengan berangkasnya yang juga memiliki nilai ekonomi tinggi

(Hartono, 2010)

Dari pengolahan, keuntungan bertanam jagung adalah kemudahan dalam

budidaya. Tanaman jagung merupakan tanaman yang tidak membutuhkan perawatan

intensif ( tidak manja ) dan dapat ditanam dihampir semua jenis tanah. Resiko

bertanam jagung umumnya sangat kecil dibandingkan tanaman palawija lainnya

(Purwono, 2010).

Jagung merupakan salah satu bahan makanan pokok. Sekitar 70% dari hasil

produksi jagung digunakan untuk komsumsi. Selain sebagai bahan pangan, jagung

juga menjadi campuran bahan pakan ternak, bahan ekspor nonmigas, serta bahan

baku pendukung indusri ( Hartono, 2010 ).

Pupuk ialah bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik maupun

yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam

tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor

keliling atau lingkungan baik ( Mulyani, 2010 ).

3
[(CO (NH2)2] Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4

(ammonia) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan

ikatan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46%.

Dalam proses pembuatan Urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan

racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar tidak

mengganggu kadar biuret dalam Urea harus kurang 1,5,2,0%. Kandungan N yang

tinggi pada Urea sangat dibutukan pada pertumbuhan awal tanaman

(Lingga, 2007)

Sekitar 90% Urea industri digunakan sebagai pupuk kimia. Urea dalam bentuk

butiran curah (prill) digunakan dalam pertanian sebagai pupuk kimia pemasok unsur

nitrogen. Di tanah, Urea akan terhidrolisis dan melepaskan ion amonium. Kandungan

N pada Urea adalah 46%, tetapi yang tergunakan oleh tanaman biasanya separuhnya.

(Haryadi, 1991).

Karena penting dalam pembangunan pertanian, pupuk Urea seringkali

disubsidi oleh pemerintah suatu Negara, termasuk Indonesia. Di pasaran Indonesia,

pupuk Urea dipasarkan dalam dua bentuk bersubsidi atau berwarna merah muda,

digunakan untuk bantuan pembangunan dan tidak bersubsidi atau berwarna putih,

untuk dipasarkan secara komersial.

Pupuk Urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas alam atau

pembakaran batu bara. Karbon dioksida yanmg dihasilkan dari kegiatan indusri

4
tersebut lalu dicampur dengan amonia melalui proses Bosch-Meiser. Dalam suhu

rendah, ammonia cair dicampur dengan es kering (karbondioksida) menghasilkan

amonium karbanat. Selanjutnya, amonium karbonnat dicampur dengan air ditambah

energi untuk menghasilkan Urea dan air (Lingga, 2007)

Pemupukan bertujuan untuk mengganti unsur hara yang hilang dan

menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan

mutu tanaman (Sarif, 1996).

Kalium didalam jaringan tanaman ada dalam bentuk kation dan bervariasi

sekitar 1,7 – 2,7% dari berat kering daun yang tumbuh secara normal. Ion K di dalam

tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim yang berpartisipasi dalam

beberapa proses metabolisme utama tanaman (Sarif, 1996).

Berdasarkan hal diatas maka saya melakukan penelitian “Pengaruh Pemberian

Pupuk Urea dan Pupuk KCL Terhadap Perkembangan Dan Produksi Tanaman

Jagung Hibrida (Zea Mays L) Varietas Single Cross sc”.

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun indentifikasi masalah penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh pemberian pupuk Urea terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman jagung?

5
2. Apakah ada pengaruh pemberian pupuk KCL terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman jagung?

3. Apakah ada interaksi atas pemberian pupuk Urea dan Pupuk KCL

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana pemberian Pupuk Urea terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.

2. Untuk mengetahui sejauh mana pemberian Pupuk KCL terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu interaksi antara pemberian

pupuk Urea dan Pupuk KCL terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

jagung

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai bahan penelitian ilmiah dalam penyusunan skripsi untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

(STIPER) Labuhanbatu, Yayasan Universitas Labuhanbatu.

6
2. Sebagai bahan informasi tambahan pada semua pihak yang

membutuhkannya, terutama bagi saya sendiri dan yang bergerak dibidang

budidaya jagung (Zea Mays L).

1.5. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan pondasi utama untuk sepenuhnya

proyek penelitian itu ditujukan hal ini merupakan jaringan hubungan antar

variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari

perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses secara langsung.

Kerangka pemikiran ini mengemukakan tentang variabel yang di teliti

yaitu Pupuk pupuk Urea dan Pupuk KCL merupakan variabel bebas, serta

pertumbuhan dan produksi tanaman Jagung merupakan variabel terikat, secara

sederhana kerangka pemikiran didalam penelitian ini dapat dilihat dalam

gambar berikut:

7
Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

Pupuk Urea

Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Jagung

Pupuk KCL
Pelaksanaan Penelitian

Parameter yang diamati yaitu : - Tinggi Tanaman


Diameter Batang
Jumlah Daun
Jumlah Bunga
Jumlah Tongkol Produktif per plot
Berat Biji Pertongkol
Berat 1000 Biji Pipilan Kering

Metode Penelitian
Rancangan Acak Kelompok

Metode Analisa
Sidik Ragam Linier

8
1.6. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Ada pengaruh Pupuk Urea terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

jagung.

2. Ada pengaruh Pupuk KCL terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

jagung.

3. Ada pengaruh interaksi pupuk Urea dan pupuk KCL terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.

1.7. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitan ini dilaksanakan di depan gedung Yayasan Universitas

Labuhanbatu Kampus II Siranggong, Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan

tofografi datar dan jenis tanah top soil yang berada pada ketinggian ± 50 m

dari permukan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai

dengan bulan Juli 2013.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Jagung termasuk tanaman familiar bagi sebagian masarakat. Seiring

berkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung. Tanaman jagung

termasuk keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L (Purwono, 2010)

2.1. Klasifikasi Tanaman jagung

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermathophyta

Subdivisio : Angiosperma

Kelas : Monocotyledonena

Ordo : Poales

Familia : Graminaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea Mays L (Hartono,2010).

2.2. Morfologi Tanaman Jagung

2.2.1. Akar

Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar.,

yaitu akar senimal, akar edvetif, dan akar udara. Akar sinemal tumbuh dari radikula

10
dan embrio. Akar edvetif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku paling

bawah, yaitu sekitar 4 cm dibawah permukaan tanah. Sementara akar udara adalah

akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah.

Perkembangan akar jagung tergantung dari varietas, kesuburan tanah dan keadaan air

tanah ( Purwono, 2010 ).

2.2.2. Batang

Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa

ruwas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul yang berkembang menjadi

tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya

berkisar 60-300 cm ( Hartono, 2010).

2.2.3. Daun

Daun jagung dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8 -48

helai, tergatung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah

daun, dan helaian daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang. antara kelopak

dan helain terdapat lidah daun yang disebut ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak.

fungsi ligula adalah mencegah air masuk kedalm kelopak daun dan batang

( Purwono, 2010 ).

11
2.2.4. Bunga

Bunga berumah satu. Letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Bunga

jantung berada diujung tanaman sedangkan bunga betina berada diketiak daun. Bunga

betina berbentuk gada, berwarna putih, panjang, biasa disebut rambut jagung. Bunga

betina dapat menerima tepung sari disepanjang rambutnya. Penyerbukan terjadi

dengan bersatunya tepung sari dan rambut. Umumnya 95 % dari bakal biji terjadi

karena perkawinan sendiri. Semua tepung sari yang menyerbuki bakal biji jagung

datang dari tanaman terdekat. Tepung sari siap melakukan penyerbukan pada satu

sampai tiga hari sebelum rambut keluar dari tongkol pada tanam yang sama.

Perkawianan ini biasa terjadi dalam 12-28 jam setelah penyerbukan

( Hartono, 2010 ).

2.2.5 Biji

Biji jagung tersusun rapi pada tongkol. Dalam satu tongkol terdapat 200-400

biji. Biji jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian luar disebut pericarp. Bagian kedua

lapisan yaitu endosperma yang merupakan cadangan makanan biji. Sementara bagian

paling dalam yaitu embrio atau lembaga (Hartono, 2010).

2.3. Syarat Tumbuh

Wilayah Indonesia merupakan daerah tropis dan memiliki keragaman jenis

ekosistem yang tinggi. Tanaman Jagung memiliki daya adaptasi tinggi terhadap

12
kondisis iklim dan tanah di daerah tropis. Hal ini mendukung pengembangan

budidaya kangkung di berbagai wilayah di Indonesia (Yadiyanto, 1990).

2.3.1. Tanah

Tanah merupakan media atau tempat tumbuh tanaman. Akar tanaman

berpajang kuat pada tanah serta medapatkan air dan unsure hara dari tanah. Meskipun

ada tanam yang diusahakan dengan media air (hhydrophonic) tetapi belum banyak

berarti dibandingkan dengan usaha pertanian yang dilakukan di atas tanah pertanian.

Perubahan keadaan tubuh tanah, baik secara kimia, fisik, maupun biologi akan

mempengaruhi fungsi dan kekuatan akar dalam menopang pertumbuhan tanaman.

Pemberian pupuk, misalnya, akan memperkaya secara kimia ketersediaan hara dalam

tanah sehingga akar dapat menyerapnya untuk keperluan pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Dengan demikian, tanaman akan perproduksi maksimal.

Akar tanaman mendapatkan sebagian besar air melalui tanah (Hartono, 2010).

Ketersediaan air dalam tanah merupakan hal yang sangat penting bagi

tanaman.Tidak semua air yang terkandung dalam tanah dapat diserap oleh akar

tanaman. Air yang terlampau dalam dari jangkauan akar atau air yang terikat kuat

pada butir-butir tanah tidak dapat dimamfaatkan tanaman. Sebaliknya, air yang terlalu

banyak sehingga menggenangi akar tanaman akan membuat akar tanaman busuk.

Pengaturan ketersediaan air dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman atau usaha

13
pertanian sangatlah penting. Tanah merupakan tempat akar tanaman mencari makan,

hara tanaman, serta mineral dalam tanah.

Pengertian tentang kesuburan tanah kesuburan tanah tidak hanya dikaitkan

pada ketersediaan hara tanaman saja seperti pemupukan, tetapi pada keseluruhan

sistem tanah berserta fungsinya bagi tanaman.

Tanah sebenarnya terdiri dari zat padat, cair, dan udara. Zat dapat dalam tanah

terdiri dari bahan batuan tanah, mineral tanah, humus, dan organisme hidup yang

bermukim dalamnya. Zat cair terutama berupa air tanah serta unsur-unsur yang

terlarut di dalamnya, eksudet-eksudet, dan ekskresi-ekskresi cair. Udara dalam

rongga tanah mengandung oksigen (O2) yang penting untuk respirasi akar guna

memperoleh tenaga mengisap air dan hara tanaman.

Kesuburan tanah banyak dihubungkan orang dengan keadaan lapisan olahnya

(top soil). Pada lapisan ini, biasanya sistem perakaran tanaman berkembang dengan

baik. Untuk itu, pengolahan tanah sebelum penanaman dan pengolahan tanah pada

waktu pemeliharaan tanaman memegang peran penting bagi suburnya tanaman. Pada

pengolahan tanah, perbandingan kandungan zat padat, cair, dan udara di dalam

lapisan olah menjadikan tanah gembur dan menguntungkan bagi pertumbuhan akar

tanaman.

- Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain

Andosol (berasal dari gunung berapi), Latosol, dan Grumosol. Pada Tanah

14
bertekstur berat (Grumosol) masi dapat ditanami Jagung dengan hasil yang

baik, Tanah bertekstur Lempung atau liat berdebu (Latosol) merupakan jenis

tanah terbaik untuk pertumbuhan tanaman jagung. Tanaman jagung Akan

tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, dan gembur, dan kaya humus

- Kemasan tanah erat hubunganya dengan ketersediaan unsur Hara tanaman.

Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan Tanaman jagung antara 5,6-7,5

pada tanah yang memiliki pH Kurang dari 5,5 tanaman jagung tidak bisa

tumbuh maksimal karena keracunan ion alumunium.

- Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan areasi dan ketersediaan air

dalam kondisi baik.

- Kemiringan tanah yang optimum untuk tanaman jagung maksimum 8%. Hal

ini dikarenakan kemungkinan terjadi erosi tanah sangat kecil. Pada derah

dengan tingkat kemiringan 5-8% sebaiknya dilakukan pertumbuhan teras.

Tanah dengan kemiringan lebih dari 8% kurang sesuai untuk penanaman

jagung.

Jagung termaksud tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang

khusus dalam penanamanya. Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh

dilahan kering, sawah, dan pasang surut, asalkan syarat tumbuh yang diperlukan

terpenuhi. Secara umum ada beberapa persyaratan kondisi yang dikendalikan

tanaman jagung antara lain sebagai berikut.

15
Tanah yang paling baik untuk tanaman jagung sudah barang tentu barang

yang subur. Yang dimaksud dengan tanah subur adalah tanah yang akan kaya zat hara

yang sangat di butuhkan oleh tanaman. Tapi kesuburan tanah juga belum menjamin

berhasilnya tanaman. Selain menghendaki tanah yang subur, tanaman jagung juga

membutuhkan air yang cukup dan kepadatan tanah memadai pula (Yadiyanto, 1990).

Tanah merupakan media tempat atau tempat tumbuh tanaman. Akar tanaman

berpegang kuat pada tanah serta mendapatkan air unsur hara dari tanah. Meskipun

ada tanaman yang diusahakan dengan media air (hydrophonic), tetapi belum banyak

berarti dibandingkan usaha pertanian yang dilakukan diatas tanah pertanian.

Tanah sebenarnya terdiri dari zat padat cair, dan udara. Zat padat terdiri dari

bahan batuan tabah, mineral tanah, humus dan organisme hidup yang bermukim

didalamnya. Zat cair terutama berupa air tanah serta unsur-unsurnya terlarut

didalamnya, eksudat-eksudat dan ekskresi ekskresi cair. Udara didalam rongga tanah

mengandung oksigen (02) yang penting untuk respirasi akar guna memperole tenaga

menghisap air dalam hara tanaman (Purwono, 2010).

Tanah yang digunakan sebagai media tanam sebaiknya merupakan tanah yang

gembur, perakaran akan mudah untuk melakukan proses respirasi atau pernapasan.

Tanah yang remah dan berbutir – butir memiliki aerasi dan daya tahan air yang baik.

Selain itu, akar juga akan mudah manembus saat mencari bahan makanan.

16
2.3.2 Iklim

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis dan dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan diluar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persaratan

lingkungan yang terlalu ketat. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa jagung

dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, bahkan pada kondisi tanah yang agak

kering. Tropis basah. Jagung tumbuh di daerah yang letak antra 50 LU-40 LS pada

lahan yang tidak beririrgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal

sekitar 85-200 mm/ bulan selama masa pertumbuhan.

Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Intersitas

sinar matahari sangat penting bagi tanaman , terutama dalam masa pertumbuhan.

Sebaiknya tanaman jagung mendapatkan sinar matahari langsung. Dengan demikian,

hasil yang akan diperoleh akan maksimal. Tanaman jagung yang ternaungi,

pertumbuhannya akan terhambat atau merana. Produksi biji yang dihasilkan pun

kurang baik, bahkan tidak dapat terbentuk buah.

Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan sebaiknya antara

27-32 C. Pada proses perkecambahan benih. Jagung memerlukan suhu sekitar 30 C.

Panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan

karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.

Iklim yang dikehendaki oleh tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim

sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh didaerah terletak antra 0-50 0 LU

17
hingga 0-400LS. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari.

Tanaman jagung yang ternaungi akan terhambat dan memberikan hasil biji yang

kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah (Hartono, 2010).

Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah

beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis basah. Jagung dapat tumbuh

di daerah yang terletak diantara 500LU – 400LS. Pada lahan yang tidak beririgasi,

pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan

selama masa pertumbuhan (Hartono, 2010).

2.3.3. Air

Jagung termaksud tanaman yang membutuhkan air yang cukup bayak,

terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian biji.

Kekurangan air pada stadium tersebut akan menyebabkan hasil yang menurun.

Kebutuhan jumlah air setiap varietas sangat beragam. Namun demikian, secara umum

tanaman jagung membutuhkan 2 liter air pertanam per hari kondisi panas dan

berangin. Hasil penelitian di Amerika menunjukkan bahwa kekurangan air pada saat

3 minggu setelah keluar rambut tongkol akan menurunkan hasil hingga 30%.

Sementara kekurangan air yang selama pembungaan akan mengurangi jumlah biji

yang terbentuk (Adisarwanto, 2005).

18
Air adalah suatu unsur yang menentukan mati/hidupnya tanaman. Telah

ditentukan secara umum, bahwa tanaman hanya dapat mengisap garam-garam

mineral dari lautan didalam tanah melalui air. Disinilah peranan air bagi kehidupan

tumbuh-tumbuhan.

Air adalah suatu unsur yang menentukan mati/hidupnya tanaman. Telah

ditentukan secara umum, bahwa tanaman hanya dapat mengisap garam-garam

mineral dari lautan didalam tanah melalui air. Di sinilah peranan air bagi kehidupan

tumbuh-tumbuhan

Yang dimaksud curah hujan di sini adalah air hujan dengan segala bentuknya

yang langsung diterima oleh bumi, seperti air embun, kabut dan segenap jumlah air

yang turun berbagai macam. Banyak air yang diterima pada permukaan tanah diukur

dengan tebalnya lapisan air per mm, andai kata air tidak mengalir, tidak menguap dan

tidak meresap kedalam tanah ( Purwono, 2010).

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase

pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam

awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutukan sinar matahari,

tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji

yang tidak optimal. Suhu optimal anara 230 C-300 C. Jagung tidak memerlukan

persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan

berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5 Aerasi dan ketersediaan air baik,

19
kemiringan tanah kurang dari 8% Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8%

sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antra 1000-1800 m dpl

dengan ketinggian optimum antra 50-600 m dpl.

2.4. Peranan Pupuk Urea

Urea senyawa organik yang tersusun dari unsure karbon, hydrogen, oksigen

dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau ( NH2 )2 CO. Urea juga dikenal dengan

nama carbamide yang terutama digunakan dikawasan Eopa. Nama lain yang sering

dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine.

Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari

senyawa anorganik, yang akhirnya meruntukan konsep vitalisme.

(Lingga, 2007)

Urea ditemukan pertama kali oleh Hilaire Roulle pada tahun 1773. Senyawa

ini merupakan senyawa organik pertama yang berhasil disentesis dari senyawa

organik. Urea terbentuk melalui proses oksidasi yang terjadi padahati. Eritot atau

merah yang sudah rusak (120 hari ) dirombak menjadi ‘haemo’ dan’globin; selanjutan

‘haemo’ akan dibuah menjadi zat warna empedu yaitu bilirubin dan urobilin yang

mengandung Urea ammonia yang akan keluar bersama urin dan feses.

Sekitar 90% Urea industri digunakan sebagai pupuk kimia. Urea dalam bentuk

butiran curah (prill) digunakan dalam pertanian sebagai pupuk kimia pemasok unsur

20
nitrogen. Di tanah, Urea akan terhidrolisis dan melepeskan ion ammonium.

Kandungan N pada Urea adalah 46% tetapi yang tergunakan oleh tanaman biasanya

separuhnya.

Karena penting dalam pembangunan pertanian, pupuk Urea seringkali

disubsidi oleh pemerintah suatu negara, termasuk Indonesia. Di pasaran Indonesia,

pupuk Urea dipasarkan dalam dua bentuk ; bersubsidi atau berwarna merah muda,

digunakan untuk bantuan pembangunan dan tidak bersubsidi atau berwarna putih,

untuk dipasarkan secara komedisial.

Pupuk Urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas alam atau

pembakaran batu bara Karbon dioksida yang dihasilkan dari kegiatan industri tersebut

lalu dicampur dengan amonia melalui proses Bosch-Meiser. Dalam suhu rendah,

amonia cair dicampuir dengan es kering (karbondioksida) menghasilkan monium

karbanat. Selanjutnya, ammonium karbanat dicampur dengan air ditambah energi

untuk menghasilkan Urea dan air ( Mulyani, 2010).

Lingga (2007), pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen

(N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan

tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus

kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya

sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat

21
kering dan tertutup rapat. Pupuk Urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan

pengertian setiap 100 kg Urea mengandung 46 kg Nitrogen.

Unsur hara Nitrogen yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar

kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:

1. Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau

daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat panting dalam proses

fotosintesa

2. Mempercepat pertumbuhan tanaman atau tinggi, jumlah anakan, cabang dan

lain-lain

3. Menambah kandungan protein tanaman

4. Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura,

tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan.

Gejala kekurangan unsur hara Nitrogen :

1. Daun tanaman berwarna pucat kekuning-kunigan

2. Daun tua berwarna kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini

dimulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun

3. Dalam keadaan kekurangan yang parah daun menjadi kering dimulai dari

daun bagian bawah terus ke bagian atas

4. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil

22
5. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, sering kali masak

sebelum waktunya.

Menurut Sarif (1996), Nitrogen dalam tanah mudah hilang dan kurang efektif

karena :

- Mudah diserap tumbuhan lain yang tidak diinginkan

- Mudah hanyut dari tanah akibat erosi dan pencucian

- Mudah terbakar oleh sinar matahari, sedangkan akar tanaman belum sempat

menyerapnya

- Mudah hancur karena dipergunakan oleh mikroorganisme dalam tanah.

Menurut (Mulyani, 2010). Bibit jagung diberi pupuk, terutama pupuk untuk

memacu pertumbuhan vegetatif, yaitu nitrogen. Pemberian pupuk nitrogen umumnya

menggunakan Urea. Pemupukan dilakukan dua minggu sekali dengan dosis 15 gr per

bibit . Pupuk diberikan ke dalam sebuah lingkaran yang dibuat 3 cm dari batang bibit,

lalu ditutup dengan tanah dan disiram air.

2.5. Peranan Pupuk KCL (Kalium) Pada Tanaman Jagung

Pupuk (K) kalium juga penting bagi tanaman Jagung khususnya pada

pembentukan daun, tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium

akan memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengkrut atau keriting terutama pada

daun tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul bercak-bercak

23
merah coklat. Selanjutnya daun akan mengeriting, lalu mati. Buah tumbuh tidak

sempurna kecil, jelek, hasilnya rendah, dan tidak tahan simpan. Kalau menemukan

tanda-tanda seperti itu maka segeralah melakukan pemupukan kalium

(Sarif, 1996).

Elemen ini dapat dikatakan elemen yang langsung pembentuk bahan organic,

dalam hal ini dapat di tegaskan, bahwa kalium berperan membantu pembentukan

protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman,

meningkatkan risistensi tanaman terhadap penyakit, meningkatkan kualitas biji/buah.

Kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman muda), menurut

penelitian kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang

banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung kalium. Pada se-sel zat

ini terdapat sebagai ion didalam cairan sel dan keadaan demikian akan merupakan

bagian penting dalam melaksanakan turgor, yang disebabkan oleh tekanan osmotis.

Selain itu kalium mempunai pungsi fisiologis yang khusus pada asimilasi zat arang,

ang berarti apabila tanaman sama sekali tidak diberi kalium, maka asimilasi akan

terhenti (Mulyani, 2010).

Kebutuhan (K) ini sesungguhnya cukup tinggi dan dalam hal ini apabila akan

K tidak tercukupi akan terjadi translokasi K dari bagian-bagian tanaman yang tua

kabagian muda. Berbeda kebagian unsur-unsur N, S dan P (terdapat dalam protein)

tetapi kalium tidak terdapat dalam protein. Protoplasma, selulosa, sehingga diduga

24
bahwa K hanya bersipat sebagai katalisator. Terlepas dari kenyataan ini K

mempunyai peranan penting dalam tanaman yaitu dalam peristiwa-peristiwa

fisiologis (Marsono, 2003).

Tanaman yang kekurangan unsur kalium akan memperlihatkan gejalah-

gejalah seperti daun mengerut atau keriting terutama pada daun tua walau pun tidak

merata. Kemudian pada daun akan menimbul bercak-bercak merah coklat,

selanjutnya daun akan mengering, lalu mati. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil,

mutunya jelek, hasilnya renda, dan tidak tahan simpan. Kalau menemukan tanaman

tanda-tanda seperti ini maka segera lah melakukan pemupukan kalium.

Kalium didalam jaringan tanaman ada dalam bentuk kation dan

bervariasi sekitar 1,7 – 2,7% dari berat kering daun yang tumbuh secara

normal. Ion K di dalam tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim

yang berpartisipasi dalam beberapa proses metabolisme utama tanaman

(Mulyani, 2010).

Kalium sangat vital dalam proses fotosintesis. Apabila K defisiensi

maka proses fotosintesis akan turun, akan tetapi respirasi tanaman akan

meningkat. Kejadian ini akan menyebabkan banyak karbohidrat yang ada

dalam jaringan tanaman tersebut digunakan untuk mendapatkan energi untuk

aktivitas-aktivitasnya sehingga pembentukan bagian-bagian tanaman akan

berkurang yang akhirnya pembentukan dan produksi tanaman berkurang.

25
Fungsi kalium yang lain adalah :

─ Esensiil dalam sintesis protein

─ Penting dalam pemecahan karbohidrat, proses pemberian energi bagi

tanaman.

─ Membantu dalam keseimbangan ion dalam tanaman.

─ Penting dalam translokasi logam-logam berat seperti Fe.

─ Membantu tanaman mengatasi gangguan penyakit

─ Penting dalam pembentukan buah

Menurut Lingga (2007). Tanaman jagung diberi pupuk, terutama pupuk untuk

memacu pertumbuhan vegetatif, yaitu Kalium. Pemberian pupuk kalium umumnya

menggunakan KCL. Pemupukan diberikan setelah tanaman berumur 2 minggu dari

waktu tanam dengan dosis 12 gr per bibit . Pupuk diberikan ke dalam sebuah

lingkaran yang dibuat 5 cm dari batang bibit, lalu ditutup dengan tanah dan disiram

air.

2.6. Mekanisme Masuknya Unsur Hara Kedalam Tanah

Dalam proses masuknya unsur hara kedalam tumbuhan bisanya melalui akar

disebut proses intersepsi akar. Mungkin banyak akar yang bersentuhan dengan unsur

hara yang terserap oleh akar. Masuknya unsur hara kedalam air biasanya bersama

yang larut dalam unsur hara tersebut.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah :

- Benih Jagung Varietas Single Cross sc

- Tanah topsoil

- Pupuk Urea

- Pupuk KCL

- Insektisida Decis 2,5 EC

- Fungisida Derasol 60 Wp dan Dithane M-45

- Air

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah :

- Cangkul

- Parang

- Parang babat

- Gembor

- Schliper

27
- Alat ukur

- Hand sprayer

- Timbangan

- Gergaji, dan

- Alat tulis.

3.2. Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan untuk mengolah data dalam percobaan ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu :

1. Faktor pemberian pupuk Urea dengan 4 taraf yaitu :

- U0 : Tanpa perlakuan

- U1 : Pemberian pupuk Urea 13 gr/bibit

- U2 : Pemberian pupuk Urea 15 gr/bibit (Mulyani, 2010)

- U3 : Pemberian pupuk Urea 17 gr/bibit

2. Faktor pemberian pupuk KCL dengan 3 taraf yaitu :

- K0 : Tanpa Perlakuan

- K1 : Pemberian Pupuk Urea 12 gr/bibit (Lingga, 2007)

- K2 : Pemberian Pupuk Urea 15 gr/bibit

28
3.3. Analisa Data

Data hasil pengamatan analisis dengan menggunakan sidik ragam linear

sebagai berikut :

Yijk : μ + pi + aj + βk + (aβ) jk + ∑ijk

Dimana :

Yijk : Hasil pengamatan pada ulangan ke-i, diperlukan pupuk Urea pada taraf

ke-j dan pengaruh perlakuan pupuk KCL taraf ke-k

μ : Efek dari nilai tengah

pi : Efek dari ulangan ke-i

aj : Efek dari pupuk Urea pada taraf ke-j

βk : Efek dari pupuk KCL pada taraf ke-k

(aβ) jk : Efek dari interaksi pupuk Urea pada taraf ke-j dan pengaruh pupuk KCL

pada taraf ke-k

∑ijk : Efek error pada ulangan ke-I, perlakuan pupuk Urea pada taraf ke-j dan

pupuk KCL pada taraf ke-k (Hanafiah, 2010)

Kombinasi perlakuan yang diperlukan adalah 4 x 3 = 12 perlakuan yaitu :

1. U0K0 3. U1K0 7. U2K0 10. U3K0


2. U0K1 4. U1K1 8. U2K1 11. U3K1
3. U0K2 5. U1K2 9. U2K2 12. U3K2

29
Jumlah ulangan (n) adalah :

(t-1) (n-1) ≥ 15

(12-1) (n-1) ≥ 15

11 (n-1) ≥ 15

11- n (11) ≥ 15

11- n ≥ 15 + 11

n ≥ 26/11

n = 2,36

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Jumlah tanaman perplot : 12 tanaman

Jumlah seluruh tanaman : 432 tanaman

Jumlah tanaman sampel perplot : 3 tanaman

Jumlah tanaman sampel keseluruhan : 108 tanaman

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar ulangan : 60 cm

Jarak Tanam : 75 cm x 25 cm

30
BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

4.1. Persiapan lapangan

Tempat pembibitan dilakukan pada lokasi yang memiliki sumber air yang

cukup, areal yng rata dan drainase harus baik pula, sehingga tidak terjadi genangan

air suwaktu hujan lebat, dan aman dari gangguan hama binatang besar maupun

serangga.

4.2. Pembersihan lahan

Pembersihan lahan dilakukan sebelum melakukan pembibitan. Lahan

dibersikan dari segala macam gulma dan akar-akar tanaman sebelumnya. Tujuan

untuk memudahkan penanaman dan memudahkan perakaran tanaman berkembang.

Selain itun juga untuk menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang

kemungkinan masih ada.

4.3. Pembuatan naungan

31
Untuk melindungi tanaman pembibitan dari teriknya matahari dan guyuran

hujan secara langsung maka pembuatan naungan pembibitan harus dilakukan dengan

ukuran tinggi naungan 2 meter sebelah timur dan 1,5 sebelah barat. Atap naungan

terbuat dari pelapah sawit, tiang naungan terbuat dari pohon karet, jarak antara tiang 3

meter.

4.4. Pembuatan plot

Setelah areal penanaman bersih daan rata, maka dilakukan pembuatan plot

percobaan yang berukuran panjang plot 245 cm, dan lebar plot 70 cm sebanyak 36

plot, terdiri dari 3 ulangan dengan jarak ulangan 100cm dan jarak antra plot 50cm

dengan setinggi plot 30 cm.

4.5 Seleksi Kecambah

Kecambah yang tidak normal disingkirkan atau tidak ditanam kreteria sebagai

berikut:

- calon akar atau patah

- calon akar atau batang tidak tumnbuh

- calon akar atau batang pembongkok

- calon akar atau batang tumbuh satu arah

32
4.6. Penanaman Kecambah

Penanaman kecambah dilakukan pada sore hari. Lubang kecambah dibuat

dengan ibu jari atau dengan kayu ditengah-tengah sedalam 2 cm. Setelah itu

kecambah dimasukan kedalam lubang dengan akar kebawah. Kecambah yang sudah

dimasukkan ditutup dengan tanah gembur sambil dipadatkan.

4.7 Pemberian pupuk dasar

Pupuk dasar yang diberikan adalah 16 gr TPS perplot, 8gr KCL perplot,

berian dibagi dalam tiga tahab yaitu bersama denga penanaman benih, tahab kedua

tanaman setelah tanam berumur 30 hari, tahap ketiga tanaman berumur 60 hari.

Aplikasi pemberiannya dengan penaburan disekitar perakaran tanaman.

4.8. Pemeliharaan

4.8.1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiab hari pada pagi hari dan sore hari, pagi sebelum

pukul 10.00 wib dan sore hari pukul 16.00 wib. Penyiraman menggunakan gembor

jika hujan turun dan keadaan tanah cukup basah atau lembab maka penyiraman tidak

dilakukan, penyiraman dilakukan sampai tanaman berumur 21 hari setelah tanaman.

4.8.2 Penyisipan

33
Penyisipan dilakukan apabila ditemukan bibit mati dan abnormal, bibit yang

yang digunakan sebagai bibit sisipan yaitu bibit sulaman yang usianya sama dan

memiliki perlakuan yang sama pula.

4.8.3 Penyiangan dan pembubuhan

Penyiangan adalah sala satu tindakan untuk mengendalikan pertumbuhan

pertumbuhan gulma pada areal pertanaman jagung. Penyiangan dilakukan setelah

tanaman berumur 2 minggu atau tergantung pada keadaan gulma dilapang yaitu umur

satu bulan setelah tanaman atau pada saat penyiangan kedua dengan tinggi

pembubuhan kira-kira 5 cm agar tanam jagung pertumbuhanya tegak atau kokoh

sehingga mengurangi kerebahan yang mungkin disebabkan oleh angin, pembubuhan

harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai merusak akar.

4.8.4 Pengendalian hama dan penyakit

Pengamatan hama dan penyakit dilakukan setiap hari, usahakan

pengendalianya dengan cara manual. Apabila tingkat tingkat ganguan hama lebih

berat maka dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektesida dan fungisida

dengan kosentrasi 0,2%.

4.8.5 Panen

34
Panen dilakukan apabila batang, daun dan kelobot buah berubah warna

menjadi kuning , biji jagung sudah tampak keras, biji tidak tampak bekas ketanan,

pada kondisi ini dikirakan kadar air bihi sudah mencapai 35-45%.

4.9. Pengamatan Parameter

4.9.1 Tinggi tanaman (cm)

Tanaman diukur dari patok nol ujung titik pengukuran dilakukan setelah bibit

berumur 2 minggu dengan interval 2 minggu sekali sampai bibit berumur 12 minggu

yaitu pada minggu ke 2, 4, 6, 8, 10 dan 12

4.9.2. Diameter batang (mm)

Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong, pengukuran

dilakukan 5 cm diatas leher dengan 2 arah saling tegak lurus kemudian dirata-

ratakan, untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran maka setiap tanaman

sampel diberi tanda. Pengukuran dilakukan 2 minggu sekali mulai bibit berumur 2

minggu sampai bibit berumur 12 minggu yaitu pada minggu ke 2, 4, 6, 8, 10 dan 12.

4.9.3. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna,

termasuk daun yang gugur juga dihitung. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman

35
berumur 2 minggu dengan interval 2 minggu sekali sampai akhir penelitian yaitu

pada minggu ke 2, 4, 6, 8, 10, dan 12.

4.9.4. Jumlah bunga (bunga)

Jumlah bunga dihitung setelah tanaman berumur 12 minggu setelah tanam,

atau di akhir penelitian yaitu pada minggu ke 12.

4.9.5. Jumlah tongkol produksi per plot

Penghitungan dilakukan dengan menghitung jumlah tongkol produksi per plot

dengan ciri-ciri jumlah tiap tongkol 14-18 baris dan pajang tongkol lebih besar dari

15 cm.

4.9.6. Berat biji pertongkol (gr)

Penimbangan berat biji bertongkol dilakukan dengan cara memipil seluruh biji

dalam satu tongkol yang dijadikan sebagai sampel.

4.9.7 Berat 1000 biji pipilan kering (gr)

Biji dipipil dari tongkol dan kemudian dijemur sampai kering, tiap 1000 biji

kering pipilan ditimbang.

36
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari data rataan pengaruh

pemberian Pupuk Urea dan Pupuk KCL serta interaksi keduanya pada parameter yang

diamati seperti tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah bunga, jumlah

tongkol produksi per plot, berat biji pertongkol dan berat 1000 biji pipilan kering

dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai dangan Lampiran 25.

5.1.1. Tinggi tanaman (cm)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman umur 2 sampai 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai Lampiran 9. Untuk perlakuan Pupuk

Urea pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak nyata dan Pupuk KCL

pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata, sedangkan

interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

37
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari tinggi tanaman jagung pada

perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk KCL dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah

pada tanaman jagung berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3K0 sebesar

163,15 cm dan nilai terendah pada U0K2 sebesar 128,34 cm. Dari hasil rataan pada

tinggi tanaman jagung tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. : Rataan Tinggi Tanaman (cm) Jagung Umur 12 MST.

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan
U0 158,49 138,85 128,34 141,89
U1 161,73 149,00 140,97 151,04
U2 161,43 137,81 128,48 142,57
U3 163,15 141,29 131,85 144,96
Rataan 161,20 141,74 132,41 48,37

5.1.2. Diameter batang (mm)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam diameter batang umur 2 sampai 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 10 sampai Lampiran 14. Untuk perlakuan Pupuk

Urea dan Pupuk KCL pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh tidak nyata

sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari diameter batang jagung pada

perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk KCL dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah

pada tanaman jagung berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3K1 sebesar

38
14,80 mm dan nilai terendah pada U0K0 sebesar 11,60 mm. Dari hasil rataan pada

diameter batang jagung tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. : Rataan Diameter Batang (mm) Jagung Umur 12 MST.

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan
U0 11.60 13.80 12.60 12.67
U1 14.40 14.30 13.60 14.10
U2 12.90 12.80 13.80 13.17
U3 14.20 14.80 13.00 14.00
Rataan 13.30 13.90 13.25 4.49

5.1.3. Jumlah daun (helai)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah daun umur 2 sampai 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 15 sampai Lampiran 21. Untuk perlakuan Pupuk

Urea dan Pupuk KCL pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak

nyata, sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah daun jagung pada perlakuan

Pupuk Urea dan Pupuk KCL dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah pada

tanaman jagung berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U1K0 sebesar 608,65

helai dan nilai terendah pada U3K0 sebesar 401,98 helai. Dari hasil rataan pada

jumlah daun jagung tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3.

39
Tabel 5.3. : Rataan Jumlah Daun (helai) Jagung Umur 12 MST.

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan
U0 477,66 415,99 453,32 448,97
U1 608,65 530,65 442,65 527,32
U2 494,65 491,32 475,99 496,65
U3 401,98 507,32 503,99 471,09
Rataan 495,73 486,32 468,99 161,23

5.1.4. Jumlah bunga (bunga)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah bunga umur 12 minggu

dapat dilihat pada Lampiran 22. Untuk perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk KCL pada

umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak nyata, sedangkan interaksinya

juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah bunga jagung pada perlakuan

Pupuk Urea dan Pupuk KCL dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah pada

jagung berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3K2 sebesar 10,00 bunga dan

nilai terendah pada U0K2 sebesar 4,00 bunga. Dari hasil rataan pada jumlah bunga

jagung tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.5.

40
Tabel 5.5. : Rataan Jumlah Bunga (Bunga) Jagung Umur 12 MST.

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan
U0 8,00 9,00 4,00 7,00
U1 6,00 8,00 6,00 6,67
U2 7,00 6,00 7,00 6,67
U3 5,00 5,00 10,00 6,67
Rataan 6,75 7,00 6,75 2,25

5.1.5 Jumlah tongkol produksi per plot.(buah)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah tongkol produksi per plot

umur 12 minggu dapat dilihat pada Lampiran 23. Untuk perlakuan Pupuk Urea pada

umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dan untuk perlakuan

Pupuk KCL pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang nyata, sedangkan

interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah tongkol produksi per plot

jagung pada perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk KCL dapat dilihat nilai tertinggi dan

nilai terendah pada jagung berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U2K2

sebesar 70,80 gr dan nilai terendah pada U0K0 sebesar 63,80 gr. Dari hasil rataan

pada jumlah tongkol produksi per plot jagung tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. : Rataan Jumlah Tongkol Produksi Per Plot Jagung Umur 12 MST.

41
Perlakuan K0 K1 K2 Rataan
U0 63,80 67,00 70,60 67,13
U1 72,00 69,00 72,20 71,07
U2 74,40 74,60 79,80 76,27
U3 78,20 78,20 78,40 78,27
Rataan 72,10 72,20 75,25 24,39

5.1.6. Berat biji pertongkol (gr)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat biji pertongkol umur 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 24. Untuk perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk

KCL pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak nyata, sedangkan

interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat biji pertongkol jagung pada

perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk KCL dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah

pada jagung berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3K2 sebesar 673,60 gr

dan nilai terendah pada U0K0 sebesar 586,50 gr. Dari hasil rataan pada berat biji

pertongkol jagung tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. : Rataan berat biji pertongkol jagung Umur 12 MST.

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

42
U0 586,50 618,70 628,50 611,23
U1 612,70 642,50 594,20 616,47
U2 611,00 642,60 617,50 623,70
U3 612,00 603,50 673,60 629,70
Rataan 605,55 626,82 628,45 206,75

5.1.7. Berat 1000 biji pipilan kering (gr).

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat 1000 biji pipilan kering umur

12 minggu dapat dilihat pada Lampiran 21. Untuk perlakuan Pupuk Urea pada umur

12 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dan untuk perlakuan Pupuk

KCL pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang nyata, sedangkan

interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat 1000 biji pipilan kering jagung

pada perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk KCL dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai

terendah pada jagung berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3K1 sebesar

6938,40 gr dan nilai terendah pada U0K0 sebesar 4369,76 gr. Dari hasil rataan pada

berat 1000 biji pipilan kering jagung tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. : Rataan berat 1000 biji pipilan kering jagung Umur 12 MST.

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan
U0 4369,76 5182,02 4898,60 4816,79

43
U1 5000,66 5578,15 5836,66 5471,82
U2 5814,95 5922,74 5989,26 5908,98
U3 6039,69 6938,40 6186,50 6088,19
Rataan 5306,26 5680, 33 5727,75

5.2. Pembahasan

5.2.1 Pengaruh pupuk Urea terhadap tertumbuhan dan produksi tanaman jagung

Dari hasil pengamatan pada penelitian pengaruh pupuk Urea terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman jagung, secara keseluruhan dapat dijelaskan

bahwa perlakuan pupuk Urea berpengaruh sangat nyata terhadap parameter jumlah

tongkol produksi per plot dan berat 1000 biji pipilan kering, sedangkan terhadap

parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga dan Berat biji pertongkol tidak

menunjukkan hasil yang nyata pada umur 12 minggu,

Pupuk Urea menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap berat 1000

biji pipilan kering. Hal ini di akibatkan pemberian pupuk Urea yang mengandung

banyak Nitrogen dapat mengakibatkan proses fotositensis, dengan adanya Nitrogen

maka lebih banyak hasil fotosintesis di alirkan ke tongkol atau biji untuk

pembesarannya. Sehingga fotosintesis yang berupa karbohidrat, protein, lemak

vitamin dan zat lainnya akan disimpan dalam pembentukan tongkol atau biji. Dugaan

lainnya adalah karena pupuk Urea juga berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah

tongkol produksi per plot yang merupakan komponen dari berat 1000 biji pipilan

44
kering. Atau dengan kata lain berat 1000 biji pipilan kering merupakan konversi dari

jumlah tongkol produksi per plot.

Pengaruh pemberian pupuk Urea sangat nyata terhadap berat 1000 biji pipilan

kering merupakan komponen dari jumlah tongkol produksi per plot. Apabila jumlah

tongkol produksi per plot semakin tinggi maka akan mengakibatkan berat 1000 biji

pipilan kering akan semakin tinggi juga. Dalam hal ini jumlah tongkol produksi per

plot sangat nyata akibat pemberian pupuk Urea, dengan demikian dapat dimengerti

bahwa berat 1000 biji pipilan kering sangat nyata.

Dari seluruh parameter yang tidak menunjukkan pengaruh yang nyata seperti

tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, dan berat biji pertongkol di akibatkan

karena dipengaruhi oleh factor genetik dan faktor lingkungan (Hartono, 2010). Hal ini

dapat dimengerti bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

satu varietas, sehingga potensi genetiknya sama.

5.2.2. Pengaruh pupuk KCL terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.

Dari hasil analisa statistik menunjukakan bahwa pupuk KCL memberikan

pengaruh yang sangat nyata meningkatkan tinggi tanaman, serta berpengaruh nyata

terhadap jumlah tongkol produksi per plot,dan berat 1000 biji pipilan kering. Namun

45
demikian jumlah daun, jumlah bunga, dan berat biji pertongkol pengaruhnya tidak

nyata.

Pupuk Urea berpengaruh sangat nyata pada umur 2-12 MST terhadap tinggi

tanaman. Hal in disebabkan oleh jumlah populasi tanaman per satu satuan luas,

dimana semakin banyak populasi tanaman per satu satuan luas akan mengakibatkan

timbulnya persaingan ketat diantara tanaman dalam memperoleh unsur hara, air dan

cahaya matahari. Dengan cahaya yang kurang maka auksin tanaman aktif sehingga

pertumbuhan tanaman (tinggi) meningkat. Terlihat bahwa tanaman tertinggi adalah

pada perlakuan K2 (15 gr/bibit). Hal ini menunjukkan bahwa semakin padat populasi

tanaman per satu satuan luas tanaman akan semakin tinggi sebagai berusaha untuk

mendapatkan cahaya matahari dengan memberikan respon tanaman tumbuh lebih

tinggi.

Perlakuan pupuk KCL menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah

tongkol produksi per plot. Hal ini di duga karena pupuk KCL yang semakin banyak,

dimana tanaman dapat memanfaatkan energi hasil tersebut digunakan untuk

meningkatkan berat 1000 biji pipilan kering dalam hal ini jumlah tongkol produksi

per plot.

Pupuk KCL yang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun dan jumlah

bunga. Hal ini di duga karena jumlah daun dan jumlah bunga dikendalikan oleh

faktor genetik, faktor lingkungan dan tanaman itu sendiri. Hal ini sesuai dengan

46
pendapat Hartono (2010), yang menyatakan genotif dapat dapat mempengaruhi

pertumbuhan kecambah dan menentukan potensial untuk jumlah bunga , jumlah

asimilasi yang diproduksi dan pembagian fotosintat.

Pengaruh pupuk KCL yang tidak nyata pada berat biji pertongkol. Hal ini

diduga karena ukuran setiap biji hamper sama karena berasal varietas yang sama, hal

ini juga di pengaruhi oleh faktor genetik. Sehubungan dengan itu Purwono (2010)

juga menyatakan bahwa ukuran biji dominan dikendalikan oleh faktor genetik di

bandingkan faktor lingkungan.

5.2.3. Interaksi pemberian pupuk Urea dengan pupuk KCL terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman jagung.

Dari hasil analisis sidik ragam interaksi Pupuk Urea dan Pupuk KCL

menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati.

Menurut Mulyani (2010) menyatakan bahwa dibandingkan faktor lain, sehingga

faktor yang lain tersebut tertutup dan masing-masing faktor bekerja sendiri-sendiri.

Atau dengan kata lain masing masing perlakuan baik Pupuk Urea tidak dipengaruhi

oleh Pupuk KCL demikian sebaliknya.

Menurut Lingga (2007), bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kesuburan tanaman, yaitu :

- Struktur tanah

- Derajat keasaman tanah (pH), dan

47
- Apakah tanah itu lengkap mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh

tanaman.

Menurut Mulyani (2010), bahwa pada Pupuk Urea terdapat unsur Natrium yang ikut

dalam proses fisiologi dengan kalium yaitu menghalangi atau mencegah pengisapan

kalium (K) yang berlebihan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu :

48
1. Perlakuan pemberian pupuk Urea berpengaruh sangat nyata terhadap

parameter jumlah tongkol produksi per plot, dan berat 1000 biji pipilan

kering, sedangkan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter tinggi

tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, dan berat biji pertongkol.

2. Perlakuan pemberian pupuk KCL menunjukkan pengaruh yang sangat

nyata terhadap parameter tinggi tanaman, namun ada juga pengaruh yang

nyata terhadap parameter jumlah tongkol produksi per plot, dan berat

1000 biji pipilan kering, Sedangkan yang tidak menunjukkan pengaruh

yang nyata terhadap parameter jumlah daun, jumlah bunga dan berat biji

pertongkol.

3. Interaksi pupuk Urea dan Pupuk KCL tidak berpengaruh nyata terhadap

semua parameter yang diamati.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan :

1. Untuk pemberian Pupuk Urea dianjurkan dengan dosis 17 gr/bibit (U3).

2. Untuk pemberian Pupuk KCL lebih baik dengan dengan dosis 15 gr/bibit

(K2).

49
3. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dan dianjurkan memberi

pupuk Urea dengan dosis 17 gr/bibit dan untuk penggunaan pupuk Urea

dengan dosis15 gr/bibit.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2005. Budi Daya dengan Pemupukan yang Efektif dan


Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hanafiah, 2010. Rancangan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas sri wijaya.


Palembang.

50
Hartono, 2010 Bertanam Jagung Unggul, Penebar Swadaya.Jakarta

Haryadi, 1991. Pupuk dan Cara Pemupukan. Swadaya. Jakarta.

Lingga, 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Marsono, 2003. Serapan Unsur Kaliun di Dalam Tanah. Depok Estate.

Muhrizal, 2009. Informasi teknologi pertanian. Bogor.

Mulyani, 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Purwono,M,S, 2010 Bertanam Jagung Unggul. Seri Agribisnis. Jakarta.

Sarif. 1996. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung

Yadiyanto. 1990. Bercocok Tanam Hortikultura, M2S Bandung.

51

Anda mungkin juga menyukai