Bab 1 Cabai
Bab 1 Cabai
BAB I
PENDAHULUAN
terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua
dibudidayakan secara luas di Indonesia juga termasuk kedua spesies ini. Cabai
Masyarakat pada umumnya hanya beberapa jenis saja yakni cabai besar, cabai
keriting, cabai rawit dan paprika. Secara umum cabai memiliki banyak
2
lainnya. Walaupun begitu, rasanya lebih pedas dan aromanya lebih tajam.
dataran tinggi dan juga tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya
humus, gembur, dan sarang serta tidak tergenang air dengan pH tanah yang
diperlukan oleh tanaman. Penggunaan pupuk pada penelitian ini adalah pupuk
NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan. Pupuk NPK Mutiara 16-
16-16 adalah pupuk yang mempunyai kombinasi nitrogen (N), fosfor (P) dan
kalium (K) yang dirancang untuk memaksimalkan hasil dan kualitas tanaman.
Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 merupakan pupuk majemuk yang di buat dari
bahan-bahan bermutu dan berkualitas. Komposisi unsur hara pada pupuk NPK
Mutiara 16-16-16 dapat disesuaikan dengan jenis tanah dan jenis tanaman
yang di budidayakan.
3
unsur mikro dan makro harus seimbang, hal ini dikarenakan tanaman
tanaman itu sebagian besar terdiri atas tiga unsur yaitu C 43,6 %, O 44,4 %
dan H 6,2 %. Unsur-unsur tersebut diambil oleh tanaman dari udara berupa
CO2 dan O2 serta dari tanah berupa H2O. Sedangkan Pupuk Mikro Primatan
ini adalah pupuk mikro serba guna yang mengandung unsur-unsur yang
apabila unsur-unsur nutrisi dalam tanah terpenuhi secara merata. Dalam hal
ini unsur mikro dan unsur makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
Bunga tanaman cabai terbentuk pada umur 23-31 hari setelah tanam
(HST). Pembentukan buah dimulai pada umur 29-40 hari setelah tanam, buah
matang dalam waktu 34-40 hari setelah pembuahan. Adapun suhu bulanan
3. Apakah ada interaksi atas pemberian pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan
dalam polibag?
proyek penelitian itu ditujukan hal ini merupakan jaringan hubungan antar
langsung.
yaitu Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan merupakan
Metode Penelitian
Rancangan Acak Lengkap
Metode Analisa
Sidik Ragam Linier
8
3. Ada pengaruh interaksi pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan pupuk mikro
polibag.
tofografi datar dan jenis tanah top soil yang berada pada ketinggian ± 50 m
dari permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika
Kingdom : Plantarum
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Metachlamidae
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Untuk budidaya tanaman cabai perlu pemilihan lokasi pertanaman yang tepat
agar hasil usaha tersebut mendatangkan hasil yang diinginkan. Tanaman cabai
Tanaman cabai dapat tumbuh subur di berbagai ketinggian tempat, mulai dari
dataran rendah sampai dataran tinggi, bergantung pada varietasnya. Sebagian besar
sentra produsen cabai berada didataran tinggi dengan ketinggian antara 1.000 – 1.250
Tanaman cabai tidak tahan hujan. Terhadap sinar matahari yang terik pun
tidak tahan. Inilah sebabnya, cabai lebih memuaskan ditanam di daerah yang kering
dan sejuk dari pegunungan, dari pada dataran rendah. Walaupun di dataran rendah
yang panas kadang-kadang dapat juga diperoleh hasil yang memuaskan, namun di
daerah pegunungan buahnya dapat lebih besar. Rata-rata suhu yang baik adalah 21 0 –
280C. Suhu udara yang terlalu tinggi menyebabkan buahnya sedikit. Suhu panas
2.2.1. Tanah
Tanah yang dikehendaki adalah bersolom dalam, jeluk lapisan padas lebih
dari 1 m, permukaan air tanah rendah yaitu 1 m. Sangat toleran terhadap keasaman
Tanaman cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah
vulkanis muda ataupun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah
vukanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik, terutama dari segi
Tanaman cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah berpasir
hingga laterit merah dan podzolit kuning, tanah abu gunung, tanah berliat.
Tampaknya tanaman cabai tidak memerlukan kesuburan tanah yang khusus ataupun
topografi tertentu.
Syarat tanah ideal untuk tanaman cabai adalah subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata udara dalam
tanah berjalan dengan baik dan pH antara 6-7. cabai dapat ditanam pada berbagai
jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah lempung
berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu
(Anonim, 2012)
Tanah yang paling baik untuk tanaman cabai sudah tentu tanah yang subur.
yang dimaksud dengan tanah subur adalah tanah yang akan kaya zat hara yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman. Tapi kesuburan tanah juga belum cukup menjamin
berhasilnya tanaman. selain menghendaki tanah yang subur, tanaman cabai juga
membutuhkan air yang cukup dan kepadatan tanah yang memadai pula
(Anonim, 2012).
tegak. Hal ini berhubungan dengan kinerja akar dalam tanah. Oleh sebab itu, tanah
harus menyediakan ruang yang cukup bagi perakaran tanaman. Pada teknik
12
penanaman cabai di dalam polibag perlu diperhatikan ukuran wadah yang tidak
Kelembaban tanah harus cukup dengan ditandai oleh kandungan air yang
tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Normal tidaknya kelembaban tanah dan
gembur tidaknya tanah dapat diamati dengan menguji daya serap tanah terhadap air.
Caranya adalah tanah disiram air, lalu perhatikan lamanya air tersebut terserap ke
lama satu jam, maka tanah masih bisa dikatakan cukup mampu menjaga kelembaban.
Apabila lebih dari itu berarti tanahnya tergolong liat dan bisa membuat tanah becek
(Anonim, 2012).
Faktor tanah yang perlu diperhatikan dalam budidaya cabai yaitu jenis tanah
dan derajat keasaman (pH) tanah. Mulai dari tanah andosol yang berwarna gelap
(menunjukkan kaya bahan organik) sampai tanah latosol, regosol, ultisol hingga
grumosol dapat ditanami cabai. Namun bagaimanapun juga tanah yang paling sesuai
untuk cabai keriting adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat
dan tidak terlalu porus, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah
mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia (H. D. Foth, 2001).
13
tumbuhan yang tumbuh juga sangat beragam. Beberapa jenis tanah yang ada di
1. Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang
2. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian karena terbentuk
dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
Tanah alluvial adalah tanah yang dibentuk dari Lumpur sungai yang mengendap di
dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan
pertanian.
4. Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan
Tanah vulkanik adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung
berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat
6. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara,
namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan
batuan kapur. Contoh tanah ini yaitu di Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan
Jawa Timur.
Tanah gambut adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang
merupakan hasil bentukan pelapukan rawa. Contoh tanah ini yaitu di Kalimantan,
Tanah yang terlalu liat kurang baik untuk ditanami cabai keriting karena sulit
diolah dan drainasenya jelek sehingga pernapasan akar tanaman dapat terganggu.
Tanah yang liat dan padat juga menyulitkan akar dalam mencari makanan. Tanah
15
yang biasa selalu banyak pasir kurang baik untuk cabai keriting karena mempunyai
daya memegang air (water holding capacity) yang rendah, akibatnya tanah cepat
kering meskipun sering diairi dan bila dipupuk maka akan mudah tercuci atau hilang.
Penambahan pupuk kandang 18-27 ton/ha akan memperbaiki struktur tanah yang
remah sehingga sesuai untuk pertumbuhan dan produksi tanaman cabai keriting
(Foth, 2001).
Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya tanaman cabai
keriting berkisar antara 5,5 - 6,8 dengan pH optimum 6,0 - 6,5 pada umumnya tanah
di Indonesia ber-pH optimum 6,0 - 6,5 Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH
rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5 sehingga tanah ber-pH 6,0 – 6,5 sering kali
dipengaruhi Ph.
dapat ditambahkan kapur pertanian. Adapun tanah yang terlalu basa (alkalis) dapat
2.2.2. Air
Air merupakan unsur vital bagi keberhasilan bertanam cabai keriting. Air
berfungsi sebagai pelarut unsur hara yang terdapat didalam tanah, sebagai media
pengangkut unsur hara tersebut ke organ tanaman, serta pengisi cairan tubuh
(pemasakan makanan) dan proses pernafasan (respirasi) (Marsono dan Sigit 2001).
Pada prinsipnya semua jenis tanaman memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya
mulai dari perkecambahan sampai panen. Dalam jaringan tanaman secara fungsional
air berperan sebagai pelarut dalam proses fisiologis dan merupakan alat yang dapat
membawa zat hara serta gas dari luar ke dalam jaringan tanaman (Anonim, 2012).
mineral dari larutan didalam tanah melalui air. Di sinilah peranan air bagi kehidupan
tumbuh-tumbuhan.
Seperti lazimnya tanaman lain, tanaman cabai juga sangat membutuhkan air.
Air berfungsi sebagai media pengangkutan unsur – unsur hara yang ada di dalam
Air yang digunakan sebaiknya tidak mengandung kadar garam terlalu tinggi.
Sel – sel tanaman cabai sangat rentan terhadap pengaruh kadar garam. Tanaman cabai
17
pada larutan dengan kadar garam tinggi dapat terhambat pertumbuhannya, bahkan
mati. Selain itu, air yang digunakan sebaiknya bebas dari polutan dan logam berat.
2.2.3. Iklim
Faktor-faktor iklim yang penting dalam usaha budidaya cabai keriting adalah
1. Angin
Angin yang bertiup sepoi-sepoi akan membawa uap air dan melindungi tanaman dari
terik matahari, sehingga penguapan yang berlebihan akan berkurang pada saat
mendung dan diselingi hujan, biasanya lebah penyerbuk jarang muncul dipertanaman,
dalam keadaan ini angin berperan penting sebagai perantara penyerbukan, meskipun
peranannya tidak besar bila dibandingkan lebah. Angin yang kencang akan
Namun angin yang kencang justru akan merugikan karena dapat merusak
pertanaman. Cabang atau dahan akan mudah patah. Bunga yang saatnya diserbuki
menjadi tak tersebuki sehingga banyak yang rontok. Untuk itulah diperlukan
maupun gelagar, baik yang terbuat dari bilahan bambu dengan tali.
2. Curah Hujan
Cabai keriting memerlukan curah hujan sebanyak 1.500 – 2.500 mm/tahun. Hujan
yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga cabai rontok dan bunga tidak
terserbuki oleh lebah. Air hujan yang menggenang di parit akan menyulitkan
pernafasan tanaman. Selain itu, hujan yang terus menerus akan mengakibatkan
Pengaturan iklim mikro untuk menekan resiko kegagalan karena hujan dilakukan
dengan:
3. Cahaya Matahari
Cahaya matahari penting bagi tanaman untuk fotosintesis, pembentukan bunga, serta
pembentukan dan pemasakan bunga cabai yang penting dari matahari adalah
intensitas cahaya yang cukup banyak. Apabila ternaungi pertumbuhan tanaman akan
(berair), bunga yang dihasilkan sedikit, umur panen lebih lama, dan kualitas maupun
10 - 12 jam penyinaran sehari. Di Indonesia hal ini akan terpenuhi karena lama
penyinaran di daerah ekuator sekitar 11 jam 53 menit dan sampai 12 jam 7 menit,
sedangkan pada lintang 10 0, lama penyinaran antara 11 jam 17 menit sampai 11 jam
33 menit. Cabai ini termasuk tanaman berhari netral, artinya dapat berbunga
Tanaman cabai keriting menghendaki suhu dan kelembaban yang tertentu. Suhu
untuk perkecambahan benih paling baik antara 250 – 300 C. Pada suhu < 15 0 C dan >
0
32 C. Buah yang dihasilkan kurang baik. Sebaiknya lokasi penanaman cabai
dibawah ketinggian 1.400 m dpl. Cabai keriting memerlukan kelembaban relatif 80%
dan sirkulasi udara yang lancar untuk pertumbuhannya. Adanya curah hujan yang
tinggi akan meningkatkan kelembaban dari sekitar pertanaman. Suhu dan kelembaban
dan bakteri.
20
Tanaman cabai merupakan salah satu jenis sayuran buah yang sudah sangat
dikenal oleh masyarakat. Rasa buahnya memberikan kesegaran pada tubuh dengan
cita rasa pedas. Cabai merupakan tanaman tahunan yang berumur pendek, tetapi
Tanaman cabai terdiri atas bagian akar, batang, daun, bunga, dan buah sebagai
bagian terpenting dari hasil utama produk. Bagian-bagian tubuh tumbuhan tersebut
2.3.1. Akar
Perakaran tanaman cabai keriting merupakan akar tunggang yang terdiri atas
akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-
serabut akar (akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35-50 cm. Akar lateral
2.3.2. Batang
banyak percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang batang biasanya tidak
melebihi 100 cm. Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian) dapat
Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada
batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul warna
coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan
jaringan parenkim.
Secara umum batang pada tanaman cabai memiliki fungsi sebagai berikut:
akar ke daun dan lintasan zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh
bagian tumbuhan.
daun.
22
2.3.3. Daun
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun
yang berbentuk oval, lonjong . Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau
muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada
bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan
daun cabai ada yang halus ada pula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai
fotosintesis, transpirasi dan sebagai alat pernapasan. Hasil fotosintesis berupa gula
(glukosa) dan oksigen. Glukosa hasil fotosintesis akan diangkut oleh pembuluh tapis
penguapan pada tumbuhan. Transpirasi dapat pula melalui batang, tetapi umumnya
berlangsung melalui daun. Melalui Transpirasi, air dari tumbuhan dalam bentuk uap
aliran air dan mineral dari akar, batang, dan tangkai daun terjadi secara terus
2.3.4. Bunga
Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama,
yaitu bentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas
Ateridae ( berbunga bintang ). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam
keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya
ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 - 20 mm.
tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga
betina dalam waktu yang sama ( atau hampir sama ) sehingga tanaman dapat
melakukan penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih
baik, penyerbukan silang lebih di utamakan. Karena itu, tanaman cabai yang di tanam
di lahan dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai
angin yang di butuhkan untuk penyerbukan antara 10-20 km/jam (angin sepoi-sepoi).
Angin yang terlalu kencang justru akan merusak tanaman. Sedangkan penyerbukan
24
yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik mendekati bunga tanaman cabai
Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan
memiliki banyak variasi. Menurut Sanders et.al. (1998), buah cabai terbagi dalam 11
tipe bentuk, yaitu serrano, cubanelle, cayenne, pimento, Anaheim chile, cherry,
jalapeno, elongate bell, ancho, banana, dan blocky bel. Namun menurut Peet (2001),
hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, dimana tipe elongate bell dan blocky beel
dianggap sama.
Bentuk buah cabai keriting, lurus dan berwarna merah cerah sehingga selalu
kelihatan segar, ukuran buah 14,5 cm, panjang dan diameter 0,9 cm. Daya simpan
tahan lebih lama dan tahan terhadap transportasi jauh. (Agus Andoko, 2002).
Fungsi pupuk adalah sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang
dan kalium. Sedangkan unsur sulfur, kalsium, magnesium, besi, tembaga, seng, dan
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang dirancang untuk memaksimalkan hasil
dan kualitas. Pupuk NPK Mutiara ini terdiri dari 4 jenis yaitu NPK Mutiara 16-16-16,
NPK Mutiara 15-15-15, NPK Mutiara 25-7-7, NPK Mutiara 14-14-21. Pupuk ini
memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengerut atau keriting terutama pada daun
tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul bercak-bercak merah
coklat. Selanjutnya, daun akan mengering, lalu mati. Buah tumbuh tidak sempurna,
kecil, mutu jelek, hasilnya rendah, dan tidak tahan simpan. Maka pupuk NPK Mutiara
16-16-16 sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan, kualitas dan produksi
tanaman cabai. Pada penelitian ini digunakan pupuk NPK Mutiara 16-16-16 sebab
Pupuk Mikro Primatan adalah pupuk mikro yang sangat baik untuk
memperbaiki sifat kimia dan biologi tanah mengandung unsur-unsur mikro lengkap
sehingga sangat perlu untuk meningkatkan hasil tanaman. Pupuk Mikro Primatan
pupuk atau nutrisi makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) lebih sering dipergunakan bila
26
panen dan sebagainya). Pupuk mikro tersusun dari unsur besi (Fe), Boron (B),
Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Seng (Zn), dan molibdenum (Mo), umumnya unsur
polisakarida, bagian pembentukan dari dinding sel dan metabolisme senyawa pektat.
Mangan berperanan dalam aktifasi beberapa enzim yang berkaitan dengan sintesis
asam lemak dan nukleotida serta memainkan peranan dalam respirasi serta
kloroplas plastosianin dalam sistem transport elektron dan penyusun beberapa enzim
prekursor (pra zat) dari IAA, bersama tembaga berperanan dalam penyusunan enzim
Unsur C dan O diserap oleh tanaman melalui udara dalam bentuk CO 2 yang
diambil melalui stomata dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air oleh akar
tanaman, unsur hara yang diserap dari larutan tanah dapat tersedia sekitar akar
melalui 3 proses yaitu aliran massa, difusi, dan intersepsi akar. (Purnomo,1995).
Cara masuknya unsur hara menuju akar tanaman melalui intersepsi akar,
difusi dan aliran massa yaitu gerakan unsur hara di dalam tanah menuju permukaan
28
akar tanaman bersama gerakan massa air. Air beserta unsur hara yang terlarut
didalamnya disebut dengan larutan tanah. Saat akar tanaman menyerap unsur hara
dari larutan tanah, unsur hara lain yang terlarut dalam air bergerak sebagai akibat
difusi, intersepsi akar merupakan proses penyediaan hara yang penting, yaitu unsur
BAB III
METODE PENELITIAN
- Tanah topsoil
Decis 2,5 EC
- Baktersida Agrimycin/Agrept
- Air
29
- Cangkul
- Parang
- Parang babat
- Gembor
- Schliper
- Alat ukur
- Hand sprayer
- Timbangan
- Gergaji, dan
- Alat tulis.
Rancangan yang digunakan untuk mengolah data dalam percobaan ini adalah
- N0 : Tanpa perlakuan
- M0 : Tanpa Perlakuan
sebagai berikut :
Dimana :
Yijk : Hasil pengamatan pada ulangan ke-i, diperlukan pupuk NPK Mutiara 16-
16-16 pada taraf ke-j dan pengaruh perlakuan pupuk Mikro Primatan taraf
ke-k
(aβ) jk : Efek dari interaksi pupuk NPK Mutiara 16-16-16 pada taraf ke-j dan
∑ijk : Efek error pada ulangan ke-I, perlakuan pupuk NPK Mutiara 16-16-16
pada taraf ke-j dan pupuk Mikro Primatan pada taraf ke-k
(t-1) (n-1) ≥ 15
(12-1) (n-1) ≥ 15
11 (n-1) ≥ 15
11- n (11) ≥ 15
11- n ≥ 15 + 11
n ≥ 26/11
n = 2,36
n = 3 ulangan
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN
menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin masih ada.
Bedengan atau guludan untuk penanaman pada musim hujan harus lebih
tinggi dan jarak antar bedengan sebaiknya sedikit lebih lebar dibandingkan bertanam
pada musim kemarau. Hal itu untuk menghindari terjadinya kelembapan permukaan
tanah yang tinggi yang dapat memacu perkembangan penyakit. Setelah media lahan
4.1.3. Drainase
Pada bedengan deretan di beri pagar kayu atau papan penahan erosi apabila
hujan tiba dan gangguan lainnya. Pembuatan parit drainase sebagai jalur aliran air
Benih yang akan dijadikan bibit adalah benih varietas cabai keriting Laris.
Bersertifikat cap panah merah dari PT. East Seed Indonesia dengan Kepmentan No. :
keriting Laris merupakan varietas cabai keriting bersari bebas. Varietas ini bisa
Karakteristik tanaman :
Keunggulan tanaman :
terbawa benih ada 3 macam perlakuan benih yang biasa dilakukan yaitu:
perkecambahan benih. Benih direndam dalam air hangat kuku selama 4 – 5 jam.
Setelah itu benih dibungkus dengan handuk basah atau kertas Koran yang
35
dibasahi, kemudian diperam dalam kaleng, handuk atau Koran tersebut dijaga
4-6 jam, kemudian pemeraman sama dengan perendaman dengan air hangat.
3. Pengadukan benih dengan fungisida dan bakterisida yaitu benih yang masih
dimasukkan sepucuk sendok teh fungisida Derasol dan sepucuk sendok teh
seluruh benih terselimuti fungisida dan bakterisida tadi. Setelah itu benih siap
Tanah untuk mengisi polibag adalah tanah Top Soil yang terlebih dahulu
dibersihkan dari kotoran – kotoran seperti gulma, akar, dan batu-batuan. Kemudian
tanah tersebut diisikan kedalam polibag lalu diberi sampai ketinggian 2 cm dibawah
permukaan bagian atas polibag. Polibag yang akan digunakan berwarna hitam dengan
ukuran 40 x 50 cm.
36
Setelah benih dibibitkan, pada umur sekitar 15-24 hari bibit dipindahkan ke
polibag. Bibit dipindahkan dengan cara mencabut dan menyertakan tanah sekitar akar
agar akar tidak rusak, lalu bibit dimasukkan kedalam polibag yang sudah disiapkan
lubang tanamnya dengan cara manual yang disesuaikan dengan panjang akar dan
tinggi bibit, kemudian tanah disekelilingnya dipadatkan dengan jari tangan agar tidak
dengan cara menyebar di atas permukaan tanah dalam polibag, dengan dosis
minggu sekali.
4.7.1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi hari dan pada sore hari, banyak
air yang diberikan pada tiap tanaman dalam polibag harus sama. Jika hujan turun
37
cukup lebat atau tanah dalam polibag masih cukup lembap maka tidak perlu
dilakukan penyiraman.
4.7.2. Penyisipan
Penyisipan adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak, atau
tanam karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang
pertumbuhannya tidak normal. Pertumbuhan yang tidak normal itu dapat terjadi
Bibit yang digunakan untuk penyisipan adalah bibit yang sengaja disisakan
atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan. Bibit yang
digunakan untuk penyisipan adalah bibit yang sama umurnya dengan tanaman yang
4.7.3. Penyiangan
Penyiangan cukup dilakukan dengan tangan atau dikorek dengan garpu pada
saat bersamaan lingkungan media pun harus di gemburkan agar tetap porus
Penyiangan dilakukan pada polibag maupun pada areal tanaman percobaan dengan
interval penyiangan 2 minggu sekali atau tergantung pada pertumbuhan gulma diareal
tanaman percobaan.
38
insektisida perfekthion 400 EC, Hostathion 40 EC, Desis 2,5 EC dan fungisida
Penyemprotan dilakukan 2 minggu sekali, dalam hal ini lebih diutamakan pencegahan
Tanaman sampel dalam setiap plot diambil secara acak sebanyak 3 tanaman.
Tanaman diukur dari patok nol ujung titik pengukuran dilakukan setelah bibit
berumur 4 minggu dengan interval 2 minggu sekali sampai bibit berumur 12 minggu
dilakukan 5 cm diatas leher dengan 2 arah saling tegak lurus kemudian dirata-
39
sampel diberi tanda. Pengukuran dilakukan 2 minggu sekali mulai bibit berumur 4
minggu sampai bibit berumur 12 minggu yaitu pada minggu ke 4, 6, 8, 10 dan 12.
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna,
termasuk daun yang gugur juga dihitung. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman
berumur 4 minggu dengan interval 2 minggu sekali sampai akhir penelitian yaitu
Berat buah dihitung pada akhir penelitian atau pada saat hasil produksi panen
pertama.
BAB V
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari data rataan pengaruh
pemberian Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan serta interaksi
keduanya pada parameter yang diamati seperti tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
cabang, jumlah bunga, dan berat buah tanaman sampel dapat dilihat pada Lampiran 4
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman umur 4 sampai 12
minggu dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai Lampiran 8. Untuk perlakuan Pupuk
NPK Mutiara 16-16-16 pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak
41
nyata dan Pupuk Mikro Primatan pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang
sangat nyata , sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari tinggi tanaman cabai pada perlakuan
Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan dapat dilihat nilai tertinggi
dan nilai terendah pada tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada
N3M0 sebesar 163,15 cm dan nilai terendah pada N1M2 sebesar 128,34 cm. Dari
hasil rataan pada tinggi tanaman cabai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1.
Perlakuan M0 M1 M2 Rataan
N0 161,73 149,00 140,97 151,04
N1 158,49 138,85 128,34 141,89
N2 161,43 137,81 128,48 142,57
N3 163,15 141,29 131,85 144,96
Rataan 161,20 141,74 132,41 48,37
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam diameter batang umur 4 sampai 12
minggu dapat dilihat pada lampiran 9 sampai lampiran 13. Untuk perlakuan Pupuk
NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan pada umur 12 minggu
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari diameter batang cabai pada
perlakuan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan dapat dilihat
nilai tertinggi dan nilai terendah pada tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai
tertinggi pada N1M1 sebesar 14,70 mm dan nilai terendah pada N3M0 sebesar
11,60 mm. Dari hasil rataan pada diameter batang cabai tersebut dapat dilihat pada
tabel 5.2.
Perlakuan M0 M1 M2 Rataan
N0 14.30 14.70 13.00 14.00
N1 14.40 14.30 13.60 14.10
N2 12.90 12.90 13.70 13.17
N3 11.60 13.70 12.70 12.67
Rataan 13.30 13.90 13.25 4.49
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah daun umur 4 sampai 12
minggu dapat dilihat pada Lampiran 14 sampai Lampiran 18. Untuk perlakuan Pupuk
NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan pada umur 12 minggu
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah daun cabai pada perlakuan
Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan dapat dilihat nilai tertinggi
dan nilai terendah pada tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada
N1M0 sebesar 608,65 helai dan nilai terendah pada N3M0 sebesar 401,98 helai.
Dari hasil rataan pada jumlah daun cabai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.3.
Perlakuan M0 M1 M2 Rataan
N0 477,66 415,99 453,32 448,97
N1 608,65 530,65 442,65 527,32
N2 494,65 491,32 475,99 496,65
N3 401,98 507,32 503,99 471,09
Rataan 495,73 486,32 468,99 161,23
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah cabang umur 12 minggu
dapat dilihat pada Lampiran 19. Untuk perlakuan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16
pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak nyata dan untuk perlakuan
Pupuk Mikro Primatan pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah cabang cabai pada perlakuan
Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan dapat dilihat nilai tertinggi
44
dan nilai terendah pada tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada
N2M2 sebesar 28,20 tangkai dan nilai terendah pada N0M0 sebesar 23,00. Dari
hasil rataan pada jumlah cabang cabai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.4.
Perlakuan M0 M1 M2 Rataan
N0 23,00 25,20 27,40 25,20
N1 23,80 26,00 27,80 25,87
N2 23,60 24,20 28,20 25,33
N3 24,80 26,20 27,80 26,27
Rataan 23,80 25,40 27,80 8,65
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah bunga umur 12 minggu
dapat dilihat pada Lampiran 20. Untuk perlakuan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan
Pupuk Mikro Primatan pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah bunga cabai pada perlakuan
Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan dapat dilihat nilai tertinggi
dan nilai terendah pada cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada N3M2
45
sebesar 10,00 bunga dan nilai terendah pada N0M2 sebesar 4,00 bunga. Dari hasil
rataan pada jumlah bunga cabai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.5.
Perlakuan M0 M1 M2 Rataan
N0 8,00 9,00 4,00 7,00
N1 6,00 8,00 6,00 6,67
N2 7,00 6,00 7,00 6,67
N3 5,00 5,00 10,00 6,67
Rataan 6,75 7,00 6,75 2,25
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam Berat buah tanaman sampel umur
12 minggu dapat dilihat pada Lampiran 21. Untuk perlakuan Pupuk NPK Mutiara 16-
16-16 pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dan untuk
perlakuan Pupuk Mikro Primatan pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang
Dengan adanya hasil uji beda rataan dari Berat buah tanaman sampel cabai
pada perlakuan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan dapat
dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah pada cabai berumur 12 minggu yaitu nilai
tertinggi pada N2M2 sebesar 79,80 gr dan nilai terendah pada N0M0 sebesar 63,80
46
gr. Dari hasil rataan pada Berat buah tanaman sampel cabai tersebut dapat dilihat
Tabel 5.6. : Rataan Berat buah tanaman sampel Cabai Umur 12 MST.
Perlakuan M0 M1 M2 Rataan
N0 63,80 67,00 70,60 67,13
N1 72,00 69,00 72,20 71,07
N2 74,40 74,60 79,80 76,27
N3 78,20 78,20 78,40 78,27
Rataan 72,10 72,20 75,25 24,39
5.2. Pembahasan
5.2.1 Pengaruh pupuk NPK mutiara 16-16-16 terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman cabai
Dari hasil pengamatan pada penelitian pengaruh pupuk NPK Mutiara 16-16-
sangat nyata terhadap parameter berat buah tanaman sampel, sedangkan terhadap
parameter tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah cabang dan jumlah
terhadap berat buah tanaman sampel. Hal ini di akibatkan pemberian pupuk NPK
fotositensis, dengan adanya Nitrogen maka lebih banyak hasil fotosintesis di alirkan
protein, lemak vitamin dan zat lainnya akan disimpan dalam pembentukan buah.
Dari seluruh parameter yang tidak menunjukkan pengaruh yang nyata seperti
tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah cabang, dan jumlah bunga di
(Andoko Agus, 2002). Hal ini dapat dimengerti bahwa tanaman yang digunakan
dalam penelitian ini berasal dari satu varietas, sehingga potensi genetiknya sama.
5.2.2. Pengaruh pupuk mikro primatan terhadap pertumbuhan dan produksi cabai.
cabang, serta berpengaruh nyata terhadap berat buah tanaman sampel. Namun
demikian diameter batang, jumlah daun, dan jumlah bunga pengaruhnya tidak nyata.
Jarak tanam berpengaruh sangat nyata pada umur 4-12 MST terhadap tinggi
tanaman. Hal ini disebabkan oleh jumlah populasi tanaman per satu satuan luas,
dimana semakin banyak populasi tanaman per satu satuan luas akan mengakibatkan
timbulnya persaingan ketat diantara tanaman dalam memperoleh unsur hara, air dan
cahaya matahari. Dengan cahaya yang kurang maka auksin tanaman aktif sehingga
pada perlakuan N3 (20 gr/polibag). Hal ini menunjukkan bahwa semakin padat
48
populasi tanaman per satu satuan luas tanaman akan semakin tinggi sebagai berusaha
lebih tinggi.
Pengaruh Pupuk Mikro Primatan sangat nyata terhadap jumlah cabang cabai
tergolong tipe tegak dimana cabang-cabang yang terbentuk dari cabang utama.
Pembentukan cabang pada cabai dipengaruhi oleh Pupuk Mikro Primatan, dimana
semakin populasi dalam satuan luas tertentu maka jumlah cabang yang terbentuk
semakin sedikit. Hal ini dapat dimengerti karena terjadinya persaingan antara
tanaman dalam memperoleh faktor pertumbuhan, antara lain cahaya matahari, air dan
unsur hara.
berat buah tanaman sampel. Hal ini di duga karena Pupuk Mikro Primatan yang
batang jumlah daun dan jumlah bunga. Hal ini diduga karena diameter batang, jumlah
daun dan jumlah bunga dikendalikan oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan
tanaman itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Andoko Agus (2002), yang
potensial untuk jumlah bunga , jumlah asimilasi yang diproduksi dan pembagian
fotosintat.
5.2.3. Interaksi pemberian pupuk NPK mutiara 16-16-16 dengan pupuk mikro
primatan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai.
Dari hasil analisis sidik ragam interaksi Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan
Pupuk Mikro Primatan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua
dibandingkan faktor lain, sehingga faktor yang lain tersebut tertutup dan masing-
masing faktor bekerja sendiri-sendiri. Atau dengan kata lain masing masing perlakuan
baik Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 tidak dipengaruhi oleh Pupuk Mikro Primatan
demikian sebaliknya.
- Struktur tanah
- Apakah tanah itu lengkap mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh
tanaman.
Menurut Mulyani Sutedjo (2008), bahwa pada Pupuk Mikro primatan terdapat
unsur Natrium yang ikut dalam proses fisiologi dengan kalium yaitu menghalangi
BAB VI
6.1. Kesimpulan
namun ada juga pengaruh yang nyata terhadap parameter berat buah
3. Interaksi Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan tidak
tertinggi yaitu tinggi tanaman N3M0 = 163,15 cm, diameter batang N1M1
=14,70 mm, jumlah daun N1M0 = 608,65 helai, jumlah cabang N2M2
51
=28,20 tangkai, jumlah bunga N3M2 = 10,00 bunga, berat buah tanaman
6.2. Saran
1. Untuk penggunaan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 lebih baik melalui tanah
minimal 2 gr / polibag.
52
DAFTAR PUSTAKA
Andoko Agus. 2002. Budidaya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Foth H.D.2001. Dasar- dasar Ilmu Tanah. Diterjamahkan Purbayanti, E.D, Lukiwati,
D.R, dan Trimulatsih, R. Gaja Mada University Press, Yogyakarta.
Hanafiah Kemas Ali. 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja
Grafindo persada, Jakarta.
Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Mulyani Sutedjo, Ir, 2008, Pupuk Dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta, Jakarta
Prajnanta Final. 2008. Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim Hujan. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Cabai. CV. Yrama Widya,
Bandung.