Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dari family terong-

terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua

Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke Negara-negara benua

Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.

Cabai merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan

secara komersial di Negara-negara tropis. Tercatat berbagai spesies cabai

yang telah didomestikasi, namun hanya Capsicum annuum L. dan C.

frutescens L. yang memiliki potensi ekonomis (Sulandari, 2001). Cabai yang

dibudidayakan secara luas di Indonesia juga termasuk kedua spesies ini. Cabai

besar dan cabai keriting, misalnya, termasuk spesies C. annuum sedangkan

cabai rawit termasuk C. frutecens.

Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya.

Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di negara asalnya.

Masyarakat pada umumnya hanya beberapa jenis saja yakni cabai besar, cabai

keriting, cabai rawit dan paprika. Secara umum cabai memiliki banyak
2

kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat,

kalsium, vitamin A, B1 dan vitamin C

Cabai keriting memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan cabai merah

lainnya. Walaupun begitu, rasanya lebih pedas dan aromanya lebih tajam.

Bentuk fisiknya berkelok-kelok seperti keris sehingga disebut cabai keriting

Tanaman cabai dapat tumbuh di daerah dataran rendah maupun

dataran tinggi dan juga tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya

humus, gembur, dan sarang serta tidak tergenang air dengan pH tanah yang

ideal sekitar 5-6. ( Anonim, 2012 ).

Pada penelitian ini pemberian pupuk akan sangat mempengaruhi dari

pertumbuhan tanaman tersebut selain faktor-faktor yang lain, hal ini

dikarenakan pupuk sebagai salah satu pemberian unsur-unsur nutrisi yang

diperlukan oleh tanaman. Penggunaan pupuk pada penelitian ini adalah pupuk

NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan. Pupuk NPK Mutiara 16-

16-16 adalah pupuk yang mempunyai kombinasi nitrogen (N), fosfor (P) dan

kalium (K) yang dirancang untuk memaksimalkan hasil dan kualitas tanaman.

Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 merupakan pupuk majemuk yang di buat dari

bahan-bahan bermutu dan berkualitas. Komposisi unsur hara pada pupuk NPK

Mutiara 16-16-16 dapat disesuaikan dengan jenis tanah dan jenis tanaman

yang di budidayakan.
3

Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dibuat melalui proses industri

berteknologi sehingga dihasilkan butiran yang homogen. Dalam pertanian

unsur mikro dan makro harus seimbang, hal ini dikarenakan tanaman

menyerap unsur-unsur tersebut untuk melakukan pertumbuhan . Pertumbuhan

tanaman itu sebagian besar terdiri atas tiga unsur yaitu C 43,6 %, O 44,4 %

dan H 6,2 %. Unsur-unsur tersebut diambil oleh tanaman dari udara berupa

CO2 dan O2 serta dari tanah berupa H2O. Sedangkan Pupuk Mikro Primatan

ini adalah pupuk mikro serba guna yang mengandung unsur-unsur yang

sangat di butuhkan oleh tanaman. Terutama tanaman padi, sayuran maupun

pada tanaman perkebunan. Pertumbuhan suatu tanaman akan maksimal

apabila unsur-unsur nutrisi dalam tanah terpenuhi secara merata. Dalam hal

ini unsur mikro dan unsur makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

tanaman ketersediannya harus seimbang.

Bunga tanaman cabai terbentuk pada umur 23-31 hari setelah tanam

(HST). Pembentukan buah dimulai pada umur 29-40 hari setelah tanam, buah

matang dalam waktu 34-40 hari setelah pembuahan. Adapun suhu bulanan

yang dibutuhkan selama proses pembuahan berkisar antara 210 - 280 C

(Tim Bina Karya Tani, 2008).


4

Berdasarkan hal diatas maka saya melakukan penelitian “Pengaruh

Pemberian Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 Dan Pupuk Mikro Primatan

Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum Annuum L)

Varietas Cabai Keriting Laris Dalam polibag”.

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun indentifikasi masalah penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh pemberian pupuk NPK Mutiara 16-16-16 terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman cabai dalam polibag?

2. Apakah ada pengaruh pemberian pupuk Mikro Primatan terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman cabai dalam polibag?

3. Apakah ada interaksi atas pemberian pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan

Pupuk Mikro Primatan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai

dalam polibag?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana pemberian Pupuk NPK Mutiara 16-16-16

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai dalam polibag.


5

2. Untuk mengetahui sejauh mana pemberian Pupuk mikro Primatan

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai dalam polibag.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu interaksi antara pemberian

Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman cabai dalam polibag.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai bahan penelitian ilmiah dalam penyusunan skripsi untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

(STIPER) Labuhanbatu, Yayasan Universitas Labuhanbatu.

2. Sebagai bahan informasi tambahan pada semua pihak yang

membutuhkannya, terutama bagi saya sendiri dan yang bergerak dibidang

budidaya Cabai (Capsicum Annuum L).


6

1.5. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan pondasi utama untuk sepenuhnya

proyek penelitian itu ditujukan hal ini merupakan jaringan hubungan antar

variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari

perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses secara penelitian

langsung.

Kerangka pemikiran ini mengemukakan tentang variabel yang di teliti

yaitu Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan merupakan

variabel bebas, serta pertumbuhan dan produksi tanaman Cabai merupakan

variabel terikat, secara sederhana kerangka pemikiran didalam penelitian ini

dapat dilihat dalam gambar berikut:


7

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

Pupuk NPK Mutiara


16-16-16
Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabai

Pupuk Mikro Primatan


Pelaksanaan Penelitian

Parameter yang diamati yaitu : - Tinggi Tanaman


Diameter Batang
Jumlah Daun
Jumlah Cabang
Jumlah Bunga
Berat Buah Tanaman Sampel

Metode Penelitian
Rancangan Acak Lengkap

Metode Analisa
Sidik Ragam Linier
8

1.6. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Ada pengaruh Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman cabai dalam polibag

2. Ada pengaruh Pupuk Mikro Primatan terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman cabai dalam polibag

3. Ada pengaruh interaksi pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan pupuk mikro

primatan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai dalam

polibag.

1.7. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitan ini dilaksanakan di JI. Padang Pasir, Lingkungan Urung

Kompas Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhanbatu dengan

tofografi datar dan jenis tanah top soil yang berada pada ketinggian ± 50 m

dari permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai

dengan bulan Maret 2013.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika

Sistematika tanaman cabai menurut klasifikasi botani sebagai berikut:

Kingdom : Plantarum

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Subkelas : Metachlamidae

Ordo : Tubiflorae (Solanales)

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annuum L (Setiadi, 2002)

2.2. Syarat Tumbuh

Untuk budidaya tanaman cabai perlu pemilihan lokasi pertanaman yang tepat

agar hasil usaha tersebut mendatangkan hasil yang diinginkan. Tanaman cabai

memerlukan persyaratan tumbuh yang sesuai dengan hidupnya, walaupun tanaman

ini memiliki daya penyesuaian yang cukup baik.


10

Tanaman cabai dapat tumbuh subur di berbagai ketinggian tempat, mulai dari

dataran rendah sampai dataran tinggi, bergantung pada varietasnya. Sebagian besar

sentra produsen cabai berada didataran tinggi dengan ketinggian antara 1.000 – 1.250

meter dari permukaan laut (dpl).

Tanaman cabai tidak tahan hujan. Terhadap sinar matahari yang terik pun

tidak tahan. Inilah sebabnya, cabai lebih memuaskan ditanam di daerah yang kering

dan sejuk dari pegunungan, dari pada dataran rendah. Walaupun di dataran rendah

yang panas kadang-kadang dapat juga diperoleh hasil yang memuaskan, namun di

daerah pegunungan buahnya dapat lebih besar. Rata-rata suhu yang baik adalah 21 0 –

280C. Suhu udara yang terlalu tinggi menyebabkan buahnya sedikit. Suhu panas

terutama diperlukan pada waktu berbunga. (Prajnanta Final, 2008).

2.2.1. Tanah

Tanah yang dikehendaki adalah bersolom dalam, jeluk lapisan padas lebih

dari 1 m, permukaan air tanah rendah yaitu 1 m. Sangat toleran terhadap keasaman

tanah, dapat tumbuh pada hingga 8,0.(Anonim, 2012)

Tanaman cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah

vulkanis muda ataupun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah

vukanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik, terutama dari segi

struktur, tekstur, solom, kedalaman air tanah, aerase, dan drainasenya .


11

Tanaman cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah berpasir

hingga laterit merah dan podzolit kuning, tanah abu gunung, tanah berliat.

Tampaknya tanaman cabai tidak memerlukan kesuburan tanah yang khusus ataupun

topografi tertentu.

Syarat tanah ideal untuk tanaman cabai adalah subur, gembur dan banyak

mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata udara dalam

tanah berjalan dengan baik dan pH antara 6-7. cabai dapat ditanam pada berbagai

jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah lempung

berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu

pengelolahan secara sempurna antara lain pengelolahan tanah yang cukup.

(Anonim, 2012)

Tanah yang paling baik untuk tanaman cabai sudah tentu tanah yang subur.

yang dimaksud dengan tanah subur adalah tanah yang akan kaya zat hara yang sangat

dibutuhkan oleh tanaman. Tapi kesuburan tanah juga belum cukup menjamin

berhasilnya tanaman. selain menghendaki tanah yang subur, tanaman cabai juga

membutuhkan air yang cukup dan kepadatan tanah yang memadai pula

(Anonim, 2012).

Tanah merupakan tempat bertumpunya tanaman agar dapat tumbuh dengan

tegak. Hal ini berhubungan dengan kinerja akar dalam tanah. Oleh sebab itu, tanah

harus menyediakan ruang yang cukup bagi perakaran tanaman. Pada teknik
12

penanaman cabai di dalam polibag perlu diperhatikan ukuran wadah yang tidak

terlalu sempit sehingga tidak mengganggu perakaran.

Kelembaban tanah harus cukup dengan ditandai oleh kandungan air yang

tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Normal tidaknya kelembaban tanah dan

gembur tidaknya tanah dapat diamati dengan menguji daya serap tanah terhadap air.

Caranya adalah tanah disiram air, lalu perhatikan lamanya air tersebut terserap ke

dalam tanah. Apabila kedalaman penyerapan antara 0,2 – 20 cm berlangsung paling

lama satu jam, maka tanah masih bisa dikatakan cukup mampu menjaga kelembaban.

Apabila lebih dari itu berarti tanahnya tergolong liat dan bisa membuat tanah becek

(Anonim, 2012).

Faktor tanah yang perlu diperhatikan dalam budidaya cabai yaitu jenis tanah

dan derajat keasaman (pH) tanah. Mulai dari tanah andosol yang berwarna gelap

(menunjukkan kaya bahan organik) sampai tanah latosol, regosol, ultisol hingga

grumosol dapat ditanami cabai. Namun bagaimanapun juga tanah yang paling sesuai

untuk cabai keriting adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat

dan tidak terlalu porus, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah

mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia (H. D. Foth, 2001).
13

Jenis-jenis tanah yang ada di alam ini sangat beranekaragam sehingga

tumbuhan yang tumbuh juga sangat beragam. Beberapa jenis tanah yang ada di

Indonesia antara lain:

1. Tanah Humus

Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang

pohon dihutan tropis yang lebat.

2. Tanah Pasir

Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian karena terbentuk

dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.

3. Tanah Alluvial/Tanah Endapan

Tanah alluvial adalah tanah yang dibentuk dari Lumpur sungai yang mengendap di

dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan

pertanian.

4. Tanah Podzolit

Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan

curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah/tinggi


14

5. Tanah Vulkanik/Tanah Gunung Berapi

Tanah vulkanik adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung

berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat

dijumpai disekitar lereng gunung berapi.

6. Tanah Laterit

Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara,

namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.

Contoh tanah ini yaitu di Kalimantan Barat dan Lampung.

7. Tanah Mediteran/Tanah Kapur

Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan

batuan kapur. Contoh tanah ini yaitu di Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan

Jawa Timur.

8. Tanah Gambut/Tanah Organosol

Tanah gambut adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang

merupakan hasil bentukan pelapukan rawa. Contoh tanah ini yaitu di Kalimantan,

Papua, dan Sumatera.

Tanah yang terlalu liat kurang baik untuk ditanami cabai keriting karena sulit

diolah dan drainasenya jelek sehingga pernapasan akar tanaman dapat terganggu.

Tanah yang liat dan padat juga menyulitkan akar dalam mencari makanan. Tanah
15

yang biasa selalu banyak pasir kurang baik untuk cabai keriting karena mempunyai

daya memegang air (water holding capacity) yang rendah, akibatnya tanah cepat

kering meskipun sering diairi dan bila dipupuk maka akan mudah tercuci atau hilang.

Penambahan pupuk kandang 18-27 ton/ha akan memperbaiki struktur tanah yang

remah sehingga sesuai untuk pertumbuhan dan produksi tanaman cabai keriting

(Foth, 2001).

Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya tanaman cabai

keriting berkisar antara 5,5 - 6,8 dengan pH optimum 6,0 - 6,5 pada umumnya tanah

di Indonesia ber-pH optimum 6,0 - 6,5 Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH

rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5 sehingga tanah ber-pH 6,0 – 6,5 sering kali

dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak asam.

Derajat keasaman tanah merupakan faktor penting yang harus dipahami

sebelum dilakukan teknis budidaya:

1. Mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman amat

dipengaruhi Ph.

2. Kemungkinan adanya unsur beracun dapat diketahui melalui ph.

3. Perkembangan mikro organisme dipengaruhi Ph.

Mayoritas tanah di Indonesia tergolong asam. Untuk meningkatkan pH tanah

dapat ditambahkan kapur pertanian. Adapun tanah yang terlalu basa (alkalis) dapat

diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang (S) (H. D. Foth, 2001).


16

2.2.2. Air

Air merupakan unsur vital bagi keberhasilan bertanam cabai keriting. Air

berfungsi sebagai pelarut unsur hara yang terdapat didalam tanah, sebagai media

pengangkut unsur hara tersebut ke organ tanaman, serta pengisi cairan tubuh

tanaman. Peranannya pun cukup penting dalam proses fotosintensis

(pemasakan makanan) dan proses pernafasan (respirasi) (Marsono dan Sigit 2001).

Pada prinsipnya semua jenis tanaman memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya

mulai dari perkecambahan sampai panen. Dalam jaringan tanaman secara fungsional

air berperan sebagai pelarut dalam proses fisiologis dan merupakan alat yang dapat

membawa zat hara serta gas dari luar ke dalam jaringan tanaman (Anonim, 2012).

Air adalah suatu unsur yang menentukan mati/hidupnya tanaman. Telah

ditentukan secara umum, bahwa tanaman hanya dapat mengisap garam-garam

mineral dari larutan didalam tanah melalui air. Di sinilah peranan air bagi kehidupan

tumbuh-tumbuhan.

Seperti lazimnya tanaman lain, tanaman cabai juga sangat membutuhkan air.

Air berfungsi sebagai media pengangkutan unsur – unsur hara yang ada di dalam

tanah, pelarut sel tanaman, dan bahan pembentuk senyawa baru.

Air yang digunakan sebaiknya tidak mengandung kadar garam terlalu tinggi.

Sel – sel tanaman cabai sangat rentan terhadap pengaruh kadar garam. Tanaman cabai
17

pada larutan dengan kadar garam tinggi dapat terhambat pertumbuhannya, bahkan

mati. Selain itu, air yang digunakan sebaiknya bebas dari polutan dan logam berat.

2.2.3. Iklim

Faktor-faktor iklim yang penting dalam usaha budidaya cabai keriting adalah

angin, curah hujan, cahaya matahari, suhu dan kelembaban.

1. Angin

Angin yang bertiup sepoi-sepoi akan membawa uap air dan melindungi tanaman dari

terik matahari, sehingga penguapan yang berlebihan akan berkurang pada saat

mendung dan diselingi hujan, biasanya lebah penyerbuk jarang muncul dipertanaman,

dalam keadaan ini angin berperan penting sebagai perantara penyerbukan, meskipun

peranannya tidak besar bila dibandingkan lebah. Angin yang kencang akan

merugikan karena dapat merusak tanaman

Namun angin yang kencang justru akan merugikan karena dapat merusak

pertanaman. Cabang atau dahan akan mudah patah. Bunga yang saatnya diserbuki

menjadi tak tersebuki sehingga banyak yang rontok. Untuk itulah diperlukan

antisipasi pengaturan mikroklimat dengan pemberian penopang tanaman berupa air

maupun gelagar, baik yang terbuat dari bilahan bambu dengan tali.

(Marsono dan Sigit, 2001).


18

2. Curah Hujan

Pada umumnya dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman temperatur dan

kelembapan lingkungan merupakan faktor penting. Tanaman cabai tidak menyukai

curah hujan yang lebat

Cabai keriting memerlukan curah hujan sebanyak 1.500 – 2.500 mm/tahun. Hujan

yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga cabai rontok dan bunga tidak

terserbuki oleh lebah. Air hujan yang menggenang di parit akan menyulitkan

pernafasan tanaman. Selain itu, hujan yang terus menerus akan mengakibatkan

kelembaban disekitar pertanaman.

Pengaturan iklim mikro untuk menekan resiko kegagalan karena hujan dilakukan

dengan:

1. Membuat parit/got pembuangan air yang lebih lebar dan dalam.

2. Membuat bedengan yang lebih tinggi.

3. Pengaturan jarak tanam yang lebih lebar.

3. Cahaya Matahari

Cahaya matahari penting bagi tanaman untuk fotosintesis, pembentukan bunga, serta

pembentukan dan pemasakan bunga cabai yang penting dari matahari adalah

intensitas cahaya. Untuk pembungaan yang normal, cabai keriting memerlukan

intensitas cahaya yang cukup banyak. Apabila ternaungi pertumbuhan tanaman akan

terhambat dengan ciri-ciri : pertumbuhan meninggi, daun lemas, batang sekulen


19

(berair), bunga yang dihasilkan sedikit, umur panen lebih lama, dan kualitas maupun

kuantitas produksi sangat kurang.

Lama penyinaran (fotoperodisitas) yang dibutuhkan tanaman cabai keriting antara

10 - 12 jam penyinaran sehari. Di Indonesia hal ini akan terpenuhi karena lama

penyinaran di daerah ekuator sekitar 11 jam 53 menit dan sampai 12 jam 7 menit,

sedangkan pada lintang 10 0, lama penyinaran antara 11 jam 17 menit sampai 11 jam

33 menit. Cabai ini termasuk tanaman berhari netral, artinya dapat berbunga

sepanjang tahun baik pada hari-hari pendek maupun hari-hari panjang.

(Marsono dan Sigit, 2001).

4. Suhu dan Kelembaban

Tanaman cabai keriting menghendaki suhu dan kelembaban yang tertentu. Suhu

untuk perkecambahan benih paling baik antara 250 – 300 C. Pada suhu < 15 0 C dan >
0
32 C. Buah yang dihasilkan kurang baik. Sebaiknya lokasi penanaman cabai

dibawah ketinggian 1.400 m dpl. Cabai keriting memerlukan kelembaban relatif 80%

dan sirkulasi udara yang lancar untuk pertumbuhannya. Adanya curah hujan yang

tinggi akan meningkatkan kelembaban dari sekitar pertanaman. Suhu dan kelembaban

yang tinggi akan meningkatkan intensitas serangan bakteri. Pseudomonas

solanacearum penyebab layu akar serta merangsang perkembangbiakan cendawan

dan bakteri.
20

2.3. Morfologi Tanaman Cabai

Tanaman cabai merupakan salah satu jenis sayuran buah yang sudah sangat

dikenal oleh masyarakat. Rasa buahnya memberikan kesegaran pada tubuh dengan

cita rasa pedas. Cabai merupakan tanaman tahunan yang berumur pendek, tetapi

umumnya tumbuh setahun berbentuk perdu.

Tanaman cabai terdiri atas bagian akar, batang, daun, bunga, dan buah sebagai

bagian terpenting dari hasil utama produk. Bagian-bagian tubuh tumbuhan tersebut

berperan dalam aktivitas hidup tumbuhan, seperti penyerapan air, pernapasan,

fotosintesis, pengangkutan zat makanan, dan perkembangbiakan. ( Anonim, 2012 ).

2.3.1. Akar

Perakaran tanaman cabai keriting merupakan akar tunggang yang terdiri atas

akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-

serabut akar (akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35-50 cm. Akar lateral

menyebar 35-45 cm. (Setiadi, 2002).

Akar merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai berikut:

- Untuk menyerap air dan garam-garam mineral (zat-zat

hara) dari dalam tanah.

- Untuk menunjang dan memperkokoh berdirinya

tumbuhan di tempat hidupnya.


21

- Pada beberapa jenis tumbuhan akar berfungsi sebagai alat

bernapas, misalnya pada tumbuhan bakau. (Anonim, 2012).

2.3.2. Batang

Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu.

Biasanya, batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk

banyak percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang batang biasanya tidak

melebihi 100 cm. Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian) dapat

mencapai 2 meter bahkan lebih.

Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada

batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul warna

coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan

jaringan parenkim.

Secara umum batang pada tanaman cabai memiliki fungsi sebagai berikut:

- Batang merupakan organ lintasan air dan mineral dari

akar ke daun dan lintasan zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh

bagian tumbuhan.

- Batang merupakan organ pembentuk dan penyangga

daun.
22

2.3.3. Daun

Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun

yang berbentuk oval, lonjong . Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau

muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada

bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan

daun cabai ada yang halus ada pula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai

antara 3 – 11 cm, dengan lebar antara 1 - 5 cm.

Daun merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat

fotosintesis, transpirasi dan sebagai alat pernapasan. Hasil fotosintesis berupa gula

(glukosa) dan oksigen. Glukosa hasil fotosintesis akan diangkut oleh pembuluh tapis

dan diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan. Oksigen dikeluarkan melalui stomata

daun dan sebagian digunakan untuk respirasi sel-sel daun.

Daun juga berperan penting dalam transpirasi. Transpirasi adalah peristiwa

penguapan pada tumbuhan. Transpirasi dapat pula melalui batang, tetapi umumnya

berlangsung melalui daun. Melalui Transpirasi, air dari tumbuhan dalam bentuk uap

air akan dikeluarkan melalui sCabaia ke udara. Adanya transpirasi menyebabkan

aliran air dan mineral dari akar, batang, dan tangkai daun terjadi secara terus

menerus. (Anonim, 2012).


23

2.3.4. Bunga

Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama,

yaitu bentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas

Ateridae ( berbunga bintang ). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam

keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya

terdapat 2 - 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam

ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 - 20 mm.

Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempurna, artinya dalam satu

tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga

betina dalam waktu yang sama ( atau hampir sama ) sehingga tanaman dapat

melakukan penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih

baik, penyerbukan silang lebih di utamakan. Karena itu, tanaman cabai yang di tanam

di lahan dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai

yang ditanam sendirian.

Penyerbukan tanaman cabai biasanya dibantu angin atau lebah. Kecepatan

angin yang di butuhkan untuk penyerbukan antara 10-20 km/jam (angin sepoi-sepoi).

Angin yang terlalu kencang justru akan merusak tanaman. Sedangkan penyerbukan
24

yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik mendekati bunga tanaman cabai

yang menarik penampilannya dan terdapat madu di dalamnya.

2.3.5. Buah dan biji

Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan

memiliki banyak variasi. Menurut Sanders et.al. (1998), buah cabai terbagi dalam 11

tipe bentuk, yaitu serrano, cubanelle, cayenne, pimento, Anaheim chile, cherry,

jalapeno, elongate bell, ancho, banana, dan blocky bel. Namun menurut Peet (2001),

hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, dimana tipe elongate bell dan blocky beel

dianggap sama.

Bentuk buah cabai keriting, lurus dan berwarna merah cerah sehingga selalu

kelihatan segar, ukuran buah 14,5 cm, panjang dan diameter 0,9 cm. Daya simpan

tahan lebih lama dan tahan terhadap transportasi jauh. (Agus Andoko, 2002).

2.4. Peranan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16

Fungsi pupuk adalah sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang

diperlukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur nitrogen, fosfor

dan kalium. Sedangkan unsur sulfur, kalsium, magnesium, besi, tembaga, seng, dan

boron merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (mikronutrien).


25

Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 adalah pupuk yang mempunyai kombinasi

nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang dirancang untuk memaksimalkan hasil

dan kualitas. Pupuk NPK Mutiara ini terdiri dari 4 jenis yaitu NPK Mutiara 16-16-16,

NPK Mutiara 15-15-15, NPK Mutiara 25-7-7, NPK Mutiara 14-14-21. Pupuk ini

diberikan 2 minggu sekali terhadap tanaman dengan dosis 15 gr/polibag.

Tanaman yang kekurangan pupuk NPK Mutiara 16-16-16 akan

memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengerut atau keriting terutama pada daun

tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul bercak-bercak merah

coklat. Selanjutnya, daun akan mengering, lalu mati. Buah tumbuh tidak sempurna,

kecil, mutu jelek, hasilnya rendah, dan tidak tahan simpan. Maka pupuk NPK Mutiara

16-16-16 sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan, kualitas dan produksi

tanaman cabai. Pada penelitian ini digunakan pupuk NPK Mutiara 16-16-16 sebab

unsur haranya lebih tinggi meskipun kandungan zat haranya sama.

2.5. Peranan Pupuk Mikro Primatan

Pupuk Mikro Primatan adalah pupuk mikro yang sangat baik untuk

memperbaiki sifat kimia dan biologi tanah mengandung unsur-unsur mikro lengkap

sehingga sangat perlu untuk meningkatkan hasil tanaman. Pupuk Mikro Primatan

diberikan pada tanaman 2 minggu sekali dengan dosis 2 gr/polibag. Penggunaan

pupuk atau nutrisi makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) lebih sering dipergunakan bila
26

dibandingkan dengan penggunaan pupuk mikro. Walaupun demikian pupuk mikro

mempunyai peranan dalam meningkatkan penampilan tanaman (kualitas daun, hasil

panen dan sebagainya). Pupuk mikro tersusun dari unsur besi (Fe), Boron (B),

Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Seng (Zn), dan molibdenum (Mo), umumnya unsur

mikro ini tersedia pada pH tanah antara 5-6.

Besi mempunyai peranan dalam menyusun enzim-enzim pada transport

elektron, pembentukan ultra struktur kloroplas, penyusun enzim-enzim katalase dan

peroksidase, dan sebagainya. Boron, mengendalikan transport gula, pembentukan

polisakarida, bagian pembentukan dari dinding sel dan metabolisme senyawa pektat.

Mangan berperanan dalam aktifasi beberapa enzim yang berkaitan dengan sintesis

asam lemak dan nukleotida serta memainkan peranan dalam respirasi serta

fotosintesis. Tembaga, berperanan dalam fotosintesis karena bagian penyusun enzim

kloroplas plastosianin dalam sistem transport elektron dan penyusun beberapa enzim

oksidase. Seng merupakan penyusun dari enzim penyusun sintesis Triptofan,

prekursor (pra zat) dari IAA, bersama tembaga berperanan dalam penyusunan enzim

superoksida dismutase (enzim pemecah O2). Molibdenum, berperanan dalam

“carier”elektron antara tahap teroksida dan tereduksi. Macam pupuk mikro:

Growmore Soluble Micro Mix, Metalik.


27

Seringkali tujuan meningkatkan derajat kebasaan dengan menggunakan

dolomit (mengandung Ca dan Mg) tidak memperhatikan konsentrasi yang diberikan

dampak ketidak tersediaan unsur mikro bagi tanaman.

Keuntungan menggunakan pupuk Mikro Primatan:

● Merangsang pertumbuhan tanaman

● Mempercepat pembentukan tunas baru.

● Memenuhi kebutuhan unsur Mikro dalam tanah

● Mempertahankan kesuburan tanah

● Meningkatkan daya tahan tanaman sehingga tetap sehat

● Melipat gandakan hasil produksi tanaman.

2.6. Mekanisme Masuknya Unsur Hara Melalui Tanah

Unsur C dan O diserap oleh tanaman melalui udara dalam bentuk CO 2 yang

diambil melalui stomata dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air oleh akar

tanaman, unsur hara yang diserap dari larutan tanah dapat tersedia sekitar akar

melalui 3 proses yaitu aliran massa, difusi, dan intersepsi akar. (Purnomo,1995).

Cara masuknya unsur hara menuju akar tanaman melalui intersepsi akar,

difusi dan aliran massa yaitu gerakan unsur hara di dalam tanah menuju permukaan
28

akar tanaman bersama gerakan massa air. Air beserta unsur hara yang terlarut

didalamnya disebut dengan larutan tanah. Saat akar tanaman menyerap unsur hara

dari larutan tanah, unsur hara lain yang terlarut dalam air bergerak sebagai akibat

difusi, intersepsi akar merupakan proses penyediaan hara yang penting, yaitu unsur

hara Ca. (H. D. Foth, 2001).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah :

- Benih Cabai Keriting varietas LARIS

- Tanah topsoil

- Polibag hitam ukuran 40 x 50 cm

- Pupuk NPK Mutiara 16-16-16

- Pupuk Mikro Primatan

- Insektisida Perfekthion 400 EC, Hostathion 40 EC, Thiodan 35 EC dan

Decis 2,5 EC

- Fungisida Derasol 60 Wp dan Dithane M-45

- Baktersida Agrimycin/Agrept

- Air
29

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah :

- Cangkul

- Parang

- Parang babat

- Gembor

- Schliper

- Alat ukur

- Hand sprayer

- Timbangan

- Gergaji, dan

- Alat tulis.

3.2. Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan untuk mengolah data dalam percobaan ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu :

1. Faktor pemberian pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dengan 4 taraf yaitu :

- N0 : Tanpa perlakuan

- N1 : Pemberian pupuk NPK Mutiara 16-16-16 10 gr/polibag

- N2 : Pemberian pupuk NPK Mutiara 16-16-16 15 gr/polibag

- N3 : Pemberian pupuk NPK Mutiara 16-16-16 20 gr/polibag


30

2. Faktor pemberian pupuk Mikro Primatan dengan 3 taraf yaitu :

- M0 : Tanpa Perlakuan

- M1 : Pemberian Pupuk Mikro Primatan 1 gr/polibag

- M2 : Pemberian Pupuk Mikro Primatan 2 gr/ polibag

3.3. Analisa Data

Data hasil pengamatan analisis dengan menggunakan sidik ragam linear

sebagai berikut :

Yijk : μ + pi + aj + βk + (aβ) jk + ∑ijk

Dimana :

Yijk : Hasil pengamatan pada ulangan ke-i, diperlukan pupuk NPK Mutiara 16-

16-16 pada taraf ke-j dan pengaruh perlakuan pupuk Mikro Primatan taraf

ke-k

μ : Efek dari nilai tengah

pi : Efek dari ulangan ke-i

aj : Efek dari pupuk NPK Mutiara 16-16-16 pada taraf ke-j

βk : Efek dari pupuk Mikro Primatan pada taraf ke-k

(aβ) jk : Efek dari interaksi pupuk NPK Mutiara 16-16-16 pada taraf ke-j dan

pengaruh pupuk Mikro Primatan pada taraf ke-k


31

∑ijk : Efek error pada ulangan ke-I, perlakuan pupuk NPK Mutiara 16-16-16

pada taraf ke-j dan pupuk Mikro Primatan pada taraf ke-k

(Hanafiah Kemas Ali, 2010)

Kombinasi perlakuan yang diperlukan adalah 4 x 3 = 12 perlakuan yaitu :

1. N0M0 3. N1M0 7. N2M0 10. N3M0


2. N0M1 4. N1M1 8. N2M1 11. N3M1
3. N0M2 5. N1M2 9. N2M2 12. N3M2
Jumlah ulangan (n) adalah :

(t-1) (n-1) ≥ 15

(12-1) (n-1) ≥ 15

11 (n-1) ≥ 15

11- n (11) ≥ 15

11- n ≥ 15 + 11

n ≥ 26/11

n = 2,36

n = 3 ulangan

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Jumlah tanaman perplot : 12 tanaman

Jumlah seluruh tanaman : 432 tanaman

Jumlah tanaman sampel perplot : 3 tanaman


32

Jumlah tanaman sampel keseluruhan : 108 tanaman

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar ulangan : 60 cm

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

4.1. Persiapan Lapangan

4.1.1. Pembersihan lahan

Pembersihan lahan pada intinya membersihkan lahan dari segala macam

gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan

pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan

menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin masih ada.

Lahan persemaian dan pembibitan (tempat bibit di polibag) di bersihkan dari

gulma atau semak-semak lainnya, batu/kerikil disingkirkan dari areal dan

pembersihan bekas sisa-sisa kayu atau kotoran lainnya.

4.1.2 Pembuatan bedengan


33

Bedengan atau guludan untuk penanaman pada musim hujan harus lebih

tinggi dan jarak antar bedengan sebaiknya sedikit lebih lebar dibandingkan bertanam

pada musim kemarau. Hal itu untuk menghindari terjadinya kelembapan permukaan

tanah yang tinggi yang dapat memacu perkembangan penyakit. Setelah media lahan

disiapkan lalu pembuatan bedengan sederhana untuk bedengan polibag dengan

ukuran 200 cm dan lebar 120 cm dengan ketinggian 15 cm.

4.1.3. Drainase

Pada bedengan deretan di beri pagar kayu atau papan penahan erosi apabila

hujan tiba dan gangguan lainnya. Pembuatan parit drainase sebagai jalur aliran air

hujan begitu juga dengan media polibag di beri parit drainase.

4.2. Persiapan Bahan Tanaman

Benih yang akan dijadikan bibit adalah benih varietas cabai keriting Laris.

Bersertifikat cap panah merah dari PT. East Seed Indonesia dengan Kepmentan No. :

872/Kpts/ TP.240/7/1999. Daya tumbuh 85 % kemurnian genetik 98 %. Cabai

keriting Laris merupakan varietas cabai keriting bersari bebas. Varietas ini bisa

ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi.

Karakteristik tanaman :

● Tinggi tanaman : 100 cm

● Sosok tanaman : Tegak


34

● Panen pertama : 105 HST

● Ukuran Buah : 14 cm x 0,9 cm

● Warna buah : Hijau gelap – merah cerah

● Produksi : 0,6 – 0,8 kg/tanaman

Keunggulan tanaman :

● Produksi relatif tinggi di kelasnya.

● Buah cabai tahan terhadap transportasi jarak jauh.

● Tahan layu bakteri dan terhadap serangan hama penyakit

● Daerah adaptasi tanaman luas.

● Daya simpan buah 3 - 4 hari (Final Prajnanta, 2008).

4.3. Pengecambahan Biji

Untuk memudahkan perkecambahan biji dan mematikan bibit penyakit yang

terbawa benih ada 3 macam perlakuan benih yang biasa dilakukan yaitu:

1. Perendaman dengan air hangat yang bertujuan untuk mempermudah

perkecambahan benih. Benih direndam dalam air hangat kuku selama 4 – 5 jam.

Setelah itu benih dibungkus dengan handuk basah atau kertas Koran yang
35

dibasahi, kemudian diperam dalam kaleng, handuk atau Koran tersebut dijaga

kelembapannya. Setelah 3-4 hari benih telah berkecambah sepanjang 0,5-1 mm

dan siap di semaikan.

2. Perendaman dengan larutan fungisida Derasol 60 WP atau Dithene M 45 dan

bakterisida Agrimycin/ Agrept yang dicampur air. Perendaman dilakukan selama

4-6 jam, kemudian pemeraman sama dengan perendaman dengan air hangat.

3. Pengadukan benih dengan fungisida dan bakterisida yaitu benih yang masih

dalam kantong kemasan dibuka/digunting salah satu ujungnya, kemudian

dimasukkan sepucuk sendok teh fungisida Derasol dan sepucuk sendok teh

bakterisida Agrimicin. Bungkus kemasan dilipat, kemudian di kocok-kocok sampai

seluruh benih terselimuti fungisida dan bakterisida tadi. Setelah itu benih siap

ditanam di polibag. (Karta Sapoetra Ance, 2003)

4.4. Pengisian Tanah Kedalam Polibag

Tanah untuk mengisi polibag adalah tanah Top Soil yang terlebih dahulu

dibersihkan dari kotoran – kotoran seperti gulma, akar, dan batu-batuan. Kemudian

tanah tersebut diisikan kedalam polibag lalu diberi sampai ketinggian 2 cm dibawah

permukaan bagian atas polibag. Polibag yang akan digunakan berwarna hitam dengan

ukuran 40 x 50 cm.
36

4.5. Pemindahan Kecambah Kedalam Polibag

Setelah benih dibibitkan, pada umur sekitar 15-24 hari bibit dipindahkan ke

polibag. Bibit dipindahkan dengan cara mencabut dan menyertakan tanah sekitar akar

agar akar tidak rusak, lalu bibit dimasukkan kedalam polibag yang sudah disiapkan

lubang tanamnya dengan cara manual yang disesuaikan dengan panjang akar dan

tinggi bibit, kemudian tanah disekelilingnya dipadatkan dengan jari tangan agar tidak

berongga udara disekitar akar.

4.6. Pemberian Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Mikro Primatan

Pemberian pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Mikro Primatan diberikan

dengan cara menyebar di atas permukaan tanah dalam polibag, dengan dosis

disesuaikan terhadap perlakuan masing-masing. Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan

Mikro Primatan diberikan setelah tanaman berumur 1 minggu, dengan interval 1

minggu sekali.

4.7. Pemeliharaan Tanaman.

4.7.1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi hari dan pada sore hari, banyak

air yang diberikan pada tiap tanaman dalam polibag harus sama. Jika hujan turun
37

cukup lebat atau tanah dalam polibag masih cukup lembap maka tidak perlu

dilakukan penyiraman.

4.7.2. Penyisipan

Penyisipan adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak, atau

yang pertumbuhannya tidak normal. Penyisipan biasanya dilakukan 1 minggu setelah

tanam karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang

pertumbuhannya tidak normal. Pertumbuhan yang tidak normal itu dapat terjadi

disebabkan oleh kesalahan pada saat penanaman.

Bibit yang digunakan untuk penyisipan adalah bibit yang sengaja disisakan

atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan. Bibit yang

digunakan untuk penyisipan adalah bibit yang sama umurnya dengan tanaman yang

tidak disulam, sehingga pertumbuhan semua tanaman seragam.

4.7.3. Penyiangan

Penyiangan cukup dilakukan dengan tangan atau dikorek dengan garpu pada

saat bersamaan lingkungan media pun harus di gemburkan agar tetap porus

Penyiangan dilakukan pada polibag maupun pada areal tanaman percobaan dengan

interval penyiangan 2 minggu sekali atau tergantung pada pertumbuhan gulma diareal

tanaman percobaan.
38

4.7.4. Pengendalian hama dan penyakit

Untuk mengendalikan hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan

insektisida perfekthion 400 EC, Hostathion 40 EC, Desis 2,5 EC dan fungisida

Derasol 60 WP dan Dhithane M-45, masing-masing dengan konsentrasi 0,2%.

Penyemprotan dilakukan 2 minggu sekali, dalam hal ini lebih diutamakan pencegahan

dari pada menunggu adanya serangan hama dan penyakit.

4.8. Penetapan Tanaman Sampel

Tanaman sampel dalam setiap plot diambil secara acak sebanyak 3 tanaman.

4.9. Pengamatan Parameter

4.9.1. Tinggi tanaman (cm)

Tanaman diukur dari patok nol ujung titik pengukuran dilakukan setelah bibit

berumur 4 minggu dengan interval 2 minggu sekali sampai bibit berumur 12 minggu

yaitu pada minggu ke 4, 6, 8, 10 dan 12 .

4.9.2. Diameter batang (mm)

Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong, pengukuran

dilakukan 5 cm diatas leher dengan 2 arah saling tegak lurus kemudian dirata-
39

ratakan, untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran maka setiap tanaman

sampel diberi tanda. Pengukuran dilakukan 2 minggu sekali mulai bibit berumur 4

minggu sampai bibit berumur 12 minggu yaitu pada minggu ke 4, 6, 8, 10 dan 12.

4.9.3. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna,

termasuk daun yang gugur juga dihitung. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman

berumur 4 minggu dengan interval 2 minggu sekali sampai akhir penelitian yaitu

pada minggu ke 4, 6, 8, 10, dan 12.

4.9.4. Jumlah cabang (cabang)

Jumlah cabang dihitung setelah tanaman berumur 12 minggu setelah tanam,

atau di akhir penelitian yaitu pada minggu ke 12.

4.9.5. Jumlah bunga (bunga)

Jumlah bunga dihitung setelah tanaman berumur 12 minggu setelah tanam,

atau di akhir penelitian yaitu pada minggu ke 12.

4.9.6. Berat buah tanaman sampel (gr)


40

Berat buah dihitung pada akhir penelitian atau pada saat hasil produksi panen

pertama.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari data rataan pengaruh

pemberian Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan serta interaksi

keduanya pada parameter yang diamati seperti tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah

cabang, jumlah bunga, dan berat buah tanaman sampel dapat dilihat pada Lampiran 4

sampai dengan Lampiran 21.

5.1.1. Tinggi tanaman (cm)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman umur 4 sampai 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai Lampiran 8. Untuk perlakuan Pupuk

NPK Mutiara 16-16-16 pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak
41

nyata dan Pupuk Mikro Primatan pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang

sangat nyata , sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari tinggi tanaman cabai pada perlakuan

Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan dapat dilihat nilai tertinggi

dan nilai terendah pada tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada

N3M0 sebesar 163,15 cm dan nilai terendah pada N1M2 sebesar 128,34 cm. Dari

hasil rataan pada tinggi tanaman cabai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. : Rataan Tinggi Tanaman (cm) Cabai Umur 12 MST.

Perlakuan M0 M1 M2 Rataan
N0 161,73 149,00 140,97 151,04
N1 158,49 138,85 128,34 141,89
N2 161,43 137,81 128,48 142,57
N3 163,15 141,29 131,85 144,96
Rataan 161,20 141,74 132,41 48,37

5.1.2. Diameter batang (mm)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam diameter batang umur 4 sampai 12

minggu dapat dilihat pada lampiran 9 sampai lampiran 13. Untuk perlakuan Pupuk

NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan pada umur 12 minggu

menunjukkan pengaruh tidak nyata sedangkan interaksinya juga menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata.


42

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari diameter batang cabai pada

perlakuan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan dapat dilihat

nilai tertinggi dan nilai terendah pada tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai

tertinggi pada N1M1 sebesar 14,70 mm dan nilai terendah pada N3M0 sebesar

11,60 mm. Dari hasil rataan pada diameter batang cabai tersebut dapat dilihat pada

tabel 5.2.

Tabel 5.2. : Rataan Diameter Batang (mm) Cabai Umur 12 MST.

Perlakuan M0 M1 M2 Rataan
N0 14.30 14.70 13.00 14.00
N1 14.40 14.30 13.60 14.10
N2 12.90 12.90 13.70 13.17
N3 11.60 13.70 12.70 12.67
Rataan 13.30 13.90 13.25 4.49

5.1.3. Jumlah daun (helai)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah daun umur 4 sampai 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 14 sampai Lampiran 18. Untuk perlakuan Pupuk

NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan pada umur 12 minggu

menunjukkan pengaruh yang tidak nyata, sedangkan interaksinya juga menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata.


43

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah daun cabai pada perlakuan

Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan dapat dilihat nilai tertinggi

dan nilai terendah pada tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada

N1M0 sebesar 608,65 helai dan nilai terendah pada N3M0 sebesar 401,98 helai.

Dari hasil rataan pada jumlah daun cabai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. : Rataan Jumlah Daun (helai) Cabai Umur 12 MST.

Perlakuan M0 M1 M2 Rataan
N0 477,66 415,99 453,32 448,97
N1 608,65 530,65 442,65 527,32
N2 494,65 491,32 475,99 496,65
N3 401,98 507,32 503,99 471,09
Rataan 495,73 486,32 468,99 161,23

5.1.4. Jumlah cabang (cabang)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah cabang umur 12 minggu

dapat dilihat pada Lampiran 19. Untuk perlakuan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16

pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak nyata dan untuk perlakuan

Pupuk Mikro Primatan pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat

nyata, sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah cabang cabai pada perlakuan

Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan dapat dilihat nilai tertinggi
44

dan nilai terendah pada tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada

N2M2 sebesar 28,20 tangkai dan nilai terendah pada N0M0 sebesar 23,00. Dari

hasil rataan pada jumlah cabang cabai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. : Rataan Jumlah Cabang (Cabang) Cabai Umur 12 MST.

Perlakuan M0 M1 M2 Rataan
N0 23,00 25,20 27,40 25,20
N1 23,80 26,00 27,80 25,87
N2 23,60 24,20 28,20 25,33
N3 24,80 26,20 27,80 26,27
Rataan 23,80 25,40 27,80 8,65

5.1.5. Jumlah bunga (bunga)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah bunga umur 12 minggu

dapat dilihat pada Lampiran 20. Untuk perlakuan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan

Pupuk Mikro Primatan pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak

nyata, sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah bunga cabai pada perlakuan

Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan dapat dilihat nilai tertinggi

dan nilai terendah pada cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada N3M2
45

sebesar 10,00 bunga dan nilai terendah pada N0M2 sebesar 4,00 bunga. Dari hasil

rataan pada jumlah bunga cabai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. : Rataan Jumlah Bunga (Bunga) Cabai Umur 12 MST.

Perlakuan M0 M1 M2 Rataan
N0 8,00 9,00 4,00 7,00
N1 6,00 8,00 6,00 6,67
N2 7,00 6,00 7,00 6,67
N3 5,00 5,00 10,00 6,67
Rataan 6,75 7,00 6,75 2,25

5.1.6 Berat buah tanaman sampel.(gr)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam Berat buah tanaman sampel umur

12 minggu dapat dilihat pada Lampiran 21. Untuk perlakuan Pupuk NPK Mutiara 16-

16-16 pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dan untuk

perlakuan Pupuk Mikro Primatan pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang

nyata, sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari Berat buah tanaman sampel cabai

pada perlakuan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan dapat

dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah pada cabai berumur 12 minggu yaitu nilai

tertinggi pada N2M2 sebesar 79,80 gr dan nilai terendah pada N0M0 sebesar 63,80
46

gr. Dari hasil rataan pada Berat buah tanaman sampel cabai tersebut dapat dilihat

pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. : Rataan Berat buah tanaman sampel Cabai Umur 12 MST.

Perlakuan M0 M1 M2 Rataan
N0 63,80 67,00 70,60 67,13
N1 72,00 69,00 72,20 71,07
N2 74,40 74,60 79,80 76,27
N3 78,20 78,20 78,40 78,27
Rataan 72,10 72,20 75,25 24,39

5.2. Pembahasan

5.2.1 Pengaruh pupuk NPK mutiara 16-16-16 terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman cabai

Dari hasil pengamatan pada penelitian pengaruh pupuk NPK Mutiara 16-16-

16 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai, secara keseluruhan dapat

dijelaskan bahwa perlakuan pupuk pupuk NPK Mutiara 16-16-16 berpengaruh

sangat nyata terhadap parameter berat buah tanaman sampel, sedangkan terhadap

parameter tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah cabang dan jumlah

bunga tidak menunjukkan hasil yang nyata pada umur 12 minggu,

Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 menunjukkan pengaruh yang sangat nyata

terhadap berat buah tanaman sampel. Hal ini di akibatkan pemberian pupuk NPK

Mutiara 16-16-16 yang mengandung banyak Nitrogen dapat mengakibatkan proses


47

fotositensis, dengan adanya Nitrogen maka lebih banyak hasil fotosintesis di alirkan

ke buah untuk pembesarannya. Sehingga fotosintesis yang berupa karbohidrat,

protein, lemak vitamin dan zat lainnya akan disimpan dalam pembentukan buah.

Dari seluruh parameter yang tidak menunjukkan pengaruh yang nyata seperti

tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah cabang, dan jumlah bunga di

akibatkan karena dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan

(Andoko Agus, 2002). Hal ini dapat dimengerti bahwa tanaman yang digunakan

dalam penelitian ini berasal dari satu varietas, sehingga potensi genetiknya sama.

5.2.2. Pengaruh pupuk mikro primatan terhadap pertumbuhan dan produksi cabai.

Dari hasil analisa statistik menunjukkan bahwa Pupuk Mikro Primatan

memberikan pengaruh yang sangat nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah

cabang, serta berpengaruh nyata terhadap berat buah tanaman sampel. Namun

demikian diameter batang, jumlah daun, dan jumlah bunga pengaruhnya tidak nyata.

Jarak tanam berpengaruh sangat nyata pada umur 4-12 MST terhadap tinggi

tanaman. Hal ini disebabkan oleh jumlah populasi tanaman per satu satuan luas,

dimana semakin banyak populasi tanaman per satu satuan luas akan mengakibatkan

timbulnya persaingan ketat diantara tanaman dalam memperoleh unsur hara, air dan

cahaya matahari. Dengan cahaya yang kurang maka auksin tanaman aktif sehingga

pertumbuhan tanaman (tinggi) meningkat. Terlihat bahwa tanaman tertinggi adalah

pada perlakuan N3 (20 gr/polibag). Hal ini menunjukkan bahwa semakin padat
48

populasi tanaman per satu satuan luas tanaman akan semakin tinggi sebagai berusaha

untuk mendapatkan cahaya matahari dengan memberikan respon tanaman tumbuh

lebih tinggi.

Pengaruh Pupuk Mikro Primatan sangat nyata terhadap jumlah cabang cabai

tergolong tipe tegak dimana cabang-cabang yang terbentuk dari cabang utama.

Pembentukan cabang pada cabai dipengaruhi oleh Pupuk Mikro Primatan, dimana

semakin populasi dalam satuan luas tertentu maka jumlah cabang yang terbentuk

semakin sedikit. Hal ini dapat dimengerti karena terjadinya persaingan antara

tanaman dalam memperoleh faktor pertumbuhan, antara lain cahaya matahari, air dan

unsur hara.

Perlakuan Pupuk Mikro Primatan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap

berat buah tanaman sampel. Hal ini di duga karena Pupuk Mikro Primatan yang

semakin banyak, dimana tanaman dapat memanfaatkan energi hasil tersebut

digunakan untuk meningkatkan berat buah tanaman sampel.

Pupuk Mikro Primatan yang berpengaruh tidak nyata terhadap diameter

batang jumlah daun dan jumlah bunga. Hal ini diduga karena diameter batang, jumlah

daun dan jumlah bunga dikendalikan oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan

tanaman itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Andoko Agus (2002), yang

menyatakan genotif dapat mempengaruhi pertumbuhan kecambah dan menentukan


49

potensial untuk jumlah bunga , jumlah asimilasi yang diproduksi dan pembagian

fotosintat.

5.2.3. Interaksi pemberian pupuk NPK mutiara 16-16-16 dengan pupuk mikro
primatan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai.

Dari hasil analisis sidik ragam interaksi Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan

Pupuk Mikro Primatan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua

parameter yang diamati. Menurut Mulyani Sutedjo (2008) menyatakan bahwa

dibandingkan faktor lain, sehingga faktor yang lain tersebut tertutup dan masing-

masing faktor bekerja sendiri-sendiri. Atau dengan kata lain masing masing perlakuan

baik Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 tidak dipengaruhi oleh Pupuk Mikro Primatan

demikian sebaliknya.

Menurut Lingga Pinus (2009), bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kesuburan tanaman, yaitu :

- Struktur tanah

- Derajat keasaman tanah (pH), dan

- Apakah tanah itu lengkap mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh

tanaman.

Menurut Mulyani Sutedjo (2008), bahwa pada Pupuk Mikro primatan terdapat

unsur Natrium yang ikut dalam proses fisiologi dengan kalium yaitu menghalangi

atau mencegah pengisapan kalium (K) yang berlebihan.


50

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Perlakuan pemberian Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 berpengaruh sangat

nyata terhadap parameter berat buah tanaman sampel, sedangkan pengaruh

yang tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah cabang

diameter batang, jumlah daun, dan jumlah bunga.

2. Perlakuan pemberian Pupuk Mikro Primatan menunjukkan pengaruh yang

sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman dan jumlah cabang,

namun ada juga pengaruh yang nyata terhadap parameter berat buah

tanaman sampel. Sedangkan yang tidak menunjukkan pengaruh yang

nyata terhadap parameter diameter batang, jumlah daun, jumlah bunga.

3. Interaksi Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan tidak

berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati dengan nilai

tertinggi yaitu tinggi tanaman N3M0 = 163,15 cm, diameter batang N1M1

=14,70 mm, jumlah daun N1M0 = 608,65 helai, jumlah cabang N2M2
51

=28,20 tangkai, jumlah bunga N3M2 = 10,00 bunga, berat buah tanaman

sampel N2M2 = 79,80 gr .

6.2. Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan :

1. Untuk penggunaan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 lebih baik melalui tanah

dengan dosis 20 gr/polibag,

2. Untuk penggunaan Pupuk Mikro Primatan lebih baik melalui tanah

dengan dosis 2 gr/polibag.

3. Untuk penelitian lebih lanjut terhadap interaksi di Pupuk NPK Mutiara

16-16-16 dan Pupuk Mikro Primatan didalam pertumbuhan dan produksi

tanaman cabai, perlu menggunakan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16

minimal 20 gr / polibag dan untuk penggunaan pupuk Mikro Primatan

minimal 2 gr / polibag.
52

DAFTAR PUSTAKA

Ance G. Karta Sapoetra. 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta, Jakarta.

Andoko Agus. 2002. Budidaya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Anonim.2012. Menuju Pertanian Tangguh, Jakarta.

Foth H.D.2001. Dasar- dasar Ilmu Tanah. Diterjamahkan Purbayanti, E.D, Lukiwati,
D.R, dan Trimulatsih, R. Gaja Mada University Press, Yogyakarta.

Hanafiah Kemas Ali. 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja
Grafindo persada, Jakarta.

Lingga, Pinus. 2009. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Mulyani Sutedjo, Ir, 2008, Pupuk Dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta, Jakarta

Prajnanta Final. 2008. Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim Hujan. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Prajnanta Final. 2008. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Purnomo. 1995. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas


Indonesia, Jakarta.

Setiadi. 2002. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya, Jakarta.


53

Sulandari, S., Suseno, R, Hidayat, S.H. Harjosudarmo, J. dan Sastromarsono, S. 2001.


Deteksi Virus Gemini pada Cabai di Daerah Istimewa Jogjakarta. Prosiding
Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah PFI 22- 24 Agustus 2001. Bogor.

Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Cabai. CV. Yrama Widya,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai