Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
KELAS 5 C /KELOMPOK 6
DOSEN PEMBIMBING
Andikawati Fitriasari, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
PRODI S1 KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sundowning”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari
semua itu, kami sadar bahwa sepenuhnya ada kekurangan baik dari segi penyusunan,
bahasa, maupun segi lainnya. Kami mohon maaf sebesar-besarnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................
1.3 Tujuan................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN .......................................................................
2.1 Pengertian..........................................................................................
2.2 Epidemiologi.....................................................................................
2.3 Anatomi Fisiologi..............................................................................
2.4 Etiologi..............................................................................................
2.5 Patofiologi.........................................................................................
2.6 Pathway.............................................................................................
2.7 Gejala Klinis......................................................................................
2.8 Pemeriksaan Diagnostik....................................................................
2.9 Penatalaksanaan................................................................................
2.10 Pencegahan......................................................................................
2.11 Komplikasi......................................................................................
BAB 3 APLIKASI TEORI...................................................................
BAB 4 APLIKASI KASUS...................................................................
Review Jurnal........................................................................................
BAB 5 PENUTUP..................................................................................
5.1 Kesimpulan........................................................................................
5.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
NASKAH ROLEPLAY.........................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Usia lanjut adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia,
usia la njut biasanya dianggap orang berumur diatas 65 tahun. Orang-orang ini
mempunyai masalah sendiri yang berhubungan dengan proses menua (ageing
process) dengan segala akibat fisik, psikologis, dan sosial. Lansia adalah cabang
ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lansia.
Lansia adalah seseorang yang lebih dari 75 tahun. Masa lansia bukan hanya
dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja, tetapi juga permasalahan
gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Sejalan dengan semakin baiknya
status kesahatan masyarakat, usia harapan hidup masyarakat Indonesia juga semakin
tinggi, sehingga mengakibatkan jumlah lansia juga semakin bertambah.
Saat ini jumlah lansia yang ada di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat
Statistik mencapai 18,7 juta orang (8,5%) dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah
ini akan menjadikan Indonesia menempati urutan ke empat terbanyak negara
berpopulasi lansia setelah China, India dan Amerika. Berdasakan Survei Kesehatan
Depkes RI, menyatakan gangguan mental pada usia 55-64 tahun mencapai 7,9%.
Sedangkan yang berusia di atas 65 tahun 12,3%. Angka ini diperkirakan
akansemakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Karenanya pengenalan
masalah mental sejak dini merupakan hal yang paling penting, sehingga beberapa
gangguan masalah mental pada lansia dapat dicegah, dihilangkan atau dipulihkan.
Jika tidak di diagnosis dan diobati tepat waktu kondisi tersebut dapat mengalami
pemburukan dan membutuhkan penanganan yang kompleks.Kepandaian menyiasati
dapat menjadikan masa tua yang menyenangkan, produktif dan energi tanpa harus
merasa tua dan tidak berdaya.
Pada lanjut usia (lansia) yang kurang mempersiapkan diri dalam menghadapi
kematian serta perubahan fisik, psikologis, dan sosial sebagai akibat masa tuanya,
sangat mungkin timbul gangguan jiwa. Hal ini bisa dikarenakan kurangnya
pemahaman agama dalam kehidupan.
Gangguan depresif merupakan suasana alam perasaan yang utama bagi usia
lanjut dengan penyakit fisik kronik dan kerusakan fungsi kognitif yang disebabkan
oleh adanya penderitaan, disabilitas, perhatian keluarga yang kurang serta
bertambah buruknya penyakit fisik yang banyak dialaminya.
.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana definisi sundowning?
2. Bagaimana teori sundowning?
3. Bagaiman patway halusinasi ?
4. Bagaimana tanda dan gejala sundowning?\
5. Bagaimana gambaran klinis, diagnosis dan Factor- factor yang dapat
menyebabkan matahari terbenam (sundowning)?
6. Apa saja penyebab sundowning?
7. Bagimana rentang respon sundowning?
8. Bagaimana mekanisme koping sundowning?
9. Bagaimana penatalaksanaan sundowning?
10. Bagaimana kasus pada sundowning?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada sundowning?
.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia
dengan gangguan sundowning.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi sundowning
2. Mahasiswa mampu mengetahui teori sundowning
3. Mahasiswa mampu mengetahui patway dari halusinasi
4. Mahasiswa mampu mengetahui tanda, gejala dan Factor- factor yang
dapat menyebabkan matahari terbenam ( sundowning)
5. Mahasiswa mampu mengetahuigambaran klinis dan diagnosis
sundowning
6. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab sundowning
7. Mahasiswa mampu mengetahui rentang respon sundowning
8. Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme koping sundowning
9. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan sundowning
10. Mahasiswa mampu mengetahui kasus pada sundowning
11. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada sundowning
1.4 Manfaat
Mahasiswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam mengenai konsep
keperawatan Jiwa 2 lansia dengan Sundowning syndrome dan asuhan keperawatan
Jiwa 2 lansia dengan Sundowning syndrome.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
.1 Definisi
Sundowning atau sundow syndrome, adalah fenomena neurologis yang terkait
deangan peningkatan kebingungan dan kegelisaan pada pasien dengan delirium atau
beberapa bentuk demensia. Paling umum dikaitkan Alzheimer, tetapi juga
ditemukan pada orang- orang dengan bentuk lain dari demensia., istilah “matahari
terbenam” diciptakan karena waktu kebingungan pasien. Untuk pasien dengan
sundowning syndrome, banyak masalah perilaku mulai terjadi pada malam hari atau
saat matahari terbenam. Matahari terbenam tampaknya lebih sering terjadi selama
tahap tengah penyakit Azheimer dan demensia campuran. Pasien umumnya dapat
memahami bahwa pola perilaku ini tidak normal. Sundowning tampaknya mereda
dengan perkembangan demensia pasien. Penelitian menunjukkkan bahwa 20-45 %
pasien Alzheimer akan mengalami semacam kebingungan saat matahari terbenam.
(Smith,G, 2016)
Matahari terbenam sudah umum bagi orang yang hidup dengan penyakit
Alzheimer untuk mengalami peningkatan kebingungan, kegelisaan, agitasi, mondar-
mandir dan disorientasi mulai saat senja dan terus sepanjang malam. Biasa disebut
sebagai “matahari terbenam “ini sindrom dapat menganggu siklus tidur- bangun
tubuh, menyebabkan lebih banyak masalah perilaku sore hari.
Orang dengan dimensia mungkin menjadi lebih bingung, gelisah atau tidak aman
sore hari atau awal malam. Itu bisa lebih buruk setelah pindah atau perubahan
rutinitas mereka. Mereka mungkin menjadi lebih menuntut, gelisa, kesal, curiga,
bingung dan bahkan melihat, mendengar atau percahaya hal-hal yang tidak nyata,
terutama dimalam. Rentang perhatian dan konsentrasi dapat menjadi bahkan lebih
terbatas. Beberapa orang mungkin menjadi lebih implusif, merespons gagasan
mereka sendiri tentang kenyataan yang dapat menempatkan mereka pada risiko.
Sindrom senja (sundowner syndrome) terjadi pada lansia, biasanya pada waktu
malam hari.Biasanya ditandai oleh rasa mengantuk, bingung, disorientasi, gejala
psikotonik sejenak, ataksia, dan terjatuh jatuh sebagai akibat sedasi obat.Juga
disebut sebagai peristiwa senja (sundowning). Sundown syndrome, atau
sundowning, adalah pola perilaku mengganggu yang sering terjadi pada pasien
lansia di malam hari yang berdampak pada kualitas hidup pasien, pengasuh, dan
keluarga.
Sundowning atau sindrom matahari terbenam, mempengaruhi beberapa orang
yang memiliki penyakit Alzheimer dan demensia. Orang yang demensia
sundowningakan bingung dan gelisah saat matahari terbenam kadang-kadang
terjadi sepanjang malam. Sundowning dapat membuat penderita demensia tidak
dapat tidur nyenyak. Penderita sundowning biasanya akan begadang sepanjang
malam. Tentu ini sangat mengganggu kesehatan penderitanya secara
keseluruhan,terutama pada orang usia lanjut (lansia).
Sindrom sundowning adalah sindrom yang terjadi pada lansia yang biasanya
terjadi pada malam hari, ditandai dengan rasa mengantuk, kebingungan, ataksia,
dan terjatuh akibat sering mengalami sedasi berlebih oleh obat juga disebut dengan
sundowner’ syndrome. Menjelang malam, penderita akan mengalami kebingungan,
disorientasi, hilang ingatan, gangguan konsentrasi bahkan marah-marah hingga
dapat melempar barang, yang semakin parah jika dibandingkan dengan saat pagi
atau siang hari. Gejala dari sindrom ini mendadak meningkat menjelang sore,
matahari terbenam hingga malam hari, sehingga dapat dibedakan dengan penyakit
kejiwaan lainnya. Studi menunjukkan bahwa sindrom ini paling banyak terjadi pada
usia lanjut yang menderita demensia (penyakit pikun) yang dirawat dirumah sakit.
Namun dapat terjadi juga pada lanjut usia yang memiliki gangguan penglihatan,
misalnya akibat degenerasi makula. Gejala lain dari sindrom ini adalah perubahan
mood, sikap ingin dilayani yang berlebihan, rasa curiga terhadap sekitar dan
halusinasi (seakan melihat atau mendengar sesuatu) yang terjadi menjelang
matahari terbenam. Penyebab sindrom ini belum diketahui.
.2 Teori sundowning
Ada bebrapa teori yang dikemukakan untuk menjelaskan terjadinya sindrom
sundowning pada lansia.
1. Kurang terpaparnya cahaya
Pada orang usia lanjut yang dirawat di rumah sakit atau yang menderita
gangguan penglihatan kerena degenerasi makula, terjadi perubahan persepsi
pada saat peralihan siang menjadi malam. Menjelang matahari terbenam,
cahaya akan semakin redup dan bayanganpun bertambah, mengakibatkan
gangguan persepsi pada pasien dan menyebabkan kebingungan dan rasa cemas
yang berlebihan.
2. Gangguan ritem sirkardian
Ritme sirkandian merupakan jam alami tubuh yang mengatur siklus proses
biologis dalam tubuh selama 24 jam. Gangguan dapat disebabkan oleh
gangguan tidur, perubahan pola tidur dan perubahan aktivitas.Pada orang
berusia lanjut, terjadi perubahan dimana mereka tidur lebih awal dan bangun
lebih cepat dengan durasi tidur yang lebih singkat. Mereka juga beraktivitas
lebih pasif disiang hari dibandingkan dengan aktivitas din malam hari.
Rendahnya produksi melatonin (hormonyang diproduksi pada malam hari dan
saat tidur) juga dapat mengganggu ritme sikardian. Jika ritme sirkandian
terganggu, akan terjadi gangguan terhadap waktu siang – malam (waktubangun
tidur).
3. Faktor lingkungan
Studi menunjukkan pada pasien berusia lanjut yang dirawat di rumah sakit,
rasa lelah yang berkepanjangan akibat stimulasi yang berlebih di rumah sakit
atau rasa bosa yang berkepanjangan akibat kurangnya stimulasi dan pergantian
shift kerha tenaga kesehatan yang biasanya menimbulkan suasana yang sibuk
dan ribut, merupakan faktor yang penting penyebab sindrom ini.
4. Kondisi kesehatan dan pengobatan
Penyebab yang menyebabkan rasa nyeri dengan intensitas tinggi dapat
menyebabkan gejala agitasi dan perubahan fungsi kognitif pada malam hari.
Penyakit Alzheimer, demensia dan depresi major berkaitan erat dengan
sindrom ini. Dapat menyebabkan efek samping sepeti jantung berdebar,
kekuatan otot, kebingungan, tidak merasa capai (restlessness), gangguan gerak,
yang berkontribusi pada terjadinya sundowner’s syndrome.
2.3 Pathway Halusinasi
Pathway Halusinasi meliputi (Lilik Ma’rifatul Azizah, 2016)
Kerusakan Komunikasi
Bicara,tersenyum,tertawa sendiri
Resiko mecedarai diri,
konsentrasi mudah berubah, kekacauan arus pikir orang lain dan lingkungan
HDR
Koping Maladaptif
Stress Psikologis
Sundowning terjadi hamper pada 20% dari orang yang memiliki penyakit
Alzheimer atau jenis dari demensia. Dengan gejala diataranya sebagai berikut
1. Kebingungan
2. Lupa
3. Sering mengigau
4. Ngelantur kalau berbicara
5. Cemas
6. Kegelisahan
7. Keresahan
8. Perubahan suasana hati
9. Susah tidur
Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan dengan halusinasi
meliputi (Muhith, 2015) :
1. Regresi
Menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
2. Proyeksi
Mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab
kepada orang lain atau sesuatu benda.
3. Menarik diri
Sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
4. Keluarga mengingkari masalah yang di alami oleh klien.
2.9 Penatalaksanaan
1. Terapi Obat
Untuk agitasi, lorazepam (Ativan) dapat diberikan 1-2 mg per os atau
IM.Antipsikotika dosis rendah-misalnya haloperidol (Haldol) 05 mg-saat mau
tidur bermanfaat mengobati sindrom senja ini pada pasien lansia yang juga
menderita demensia.Namun demikian, bila sindrom itu sebagai akibat terlalu
banyak obat gunakan tindakan suportif atau pengekangan saja.
a. Jika memungkinkan, jadwal tidur yang konsisten dan rutinitas harian yang
membuat nyaman penderita dapat mengurangi kebingungan dan kegelisaan.
b. Jika kondisi pasien memungkinkan, peningkatan aktivitas harian yang
dimasukkan kedalam jadwal mereka dapat membantu mempromosikan waktu
tidur yang lebih awal dan kebutuhan untuk tidur.
c. Periksa untuk tidur siang yang berlebihan. Pasiean mungkin ingin tidur siang,
tetapi terlalu banyak tidur secara tidak sengaja akan mempengaruhi tidur
malam. Aktivitas fisik adalah pengobatan untuk Alzheimer, dan cara untuk
mendorong tidur malam.
d. Kafein adalah stimulant otak (yang berkerja cepat), tetapi harus dibatasi pada
malam hari.
e. Pengasuh dapat membiarkan pasien memilih pengaturan tidur mereka sendiri
setiap malam, di mana pun mereka merasa paling nyaman tidur, serta
memungkinkan cahaya redup untuk menepati ruangan untuk mengurangi
kebingungan yang terkait dengan tempat yang tidak dikenal.(Korevaar, 2010)
2. Tindakan Keperawatan
a. Kegiatan yang sifatnya kognitif sebaiknya tetap diadakan sepanjangyang
bersangkutan (lansia) masih bersedia.
b. Untuk membantu daya ingat para lansia, sebaiknya di tempat-tempat
yang strategis dalam pelayanan ditulis hari, tanggal dan sebagainya
dengan huruf ukuran besar dan jelas.
c. Di tempat-tempat tertentu misalnya ruang ramu, kamar mandi, ruang
makan, lemari pakaian dan sebagainya sebaiknya diberi tulisan atau
tanda khusus yang mudah dikenali oleh para lansia.
d. Bentuk tempat tidur, kursi, pintu, jendela dan sebagainya yang
sering kali mereka gunakan/lewati/pegang seyogyanya (sepantasnya)
dibuat sederhana, kuat dan mudah dipergunakan. Bila perlu diberi alat
bantu yang memudahka untuk berjalan, bangun, duduk, dan sebagainya.
Hal tersebut sangat penting untuk menambah rasa aman mereka dan
memperkecil bahaya.
e. Bentuk kamar mandi khusus sebaiknya dibuat untuk keperluan mereka,
misalnya bak kamar mandi tidak terlalu dalam, tidak menggunakan
tangga atau tanjakan. Demikian pula jamban dibuatkan sehingga mudah
digunakan mereka dann pada dinding sebaiknya ada pegangan. Bila
fasilitas terpenuhi mereka akan merasa aman dan bahayapun akan
berkurang.
f. Pengaturan tempat duduk waktu makan, istirahat bersama sebaiknya
mempermudah mereka untuk melakukan interaksi sosial. Hindari
susunan kursi/tempat duduk yang saling membelakangi, karena akan
membuat para lansia tidak dapat berinteraksi dengan leluasa. Satu
kelompok diusahakan antara 4 sampai 6 orang untuk suatu kegiatan agar
lebih efisien.
Tingkat keparah gejala sindrom matahri terbenam dapat dikurangi
dengan perubahan diet dan gaya hidup berikut :
Hipertensi
2.11
2.12 Asuhan Keperawatan Teoritis
Pengkajian Keperawatan
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis
dan perilaku dan secara tidak langsung dapat timbul gejala atau mekanisme
koping sebagai upaya untuk melawan ansietas.Peningkatan ansietas perilaku dan
meningkat sejalan dengan meningkatnya ansietas.
Analisa Data
2. Data Obyektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur,dapat diperoleh menggunakan
panca indera (lihat, dengar, cium, raba)selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat
badan, tingkat kesadaran.
Pada ansietas berat dan panik, terdapat strategi khusus yang perlu
diperhatikan oleh perawat dalam pemberian asuhan keperawatan.Prinsip
intervensi keperawatan pada klien tersebut adalah melindungi klien dari
bahaya fisik dan memberikan rasa aman pada klien karena klien tidak
dapat mengendalikan perilakunya.
Implementasi
Evaluasi
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny. S
Umur : 76 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 65 75 12
Informan : keluarga pasien
2. ALASAN MASUK
Keluarga pasien mengatakan bahwa Ny. Y sering marah-marah tanpa sebab di sertai
gelisah sejak tuju hari sebelum pasien di bawa berobat.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Ya √ Tidak
2. Pengobatan sebelumnya Berhasil Kurang berhasil Tidak
berhasil
3. Pengalaman klien
Pelaku Usia Korban Usia Saksi Usia
Aniaya fisik - - - - - -
Aniaya seksual - - - - - -
Penolakan - - - - - -
Kekerasan dalam rumah - - - - - -
tangga
Tindakan criminal - - - - - -
4. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
TD = 150/80 MmHg N = 80x/mnt S = 37C RR = 20x/mnt
Antopometri
TB = 170 cm BB = 56 kg IMT = 19,4
Keluhan fisik : √ Ya Tidak
Jelaskan : pasien mengalami hipertensi 2 tahun lalu
Masalah keperawatan : Hipertensi
5. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: laki-laki : Hubungan
Pernikahan
: pasien : Meninggal
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti: Suami
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : tidak adanya interaksi
di masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : pasien agresif sering
marah-marah dan mencari kesalahan suami dan selalu cemburu.
Masalah keperawatan : waham cemburu
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: Pasien percaya akan adanya tuhan dan agama islam.
b. Kegiatan ibadah: pasien tidak menjalankan sholat 5 waktu.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan yang di alami.
6. STATUS MENTAL
1. Penampilan
√ Rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan: Penampilan sesuai dengan usia
Masalah keperawatan : tidak ada
2. Pembicaraan
√ Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan : pasien kadang tidak mampu menjawab pertanyaan, pembicaraan
spontan.
Masalah keperawatan : tidak ada
3. Aktivitas motorik
√ Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasing Tremor Kompulsif
Jelaskan : karena klien sulit tidur pada malam hari
Masalah keperawatan : Gangguan tidur
4. Alam perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa √ Khawatir Gembira
berlebihan
Jelaskan : khawatir hingga menuduh suaminya selingkuh
Masalah keperawatan : waham cemburu
5. Afek
Datar Tumpul √ Labil Tidak sesuai
Jelaskan: karena pasien sering marah-marah tanpa sebab
Masalah keperawatan : Gangguan otak
7. Persepsi halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Pembauan
Jelaskan: Pasien tidak mengalami halusinasi.
Masalah keperawatan: tidak ada.
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of ideas Blocking Pengulangan
pembicaraan/perseverasi
Jelaskan: tidak ada.
Masalah keperawatan: tidak ada.
9. Isi pikir
√ Obsesi Fobia Hipokodria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Waham
Agama Somatik Kebesaran √ Curiga
Nihilistik Sisip pikir Siap pikir Kontrol
pikir
Disorientasi
Waktu Tempat Orang
7. KEBUTUHAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan
Makanan : Ya Tidak
Pakaian : Ya Tidak
Transportasi : Ya Tidak
Keamanan : Ya Tidak
Uang : Ya Tidak
Tempat tinggal : Ya Tidak
Perawatan kesehatan : Ya Tidak
Jelaskan: tidak ada
Masalah keperawatan: tidak d
b. Nutrisi
Apakah puas dengan pola makan? Ya Tidak
Apakah memisahkan diri saat makan? Ya Tidak
Jika ya, jelaskan : tidak ada
Frekuensi makan/hari : 3x1
Frekuensi kudapan/hari : normal
Nafsu makan Meningkat Menurun Berlebih Sedikit-
sedikit
BB tertinggi = 85 kg
BB terendah = 56 kg
Diet khusus : tidak ada
Jelaskan : nafsu makan normal.
Masalah keperawatan : tidak ada.
c. Istirahat tidur
Apakah ada masalah? √ Ya Tidak
Apakah merasa segar setelah bangun tidur? Ya Tidak
Apakah kebiasaan tidur siang? Ya Tidak
Apa yang menolong untuk tidur? Ya Tidak
Waktu tidur malam : pukul 02.00 WIB
Waktu bangun : pukul 05.00 WIB
√ Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur
Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
Semnabolisme Berbicara saat tidur
Jelaskan: pasien kesulitan tidur di saat malam
Masalah keperawatan : Gangguan Pola Tidur
3. Kemampuan klien
Mengantisipasi kebutuhan sendiri Ya
Tidak
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri Ya
Tidak
Mengatur penggunaan obat Ya
Tidak
Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up) Ya
Tidak
Jelaskan : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
8. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya, __________________ Lainnya, __________________
Masalah keperawatan : tidak ada
9. MASALAH PSIKOSOSIAL & LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : tidak ada
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik :tidak ada
Masalah dengan pendidikan, spesifik :tidak ada
Masalah dengan pekerjaan, spesifik : tidak ada
Masalah dengan perumahan, spesifik : pasien menuduh suami selingkuh
Masalah dengan ekonomi, spesifik : tidak ada
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : tidak ada
Masalah lainnya, spesifik : pasien selalu marah tanpa sebab
Masalah keperawatan : gangguan pola pikir
DO:
1. Pasien tampak
kesulitan melakukan
aktivitas.
DO:
1. Pasien tampak gelisah
dan lesu.
TD: 150/80 MmHg
N: 80x/mnt
S: 37C
RR: 20x/mnt
TB: 170 cm
BB: 56 kg
POHON MASALAH
Gangguan Memori
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan :
1. Gangguan memori berhubungan dengan factor psikologis (mis.
Kecemasan, depresi, stress berlebihan berduka, gangguan tidur)
ditandai dengan tidak mampu mengingat perilaku tertentu yang
pernah di lakukan. D.0062.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur di
tandai dengan mengeluh sulit tidur. D.0055.
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
latihan.
2. Ajarkan tekhnik memori yang
tepat (mis, imajinasi visual,
perangkat mnemonik,
permainan memori, isyarat
memori, tekhnik asosiasi,
membuat daftar, computer,
papan nama).
Kolaborasi
1. Rujuk pada terapi okupesi, jika
perlu.
Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan Paraf
Tujuan: Observasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan
selama 4X24 jam di harapkan gangguan tidur.
pola tidur di harapkan gangguan pola 2. Identifikasi factor pengganggu
tidu dengan kriteria hasil sebagai tidur (fisik/psikologis).
berikut: 3. Identifikasi makanan dan
1. Keluhan sulit tidur dari skala 1 minuman yang mengganggu
(menurun menjadi skala 4 tidur (mis, kopi, the, alcohol,
(cukup meningkat). makan mendekati waktu tidur,
2. Keluhan istirahat tidak cukup minum banyak air sebelum
dari skala 1 (menurun) menjadi tidur).
skala 4 (cukup meningkat). 4. Identifikasi obat tidur yang di
konsumsi.
Pola Tidur L.05045 Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan (mis,
pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras dan tempat tidur
2. Batasi waktu tidur siang, jika
perlu.
3. Fasilitasi menghilangkan stres
sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin.
5. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur).
6. Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga.
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit.
2. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur,
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur.
4. Anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM.
Diagnosa keperawatan :
1. Gangguan memori berhubungan dengan factor psikologis (mis.
Kecemasan, depresi, stress berlebihan berduka, gangguan tidur)
ditandai dengan tidak mampu mengingat perilaku tertentu yang
pernah di lakukan. D.0062.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur di
tandai dengan mengeluh sulit tidur. D.0055.
09.00-09.30 Terapeutik
1. Memodifikasi
lingkungan (mis,
pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras
dan tempat tidur.
R.Px: Kooperatif.
2. Membatasi waktu tidur
siang, jika perlu.
R.Px: Kooperatif.
3. Memfasilitasi
menghilangkan stres
12.00-12.30 sebelum tidur.
R.Px: Kooperatif.
33Oktober 4. Menetapkan jadwal
2020 tidur rutin.
R.Px: Kooperatif.
09.00-09.30
5. Melakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan (mis. pijat,
pengaturan posisi, terapi
akupresur).
R.Px: Kooperatif.
6. Menyesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau
tindakan untuk
menunjang siklus tidur-
terjaga.
R.Px: Kooperatif.
12.00-12.30
Edukasi
1. Sindrom Cristiani Dement. https://sch Penyakit Ini adalah Yang diteliti . Yang diteliti
Sundown Sartorio Neurops olar.google alzheime study cross- terdiri dari 38 terdiri dari 38
pada Menegardo, ychol. .co.id/scho r tua sectional, pasien, 60,5% pasien, 60,5%
lar?
pasien Fernanda Vol.13 as_ylo=20
gejala observasion peerempuan dan peerempuan dan
dengan Alencar Friggi, no.4 São 16&q=alzh neuropsi al, 39,5% laki-laki, 39,5% laki-laki,
penyakit Julia Baldon Paulo eimer kiatri, eksplanatori dengan usia dengan usia
Alzheim Scardini, Tais Oct./Dec %27s+sund sindrom dilakukan rata-rata 81±6 rata-rata 81±6
er Souza Rossi, . 2019 owning+de matahari dimana ( 67-94 ) tahun. ( 67-94 ) tahun.
demensia Thais dos Santos Epub mentia&hl terbenam pengasuh Frekuensi gejala Frekuensi gejala
Vieira, Dec 09, =id&as_sdt atau kerabat neuropsikiatri neuropsikiatri
=0,5#d=gs
Alessandra 2019 pasien usia yang tinggi pada yang tinggi pada
_qabs&u=
Tieppo, Renato %23p
lanjut malam hari malam hari
Lirio Morelato %3DW_Vi dengan diamati, diamati,
Demensia & UGkVCukJ demensia terutama terutama
Neuropsikologia diawawanca iritabilitas iritabilitas
rai (55,3%), (55,3%),
menggunak perilaku perilaku
an alat nokturnal nokturnal
terstruktur ( 47,4% ), dan ( 47,4% ), dan
yang agresivitas agresivitas
disebut (42,1% ) hanya (42,1% ) hanya
Inventaris 36,8% pengasuh 36,8% pengasuh
Neuropsikia keluarga yang keluarga yang
tri ( NPI ) menggunakan menggunakan
strategi non- strategi non-
farmakologis farmakologis
No Judul Penulis Bulan, Doi permasalahan Metode Sampel Hasil
Tahun
Terbit
2. Terapi Yonatha Septe https://saraf Menentukan Studi Pasein dengan Data dari 26
Penyakit n Siswo mber ambarawa.w efek dari prospektif, riwayat pasien AD
Alzhaimer Pratama 2017 ordpress.co rTMS-COG acak, buta- penyalahgunaan dianalisis
m/2017/09/
Dengan 09/journal-
pada pasien ganda, alkohol atau dalam studi ini
Stimulasi reading- AD dalam terkontrol- riwayatpenggun menunjukkan
Magnetik terapi- kelompok plasebo aan obat-obatan bahwa Rtms-
Transkrania penyakit- terapi dan dilakukan psikoaktif dalam COG cukup
l Berulang alzheimer- placebo. Dan pada 27 jangka waktu memuaskan
Dengan dengan- menentukan pasien AD satu bulan, dibagian
Pelatihan stimulasi- terapi rTMS- (18 dan 8 pasien yang memori dan
magnetik-
Kognitif COG lebih pada tidak dapat bahasa, yang
transkranial-
berulang-
berguna pada group menyentuh layar merupakan
dikombinasi- tingkat terapi dan komputer, yang bagian paling
dengan- penyakit grub tidak dapat parah
pelatihan- Alzhaimer placebo, berkooperasi terganggunya
kognitif- dan wilayah dan 1 dengan teknisi pada penyakit
sebuah- kognitif yang drop-out. karena kesulitan Alzhaimer.
studi- mana. pengelihatan
prosektif-
dan
acak-buta-
ganda- pendengaran,
terkontrol- yang memiliki
plasebo/ kontra indikasi
dengan rTMS ,
dan pasien yang
tidak dapat
menerima terapi
TMS
No Judul Penulis Bulan Doi permasalaha Metode Sampel
tahun n
terbit
Azizah, lilik. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa : Teori Aplikasi Praktek
Klinik. Yogyakarta: Indomedika Pustaka
Kaplan Harold. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta: Widya Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi
1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Yusuf. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
NASKAH ROLEPLAY