Anda di halaman 1dari 6

Form Review Jurnal

Judul The Use of a computer simulation to promote


conceptual change: A quasi-experimental study
Jurnal Computers & Education
Volume dan halaman 54, 1078-1088
Tahun 2010
Penulis Kathy Cabe Trundle, Randy L. Bell
Publisher Elsevier

Tujuan Membandingkan efektifitas tiga pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri


Penelitian/Penulisandalam pencapaian perubahan konsepsi para calon guru anak usia dini tentang
bulan. PErbedaaan ketiga pendekatan yang digunakan terletak pada cara
mahasiswa memperoleh data, yaitu dengan:
1) Simulasi computer Starry NightTM saja
2) Simulasi computer dan pengamatan langsung
3) Pengamatan langsung saja
Latar belakang Pembelajaran tentang fase-fase bulan secara tradisional dengan pendekatan
berbasis buku teks tidak berhasil. Secara umum pendekatan berbasisi buku
tidak cukup memadai untuk memperbaiki miskonsepsi siswa tentang fase-fase
bulan, tidak juga cukup efektif untuk membangun pemahaman yang
diharapkan (Barnett & Morran, 2002; Callison, 1993; Jones & Lynch, 1987). Hal
ini mendorong para pendidik menggunakan pendekatan lain, pada umumnya
dengan melibatkan siswa dalam pengamatan harian terhadap kenampakan
bulan selama beberapa minggu, hasilnya dicatat, diinterpretasikan, dinalar dan
dikomunikasikan di kelas (Abell, George, & Martini, 2002; Trundle et al, 2002,
2007, in press; McDermott, 1996). Meskipun hasil studi menunjukkan bahwa
pendekatan tersebut berhasil membelajarkan konsep fase-fase bulan pada
siswa namun memerlukan waktu yang panjang.
Program Planetarium seperti Starry NightTM menyediakan simulasi dengan
lingkungan yang realistis yang memungkinkan pengguna mengamati bulan dari
hari ke hari di lokasi manapun sesuai pilihan pengguna, di hari yang mendung
sekalipun. Oleh sebab itu hadirnya software planetarium bisa mengatasi
permasalahan tersebut.
Landasan teori yang Landasan teori:
digunakan&hasil Literature-literatur tentang perubahan konsep dalam sains (Beeth, 1998a,
penelitian 1998b; Driver & Oldham, 1986; Hewson & Hewson, 1988; Strike & Posner,
sebelumnya 1992) dan literature-literatur terkini yang merefleksikan perspektif
pembangunan konsep (Carey, 1985; Vosniadou, 1991,1999, 2003; Vosniadou &
Brewer, 1994; Vosniadou, Skopeliti & Ikospentaki, 2004).
Pandangan tentang perubahan konsep berikut (Vosniadou,
1994,1999,2002,2003) menjadi acuan penelitian ini,:
1) Prakonsep bisa terbentuk sebelum pembelajaran formal
2) Prakonsep dapat terorganisir, koheren, dan sulit diubah. Struktur
konsep awal ini, yang seringkali aneh untuk dapat diterima secara
ilmiah, misa memfasilitasi atau malah menghambat pembelajaran.
3) Perubahan konsep mungkin dapat terjadi secara intensif dan bertahap,
seiring dengan pengalaman yang berkembang seiring berjalannya
waktu
4) Perubahan konsep melibatkan lebih dari sekedar aspek kognitif dan
dapat dipengaruhi oleh kepercayaan, motivasi, sikap belajar, dan
konteks budaya.
5) Untuk beberapa konsep sains, fekuensi konsep alternative yang
spesifik konsisten muncul bahkan pada populasi yang berbeda (seperti
usia, kemampuan, dan kebangsaan)

Penelitian sebelumnya:
Akpan and Andre (2000) menemukan bahwa siswa yang menggunakan
simulasi pembedahan katak mempelajari anatomi katak lebih signifikan
daripada yang belajar melalui pembedahan langsung.
Penelitian Trey and Khans (2008) mengindikasikan bahwa analogi dinamik
berbasis computer dapat meningkatkan pembelajaran siswa tentang
fenomena-fenomena kimia yang tidak dapat diamati.
Monaghan dan Clement (1999) melaporkan bahwa simulasi computer efektif
dalam pembelajaran inkuiri untuk membangun model mental dalam materi
gerak.
Dori dan Barak (2001) menyimpulkan bahwa kombinasi model virtual dan
model fisis yang digunakan dengan pembelajaran inkuiri mendukung proses
pembelajaran dan menanamkan pemahaman yang lebih baik daripada metode
demonstrasi.
Chang, Chen, Lin dan Sung (2008) melaporkan bahwa siswa yang mempelajari
optic dengan praktikum di lab virtual/simulasi menguasai materi lebih baik
daripada siswa yang praktikum di lab biasa.
Namun terdapat beberapa penelitian yang melaporkan bahwa pembelajaran
menggunakan simulasi computer tidak terlalu mengesankan dibanding
pembelajaran yang tidak menggunakan simulasi computer seperti
Carlsen&Andre (1992), Regan dan Sheppard (1996), Win et al (2006), Marshall
& young (2006), Rieber, Boyce & assad (1990), Clark (1983, 1994).
Efektif tidaknya simulasi computer untuk pembelajaran berkaitan erat dengan
pendekatan pedagogi yang digunakan dalam membangunnya (Flick & Bell,
2000, Clark, 1983, 1994). Kegagalan memasukkan pedagogi dalam
pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran merupakan penjelasan akan hasil-
hasil penelitian yang negative tersebut.
Metode Mix method
Subyek Mahasiswa pascasarjana peserta MK Metode Ilmiah pada Program Master of
Penelitian/Partisipan Education untuk pendidikan anak usia dini, dari 3 kuartal berbeda, total
sebanyak 157 mahasiswa.
Langkah penelitian Mahasiswa partisipan dikelompokkan menjadi 3:
1. Kelompok Starry Night Only:
50 mahasiswa kuarter pertama menggunakan program Starry Night
untuk memperoleh data.
2. Kelompok Starry Night and Nature:
61 mahasiswa kuarter kedua memperoleh data melalui pengamatan
langsung selama 3 pekan dan melalui program Starry Night untuk data
6 pekan.
3. Kelompok Nature Only:
46 mahasiswa kuarter ketiga memperoleh data hanya melalui
pengamatan langsung.
Perlakuan terhadap semua kelompok menggunakan pembelajaran inkuiri
seperti yang dideskripsikan oleh McDermott (1996). Partisipan diwawancara
sebelum pembelajaran dan 3 pekan sesudah pembelajaran.

Pembelajaran yang dilakukan terhadap ketiga kelompok mahasiswa


menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri tentang fase-fase bulan diambil
dari Physics by Inquiry (McDermott, 1996) dipadukan dengan penggunaan
program planetarium Starry Night. Penelitian ini berbeda dari yang
sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Trundel dan rekan-rekannya ( Trundle
et al, 2002, 2006, 2007 a dan b, in press). Dalam penelitian ini pembelajaran
dilakukan terhadap 3 kelompok mahasiswa yang masing-masing memperoleh
data dengan cara berbeda (melalui program saja, program dan pengamatan
langsung, dan pengamatan langsung saja). Pembelajaran dibagi dalam 3
bagian:
1) Perolehan, perekaman dan penyampaian data
2) Analisis data dengan melihat pola data
3) Pemodelan penyebab fase bulan

Langkah pembelajaran:
1. Kelompok Starry Night Only
Mahasiswa diajari cara memperoleh, merekam dan menyajikan data
pengamatan bulan. Selanjtnya, instruktur/dosen menjelaskan dan
memodelkan bagaimana mengambil dan merekam data pengamatan bulan.
Mahasiswa menggunakan software Starry Night untuk melakukan pengamatan
harian bulan dengan merekam gambar bentuk bulan, waktu pengamatan,
sudut pisah bulan-matahari dan arah pengamatan bulan. Data harian bulan
yang direkam selama 9 pekan dan disajikan dalam 4 pertemuan mingguan.
Partisipan penyaji menyajikan data pengamatan, pastisipan lain mencari dan
mendiskusikan anomali dalam data yang dishare.
2. Kelompok Starry Night+ Nature dan kelompok Nature Only
Partisipan dalam kedua kelompok mengambil, merekam dan membagi data
yang identic dengan kelompok Starry Night Only, yang berbeda hanya sumber
datanya. Kelompok Starry Night + Nature mengambil data dari pengamatan
langsung selama 3 pekan untuk kemudian diperkenalkan dengan program
Starry Night. Setelah mengumpulkan, merekam dan membagi data 3 pekan
pertama, kelompok Starry night + Nature melengkapi data 6 pekan berikutnya
dengan Starry night. Kelompok Nature only mengambil data dari pengamatan
secara langsung.
Setelah setiap kelompok memperoleh data dan membagikannya, partisipan
dalam semua kelompok menghabiskan dua periode kelas (hampir 4 jam) untuk
menganalisis data mereka dengan melihat pola dan kemudia memodelkan
penyebab fase bulan.
Pembelajaran bagian ini dibagi dalam 5 bagian utama yang membahas hal
berikut: 1) identifikasi pola 2) menentukan panjang siklus 3) menerapkan
konsep baru dan label ilmiah 4) mengurutkan bentuk 5) memodelkan
penyebab fase bulan.
Para calon guru kemudia berpartisipasi dalam aktivitas psikomotorik
pemodelan dengan menggelapkan ruang dan meletakkan lampu terang
setinggi mata. Bola sterofom digunakan sebagai model bulan. Partisipan
memegang bola di depan mereka sepanjang lengan. Bola lampu adalah model
matahari, bola sebagai model bulan dan kepala mahasiswa sebagai model
bumi. Mahasiswa memutar bola mengelilingi kepala dan memperhatikan
bagian terang bulan.

Pengumpulan data Wawancara semi terstruktur dilakukan segera sebelum pembelajaran dan 3
pekan sesudah pembelajaran untuk memperoleh informasi yang kaya dan
detail tentang pemahaman konseptual partisipan tentang fase-fase bulan.
Selain protocol wawancara semi terstruktur juga digunaka tehnik
pengumpulan data yang bervariasi, seperti gambar, wawancara dan
mengurutkan kartu bentuk bulan, untuk menangkap semua aspek dari
pemahamn konseptual partisipan tentang fase-fase bulan (Trundle et al, 2002).
Protocol terdiri dari 6 tugas yang didesain untuk mengases pemahaman
partisipan tentang 3 konsep bulan yang ditargetkan, yaitu: pengamatan bentuk
bulan (tugas 1), bagaimana bentuk tersebut berubah dalam waktu satu bulan
(tugas 2, 3 dan 6) dan penyebab peruahan bentuk bulan (tugas 4 dan 5).
Wawancara direkam dalam bentuk video dengan durasi 20 – 30 menit.

Tugas 1: partisipan diminta menggambar semua fase bulan yang mereka


prediksi akan teramati atau yang sudah teramati selama masa pengamatan
Tugas 2 ; partisipan diminta memprediksi apakah bentuk bulan akan berubah
dalam pola yang dapat ditebak atau mendeskripsikan apakah fase-fase bulan
tampak dalam pola yang terprediksi.
Tugas 3; partisipan diminta mengurutkan fase-fase bulan yang telah mereka
gambar jika mereka mengindikasi bahwa fase-fase bulan akan tampak atau
sudah tampak dalam deretan yang terprediksi
Tugas 4: partisipan diminta untuk menjelaskan secara verbal apa penyebab
fase bulan menurut pemikiran mereka.
Tugas 5: partisipan diminta memanipulasi model 3 dimensi system matahari-
bumi-bulan untuk mendemonstrasikan ide mereka terkait penjelasan verbal
mereka.
Tugas 6: partisipan diminta untuk mengurutkan serangkaian kartu yang
menggambarkan delapan fase utama bulan dalam urutan yang benar.

Analisis Data Analisis Kuantitatif:


Data wawancara sebelum dan sesudah pembelajaran dianalisis menggunakan
metode analisis komparatif konstan (trundle et al, 2007b; Straus & Corbin,
1994).
Untuk membuat analisis statistic, profil pemahaman partisipan sebelum dan
sesudah pembelajaran diskor dengan rubric penskoran (Sackes & trundle,
2009). Partisipan diberi skor dengan rentang 0 s.d 10 berdasarkan banyaknya
unsur ilmiah dan komponen alternative yang termasuk dalam pemahaman
konseptual mereka. Skor ini digunakan dalam analisis statistic non parametric
dalam penelitian ini.
Pengkodean data wawancara menggunakan kerangka kerja yang dibangun
berdasar penelitian sebelumnya.
Sebagian kerangka kerja termasuk kriteria untuk menjelaskan pemahaman
ilmiah dan model mental alternative yang mungkin dimiliki mahasiswa.
Kerangka kerja yang bersifat terbuka memungkinkan peneliti untuk
memasukkan kode baru yang mungkin muncul selama prosedur analisis data.

Analisis Kualitatif
Analisis awal dari seluruh data, dua penulis dan tiga asisten secara independen
menganalisis dan mengkodekan sampel acak dari 7 set data. Pembandingan
analisis terpisah mengindikasikan bahwa peneliti akhirnya memperoleh
persetujuan inter-rater lebih baik dari 90%. Untuk analisis data sebenarnya
paling sedikit 2 rater (satu peneliti dan satu mahasiswa) mengkodekan setiap
partisipan dalam menggambar dan merekam wawancara. Setiap
ketidakcocokan dianalisis ulang oleh dua rater hingga tercapai kesepakatan
100%.
Respon partisipan terhadap tugas sebelum dan sesudah wawancara
dibandingkan dengan pandangan ilmiah tentang pola dan penyebab fase-fase
bulan untuk mengases pencapaian pemahaman yang ditargetkan.
Proses Analisis data kualitatif menghasilkan profil detil pemahaman konseptual
setiap partisipan tentang fase-fase bulan sebelum dan sesudah pembelajaran.

Hasil Analisi kuantitatif digunakan untuk:


1. Mengetahui banyaknya partisipan yang mengalami perubahan
pemahaman konsep tentang fase-fase bulan, urutannya dan
penyebabnya, sesudah pembelajaran, pada ketiga kelompok
partisipan. Uji statistic non parametric, uji mcNemar untuk dua
sampel, digunakan untuk menguji jumlah partisipan yang berubah
konten pengetahuannya dalam hal menggambar fase bulan pada pre
test dan post test. Hasilnya menunjukkan bahwa secara signifikan lebih
banyak partisipan yang berubah dari menggambar bentuk yang tidak
ilmiah di pretest menjadi menggambar bentuk yang ilmiah dalam post
test untuk semua kelompok. Hasil yang serupa juga diperoleh untuk
kemampuan mengurutkan fase bulan.
2. Signifikansi perbedaan di antara ketiga kelompok.
Uji Kruskal-Wallis digunakan untuk menentukan apakah ada
perbedaan signifikan di antara ketiga kelompok dalam hal
pengetahuan konten (content knowledge) tentang bentuk-bentuk
bulan yang ilmiah dan menderetkannya, dari pre test ke post test.
Content knowledge ketiga kelompok tentang bentuk-bentuk bulan
sebelum pembelajaran tidak berbeda secara signifikan. Demikian juga
setelah pembelajaran.
3. Namun terdapat perbedaan signifikan di antara ketiga kelompok
dalam perubahan content knowledge mereka tentang urutan fase
bulan setelah pembelajaran. Uji Mann-Whitney U mengindikasikan
perbedaan signifikan antara kelompok Starry Night Only dan kelompok
Nature Only. Perbedaan antara kelompok Starry Night Only dengan
kelompok Starry Night+Nature dan antara kelompok Starry
Night+Nature dengan kelompok Nature Only tidak signifikan secara
statistic.

Analisis Kualitatif digunakan untuk:


1. Mengetahui kategori umum pemahaman konseptual tentang
penyebab fase bulan yang dikuasai partisipan sebelum pembelajaran.
Hampir semua tanggapan peserta menunjukkan bahwa mereka
memiliki pemahaman konseptual alternatif, fragmen alternatif, atau
alternatif dengan fragmen ilmiah sebelum instruksi (Starry Night ™
Only = 49 atau 98,0%; Starry Night ™ + Nature = 50 atau 82,0%; Nature
Only = 44 atau 95,7%). Temuan ini konsisten dengan hasil tujuh studi
lainnya lebih dari 1900 mata pelajaran, termasuk calon guru dan siswa
SD hingga mahasiswa (Trundle et al, 2002, dalam pers;. Dai & Capie,
1990; Kuethe, 1963; Sadler, 1987; schoon, 1992, 1995). Temuan
tersebut memberikan dasar yang kuat untuk memprediksi bahwa
calon guru yang lain yang belum memiliki instruksi yang tepat juga
memegang konsepsi non-ilmiah/alternatif tentang penyebab bulan
fase. Konsepsi alternatif yang paling sering diidentifikasi (Starry Night
™ Hanya = 25 dari 50, 50,0%; Starry Night ™ + Nature = 24 dari 61,
39,4%; Nature Hanya = 22 dari 46, 47,8%) adalah bahwa bayangan
bumi menyebabkan fase bulan (gerhana). Temuan ini konsisten
dengan hasil 13 studi lainnya, yang melibatkan lebih dari 3000 peserta
di semua tingkat pendidikan (Trundle et al, 2002, dalam pers;. Baxter,
1989; Bisard et al, 1994;. Callison, 1993; Cohen, 1982 ; Dai & Capie,
1990; Kuethe, 1963; Sadler, 1987; Schoon, 1992, 1995; Targan, 1988;
Zeilik et al,1999).
2. Mengetahui perubahan pemahaman konsep setelah pembelajaran.
Setelah instruksi, sebagian besar peserta mengartikulasikan penjelasan
ilmiah untuk penyebab fase bulan (Starry Night ™ Hanya = 42 dari 50,
84,0%; Starry Night ™ + Nature = 42 dari 61, 68,9%; Nature Hanya = 32
dari 46, atau 69,6%). Sementara mencapai pemahaman ilmiah lengkap
adalah tujuan instruksional utama, kami menganggap kemajuan
penting menuju pemahaman ilmiah, tercermin dari pemahaman yang
tergolong sebagai fragmen ilmiah, juga menjadi penting (Starry Night
™ Only = 1 dari 50, atau 2,0%; Starry Night ™ + Nature = 10 dari 61,
atau 16,4%; Nature Only = 4 dari 46, atau 8,7%). Hanya lima peserta
(10,0%) di Starry Night ™ Only, delapan peserta (13,1%) di Starry Night
™ + Nature, dan sembilan peserta (17,4%) di Nature Only diidentifikasi
masih memegang pemahaman alternatif, alternatif fragmen atau
alternatif dengan fragmen ilmiah setelah pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai