Kelas : 4A
NIM : 182170011
Tingkat keasaman yang rendah disebabkan air hujan mengandung ion-ion asam
terlarut dari jenis asam karbonat (H2CO3), asam nitrat (HNO3), dan asam sulfat
(H2SO4). Timbul pertanyaan, dari mana datangnya jenis-jenis asam ini dan Ba-
gaimana proses terjadinya hujan asam ?
Jenis-jenis asam yang melarut dalam massa air hujan itu jelas bersumber dari
bahan pencemaran udara dari spesiNOx (NO, NO2, NO3, N2O), spesiSOx
(SO2, SO3, SO4), dan spesi CO dan CO2, sebagai hasil sampingan pembakaran
bahan bakar minyak. Asap dari cerobong industri dan kenderaan bermotor yang
menggunakan bahan bakar dari fosil serta asap kebakaran hutan dipastikan
menghasilkan bahan pencemar spesiNOx, SOx dan CO2 ke udara.
Hujan yang turun di wilayah itu dengan warna air yang tidak normal alias hi-
tam, telah menyebabkan kerusakan pada vegetasi hutan, semak belukar dan
tumbuhan lainnya. Hutan menjadi kerangas, daun-daun tumbuhan berguguran
dan biota air banyak yang mati terutama di perairan tawar. Inilah titik awal
diketahuinya terjadinya hujan asam akibat pencemaran udara oleh industri.
Menurut hasil penelitian Pusat Studi Lingkungan (PSL) IPB Bogor (2014), hu-
jan asam sudah terjadi terjadi di wilayah Jabotabek dengan pH 5,3. Demikian
juga di Kota Medan, hujan asam sudah turun dengan pH 5,4, Palembang dengan
pH 5,4-5,6, Manado dengan pH 5,4-5,6 dan di Kota Bogor dengan pH 5,4.
Dengan melihat data tersebut, secara nyata udara di wilayah Indonesia sudah
tercemar dari bahan pencemar spesiNOx, SOx dan CO2 dan memerlukan
perhatian yang serius.
Hujan asam yang menerpa tanah dengan frekwensi yang tinggi, menyebabkan
tanah menjadi rusak baik dalam struktur tanah maupun kandungan unsur hara
dan mineral tanah. Beberapa jenis asam yang melarut bersama air hujan akan
memasuki pori tanah dan melarutkan beberapa jenis unsur logam yang sifatnya
terikat menjadi bebas, sehingga menyebabkan perubahan Kapasitas Tukar ka-
tion (KTK) tanah. Perubahan KTK jelas akan mempengaruhi tingkat kesuburan
tanah dan menimbulkan kerugian pada sektor pertanian.
Demikian juga air permukaan seperti danau dan sungai, massa air hujan asam
dapat menyebabkan perubahan tingkat keasaman air tawar. Terlebih-lebih air
kolam ikan, terpaan hujan asam dapat menurunkan pH air kolam, sehingga
pertumbuhan ikan budidaya menjadi terganggu atau bahkan ikan menjadi mati.
Perubahan pH air tawar juga bisa berpengaruh buruk terhadap kesehatan hewan
dan manusia yang mengkonsumsi air itu sebagai sumber air minum.
Terpaan massa air hujan asam yang mengenai daun tumbuhan dengan frekwensi
3 kali per minggu dengan pH air hujan sekitar 5,0 diketahui telah menyebabkan
hilangnya lapisan lilin pelindung daun tumbuhan. Oleh sebab itu, hujan asam
dengan frekwensi tinggi akan menyebabkan tanaman menjadi rusak, kerdil dan
tidak produktif. Bahkan menurut Manahan (2013), hujan asam dengan
pHdibawah 4,0 akan menyebabkan pohon-pohon hutan menjadi kerangas dan
mati, sebagaimana terjadi di Inggris ketika revolusi industri berlangsung pada
abad ke 19.
Pada sisi lain, hujan asam juga dapat menyebabkan cepat korosifnya bahan-
bahan dari logam, seperti atap rumah seng cepat berkarat, dan alat-alat rumah
tangga cepat korosif akibat menggunakan air sumur yang terkontaminasi hujan
asam. Coba kita perhatikan atap rumah penduduk di kota besar, hanya dalam
beberapa bulan atap seng sudah berubah warna menjadi coklat karat, cepat bo-
cor dan rapuh. Oleh sebab itu, rumah penduduk di perkotaan lebih dianjurkan
agar atapnya terbuat dari non logam seperti genteng press. Kalaupun
menggunakan atap logam harus logam yang terlindungi dari proses korosif oleh
hujan asam.
Dengan mengetahui bahwa faktor utama penyebab terjadinya hujan asam adalah
akibat emisi buangan industri, transportasi dan asap kebakaran hutan, maka
upaya yang harus dilakukan untuk mengendalikan terjadinya hujan asam adalah
dengan membatasi pengguaan bahan bakar dari fosil atau efisiensi penggunaan
energi, dan pengembangan sumber energi terbarukan.