Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MOHAMMAD YUNUS

NIM : 2012069

PRODI : S-1 TEKNIK ELEKTRO

BAB IX MASYARAKAT MADANI MENURUT ISLAM


Pengertian Masyarakat Madani

Dalam bahasa Arab disebut madani diambil dari kata “Madinah” nama negara yang menjadi percontohan
peradaban masyarakat yang berkebudayaan tinggi dan maju. Sehingga kata madani diartikan sebagai masyarakat
yang berperadaban maju seperti negara Madinah di masa Rasulullah SAW.

Masyarakat madani mempunyai dasar utama yang berupa persatuan dan integrasi sosial yang didasarkan
pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan
hidup dalam suatu persaudaraan. Ciri-ciri tersebut di atas merupakan bentuk real dari masyarakat yang dipimpin
Rasulullah SAW di Madinah.

Sebagaimana keterangan di atas, konsep madani juga dipakai di dunia barat dengan istilah “civil society”
yang menurut Filsuf Yunani Aristoteles (384-322) memandangnya sebagai sistem kenegaraan atau identik dengan
negara itu sendiri.

Menurut Hobbes, sebagai antitesa Negara civil society mempunyai peran untuk meredam konflik dalam
masyarakat sehingga ia harus memiliki kekuasaan mutlak, sehingga ia mampu mengontrol dan mengawasi secara
ketat pola-pola interaksi (prilaku politik) setiap warga Negara. Berbeda dengan John Locke, yang berpandangan
bahwa kehadiran civil society adalah untuk melindungi kebebasan dan hak milik setiap warga Negara.

Konsep dan Ciri-ciri Masyarakat Madani

Ada beberapa unsur utama yang harus dimiliki oleh masyarakat madani sebagai berikut:

1. Negara menjamin ruang publik yang bebas sebagai sarana untuk mengemukakan pendapat.
2. Adanya demokrasi sebagai prasayarat mutlak bagi keberadaan civil society sejati.
3. Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat, pandangan,
dan keragaman dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat.
4. Pluralitas sosiologis dengan mengakui kenyataan perbedaan dalam kemajemukan
5. Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan sosial, ekonomi, politik, dan kesempatan untuk berkarya.

Sedangkan pilar-pilar dan tonggak yang menjadi pondasi tegaknya masyarakat madani adalah sebagai
berikut:
1. Lembaga Swadaya Masyarakat institusi sosial yang dibentuk oleh swadaya masyarakat yang
tugas utamanya adalah membantu dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat
yang tertindas.
2. Pers adalah institusi yang berfungsi untuk mengkritisi dan menjadi bagian dari sosial kontrol yang
dapat menganalisa serta mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan
warga negaranya.
3. Supremasi Hukum, Setiap warga negara, baik yang duduk dipemerintahan atau sebagai rakyat
harus tunduk kepada aturan atau hukum.
4. Partai Politik merupakan wahana bagi warga negara untuk dapat menyalurkan aspirasi
politiknya.
5. Lembaga pendidikan tinggi
Islam Sebagai Ajaran Penebar Kasih Sayang

Setiap manusia harus selalu memberikan kebaikan kepada sesama, dan lingkungan sekitarnya. Islam
melarang siapa pun untuk membuat kerusakan, atau mengganggu sesama atau bahkan lingkungan alam sekitarnya.
Sesuai dengan tugas utama risalah Nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman :

]21 107] َ ‫األنبياء ْلعالَ ِم ِ ْْ َحةً ل َ ِاَّل ر ْلنا َك إ َ ْس ما أَر‬

Dan Tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad SAW), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (Q.S. Al Anbiyaa (21): 107)

Ayat ini memberi penegasan bahwa rahmat Islam itu diperuntukkan semua umat manusia.

Toleransi Antar dan Intra Umat Beragama

Diantara pondasi masyarakat madani adalah toleransi dan pluralisme sosiologis. Namun terdapat kendala
yang sangat mendasar yang muncul di permukaan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam konteks Indonesia.
Yaitu ketidakseimbangan cara pandang dan cara mendudukkan persoalan. Perbedaan kesukuan, etnis, dan
kebangsaan, sangat jarang disadari oleh umat manusia sebagai sunnatullah yang tidak bisa dielakkan. Tentu hal
itu sebagai ujian bagi manusia, siapa diantara mereka yang paling adil dan ihsan kepada sesamanya dengan
adanya perbedaan.

“Untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,.” (QS Al Maidah: 48)

Ayat ini menegaskan bahwa suatu kemustahilan atau semacam mengharap matahari terbit di pagi hari
dari arah barat, ketika berharap semua manusia harus satu suku, satu etnis, satu keyakinan, dan agama.

Batasan Toleransi Masalah Keagamaan

Dalam kaitannya dengan toleransi keagamaan, lalu apa artinya perbedaan di antara manusia, khususnya
dalam keagamaan menjadi sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri? Hikmahnya adalah menerima orang lain yang
berbeda-beda itu, sejauh tidak saling merugikan dan mendzalimi satu sama lain.

Oleh karena tauhid itulah, umat Islam tidak boleh ikut acara ritual keagamaan lain yang dapat merusak
ketauhidanya (pengesaannya), seperti acara misa dan natalan yang identik dengan acara keagaman Nasrani, jika
diikuti umat Islam menyebabkan dirinya keluar dari Islam, termasuk mengucapkan “selamat Natal” dengan arti
dan keyakinan “Lahirnya anak Tuhan” dapat merusak keyakinan yang paling mendasar di dalam Islam. Karena
dengan demikian memahami bahwa Nabi Isa a.s. adalah anak Tuhan, dan ini merusak keyakinan umat Islam sudah
mapan bahwa Isa itu Nabi.

Bedahalnya dengan kegiatan sosial seperti membagikan sembako antara Muslim dan Non Muslim boleh
saling bahu membahu dalam satu acara, silaturrahim antara tetangga, dsb.

Di sinilah umat Non Muslim harus bertoleransi, tidak tersinggung bila saudara kita yang Muslim tidak
mengucapkan “Selamat Natal.” Karena selamat natal bagi Muslim berhubungan dengan akidah, yaitu tidak
adanya penuhanan manusia.

Problematika dan Tantangan Dalam Toleransi

Problematika yang paling mendasar dalam masalah ini adalah minusnya keseimbangan sikap dan perilaku
toleransi yang dilakukan oleh masing-masing kelompok agama dan kepercayaan. Ketika ada kelompok Muslim
misalnya yang gencar melakukan kegiatan harmonisasi sosial lintas agama, maka banyak menuai tantangan dan
masalah.
Kegiatan harmonisasi dalam toleransi perlu dibatasi pada masalah social kemasyarakatan, akademik,
keilmuan, kebudayaan, dsb; bukan masalah ketuhanan. Idealitas toleransi dan haromonisasi relasi antar dan
interumat agama akan terwujud bila ada wadah dan ada kegiatan komunikasi lintas agama yang produktif,
progresif, dan inklusif.

Konsep Persaudaran Manusia

1. Makna Ukhuwah Islamiyah

Kata “ukhuwah” berarti persaudaraan. Maksudnya perasaan simpati atau empati antara dua orang
atau lebih. Persaudaraan sesama muslim adalah persaudaraan yang tidak dilandasi oleh keluarga, suku, bangsa,
dan warna kulit, namun karena perasaan kesamaan keyakinan dan agama.

“Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudara
kalian, dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat.” (QS al-Hujurat :10).

“Orang muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak akan menganiayanya dan tidak akan
menyerahkannya (kepada musuh). Barang siapa ada didalam keperluan saudarany amaka Allah ada didalam
keperluannya. Barangsiapa menghilangkan suatu kesukaran dari orang muslim, maka Allaah akan
menghilangkan satu kesukaran-kesukaran yang ada pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib)
seorang muslim, maka Allaah akan menutupu (aibnya) pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Makna Ukhuwah Insaniyah

Persaudaraan sesama manusia disebut ukhuwah insaniyah. Persaudaraan ini dilandasi oleh ajaran
bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah.

Apakah Nabi Adam a.s. dan Hawwa berkebangsaan Cina, Madura, Jawa, Eropa, Negro, dll? Tanpa
melalui teori antropologi sekalipun sudah dapat dijawab bahwa seluruh bangsa di bumi ini adalah keturunan
Adam dan Hawwa a.s. Berarti seluruh manusia bersaudara.

3. Makna Ukhuwah Wathaniyah

Ukhuwah wathaniyah berarti persaudaraan sesama anak bangsan dan warga negara. Dalam konteks
Indonesia, sebagai masyaraka madani warga negara ini semuanya bersaudara. Dan menurut Islam, mencintai
persatuan dan kesatuan bagian tanda-tanda keimanan.

“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allaah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah,
dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan
antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara.” (QS. Ali Imran :103).

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Harga Mati

Seringnya terjadi pergesekan sosial lantaran persaingan di segala bidang; ekonomi, politik, suku, ras, dan
agama sering melupkan kita pada mahalnya nilai yang berada di dalam negara kita Indonesia tercinta. Sering lupa
yang pada akhirnya ingin merobek dan mencabik-cabik nilai-nilai persatuan sesama warga negara dan anak
bangsa. Padahal leluhur kita sudah mengorbankan jiwa dan raganya untuk membangun persatuan dan kesatuan
republik Indonesia ini.

“barangsiapa yang tidak bersyukur mendapat sedikit, maka jika dapat banyak dia tidak bisa bersyukur,
dan barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia juga tidak bisa bersyukur kepada Allah, sesuatu
yang kalian benci dalam bersatu atau berjamaah itu lebih baik daripada sesuatu yang kalian cintai tetapi
dalam/menyebabkan perpecahan, di dalam persatuan terdapat kasih sayang Allah, dan di dalam perpecahan
terdapat siksa Allah.” (HR. Ad-Dailamiyyi dari Jabir, Jam’ul Jawami’)

Artinya, bila kita bercerai berai, maka semua kita akan susah menanggung dampak dari perpecahan itu.
Sudah terbanyak contoh negara-negara di belahan dunia hancur lantaran perang saudara, misal Iraq, Suriah, dsb.
akankah kita seperti mereka? Tidak, sekali lagi tidak.

Peran Keluarga Dalam Membangun Masyarakat Madani

Bila berbicara masyarakat atau negara, maka tidak terlepas dari kehidupan keluarga sebagai institusi
terkecil dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan masyarakat adalah unit yang membentuk negara. Adanya
berbagai persoalan yang dihadapi di negara seperti korupsi itu diakibatkan oleh adanya krisis karakter para
pejabat negara. Nah pejabat itu lahir dari masyarakat, dan masyarakat diproduksi oleh keluarga.

Oleh karena itu, pembangunan karakter tidak dapat terlepas dari peran kepala keluarga, sekolah dan
lingkungan sekitar individu tersebut. Keluarga merupakan central dari pembentukan karakter generasi yang
berkemajuan.

Anda mungkin juga menyukai