Tugas Makalah SPI
Tugas Makalah SPI
Semester : 3 (tiga)
Unit :1
Oleh :
Dosen pengampu :
Nip. 19760802007101003
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pendidikan Islam
Era umayyah II” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah sejarah pendidikan islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang sejarah pendidikan silam pada masa umayyah II bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syahrizal, selaku dosen mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Tertanda, kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
A. LATAR BELAKANG…………………………………….
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………...
C. TUJUAN MASALAH………………………………………
BAB II : PEMBAHASAN…………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I: PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali ibn Abi Thalib, maka lahirlah kekuasan
bani Umayyah. Pada periode Ali dan Khalifah sebelumnya pola kepemimpinan masih
mengikuti keteladanan Nabi. Para khalifah dipilih melalui proses musyawarah. Hal ini
berbeda dengan masa setelah khulafaur rasyidin atau masa dinasti-dinasti yang
berkembang sesudahnya, yang dimulai pada masa dinasti bani Umayyah. Adapun
bentuk pemerintahannya adalah berbentuk kerajaan, kekuasaan bersifat feodal
(penguasaan tanah/daerah/wilayah, atau turun memurun. Untuk mempertahankan
kekuasaan, khilafah berani bersikap otoriter, adanya unsur kekerasan, diplomasi yang
diiringi dengan tipu daya, serta hilangnya musyawarah dalam pemilihan khilafah.
Bani Umayyah berkuasa kurang lebih selama 91 tahun. Reformasi cukup banyak
terjadi, terkait pada bidang pengembangan dan kemajuan pendidikan Islam.
Perkembangan ilmu tidak hanya dalam bidang agama semata melainkan juga dalam
aspek teknologinya. Sementara sistem pendidikan masih sama ketika Rasul dan
khulafaur rasyidin, yaitu kuttab yang pelaksanaannya berpusat di masjid.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana latar belakang sosial, politik, dan keagamaan pada masa bani
umayyah?
2. Seperti apa perkembangan lembaga pendidikan islam pada era umayyah ?
3. Apa saja madrasah dan universitas yang berdiri pada era umayyah ?
4. Siapa saja tokoh pendidikan pada era umayyah beserta kotribusinya?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui latar belakang sosial, politik, dan keagamaan pada masa Bani
Umayyah.
2. Mengetahui perkembangan lembaga pendidikan Islam pada masa Bani Umayyah.
3. Mengetahui Madrasah dan Universitas apa saja yang berdiri pada masa Bani
Umayyah.
4. Mengetahui siapa saja tokoh-tokoh pendidikan pada masa Bani Umayyah beserta
kontribusinya.
BAB II : PEMBAHASAN
Diantara program besar, mendasar dan strategis di zaman Bani Umyyah adalah
perluasan wilayah Islam. Di zaman Muawiyah Tunisa dapat ditaklukan. Di sebelah
Timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Axus dan
Afghanistan hingga ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu
kota Bizantium dan Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah
kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abd al-Malik. Dia mengirim tentara menyeberangi
sungai Oxus dan berhasil menundukan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana, dan
Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan,
Sind, dan daerah Punyab sampai ke Maltan.
Dalam bidang keagamaan, pada masa Bani Umayyah ditandai dengan munculnya
berbagai aliran keagamaan yang bercorak politik ideologis. Mereka itu antara lain
golongan Syi’ah, Khawarij dengan berbagai sektenya: Azariqah, Najdat Aziriyah,
Ibadiyah, Ajaridah dan Shafariyah, golongan Mu’tazilah, Maturidiyah, Asy’ariyah,
Qadariyah, dan Jabariyah. Berbagai aliran dan golongan keagamaan ini terkadang
melakukan gerakan dan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah. Dengan
terbunuhnya Husein di Karbela, perlawanan orang-orang Syi’ah tidak pernah padam.
Banyak pemberontakan yang dipelopori kaum Syi’ah. Yang terkenal diantaranya
pemberontakan Mukhtar di Kufah pada tahun 685-687 M. Selain itu, terdapat pula
gerakan Abdullah bin Zubair. Ia membina gerakan oposisinya di Mekkah setelah dia
menolak sumpah setia terhadap Yazid. Akan tetapi, dia baru menyatakan dirinya secara
terbuka sebagai khalifah setelah Husein ibn Ali terbunuh.
Selain gerakan diatas, gerakan anarkis yang dilancarkan kelompok Khawarij dan
Syi’ah juga dapat diredakan. Keberhasilan memberantas gerakan itulah yang membuat
orientasi pemerintahan dinasti ini dapat diarahkan kepada pengamanan daerah
kekuasaan diwilayah timur yang meliputi kota disekitar Asia Tengah dan wilayah
Afrika bagian utara, bahkan membuka jalan untuk menaklukkan Spanyol.
Situasi politik, sosial, dan keagamaan mulai membaik terjadi pada masa
pemerintahan khalifah Umar ibn Abd. Al-Aziz ( 717-720). Ketika dinobatkan sebagai
khalifah, dia menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri yang berada
dalam wilayah Islam lebih baik daripada menambah perluasannya. Ini berarti bahwa
prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannyas
sangat singkat, Umar ibn Abd. Al-Aziz dapat dikatakan berhasil menjalin hubungan
baik dengan golongan Syi’ah. Dia juga memberikan kebebasan kepada penganut agama
lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan
dan kedudukan Mawali (umat Islam yang bukan keturunan Arab, berasal dari Persia,
dan Armenia), disejajarkan dengan Muslim Arab.
Pada masa ini, lembaga pendidikan adalah masjid dan kuttab. Mesjid telah
memegang peranan sebagai lembaga pendidikan sejak zaman Rasulullah. Di Masjidlah
Rasulullah menyampaikan ajaran-ajaran keislaman. Kemudian para khulafaur Rasyidin
juga memfungsikan masjid sebagai tempat pendidikan, begitu juga sampai kepada
zaman Bani Umayyah. Di masjid para ulama memberikan pendidikan agama dalam
berbagai cabang ilmu keagamaan. Dalam Masjid terdapat dua tingkatan sekolah,
tingkatan menengah dan tingkatan perguruan tinggi. Pelajaran yang diberikan dalam
tingkat menengah dilakukan secara perorangan, sedangkan pada tingkat perguruan
tinggi dilakukan secara halaqah, murid duduk bersama mengelilingi guru. Secara garis
besarnya pola pendidikan pada masa Dinasti Muawiyah dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Kuttab
Umat muslim pada masa Umayyah telah menoreh catatan sejarah yang
mengagumkan dalam bidang intelektual, banyak perestasi yang mereka peroleh
khususnya perkembangan pendidikan Islam. Pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan
Islam sangat tergantung pada penguasa yang menjadi pendorong utama bagi kegiatan
pendidikan. Menurut Abuddin Nata, di Andalusia menyebar lembaga pendidikan yang
dinamakan Kuttab. Kuttab termasuk lembaga pendidikan terendah yang sudah tertata
dengan rapi dan para siswa mempelajari berabagai macam disiplin Ilmu Pengetahuan
diantaranya Fiqih, Bahasa dan sastra, serta music dan kesenian :
a) Fiqih
Dalam bidang fiqih, karena Spanyol Islam menganut mazhab Maliki, maka para
ulama memperkenalkan materi-materi Fiqih dari mazhab Imam Maliki. Para Ulama
yang memperkenalkan mazhab ini adalah Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan
selanjutnya ditentukan ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd
Rahman. Ahli-ahli fiqih lainnya adalah Abu bakar idn Al-Quthiyah, Munzir ibn Said
Al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
Bahasa Arab telah menjadi bahasa resmi dan bahasa administrasi dalam pemerintah
Islam di Andalusia. Bahasa Arab ini diajarkan kepada murid-murid dan para pelajar,
baik yang Islam maupun non-Islam. Dan hal ini dapat diterima oleh masyarakat, bahkan
mereka rela menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan
mahir dalam bahasa Arab, sehingga mereka terampil dalam berbicara maupun dalam
tatabahasa. Di antara ahli bahasa tersebut yang termasyhur ialah Ibnu Malik pengarang
kitab Alfiah, Ibn Sayyidih, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajjjj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-hasan
Ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al-Garnathi.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti
Al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abidin Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh
Ibn Basam, kitab al-Qalaid buah karya Al-Fath Ibn Khaqan dan banyak lagi yang
lainnya.
c) Musik dan Kesenian
Sya’ir merupakan ekspresi utama dari peradaban Andalusia. Pada dasarnya sya’ir
mereka didasarkan pada model-model sya’ir Arab yang membangkitkan sentiment
prajurit dan interes faksional para penakluk Arab.Dalam bidang musik dan suara, Islam
di Andalusia mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang
dijuluki Zaryab. Ia selalu tampil mempertunjukan kebolehannya. Kepiawaiannya
bermusik dan seni membuat ia menjadi orang termasyhur dikala itu, ilmu yang
dimilikinya diajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga
kepada para budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
d) Filsafat
Atas inisiatif Al-Hakam (961-976), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari
timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaannya dan Universitas-
Universitasnya mampu menyaingi Bagdhad sebagai pusat Utama ilmu pengetahuan di
dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin Dinasti Bani Umayah di Spanyol
ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr
Muhammad Ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Masalah yang
dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-
Mutawahhid. Tokoh utama kedua adalah Abu bakr ibn Thufail. Karya filsafatnya yang
paling terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles
yang terbesar digelanggang filsafat Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova yang memiliki
cirri khas yaitu kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-
hatian dalam menggeluti masalah-masalah klasik tentang keserasian filsafat dalam
agama. Dia juga ahli fiqih dengan karyanya yang termasyhur Bidayah al-Mujtahid.
e) Bidang Sains
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian Barat melahirkan banyak
pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri
muslim di Mediterania Sicilia. Dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai
samudra Pasai dan Cina. Ibn Al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada,
sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Itulah sebagian
nama-nama besar dalam bidang sains.
Dengan tersebarnya Islam keberbagai daerah tersebut, maka timbul pulahlah pusat-
pusat pendidikan Islam, antara lain :
1. Madrasah Makkah
2. . Madrasah Madinah
Madrasah Madinah lebih termasyur dan lebih dalam ilmunya, karena di sanalah
tempat tinggal sahabat-sahabat nabi. Berarti disana banyak terdapat ulama-ulama
terkemuka. Seperti Abu Bakar, Umar bin Khatthab, Usman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib, Zubair bin Awwam, dan lain-lain.
3. Madrasah Basrah
Ulama sahabat yang termasyur di Basrah ialah Abu Musa Al-asy’ari dan Anas
bin Malik. Abu Musa Al-Asy’ari adalah ahli fiqih dan ahli hadist, serta ahli Al Qur’an.
Sedangkan Abas bin Malik termasyhur dalam ilmu hadis. Al-Hasan Basry sebagai ahli
fiqh, juga ahli pidato dan kisah, ahli fikir dan ahli tasawuf. Ia bukan saja mengajarkan
ilmu-ilmu agama kepada pelajar-pelajar, bahkan juga mengajar orang banyak dengan
mengadakan kisah-kisah di masjid Basrah.
4. Madrasah Kufah
Madrasah Ibnu Mas’ud di Kufah melahirkan enam orang ulama besar, yaitu:
‘Alqamah, Al-Aswad, Masroq, ‘Ubaidah, Al-Haris bin Qais dan ‘Amr bin Syurahbil.
Mereka itulah yang menggantikan Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama
Kufah, bukan saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama
Kufah, bukan saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud. Bahkan mereka pergi ke
Madinah.
Setelah negeri Syam (Syria) menjadi sebagian negara Islam dan penduduknya
banyak memeluk agama Islam. Maka negeri Syam menjadi perhatian para Khilafah.
Madrasah itu melahirkan imam penduduk Syam, yaitu Abdurrahman Al-Auza’iy yang
sederajat ilmunya dengan Imam Malik dan Abu-Hanafiah. Mazhabnya tersebar di Syam
sampai ke Magrib dan Andalusia. Tetapi kemudian mazhabnya itu lenyap, karena besar
pengaruh mazhab Syafi’I dan Malik.
Setelah Mesir menjadi negara Islam ia menjadi pusat ilmu-ilmu agama. Ulama yang
mula-mula madrasah madrasah di Mesir ialah Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘As, yaitu di
Fisfat (Mesir lama). Ia ahli hadis dengan arti kata yang sebenarnya. Karena ia bukan
saja menghafal hadis-hadis yang didengarnya dari Nabi S.A.W., melainkan juga
dituliskannya dalam buku catatan, sehingga ia tidak lupa atau khilaf meriwayatkan
hadis-hadis itu kepada murid-muridnya. Oleh karena itu banyak sahabat dan tabi’in
meriwayatkan hadis-hadis dari padanya.
a) Imam Hanafi
Pendiri madzhab Hanafi ini diberi gelar “Imam Ahlur Ra’yi” karena ia lebih
banyak memakai argumentasi akal dari pada ulama, namun ia tetap mengacu pada
sumber hukum Islam, seperti Al-Qur’an dan Hadits, fatwa sahabat, ijma’, qiyas, istihsan
serta urf.
b) Imam malik
Yakni seorang mujtahids besar dan ahli dalam bidang fiqih dan hadits sekaligus
pendiri madzhab Maliki.
a) Abu Hurairah
Itulah beberapa tokoh ilmuwan Muslim yang sangat berperan penting dalam
peradaban Islam di zaman Dinasti Bani Umayyah.