Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah : Sejarah Pendidikan Islam

Jurusan : Pendidikan Bahasa Arab

Semester : 3 (tiga)

Unit :1

PENDIDIKAN ISLAM ERA UMAYYAH II

Makalah dipresentasikan pada Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam

Pada Hari Jumat Tanggal 27 November 2020

Oleh :

Nama : Annisa Luthfia (201924002)

Hayatun nufus (201924010)

Dosen pengampu :

Syahrizal, M. Ag., Ph. D

Nip. 19760802007101003

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS TARBIYAH DAN


ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
LHOKSEUMAWE TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pendidikan Islam
Era umayyah II” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah sejarah pendidikan islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang sejarah pendidikan silam pada masa umayyah II bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syahrizal, selaku dosen mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Tertanda, kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………..

BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………….

A. LATAR BELAKANG…………………………………….
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………...
C. TUJUAN MASALAH………………………………………

BAB II : PEMBAHASAN…………………………………………….

A. LATAR BELAKANG SOSIAL, POLITIK, DAN


KEAGAMAAN…………………………………………...
B. PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN
ISLAM……………………………………
C. MADRASAH DAN
UNIVERSITAS…………………………………….
D. TOKOH PENDIDIKAN BESERTA
KONSTRIBUSINYAS……………………………………..

BAB III : KESIMPULAN……………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I: PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali ibn Abi Thalib, maka lahirlah kekuasan
bani Umayyah. Pada periode Ali dan Khalifah sebelumnya pola kepemimpinan masih
mengikuti keteladanan Nabi. Para khalifah dipilih melalui proses musyawarah. Hal ini
berbeda dengan masa setelah khulafaur rasyidin atau masa dinasti-dinasti yang
berkembang sesudahnya, yang dimulai pada masa dinasti bani Umayyah. Adapun
bentuk pemerintahannya adalah berbentuk kerajaan, kekuasaan bersifat feodal
(penguasaan tanah/daerah/wilayah, atau turun memurun. Untuk mempertahankan
kekuasaan, khilafah berani bersikap otoriter, adanya unsur kekerasan, diplomasi yang
diiringi dengan tipu daya, serta hilangnya musyawarah dalam pemilihan khilafah.

Bani Umayyah berkuasa kurang lebih selama 91 tahun. Reformasi cukup banyak
terjadi, terkait pada bidang pengembangan dan kemajuan pendidikan Islam.
Perkembangan ilmu tidak hanya dalam bidang agama semata melainkan juga dalam
aspek teknologinya. Sementara sistem pendidikan masih sama ketika Rasul dan
khulafaur rasyidin, yaitu kuttab yang pelaksanaannya berpusat di masjid.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana latar belakang sosial, politik, dan keagamaan pada masa bani
umayyah?
2. Seperti apa perkembangan lembaga pendidikan islam pada era umayyah ?
3. Apa saja madrasah dan universitas yang berdiri pada era umayyah ?
4. Siapa saja tokoh pendidikan pada era umayyah beserta kotribusinya?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui latar belakang sosial, politik, dan keagamaan pada masa Bani
Umayyah.
2. Mengetahui perkembangan lembaga pendidikan Islam pada masa Bani Umayyah.
3. Mengetahui Madrasah dan Universitas apa saja yang berdiri pada masa Bani
Umayyah.
4. Mengetahui siapa saja tokoh-tokoh pendidikan pada masa Bani Umayyah beserta
kontribusinya.
BAB II : PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Sosial, Politik, Dan Keagamaan Pada Masa Bani


Umayyah
Kekhalifahan Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun
41 Hijriah dan berakhir pada tahun 132 H. Dengan demikian, Bani Umayyah berkuasa
lebih kurang 91 tahun. Nama-nama khalifah Bani Umayyah yang tergolong menonjol
adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680), Abd al-Malik ibn Marwan(685-705 M),
al-Walid ibn Abd al-Malik (705-715 M), Umar ibn Abd al-Aziz(717-720 M), dan
Hisyam ibn Abd al-Maalik (724-743 M).

Masa kekhalifahan Bani Umayyah selain banyak diisi dengan program-program


besar, mendasar, dan strategis, juga banyak melahirkan golongan dan aliran dalam
islam, serta perkembangan ilmu agama, ilmu umum, kebudayaan, dan peradaban.

Diantara program besar, mendasar dan strategis di zaman Bani Umyyah adalah
perluasan wilayah Islam. Di zaman Muawiyah Tunisa dapat ditaklukan. Di sebelah
Timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Axus dan
Afghanistan hingga ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu
kota Bizantium dan Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah
kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abd al-Malik. Dia mengirim tentara menyeberangi
sungai Oxus dan berhasil menundukan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana, dan
Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan,
Sind, dan daerah Punyab sampai ke Maltan.

Selanjutnya ekspensi secara besar-besaran dilanjutkan pada zaman al-Walid bin


Abdul Malik. Sejarah mencatat bahwa masa pemerintahan al-Malik adalah masa
ketentraman, kemakmuran, kertiban, dan kebahagiaan. Pada masa pemerintahan yang
berlangsung lebih kurang 10 tahun itu tercatat suatu ekpedisi militer dari Afrika Utara
menuju wilayah Barat Daya, Benua Eropa yaitu pada tahun 711 M. Setelah al-Jazair dan
Maroko dapat ditundukan Tariq bin Ziyad pemimpin pasukan islam menyebrangi selat
yang memisahkan antara Maroko dengan benua Erofa, dan mendarat disuatu tempat
yang sekarang dikenal dengan Gibraltal. Tentara Spanyol dapat dikalahkan dan dengan
demikian ibu kota Spanyol Kordofa dengan cepat dapat dikuasai begitu juga dengan
kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo. Di zaman Umar bin Abd Al-Aziz,
perluasan wilayah dilanjutkan ke Perancis melalui pegunungan Piranee, dibawah
Komandan Abd al-Rahman Ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang
Boredeau, Politiers, dan terus ke Tours. Naamun dalam peperangan yang terjadi dikota
Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol.

Melalui berbagai keberhasilan ekspansi tersebut, maka wilayah kekuasaan Islam di


zaman Bani Umayyah, di samping Jazirah Arabia dan sekitarnya, juga telah
menjangkau Spanyol, Afganistan, Pakistan, Turkemenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia
Tengah.

Dibidang sosial dan pembangunan, Bani Umayyah berhasil mendirikan berbagai


banguanan di berbagai bidang. Muawiyah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat
tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang
jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang.
Pada masanya, jabatan khusus seorang qadli  adalah seorang spesialis dibidangnya.
Abd. al-Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai didaerah–
daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak mata uang tersendiri pada tahun
659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik juga berhasil
melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan
bahasa Arab sebagai bahasa resmi Administrasi pemerintahan Islam. Selanjutnya
dizaman al-Walid ibn Abd al-Malik (705-715) seorang yang berkemauan keras dan
berkemampaun melaksanakan pembangunan panti-panti untuk orang cacat yang para
petugasnya digaji oleh negara. Selain itu, al-Walid juga membangun jalan raya yang
menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik, gedung pemerintahan, dan
masjid yang megah.

Dalam bidang keagamaan, pada masa Bani Umayyah ditandai dengan munculnya
berbagai aliran keagamaan yang bercorak politik ideologis. Mereka itu antara lain
golongan Syi’ah, Khawarij dengan berbagai sektenya: Azariqah, Najdat Aziriyah,
Ibadiyah, Ajaridah dan Shafariyah, golongan Mu’tazilah, Maturidiyah, Asy’ariyah,
Qadariyah, dan Jabariyah. Berbagai aliran dan golongan keagamaan ini terkadang
melakukan gerakan dan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah. Dengan
terbunuhnya Husein di Karbela, perlawanan orang-orang Syi’ah tidak pernah padam.
Banyak pemberontakan yang dipelopori kaum Syi’ah. Yang terkenal diantaranya
pemberontakan Mukhtar di Kufah pada tahun 685-687 M. Selain itu, terdapat pula
gerakan Abdullah bin Zubair. Ia membina gerakan oposisinya di Mekkah setelah dia
menolak sumpah setia terhadap Yazid. Akan tetapi, dia baru menyatakan dirinya secara
terbuka sebagai khalifah setelah Husein ibn Ali terbunuh.

Selain  gerakan diatas, gerakan anarkis yang dilancarkan kelompok Khawarij dan
Syi’ah juga dapat diredakan. Keberhasilan memberantas gerakan itulah yang membuat
orientasi pemerintahan dinasti ini dapat diarahkan kepada pengamanan daerah
kekuasaan diwilayah timur yang meliputi kota disekitar Asia Tengah dan wilayah
Afrika bagian utara, bahkan membuka jalan untuk menaklukkan Spanyol.

Situasi politik, sosial, dan keagamaan mulai membaik terjadi pada masa
pemerintahan khalifah Umar ibn Abd. Al-Aziz ( 717-720). Ketika dinobatkan sebagai
khalifah, dia menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri yang berada
dalam wilayah Islam lebih baik daripada menambah perluasannya. Ini berarti bahwa
prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannyas
sangat singkat, Umar ibn Abd. Al-Aziz dapat dikatakan berhasil menjalin hubungan
baik dengan golongan Syi’ah. Dia juga memberikan kebebasan kepada penganut agama
lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan
dan kedudukan Mawali (umat Islam yang bukan keturunan Arab, berasal dari Persia,
dan Armenia), disejajarkan dengan Muslim Arab.

B. PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA BANI


UMAYYAH

Pada masa ini, lembaga pendidikan adalah masjid dan kuttab. Mesjid telah
memegang peranan sebagai lembaga pendidikan sejak zaman Rasulullah. Di Masjidlah
Rasulullah menyampaikan ajaran-ajaran keislaman. Kemudian para khulafaur Rasyidin
juga memfungsikan masjid sebagai tempat pendidikan, begitu juga sampai kepada
zaman Bani Umayyah. Di masjid para ulama memberikan pendidikan agama dalam
berbagai cabang ilmu keagamaan. Dalam Masjid terdapat dua tingkatan sekolah,
tingkatan menengah dan tingkatan perguruan tinggi. Pelajaran yang diberikan dalam
tingkat menengah dilakukan secara perorangan, sedangkan pada tingkat perguruan
tinggi dilakukan secara halaqah, murid duduk bersama mengelilingi guru. Secara garis
besarnya pola pendidikan pada masa Dinasti Muawiyah dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Kuttab

Umat muslim pada masa Umayyah telah menoreh catatan sejarah yang
mengagumkan dalam bidang intelektual, banyak perestasi yang mereka peroleh
khususnya perkembangan pendidikan Islam. Pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan
Islam sangat tergantung pada penguasa yang menjadi pendorong utama bagi kegiatan
pendidikan. Menurut Abuddin Nata, di Andalusia menyebar lembaga pendidikan yang
dinamakan Kuttab. Kuttab termasuk lembaga pendidikan terendah yang sudah tertata
dengan rapi dan para siswa mempelajari berabagai macam disiplin Ilmu Pengetahuan
diantaranya Fiqih, Bahasa dan sastra, serta music dan kesenian :

a) Fiqih

Dalam bidang fiqih, karena Spanyol Islam menganut mazhab Maliki, maka para
ulama memperkenalkan materi-materi Fiqih dari mazhab Imam Maliki. Para Ulama
yang memperkenalkan mazhab ini adalah Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan
selanjutnya ditentukan ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd
Rahman. Ahli-ahli fiqih lainnya adalah Abu bakar idn Al-Quthiyah, Munzir ibn Said
Al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.

b) Bahasa dan Sastra

Bahasa Arab telah menjadi bahasa resmi dan bahasa administrasi dalam pemerintah
Islam di Andalusia. Bahasa Arab ini diajarkan kepada murid-murid dan para pelajar,
baik yang Islam maupun non-Islam. Dan hal ini dapat diterima oleh masyarakat, bahkan
mereka rela menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan
mahir dalam bahasa Arab, sehingga mereka terampil dalam berbicara maupun dalam
tatabahasa. Di antara ahli bahasa tersebut yang termasyhur ialah Ibnu Malik pengarang
kitab Alfiah, Ibn Sayyidih, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajjjj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-hasan
Ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al-Garnathi.

Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti
Al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abidin Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh
Ibn Basam, kitab al-Qalaid buah karya Al-Fath Ibn Khaqan dan banyak lagi yang
lainnya.
c) Musik dan Kesenian

Sya’ir merupakan ekspresi utama dari peradaban Andalusia. Pada dasarnya sya’ir
mereka didasarkan pada model-model sya’ir Arab yang membangkitkan sentiment
prajurit dan interes faksional para penakluk Arab.Dalam bidang musik dan suara, Islam
di Andalusia mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang
dijuluki Zaryab. Ia selalu tampil mempertunjukan kebolehannya. Kepiawaiannya
bermusik dan seni membuat ia menjadi orang termasyhur dikala itu, ilmu yang
dimilikinya diajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga
kepada para budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.

d) Filsafat

Atas inisiatif Al-Hakam (961-976), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari
timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaannya dan Universitas-
Universitasnya mampu menyaingi Bagdhad sebagai pusat Utama ilmu pengetahuan di
dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin Dinasti Bani Umayah di Spanyol
ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.

Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr
Muhammad Ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Masalah yang
dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-
Mutawahhid. Tokoh utama kedua adalah Abu bakr ibn Thufail. Karya filsafatnya yang
paling terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.

Bagian akhir abad ke-12 menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles
yang terbesar digelanggang filsafat Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova yang memiliki
cirri khas yaitu kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-
hatian dalam menggeluti masalah-masalah klasik tentang keserasian filsafat dalam
agama. Dia juga ahli fiqih dengan karyanya yang termasyhur Bidayah al-Mujtahid.

e) Bidang Sains

Ilmu-ilmu kedokteran, music, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga


berkembang dengan baik. Abbas Ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan
astronomi. Ia adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.[20]
Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan
waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil
membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-
bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-
Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-Hafidz adalah dua orang ahli
kedokteran dari kalangan wanita. Tokoh terkenal dalam bidang kedokteran adalah Ibn
Rusdy. Selain sebnagai filosof ia juga ahli kedokteran. Namun kemahirannya dalam
filsafat membuat keahlian dalam kedokterannya tertutupi. Karya Monumentalnya dalam
bidang ini adalah al-Kulliyat fi al-Thibb (generalitas dalam kedokteran).

Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian Barat melahirkan banyak
pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri
muslim di Mediterania Sicilia. Dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai
samudra Pasai dan Cina. Ibn Al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada,
sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Itulah sebagian
nama-nama besar dalam bidang sains.

C. MADRASAH DAN UNIVERSITAS YANG ADA PADA MASA UMAYYAH

Dengan tersebarnya Islam keberbagai daerah tersebut, maka timbul pulahlah pusat-
pusat pendidikan Islam, antara lain :

1. Madrasah Makkah

Guru pertama yang mengajar di Makkah, sesudah penduduk Mekkah takluk,


ialah Mu’az bin Jabal. Ialah yang mengajarkan Al Qur’an dan mana yang halal dan
haram dalam Islam. Pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan Abdullah bin Abbas
pergi ke Mekkah, lalu mengajar disana di Masjidil Haram. Ia mengajarkan tafsir, fiqh
dan sastra. Abdullah bin Abbaslah pembangunan madrasah Mekkah, yang termasyur
seluruh negeri Islam.

2. . Madrasah Madinah
Madrasah Madinah lebih termasyur dan lebih dalam ilmunya, karena di sanalah
tempat tinggal sahabat-sahabat nabi. Berarti disana banyak terdapat ulama-ulama
terkemuka. Seperti Abu Bakar, Umar bin Khatthab, Usman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib, Zubair bin Awwam, dan lain-lain.

3. Madrasah Basrah

Ulama sahabat yang termasyur di Basrah ialah Abu Musa Al-asy’ari dan Anas
bin Malik. Abu Musa Al-Asy’ari adalah ahli fiqih dan ahli hadist, serta ahli Al Qur’an.
Sedangkan Abas bin Malik termasyhur dalam ilmu hadis. Al-Hasan Basry sebagai ahli
fiqh, juga ahli pidato dan kisah, ahli fikir dan ahli tasawuf. Ia bukan saja mengajarkan
ilmu-ilmu agama kepada pelajar-pelajar, bahkan juga mengajar orang banyak dengan
mengadakan kisah-kisah di masjid Basrah.

4. Madrasah Kufah

Madrasah Ibnu Mas’ud di Kufah melahirkan enam orang ulama besar, yaitu:
‘Alqamah, Al-Aswad, Masroq, ‘Ubaidah, Al-Haris bin Qais dan ‘Amr bin Syurahbil.
Mereka itulah yang menggantikan Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama
Kufah, bukan saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama
Kufah, bukan saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud. Bahkan mereka pergi ke
Madinah.

5.  Madrasah Damsyik (Syam)

Setelah negeri Syam (Syria) menjadi sebagian negara Islam dan penduduknya
banyak memeluk agama Islam. Maka negeri Syam menjadi perhatian para Khilafah.
Madrasah itu melahirkan imam penduduk Syam, yaitu Abdurrahman Al-Auza’iy yang
sederajat ilmunya dengan Imam Malik dan Abu-Hanafiah. Mazhabnya tersebar di Syam
sampai ke Magrib dan Andalusia. Tetapi kemudian mazhabnya itu lenyap, karena besar
pengaruh mazhab Syafi’I dan Malik.

6. Madrasah Fistat (Mesir)

Setelah Mesir menjadi negara Islam ia menjadi pusat ilmu-ilmu agama. Ulama yang
mula-mula madrasah madrasah di Mesir ialah Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘As, yaitu di
Fisfat (Mesir lama). Ia ahli hadis dengan arti kata yang sebenarnya. Karena ia bukan
saja menghafal hadis-hadis yang didengarnya dari Nabi S.A.W., melainkan juga
dituliskannya dalam buku catatan, sehingga ia tidak lupa atau khilaf meriwayatkan
hadis-hadis itu kepada murid-muridnya. Oleh karena itu banyak sahabat dan tabi’in
meriwayatkan hadis-hadis dari padanya.

7. Universitas masa umayyah

Sedangkan universitas yang pada masa umayyah adalah : Spanyol dengan


Universitas Cordova dan Universitas al-Hambra Granada sebagai pusat ilmu
pengetahuan yang menjadi rujukan Eropa mengenal dunia.

D. TOKOH PENDIDIKAN PADA MASA BANI UMAYYAH BESERTA


KONSTRIBUSI

Dalam bidang ilmu fiqih:

a) Imam Hanafi

Pendiri madzhab Hanafi ini diberi gelar “Imam Ahlur Ra’yi” karena ia lebih
banyak memakai argumentasi akal dari pada ulama, namun ia tetap mengacu pada
sumber hukum Islam, seperti Al-Qur’an dan Hadits, fatwa sahabat, ijma’, qiyas, istihsan
serta urf.

b) Imam malik

Yakni seorang mujtahids besar dan ahli dalam bidang fiqih dan hadits sekaligus
pendiri madzhab Maliki.

Dalam bidang tasawuf:

a) Hasan al basri Dan Rabi’ah al adawiyah

Mereka adalah seorang sufi yang termasyhur sepanjang sejarah. Konsep


pemikirannya sangat terkenal dan menjadi suatu terobosan sufisme yang sangat
monumental.
Dalam bidang ilmu hadist:

a) Abu Hurairah

Beliau sangat termasyhur dan paling banyak dalam meriwayatkan hadits-hadits


rasul.

Dalam bidang ilmu tafsir:

a) Al-Asmi dan Mujahid muridnya Ibnu Abbas.

Itulah beberapa tokoh ilmuwan Muslim yang sangat berperan penting dalam
peradaban Islam di zaman Dinasti Bani Umayyah.

Anda mungkin juga menyukai