15/384750/SV/09107
SEKOLAH VOKASI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Air buangan yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi tersebut, berpotensi
mencemari lingkungan disekitar daerah pertambangan, air buangan bisa masuk ke dalam
badan sungai yang biasa digunakan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air sehari-
hari. Air buangan juga dapat menggangu kegiatan pertanian apabila air buangan
pertambangan masuk ke lahan pertanian yang akan membuat tanah menjadi asam dan
membuat tanah menjadi tidak subur. Selain itu, dengan adanya air buangan pertambangan
yang bersifat asam tersebut dapat menurunkan kualitas air tanah yang ada di daerah sekitar
pertambangn. Hal ini akan berdampak sangat buruk bagi kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan yang bergantung pada sumber air bersih di daerah tersebut, selain itu sangat
berdampak buruk bagi kegiatan sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Melihat dari kondisi diatas, maka dibutuhkan suatu solusi untuk mengatasi masalah
netralisasi air limbah pertambangan yang kurang efektif. Maka dari itu, digunakanlah
metode netralisasi dengan menggunakan air kapur yang ditambahkan pada air limbah
pertambangan batubara. Larutan kapur akan bereaksi dengan air membentuk Kalsium
Hidroksida (Ca(OH)2) yang bersifat basa sedang. Senyawa tersebut akan menetralkan air
limbah tambang yang bersifat asam. Kelebihan dari netralisasi dengan menggunakan
larutan kapur selain efektif adalah pelaksanaannya yang mudah dan biayanya yang murah.
Diharapkan dengan diterapkannya metode ini dengan dosis yang optimal didapatkan pH air
limbah yang memenuhi persyaratan yaitu 6-9.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara pelaksanaan netralisasi air limbah pertambangan batubara dengan
metode penambahan larutan kapur?
b. Berapa dosis optimal untuk netralisasi menggunakan metode penambahan larutan
kapur?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui cara pelaksanaan netralisasi air limbah pertambangan batubara dengan
metode penambahan larutan kapur.
b. Mengetahui dosis optimal untuk netralisasi menggunakan metode penambahan larutan
kapur.
BAB II
METODE
2.2 Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 3 jenis variabel yaitu variabel bebas,
variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas/ variabel manipulasi dalam penelitian
ini adalah jumlah larutan air kapur yang digunakan untuk netralisasi air limbah tambang
batubara. Variabel terikat/ objek yang dipengaruhi oleh variable bebas dalam penelitian ini
adalah tingkat keasaman (pH) dari air limbah tambang batubara. Adapun variabel kontrol
adalah segala faktor yang dijaga agar tidak mengganggu proses penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0.
Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH
lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting
dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti kimia,
biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi. Tentu
saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi
yang lebih rendah.
Semua garam merupakan elektrolit kuat yang berasal dari reaksi antara asam dan basa,
karena baik asam maupun basa keduanya merupakan elektrolit kuat, senyawa ini terionisasi
sempurna di dalam larutan. Contoh reaksi antara asam dan basa yang senyawanya
terionisasi secara sempurna yaitu:
BAB IV
PEMBAHASAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan kapur (Ca(OH)2
2%) dan sampel air limbah tambang batubara. Sedangkan instrumen penelitian meliputi
drum plastik 120 ml, stopwatch untuk pengukuran debit air limbah, jerigen 20 liter, jerigen
2 liter untuk pengambilan sampel air limbah, pH meter, seperangkat alat pemeriksaan
laboratorium seperti beaker glass (250 ml dan 1.000 ml), sendok, neraca analitik, dan
flokulator, kaca arloji dan pipet 10 ml.
Dari data hasil pengujian diatas, disusun dalam bentuk grafik linier seperti pada grafik
dibawah:
Dari persamaan yang sudah didapatkan dari analisis regresi linier diatas, maka dosis
pemberian larutan kapur 2% yang optimal untuk menetralisasi air limbah tambang batubara
bisa dihitung.
Perhitungan dosis optimal pemberian larutan kapur 2% agar air limbah tambang batubara
memenuhi syarat pH 6-9:
y = 4,906 + 0,649x
6 = 4,906 + 0,649x
x = 1,7 mL
y = 4,906 + 0,649x
9 = 4,906 + 0,649x
x = 6,308 mL
y = 4,906 + 0,649x
7 = 4,906 + 0,649x
x = 3,226 mL
Dari hasil perhitungan diperoleh, bahwa untuk menetralkan air limbah batu bara
sebanyak 1 liter agar memenuhi persyaratan pH yaitu antara 6-9, maka diperlukan
penambahan larutan kapur 2% sebanyak 1,7 mL sampai 6,3 mL Dosis yang optimal untuk
menetralkan air limbah batubara menjadi pH 7 adalah dengan menambah larutan kapur 2%
sebanyak 3,226 mL untuk setiap 1 liter air limbah batubara. Larutan kapur 2% dapat
diaplikasikan dilapangan dengan menggunakan alat dosing pump yaitu alat khusus yang
digunakan untuk menginjeksikan larutan dengan dosis yang sangat tepat sesuai yang
diinginkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Cara menetralisasi air limbah batu bara adalah dengan metode penambahan larutan
kapur 2% kedalam air limbah batubara.
b. Dosis optimal dari larutan kapur 2% yang diperlukan untuk menetralisasi air limbah
batubara adalah sebesar 3,226 mL untuk setiap penetralan 1 liter air limbah batubara.
5.2 Saran
a. Dalam pengolahan air limbah di Indonesia pada umunya, khususnya pengolahan air
limbah hasil tambang batubara sebaiknya perlu adanya pemeriksaan ulang terhadap
efektifitas dari pengolahan air limbah batubara yang sudah ada.
b. Netralisasi air limbah batubara dengan metode pemberian larutan kapur 2% dapat
digunakan sebagai alternatif pengolahan air limbah batubara, selain pelaksanaannya
yang mudah, metode ini juga memerlukan biaya yang sangat murah.
c. Pemerintah perlu bertindak tegas terhadap pihak-pihak yang melanggar persyaratan air
limbah agar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dari aktifitas pertambangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Faisal, Ahmad, & A., Syarifudin.(2014). Dosis Optimum Larutan Kapur Untuk Netralisasi Ph
Air Limbah Penambangan Batubara. Jurnal Kesehatan Lingkungan.1-6.