Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SAP TERAPI BERMAIN TEBAK WARNA

PADA ANAK PRASEKOLAH

DI SUSUN OLEH:

NAMA : MOH RAOHAN J

NIM : PO7247319029

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI DIII KEPERAWATAN TOLITOLI TAHUN AJARAN 2021

1
SATUAN ACARA PENGAJARAN BERMAIN

Pokok Bahasan : Stimulasi tumbuh kembang anak.

Sub Pokok Bahasan : Bermain dan alat permainan

Sasaran : Anak usia Sekolah

Nama penyuluh : Moh Raihan j

Hari/tanggal : senin 8 februari 2021

Tempat : Kamar Bermain Ruang Melati RSU MOKOPIDO

Waktu : 15 menit

A. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti permainan ini, anak bisa melatih konsentrasi

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti permainan ini, anak diharapkan:

1. Mampu menyebutkan 5 warna bukan tulisan nya

B. Kegiatan Bermain

No. Tahap Waktu Kegiatan Media

1. Pembukaan 3 menit  Memberi salam -


 Menjelaskan proses bermain
2. Pelaksanaan 10 menit  Menjelaskan aturan bermain. Laptop
 Memberikan contoh permainan
LCD
 Membimbing anak menebak warna
bukan pada bacaan nya

3. Penutup 2 menit  Evaluasi -


 Memberi reinforcement positif

2
 Memberi salam penutup
C. Metode

Demonstrasi

D. Evaluasi

1. Standar persiapan

1. Alat: laptop & LCD

2. Pengaturan tempat

2. Standar hasil: evaluasi pada akhir kegiatan:

1. Anak mampu menyebutkan warna bukan tulisan minimal 5

E. Pengorganisasian :
Leader : Sri Haryati, S. Kep
Observer : Fenny Tianda, S.Kep
Fasilitator : Sri Rohana Ningsih, S.Kep
Fitriawati Syahrum, S.Kep
Ernie Yulia, S.Kep
Lia Putri yanti, S.Kep

F. Pustaka

1. Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

2. Staf Pengajar IKA FKUI. 1995. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 3.

Jakarta : FKUI.

3. Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC

G. Lampiran

1. Materi

3
A. Pengertian Bermain

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau

mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi

kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul,

2009)

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa

mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi

kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).

Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek

terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif

untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan

emosional anak.

Terapi bermain menebak warna tulisan bukan bacaan tulisan nya yaitu

sebuah permainan yang melatih konsentrasi anak yaitu berupa sebuah bacaan

tulisan warna semisal “Merah” atau “Hijau” namun tulisan itu sendiri berwarna

“Kuning” atau “Ungu”. Disinilah letak kesulitan nya, anak anak diharapkan

berkonsentrsi agar mampu dengan tepat menyebutkan warna tulisan bukan

membaca nya.

B. Tujuan Bermain

Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun

mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan

stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak

akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik,

4
emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang

kreatif, cerdas dan penuh inovatif.

Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat

melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,

mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap

stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak

seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada

saat anak sakit atau anak di rumah sakit.

Tujuan bermain Kata dan Warna adalah untuk merangsang atau memacu

otak dan konsentrasi anak dalam bermain,selain itu juga akan merangsang

perkembangan intelektual kreatifitas dan kecekatan anak dalam berfikir.

C. Cara Pelaksanaan

Perawat akan menayangkan sebuah slide yang menayangkan sebuah bacaan

tulisan warna semisal “Merah” atau “Hijau” namun tulisan itu sendiri berwarna

“Kuning” atau “Ungu”. Anak diminta menyebutkan warna tulisan bukan

membaca nya.

D. Karakteristik Bermain

1. Sederhana

2. Imaginative

3. Fokus

4. Teliti

E. Sasaran

5
1. Usia Sekolah

2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik

3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga

4. Pasien kooperatif

5. Orang Tua

F. Usia

Usia Sekolah

G. Fungsi Bermain

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,

perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,

perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.

1. Perkembangan Sensoris – Motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan

komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting

untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan

untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat

permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu

perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.

2. Perkembangan Intelektual

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap

segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna,

bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak

akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-

6
mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia

telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan

untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan

imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan

eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.

3. Perkembangan Social

Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan

lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan

menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk

mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari

hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar

berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar

tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada

anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan

prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya

dilingkungan keluarga.

4. Perkembangan Kreativitas

Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan

mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya.

Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk

merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu

alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.

7
5. Perkembangan Kesadaran Diri

Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam

mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal

kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji

kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak

tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan

temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan

diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang

tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya

dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari

perilakunya terhadap orang lain

6. Perkembangan Moral

Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama

dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan

mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga

dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-

aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain

anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang

benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala

tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman

merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan

sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab

terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan

kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media

yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan

8
memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk

mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai

moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.

7. Bermain Sebagai Terapi

Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai

perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih,

dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang

dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan

rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari

ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan

anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan

relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Dengan demikian,

permainan adalah media komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk

dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji

perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan

selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak

dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya.

H. Kategori Bermain

Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain

aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif

kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan

bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.

1. Bermain aktif

 Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)

9
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat

permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-

ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-

kadang berusaha membongkar.

 Bermain konstruksi (construction play)

Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi

rumah-rumahan. Dll.

 Bermain drama (dramatik play)

Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-

saudaranya atau dengan teman-temannya.

 Bermain bola, tali, dan sebagainya

2. Bermain pasif

Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.

Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan

membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.

Contohnya:

1. Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah

2. Mendengarkan cerita atau music

3. Menonton televisi

4. Dll

I. Klasifikasi Permainan

1. Klasifikasi Bermain Menurut Isi :

a. Social affective play

10
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh

lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara

memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat

bersosialisasi dengan lingkungan.

b. Sense of pleasure play

Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya,

dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain

air atau pasir.

c. Skill play

Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan

tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya

mengendarai sepeda.

d. Dramatika play role play

Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau

ibu.

2. Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial

a. Solitary play

Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa

orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak

balitaToddler.

b. Paralel play

Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing

mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak

11
ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh

anak pre school.

Contoh : bermain balok

c. Asosiatif play

Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang

sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,

anak bermain sesukanya.

d. Cooperatif play

Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi

dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia

sekolah Adolesen.

J. Hal-hal yang Harus Diperhatikan

1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.

2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.

3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada

keterampilan yang lebih majemuk.

4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin  bermain. Jangan

memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

12
H. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia

1. Usia 0 – 12 bulan

Tujuannya adalah :

· Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,

menggenggam.

· Melatih kerjasama mata dan tangan.

· Melatih kerjasama mata dan telinga.

· Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.

· Melatih mengenal sumber asal suara.

· Melatih kepekaan perabaan.

· Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

Alat permainan yang dianjurkan :

·         Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.

·         Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.

·         Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.

·         Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.

·         Alat permainan berupa selimut dan boneka.

2. Usia 13 – 24 bulan

Tujuannya adalah :

·         Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.

· Memperkenalkan sumber suara.

· Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.

· Melatih imajinasinya.

13
· Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk

kegiatan yang menarik

Alat permainan yang dianjurkan:

· Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.

· Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.

· Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang

tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-

balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-

coret, krayon/pensil berwarna.

3. Usia 25 – 36  bulan

Tujuannya adalah ;

· Menyalurkan emosi atau perasaan anak.

· Mengembangkan keterampilan berbahasa.

· Melatih motorik halus dan kasar.

· Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan

membedakan warna).

· Melatih kerjasama mata dan tangan.

· Melatih daya imajinansi.

· Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.

Alat permainan yang dianjurkan :

· Alat-alat untuk menggambar.

· Lilin yang dapat dibentuk

· Pasel (puzzel) sederhana.

· Manik-manik ukuran besar.

· Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.

14
· Bola

4. Usia 32 – 72 bulan

Tujuannya adalah  :

· Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.

· Mengembangkan kemampuan berbahasa.

· Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.

· Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura

(sandiwara).

· Membedakan benda dengan permukaan.

· Menumbuhkan sportivitas.

· Mengembangkan kepercayaan diri.

· Mengembangkan kreativitas.

· Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).

· Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.

· Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar

rumahnya.

· Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :

pengertian mengenai terapung dan tenggelam.

· Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.

15
Alat permainan yang dianjurkan :

· Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,

alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.

· Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

K. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan

2. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu

3. Jenis kelamin

4. Lingkungan  lokasi, negara, kultur

5. Alat permainan  senang dapat menggunakan

6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

L. Tahap Perkembangan Bermain

1. Tahap eksplorasi

Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain

2. Tahap permainan

Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan

3. Tahap bermain sungguhan

Anak sudah ikut dalam permainan

4. Tahap melamun

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

16
M. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit

1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana

2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis

3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien

4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien

5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak

6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

N. Hambatan Yang Mungkin Muncul

1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia

2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan

3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang

bersamaan.

O. ANTISIPASI HAMBATAN

1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama

2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain

3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan

4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan

5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan

lainnya.

17
18

Anda mungkin juga menyukai