Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas (Kemenkes RI, 2013:1). Persentase lansia di Indonesia
meningkat sekitar dua kali lipat, yakni menjadi 8,97 persen (23 juta-an)
dalam waktu 1971-2017. Lansia perempuan sekitar satu persen lebih banyak
dibandingkan lansia laki-laki (9,47 persen banding 8,48 persen). Selain itu,
lansia di Indonesia didominasi oleh kelompok umur 60-69 tahun (lansia
muda) yang persentasenya mencapai 5,65 persen dari penduduk Indonesia,
sisanya kelompok umur 70-79 tahun (lansia madya) dan 80+ (lansia tua)
(Badan Pusat Statistik, 2017:12).
Penurunan fungsi fisiologi yang terjadi pada lansia akan menyebabkan
risiko untuk menderita penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif merupakan
penyakit tidak menular yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung
(Handajani; dkk, 2010:43). Penyakit jantung merupakan penyakit pembunuh
pertama di dunia sejak tahun 1970. Penyebab penyakit jantung beragam,
tetapi biasanya terbanyak ialah atherosclerosis dan/atau darah tinggi
(hipertensi). Hal ini sering disebabkan oleh faktor usia, perubahan- perubahan
fisiologi dan morfologi serta fungsi kardiovaskular (Tanuwidjaja; dkk,
2014:1).
Obat yang sering digunakan pada gangguan kardiovaskular dan
didokumentasikan dengan baik selama bertahun-tahun adalah golongan obat
statin, antihipertensi, beta-blocker, antiplatelet, atau kombinasi obat dalam
pencegahan sekunder kejadian kardiovaskular (Meid; et all, 2015:2).
Beberapa penyakit jantung yang sering ditemukan pada geriatri, antara lain
hipertensi, penyakit jantung koroner (PJK), stroke, penyakit jantung
pulmonik, dan penyakit jantung lainnya (Santulli, 2013:2). Penyakit kronis
yang diderita pasien lanjut usia (geriatri) dan beberapa kondisi medis
mengakibatkan pasien harus menerima beberapa obat yang dikenal dengan

1
2

polifarmasi. Kurangnya perhatian terhadap perubahan ini berkontribusi


terhadap penggunaan obat yang tidak tepat (Ubeda; et all, 2012:84).
Identifikasi peresepan obat pada populasi geriatri sangat penting untuk
terus dilakukan karena peresepan yang membahayakan pada populasi ini akan
berasosiasi dengan peningkatan morbiditas, terjadinya kejadian yang tidak
diinginkan terkait obat, dan mortalitas. Pemilihan obat pada populasi geriatri
merupakan proses yang kompleks karena populasi geriatri sangat rentan
terhadap peresepan obat yang tidak benar terkait dengan polifarmasi, adanya
penyakit penyerta, perubahan kodisi fisiologis yang dapat mempengaruhi
proses farmakokinetik dan sensitivitas farmakodinamik terhadap obat-obatan
tertentu (Julaiha, 2018:658). Kondisi patologi dan fisiologi pada golongan
lanjut usia, cenderung membuat lansia mengkonsumsi lebih banyak obat
(polifarmasi). Dibandingkan dengan pasien yang lebih muda, lansia memiliki
resiko lebih besar untuk mengalami efek samping dan interaksi obat yang
merugikan (Setyowati, dkk, 2011:25).
Keamanan peresepan pada populasi geriatri dapat diIdentifikasi mulai
dari tahap proses atau pada tahap outcome secara eksplisit dan implisit.
Pengukuran secara implisit dilakukan berdasarkan pada penilaian klinis
tentang keamanan obat tersebut pada individu pasien. Pengukuran secara
eksplisit dilakukan berdasarkan kriteria yang ada, termasuk penelitian yang
sudah dipublikasi, rekomendasi dari para ahli, dan konsensus bersama.
Kriteria STOPP START adalah salah satu kriteria yang banyak digunakan
untuk mengidentifikasi keamanan terapi farmakologi pada populasi geriatri
secara eksplisit (Julaiha, 2018:658).
Metode yang mencoba mengatasi masalah polifarmasi mencakup
Screening Tool of Older Persons Potentially Inappropriate Prescriptions
(STOPP) dan Screening Tool to Alert Doctors to the Right Treatments
(START). Metode ini dikembangkan untuk mengatasi kesalahan kelalaian
dan instruksi. Sebagai penyempurnaan dari metode Beers, metode STOPP /
START berfokus pada pola resep umum yang diamati pada orang dewasa
yang lebih tua (Gallagher; et all, 2008:675).
3

Kasus Potentially Inappropriate Medication (PIMS) yang terjadi pada


pasien geriatri perlu mendapat perhatian khusus karena kasus PIMS dapat
meningkatkan risiko terjadinya reaksi obat tidak dikehendaki (ROTD)
(Julaiha, 2018:658).
Berdasarkan penelitian Julaiha 2018 berjudul Identifikasi Potentially
Inapproprate Medications (PIMs) Berdasarkan Kriteria STOPP START pada
pasien Geriatri Rawat Inap di RS Advent Bandar Lampung, hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah pasien geriatri yang mengalami kejadian PIMS
selama rawat inap sebanyak 35 pasien (48,6%). Jumlah total kejadian PIMS
yang ditemukan selama pengobatan sebanyak 39 PIMS.
Berdasarkan penelusuran literatur, belum pernah dilakukannya
penelitian mengenai gambaran penggunaan obat kardiovaskular pada pasien
geriatri rawat inap berdasarkan kriteria STOPP di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. Perlu dilakukan penelitian yang lebih
komprehensif terkait permasalahan ini terhadap pasien geriatri rawat inap di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran yang bermanfaat untuk tenaga medis
dan tenaga kesehatan lainnya dalam usaha mencegah dan mengurangi
terjadinya PIMS (Potentially Inappropriate Medication). Dengan demikian,
akan memberikan keamanan dan keefisiensian pengobatan pada pasien
geriatri yang dirawat di Rumah Sakit ini. Hal ini dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan mengurangi beban biaya perawatan akibat
terjadinya PIMS.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melihat gambaran
penggunaan obat kardiovaskular pasien geriatri rawat inap berdasarkan
kriteria STOPP di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
B. Rumusan Masalah
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas (Kemenkes RI, 2013:1). Persentase lansia di Indonesia
meningkat sekitar dua kali lipat, yakni menjadi 8,97 persen (23 juta-an)
dalam waktu 1971-2017. Lansia perempuan sekitar satu persen lebih banyak
dibandingkan lansia laki-laki (9,47 persen banding 8,48 persen). Penyakit
4

kronis yang diderita pasien usia lanjut dan beberapa kondisi medis
mengakibatkan pasien harus menerima beberapa obat yang dikenal dengan
polifarmasi. Metode yang mencoba mengatasi masalah polifarmasi mencakup
Screening Tool of Older Persons Potentially inappropriate Prescriptions
(STOPP) dan Screening Tool to Alert doctors to the Right Treatments
(START). Metode ini dikembangkan untuk mengatasi kesalahan kelalaian
dan instruksi.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
penggunaan obat kardiovaskular pada pasien geriatri rawat inap di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung berdasarkan kriteria STOPP START.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. Mendapatkan gambaran penggunaan obat kardiovaskular berdasarkan
karakteristik sosio-demografi (usia dan jenis kelamin) dan karakteristik klinis
(jumlah obat, komorbiditas, lama rawat) pasien geriatri rawat inap di RSUD
Abdoel Moeloek Provinsi Lampung.
b. Mengetahui jenis PIMS (Potentially Innapropriate Medications) berdasarkan
kriteria STOPP (Screening Tool of Older Persons Prescription) dan
Screening Tool to Alert doctors to the Right Treatments (START) pada
pasien geriatri rawat inap RSUD Abdoel Moeloek Provinsi Lampung.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan penulis tentang
gambaran penggunaan obat kardiovaskular pada pasien geriatri rawat inap
berdasarkan kriteria STOPP START di RSUD Abdoel Moeloek Provinsi
Lampung.
2. Bagi Akademik
a. Menambah khazanah dan informasi, serta sebagai bahan tambahan referensi
dalam pengembangan ilmu kefarmasian yang dapat digunakan.
5

b. Sebagai bahan pustaka terutama farmasi klinis untuk penelitian selanjutnya


mengenai gambaran penggunaan obat kardiovaskular pada pasien geriatri
rawat inap berdasarkan kriteria STOPP START di RSUD Abdoel Moeloek
Provinsi Lampung.
3. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan
masukan yang positif untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
terutama dalam penggunaan obat kardiovaskular pada pasien geriatri rawat
inap.
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini dibatasi pada penggunaan obat kardiovaskular
berdasarkan kriteria STOPP START pada pasien geriatri rawat inap dengan
gangguan kardiovaskular dengan mengambil data rekam medik tahun 2018 di
RSUD Abdoel Moeloek Provinsi Lampung.

Anda mungkin juga menyukai