Skrining adalah suatu usaha mendeteksi atau menemukan penderita yang tanpa gejala dalam
suatu masyarakat atau kelompok melalui suatu tes atau pemeriksaan singkat dan sederhana
untuk dapat memisahkan mereka yang betul-betul sehat terhadap mereka yang kemungkinan
besar menderita yang selanjutnya diproses melalui diagnosis pasti dan pengobatan (Nur
Nasry Noor, 2008:135).
Pemeriksaan pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel pada serviks dengan
menggunakan sikat halus. Sel-sel ini lalu diperiksa di laboratorium untuk dilihat adakah
tanda-tanda keganasan, infeksi, dan kelainan lainnya. Hasil pap smear diketahui lebih akurat,
karena yang diperiksa adalah perubahan sel, yakni satuan terkecil dalam tubuh manusia.
Sehingga, perubahan mikro yang tidak terlihat oleh mata bisa dideteksi. Selain itu, pap smear
dinilai lebih spesifik dalam mendeteksi kanker serviks dan juga menilai perkembangan terapi.
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan oleh dokter dan terdapat di klinik serta rumah sakit.
Harganya pun lebih mahal dibandingkan dengan tes IVA. Tes IVA merupakan pemeriksaan
dengan melihat penampakan serviks secara kasatmata dengan bantuan lampu. Tes ini
menggunakan asam asetat 5 persen yang dioleskan ke serviks selama 30-60 detik. Bila
setelah pengaplikasikan asam asetat terlihat perubahan warna menjadi putih pada serviks,
maka terdapat indikasi kelainan. Meski begitu, kelainan ini tidak bisa dipastikan apakah
berupa infeksi atau lesi pra kanker. Inilah yang membuat tes IVA dinilai tidak sespesifik pap
smear dalam mendeteksi kanker serviks. Meski demikian, tes IVA tetap punya keunggulan
dalam perannya sebagai deteksi kanker serviks. Tes ini dapat dilakukan oleh bidan, dokter,
maupun tenaga medis yang terlatih. Alat pemeriksaan yang digunakan pun minim, sehingga
bisa dilakukan di pelosok-pelosok daerah dengan keterbatasan tenaga medis dan rumah sakit.
Selain itu, dari segi harga tes ini lebih murah ketimbang pap smear.
Kanker payudara ( Ca Mammae) merupakan salah satu jenis tumor ganas yang sampai saat
ini masih menjadi salah satu penyebab kematian dan prosesnya memakan waktu yang lama,
sehingga apabila diketahui lebih dini akan dapat menekan angka kejadian kanker payudara.
Salah satu pencegahan terjadinya kanker payudara adalah dengan melakukan deteksi dini
kanker payudara (SADARI) setiap bulan (Sarina, Thoha, & Natsir, 2020). Mengingat
tumor mammae , merupakan tumor yang paling umum diderita oleh wanita, maka screening
sangat diperlukan untuk deteksi dini ca mammae. Untuk breast cancer ,
dilakukan screening programme untuk deteksi dini pada wanita dengan resiko tinggi
(modified dari Kiechle et al).
1. Initial screen, dilakukan pada umur 25 tahun , atau 5 tahun sebelum ca terdeteksi
pada anggota keluarga , tapi tidak dibawah usia 18 tahun.
2. Palpasi, pemeriksaan sendiri dilakukan tiap bulan sesuai instruksi, dan pemeriksaan
klinis setiap 6 bulan.
Prosedur tes ini dianjurkan bagi orang yang berisiko tinggi mengalami penyakit menular
seksual seperti :
Sebelum menjalani skrining penyakit menular seksual, biasanya akan diminta hal-hal berikut:
Menjelaskan alasan kenapa Anda berpikir arus menjalani skrining penyakit menular
seksual.
Menjelaskan aktivitas seksual Anda. Pertanyaan ini bisa bersifat sangat pribadi. Tapi
jawablah dengan jujur karena informasi tersebut penting bagi dokter untuk
menegakkan diagnosis. Dokter juga memiliki kode etik untuk tidak membocorkan
rahasia medis Anda.
Mendeskripsikan gejala secara rinci.
Menjalani pemeriksaan fisik.
Skrining penyakit menular seksual dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
Kanker yang menyerang organ reproduksi wanita disebut juga kanker ginekologis. Beberapa
jenis kanker yang termasuk dalam kelompok kanker ginekologi adalah kanker rahim, kanker
serviks, kanker ovarium, kanker vagina, dan kanker vulva. Beberapa tindakan yang bisa
dilakukan yaitu:
Wulandari, A. (2019). Upaya deteksi dini ca serviks oleh bidan praktek mandiri sebagai
perwujudan hak reproduksi perempuan ditinjau dari aspek hukum dan ham. Jurnal Karya
Kesehatan Husada, 7(1).
Depkes RI. (2009). Pengendalian Infeksi Menular Seksual dengan Pengobatan Presumtif Berkala,
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Penyehatan Lingkungan.
Trisilia Riesa. (2009). Analisis Keikutsertaan Wanita dalam Pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat (IVA) sebagai Metode Skrining Alternatif Kanker Serviks di Puskesmas Alun-alun Kabupaten
Gresik Tahun 2009, Surabaya: Universitas Airlangga