Anda di halaman 1dari 2

DREAM COMES TRUE

Jamilah Alfia kelahiran Lumajang 11 November 1997. Seorang mahasiswa


kebidanan tidak menghalangi hobinya menulis. Buku yang pernah diterbitkan: My New
Boss Is My husband.
Aku menatap rembulan yang menerangi dunia penuh kegelapan ini. Rasanya
hampa, sunyi, menakutkan seperti sebuah belati menusuk hatiku yang paling dalam.
Merobeknya, hingga menimbulkan nyeri yang tak tertahankan. Aku tak mengerti hati
ini, kiasan ini terlalu sulit untuk kupahami. Aku terus berjalan mengikuti naluriku
sejauh mana ia melangkah. Rasanya sedikit damai mengurangi rasa sakit yang aku
alami saat ini. Hingga aku melihat sesuatu yang mampu mematahkan seluruh
pandanganku kepada pemandangan yang terpampang di depan mataku. Baunya begitu
menyeruak dalam indera penciumanku. Terpampang nyata bunga bemekaran begitu
indah disekeliling tanah yang luas ini. Aku yakin, semua orang yang melihatnya akan
terpana. Termasuk aku.
‘Sreekk’ Sebuah suara mengganggu pikiranku. Aku menoleh ke sumber suara itu.
Terlihat seorang pria berdiri dihadapanku. Menatap diriku dengan tatapan hangatnya.
Aku kembali memfokuskan mataku. Aku merasakan keanehan, aku merasa tidak asing
melihat sosoknya. Aku kembali mengingat-ingat dimana aku bertemu dengan dia. Ya,
benar saja. Aku pernah melihatnya dan aku kembali mengamati sekitarnya. Mulai dari
pemandangan, rembulan, bunga, dan pria ini semuanya sama. Sama selalu ada dalam
mimpiku. Tapi, kali ini beda dari mimpi sebelumnya. Wajahnya, bentuk tubuhnya,
harumnya semuanya terpampang nyata. Dia menatapku dan tersenyum padaku, hati ini
langsung berbunga-bunga. Tinggal 1 cm saja tangan ini menyentuh wajahnya, tiba-tiba
jam alarm membangunkan diriku dari mimpi ini. “Astaga, kepalaku pusing banget. Ini
sungguh aneh, kenapa mimpiku selalu sama dan anehnya lagi wajah pria itu tercatat
jelas dalam pikiranku sekarang.” Raline bangun dan bergegas ke kamar mandi karena
hari ini dia ada mata kuliah.
Pagi ini, kampus begitu rame. Mengapa? Aku mencoba menghampiri gerumbulan
orang-orang yang berada disekitar kelasku. Semua mata mengarah padanya, pada
seorang pria yang berpenampilan sederhana namun parasnya begitu memancarkan
ketampanan. “Oh My God, dia kan...” Belum sempat aku melanjutkan kata-kataku tiba-
tiba lidah ini ngilu, tubuh ini terdiam, irama jantung begitu mendebarkan saat mata itu
memandang kearahku. Aku masih terdiam tidak percaya dengan apa yang aku lihat
barusan. Kenapa pria itu muncul lagi dan lagi mulai dari mimpiku hingga sekarang
didunia nyataku? Aku kembali menoleh ke belakang memastikan apa pria itu masih
disana. Dan benar saja, dia ada disana dan sedang tersenyum kearahku. Aku sontak
langsung membalikkan tubuhku. Hatiku berdesir saat melihat bola matanya yang begitu
hangat.
Ya dia adalah Billy pria yang begitu hangat dan tentunya sangat tampan. Rasanya
seperti ini masih mimpi bisa bertemu dia lagi. Aku tersenyum-senyum sendiri,
merasakan hal yang begitu berbeda dari hidupku sebelumnya. Belum pernah aku
sebahagia ini. Banyak wanita yang kubuat iri melihat kebersamaanku dengan Billy.
Awalnya aku merasa canggung takut rasa ini bertepuk sebelah tangan. Namun, ternyata
Billy juga memiliki rasa yang sama seperti yang aku rasakan. Aku begitu bahagia
memiliki harapan baru dalam hidupku ini. Namun, aku selalu bertanya-tanya dalam
hatiku. ‘Kenapa dia selalu masuk dalam mimpiku?’
Tapi, aku tidak terlalu menghiraukan rasa penasaran itu yang terpenting sekarang
aku mempunyai seseorang yang bisa mewarnai hari-hariku dengan lukisan-lukisan
indah.
Aku menatap rembulan yang kini tertutup awan malam, sambil terus mengingat,
hari-hari berwarnaku bersamanya. Rasanya seperti mimpi yang nyata, indah sekali.
Memang ia adalah mimpiku yang menjadi kenyataan. Malam ini pun, mimpi itu
menjadi nyata. Pemandangan itu, rembulan terang, bunga-bunga tamannya, dan pria ini,
Billy. Wajahnya, bentuk tubuhnya, harumnya semuanya terpampang nyata. Dia
menatapku dan tersenyum padaku, hati ini langsung berbunga-bunga. Tinggal 1 cm saja
tangan ini menyentuh wajahnya. Seharusnya saat ini aku mendengar suara alarm jam
kamarku, namun kali ini tidak. Jantungku bergejolak bahagia.
Meski sedetik, akhirnya aku tersadar. Oh tuhan aku mencintainya, pria dalam
mimpiku. Meski kini, belatinya menusuk jantung dibalik dadaku, menusuk hatiku yang
paling dalam, tanpa alasan yang jelas, Aku tetap mencintainya, pria dalam mimpiku.
Billy.

-THE END-

Anda mungkin juga menyukai