Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas berkat rahmat-Nya, makalah ini dapat terselesaikan
dengan cukup baik, tepat pada waktunya. Penulisan karya makalah ini bertujuan untuk
melengkapi tugas dan remedial mata kuliah Matematika Dasar 2B. Selain untuk melengkapi
tugas, tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah untuk memberi informasi tentang
Persamaan Diferensial.
Dalam penyelesaian penulisan makalah ini, penulis mengalami banyak kendala yaitu
kendala sumber materi dan waktu pengerjaan tetapi hal tersebut tidak membuat penulis putus
asa untuk mengerjakan makalah ini karena adanya dukungan dari banyak pihak. Karena itu,
sepantasanya jika penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan hidayah dan ide untuk membuat
makalah yang membahas tentang Persamaan Diferensial.
2. Orang tua, yang telah memberikan dorongan/motivasi baik secara moral maupun
spiritual kepada anaknya untuk membuat makalah ini.

Jakarta, 2018
Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB 1...................................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................3
BAB 2...................................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Diferensial.........................................................................................................5
2.2 Persamaan Diferensial Biasa (PDB)...................................................................................5
2.3 Menyelesaikan Persamaan Diferensial Biasa (PDB).........................................................6
2.4 Aplikasi Persamaan Diferensial Biasa (PDB)..................................................................15
BAB 3.................................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................19
Daftar Pustaka...................................................................................................................................20

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persamaan diferensial adalah persamaan matematika untuk fungsi satu


variable atau lebih, yang menghubungkan nilai fungsi itu sendiri dan turunanya dalam
berbagai orde. Persamaan diferensial memegang peran penting dalam rekayasa fisika,
ilmu ekonomi dan berbagai macam disiplin ilmu. Persamaan diferensial muncul
dalam berbagai bidang sains dan teknologi, bilamana hubungan deterministic yang
melibatkan besaran yang berubah secara kontinu dimodelkan oleh fungsi matematika
dan laju perubahannya dinyatakan sebagai turunan atau dipostulatkan.

Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang


digunakan bervariasi sesuai jenis persamaan yaitu: Persamaan diferensial biasa (PDB)
dan persamaan diferensial parsial (PDP). Baik persamaan diferensial biasa maupun
parsial dapat digolongkan sebagai linier atau nonlinier. Sebuah persamaan diferensial
disebut linier apabila fungsi yang tidak diketahui dan turunannya muncul dalam
perangkat satu (hasil kali tidak dibolekan). Bila tidak memenuhi syarat ini, persamaan
tersebut adalah nonlinier.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah agar penguraian makalah lebih terarah


dan

Terfokus maka rumusan masalahnya adalah:

 Pengertian persamaan diferensial biasa (PDB)

 Penerapan (aplikasi) persamaan diferensial biasa (PDB) dalam kehidupan


sehari hari.

3
1.3 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk lebih memahami tentang persamaan


diferensial serta aplikasinya dalam kehidupan sehari – hari. Diharapkan makalah ini
dapat menambah nilai uts dan menambah wawasan mahasiswa.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diferensial


Persamaan diferensial adalah persamaan matematika untuk fungsi satu
variabel atau lebih, yang menghubungkan nilai fungsi itu sendiri dan turunannya
dalam berbagai orde.

Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang


digunakan bervariasi sesuai jenis persamaan. Persamaan diferensial biasa (PDB)
adalah persamaan diferensial di mana fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat)
adalah fungsi dari variabel bebas tunggal. Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang
tidak diketahui ini adalah fungsi riil atau fungsi kompleks, namun secara umum bisa
juga berupa fungsi vektor maupun matriks. Lebih jauh lagi, persamaan diferensial
biasa digolongkan berdasarkan orde tertinggi dari turunan terhadap variabel terikat
yang muncul dalam persamaan tersebut.

Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah persamaan diferensial di mana


fungsi yang tidak diketahui adalah fungsi dari banyak variabel bebas, dan persamaan
tersebut juga melibatkan turunan parsial. Orde persamaan didefinisikan seperti pada
persamaan diferensial biasa, namun klasifikasi lebih jauh ke dalam persamaan eliptik,
hiperbolik, dan parabolik, terutama untuk persamaan diferensial linear orde dua,
sangatlah penting. Beberapa pesamaan diferensial parsial tidak dapat digolongkan
dalam kategori-kategori tadi, dan dinamakan sebagai jenis campuran.

Baik persamaan diferensial biasa maupun parsial dapat digolongkan sebagai


linier atau nonlinier. Sebuah persamaan diferensial disebut linier apabila fungsi yang
tidak diketahui dan turunannya muncul dalam pangkat satu (hasilkali tidak
dibolehkan). Bila tidak memenuhi syarat ini, persamaan tersebut adalah nonlinier.

2.2 Persamaan Diferensial Biasa (PDB)


Persamaan diderensial biasa adalah persamaan diferensial di mana fungsi yang
tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel bebas tunggal. Peubah
bebas biasanya disimbolkan dengan x. Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang
tidak diketahui ini adalah fungsi riil atau fungsi kompleks, namun secara umum bisa

5
juga berupa fungsi vektor maupun matriks. Lebih jauh lagi, persamaan diferensial
biasa digolongkan berdasarkan orde tertinggi dari turunan terhadap variabel terikat
yang muncul dalam persamaan tersebut dan turunannya merupakan turunan biasa.

2.3 Menyelesaikan Persamaan Diferensial Biasa (PDB)


dy
PDB orde satu dapat dinyatakan dalam =f ( x , y)
dx

atau dalam bentuk: M ( x , y ) dx+ N ( x , y ) dy=0

1. Penyelesaian PDB orde sat dengan integrasi secara langsung


dy
Jika PDB dapat disusun dalam bentuk =f ( x), maka persamaan tersebut dapat
dx
diselesaikan dengan integrase sederhana.
Contoh:
dy
=3 x2 −6 x+5
dx

Maka y=∫ ( 3 x 2−6 x +5 ) dx=x 3 +3 x 2+ 5 x +c

Nilai c tidak dapat ditentukan kecuali jika dalam persamaan di atas diberi
keterangan syarat (sebuah nilai y untuk x tertentu). Solusi dengan nilai
konstanta sembarang atau c disebut solusi umum/primitif, sedangkan solusi
disebut khusus jika nilai c dapat dihitung.

2. Penyelesaian PDB orde satu dengan pemisahan variable


dy
Jika persamaan diferensial berbentuk =f ( x , y) , yaitu persamaan yang ruas
dx
kanannya dapat dinyatakan sebagai perkalian atau pembagian fungsi x dan fungsi
y, maka penyelesaian PDB dengan cara memisahkan variabelnya sehingga
faktor’y’ bisa kita kumpulkan dengan ‘dy’ dan faktor’x’ dengan ‘dx’.
Contoh:
xy y ' + x 2 +1=0
Ubah kedalam eksplisit

xy ( dydx )+ x +1=0
2

Bagi tiap – tiap ruas

6
1
(
y dy=− x 2+
x )
dx

Integralkan keduaruas
x 2+1
∫ y dy =−∫ ( ) x
dx

∫ y dy =−∫ ( x + 1x )dx
y2 x2
=−( +ln |x|)+ c
2 2

2 −x 2
y= −ln |x|+c ; c=−c
2

−x 2
Maka, solusi umumnya adalah y 2= −ln |x|+c
2

3. Persamaan homogen substitusi y = vx

Tinjau persamaan diferensial berikut:

dy x +3 y
=
dx 2x

Persamaan di atas tidak dapat diselesaikan dengan cara memisahkan


variabelnya. Dalam hal ini kita lakukan substitusi y = vx, dengan v
adalah fungsi x. Sehingga penyelesaiannya:

dari y = v x dideferensialkan menjadi

dy dv
=v + x
dx dx

Sehingga

2+ 3 y 1+3 v
=
2x 2

dv 1+3 v
Persamaan sekarang menjadi: v+ x =
dx 2

dv 1+ 3 v 1+ v
x = −v =
dx dx 2

7
2 1
dv = dx
1+ v x

Kedua ruas diintegrasikan menjadi:

2 1
∫ 1+v dv=∫ x dx
2 ln ( 1+ v )=ln x + c

y 2
( )
1+
x
=c . x

y
Substitusi v= didapatkan
x

y 2
( )
1+
x
=c . x atau (x+ y)2=c3 x

dy
4. Persamaan linier dalam bentuk + Py=Q
dx

dy
Untuk persamaan diferensial yang berbentuk + Py=Q dengan P dan Q fungsi x
dx
atau konstanta maka penyelesaian persamaan diferensial dengan mengalihkan
kedua ruas dengan factor integrase e∫ Pdx

Contoh:

dy
− y=x
dx

Penyelesaian:

dari persamaan diperoleh P = -1 dan Q = x

faktor integrasinya e∫ Pdx=e−x

jika kedua ruas persamaan dikalikan dengan e− x maka:

dy
e− x ( dx )
− y =e−x ( x)

dy −x
e− x −e . y=e− x . x
dx

8
d −x
( e . y )=e−x . x → d {e∫ Pdx . x=e∫ Pdx . Q
dx

Sehingga penyelesaiannya:

∫ d ( e− x y ) =∫ e−x . xdx
e− x y=−e−x x +∫ e− x dx =−e−x x−e−x +c

c
y=−x−1+
e−x

dari contoh diatas jika faktor integrase e∫ Pdx=µ , maka persamaan


diferensial linier orde sat bisa dinyatakan dalam bentuk:

d
( µ , y )=µ .Q
dx

Dengan bentuk diatas, penyelesaian menjadi

Pdx
µ. y=∫ µ .Qdx +c atau y . e∫ .Qdx +c

dy
5. Persamaan Bernoulli berbentuk + Py=Q y n
dx

dy
Persamaan diferensial berbentuk + Py=Q y n dengan P dan Q fungsi x atau
dx
konstanta diselesaikan dengan cara:

dy
y−n + P y 1−n=Q
dx

Kedua, misalkanlah Z= y 1−nsehingga

1−n
dz d( y ) dz −n dy
= → (1−n ) y
dx dx dx dx

dz
Supaya suku pertama didapat maka persamaan pertama dikalikan (1-n)
dx
didapat:

dy
( 1−n ) y −n + (1−n ) py1−n =( 1−n ) Q
dx

9
dz
+ P1 . Z=Q 1 ( persamaan diferensiallinear )
dx

dengan P dan Q fungsi x atau konstanta. Persamaan terakhir dapat diselesaikan


dengan faktor integrasi. Setelah diperoleh penyelesaian untuk z, dengn substitusi
Z= y 1−n kita dapatkan y.

Contoh:

Selesaikan persamaan diferensial berikut:

dy y
+ =x . y 2
dx x

Penyelesaian

Kedua ruas dibagi y 2 menjadi

−2 dy y−1
y + =x
dx x

dz dy
Misalkan z= y 1−n , n=2 sehingga z= y −1 dan =− y−2
dx dx

dz
Supaya suku pertama didapat maka penyelesaian dikali -1,
dx
diperoleh:

−2 dy y −1
−y − =−x
dx x

dz z
− =−x → persamaan diferensiallinear
dx x

−1
Faktor integral e∫ Pdx dimana P= maka:
x

∫ Pdx ∫ 1x dx 1
=e−ln x =eln x =
−1

e =e
x

Bentuk umum penyelesaian persamaan diferensial linear didapat:

Pdx
µ. y=∫ e∫ . Qdx+c

sehingga

10
1 1 z
. z ∫ . ( 1−x ) dx+ c → =−x +c
x x x

Z=cx−x 2

karena , Z= y−1=cx −x2 → y =( cx−x 2)−1

6. Persamaan Diferensial Eksak

PDB dalam bentuk:

M ( x , y ) dx+ N ( x , y ) dy=0

δQ
Dikatakan eksak jika terdapat fungsi Q(x,y), sedemikian sehingga =M ( x , y)
δy

δQ
dan =M ( x , y), dengan mengingat diferensial total dari fungsi Q(x,y), maka
δy
disimpulkan bahwa persamaan M(x,y)dx + N(x,y)dy = 0 eksak jika:

δM δN
=
δy δx

Langkah – langkah untuk menyelesaikan persamaan diferensial eksak adalah


sebagai berikut:

Langkah 1. Tuliskan persamaan diferensial bentuk diferensial:

M(x,y)dx + N(x,y)dy = 0

Langkah 2. Uji ke-eksak-an persamaan diferensial:

δM δN
=
δy δx

Langkah 3. Jika eksak, integralkan M terhadap x atau N terhadap y. misalkan

ծ
dipilih M, maka: N ( x , y )= ¿
ծy

Langkah 5. Integralkan g’(y) untuk memperoleh g(y)

Langkah 6. Tuliskan penyelesaikan umum dalam bentuk implisit: Q(x,y) = c

Langkah 7. Tentukan C jika diberikan kondisi awal tertentu.

Contoh:

11
dy x−2 y
Selesaikan PDB = . y ( o )=3
dx y 2 −2 x

Selesaikan :

Langkah 1. Bentuk diferensial PD adalah: ( x−2 y ) dx+ ( y 2−2 x ) dy =0

δM δN
Langkah 2. Uji ke-esak-an PD ini: =−2 ; =−2
δy δx

Langkah 3. Misalkan dipilih M untuk diitegralkan, maka:

Q= ( x , y )=∫ M ( x , y ) dx + g ( y )

¿ ∫ ( x−2 y ) dx+ g( y)

1
¿ x−2 xy+ g ( y)
2

Langkah 4. Menyamakan turunan Q(x,y) terhadap y dengan N(x,y):

δM 1
δy 2 ( )
x−2 xy+ g ( y ) = y 2−2 x

0−2 x + g' ( y )= y 2−2 x

g' ( y )= y 2

Langkah 5. Integralkan g’(y), diperoleh: g(x) = 1/3 y 3

Langkah 6. Penyelesaian umum dalam bentuk implisit Q(x,y) = C

1 1
x−2 xy+ y 3+ c
2 3

Langkah 7. Dengan kondisi awal y (0) = 3, diperoleh C = 9, sehingga

1 1
penyelesaian khususnya adalah: x−2 xy+ y 3+ 9
2 3

7. Persamaan Diferensial Tak-Eksak

Jika suatu PD orde satu berbentuk:

M(x,y)dx + N(x,y)dy = 0

Mempunyai sifat:

12
δM δN

δy δx

Maka PD tersebut disebut PD tak-eksak, suatu PD tak-eksak dapat diubah ke PD


Eksak dengan mengalikan persamaan dengan suatu faktor yang tepat, yang
disebut faktor pengintegralan (integrating faktor). Pada bagian sebelumnya, kita
p ( x ) dx
mengenal faktor integral: µ ( x )=e∫ untuk menyelesaikan persamaan
diferensial linear order satu dalam bentuk:

dy
+ P ( x ) y =Q( x)
dx

Faktor integral µ ( x )=e∫ p (x ) dx akan membawa persamaan diferensial linier order

dy
satu berbentuk + P ( x ) y =Q( x) menjadi persamaan diferesial eksak. Secara
dx
umum suatu faktor integral adalah faktor μ(x,y) dapat mengubah persamaan
diferensial tidak eksak menjadi persamaan diferensial eksak.

Contoh:

Tunjukkan bahwa x dy + (2y – xex) dx = 0 tidak eksak, tetapi dengan


mengalikan dengan faktor μ = x persamaan diferensial tersebut
menjadi eksak. Kemudian selesaikan!

Penyelesaian :

δ
Uji ke-eksak-an, ( 2 y− x e x )=2 δ ( x ) =1
δx δx

Jadi PD adalah tidak eksak. Dengan mengalikan faktor integral x diperoleh:

x 2 dy + ( 2 xy− x2 e x ) dx=0 → Persamaan Diferensial Eksak

2 x 2
δM δ (2 xy −x e ) δN δ( x )
= =2 x ; = =2 x
δy δy δy δy

Dari langkah – langkah penyelesaian persamaan diferensial eksak, maka:

13
Q ( x , y )=x 2 y−x 2 e x +2 xe x −2 e x + g( y )

Jika diketahui:

δ
Q ( x , )=N ( x , y)
δy

Maka, x 2+ g ' ( y )=x 2 → g' ( y )=0 → g ( y )=0

Jadi solusi persamaan diferensial adalah: Q ( x , y )=c → x 2 y−x 2 e x +2 xe x −2 e x =c

8. Menentukan faktor integrasi

Jika M(x,y)dx + N(x,y)dy = 0 persamaan diferensial tak-eksak dan µ(x,y) faktor


integrasi, maka µ(x,y)M(x,y)dx + µ(x,y)N(x,y)dy = 0 adalah PD Eksak, sehingga

δµM δµN
= atau
δy δx

δµ δM δµ δN
M+ µ= N + µ
δy δy δx δx

( δMδy − δNδx ) µ= δµδx N − δµδy M


δµ δµ
−( M− N )
δy δx
µ=
δM δN
( −
δy δx )

Ada beberapa kasus, yaitu:

(1) Faktor integrasi hanya fungsi x saja atau µ(x,y) = µ(x) maka;
δµ
N)
−(0−
δx
µ=
δM δN

δy δx( )
δM δN Nδμ
↔ − =
δy δy μδx
δM δN
1
↔ δπ =
( δy δx )

dx
μ N

14
δM δN
↔ ln μ=∫
( δy δx )

dx
N


( δMδy − δNδx ) dx
N
↔ μ=e

δM δN
Jadi jika δy δx ) menghasilkan fungsi x saja maka µ(x,y) = µ(x).
( −

(2) Faktor integrasi hanya fungsi y saja atau µ(x,y) = µ(y) maka:
δM δN

( δy δx )

dy
N
π=e

δM δN
Jadi Jika δy δx ) menghasilkan fungsi y saja, maka µ = µ(y)
( −
dy
M

δM δN
(3) Jika δy δx ) menghasilkan fungsi xy, maka µ = µ(y)
( −

yN−xM

δM δN
(4) Jika δy δx ) menghasilkan fungsi (x + y) maka µ = µ(x + y)
( −

N −M

δM δN
(5) Jika δy δx ) menghasilkan fungsi (x - y) maka µ = µ(x - y)
( −

yN + xM

(6) Jika ( δMδy − δNδx ) menghasilkan fungsi ( x + y ) , maka μ=μ (x + y )


2 2 2 2

2 xN −2 yM

δM δN
Kesimpulan: faktor integral ditentukan dengan menghitung − kemudian
δy δx
membaginya sehingga diperoleh fungsi yang mandiri.

Contoh:

Tunjukkan faktor integral dari persamaan diferensial

x dy+ ( 2 y −xe x ) dx=0 sehingga menjadi persamaan diferensial eksak

Penyelesaian:
15
M ( x , y )=( 2 y −xe x ) dan N ( x , y )=x=1

δM δ δN δ
= ( 2 y−xe x )=2 dan = ( x )=1
δy δy δx δx

Sehingga diperoleh

δM δN
δM δN −
− =1 dan δy δx 1
δy δx = → fungsi dari x saja
N x

Maka faktor integralnya adalah


( δMδy − δNδx ) dx =e
∫ 1x dx lnx
=e = x
N
μ( x )=e

Dari sini seperti contoh sebelumnya dapat ditunjukkan dengan mengalikan x pada
persamaan dihasilkan persamaan diferensial eksak.

2.4 Aplikasi Persamaan Diferensial Biasa (PDB)


1. Aplikasi Persamaan Diferensial Pada Hukum Pendinginan Newton

Andaikan t adalah waktu t setelah benda mulai mendingin. Jika T(t) adalah
suhu benda pada saat t, Tm suhu medium yang mengelilinginya, dT/dt laju perubahan

dT
suhu pada saat t, dan k faktor pendingin maka: =k (T −Tm)
dt

dT
=k dt
(T −Tm)

dT
∫ ( (T −Tm ) )
=∫ k dt

ln ( T −Tm )=kt +¿ C 1 ¿

T −Tm=e (kt −C 1)=( ekt ) ( e C 1 )=C jadi penyelesaian persamaan diferensial dari hukum
pendinginan Newton adalah: T =Tm+ C e kt

Contoh:

jika suatu benda berada di udara bersuhu 36º dan benda mendingin dari 100º
dalam waktu 10 menit manjadi 68º, berapakah suhu benda setelah 30 menit?

Jawab:

16
andaikan t adalah waktu dalam menit setelah suhu benda mulai turun. maka
suhu benda setelah 30 menit adalah:

T =Tm+ C e kt

diketahui: Tm = 36º t = 0 → T(0) = 100º C = 64,

sehingga: T =36+64 e kt karena pada saat t = 10 → T(10) = 68º

maka: 68=36+64 e10 k ; e10 k =0,5; k=0,1 ¿

jadi, T =36+64 e(−0,0693 t) ; t=30 →T =36+ 64(0.125)

T = 44

2. Aplikasi Persamaan Diferensial Biasa pada ilmu Biologi untuk menghitung


jumlah bakteri

Jika y fungsi bernilai positif dalam t, dan k suatu konstanta persamaan

dy
diferensial =ky … … …(1)
dt

menyatakan bahwa laju perubahan y sebanding dengan besarnya y pada sebarang


waktu t.

Persamaan (1) adalah persamaan differensial terpisahkan dan dapat ditulis:

∫ dy / y=∫ k dt
ln y=kt + c

y=e(kt +c)

y=ekt e c atau y=( Ae)kt … … …(2)

Dimana A=e c konstanta sebarang. Nilai konstanta k dalam persamaan (2) tergantung
pada sifat masalah. Jika k bernilai positif maka persamaan (2) disebut hukum
pertumbuhan eksponensial. Jika k bernilai negative maka persamaan (2) disebut
hukum peluruhan eksponensial.

Contoh:

17
Jumlah bakteri dalam suatu kultur adalah 10.000, setelah dua jam menjadi
40.000. di bawah persyaratan perkembangan yang ideal, menjadi berapa jumlah
bakteri setelah lima jam?

Jawab:

Di bawah persyaratan yang menguntungkan laju perkembangan bakteri dalam suatu


kultur sebanding dengan jumlah bakteri pada saat itu. Jika y banyaknya bakteri dalam

dy
kultur pada waktu t maka laju perkembangannya adalah: =ky … … …(1)
dt

Dengan k faktor pembanding, dengan mengintegralkan persamaan (1)

dy
=k dt
dt

∫ 1/ y =∫ k dt
ln y=kt + c … … … (2)

pada saat awal t = 0 jumlah bakteri 10.000 (y = 10.000) sehingga dengan


memasukkan nilai tersebut ke persamaan (2);

ln 10000=k (0)+c

memasukkan c ke persamaan (2) menjadi:

ln y=kt + ln 10000

untuk t = 2 jam y = 40.000

ln y 40000=2 k +ln 10000

1
k= ¿
2

1
¿ ¿
2

¿ ln √ 4=ln 2

Memasukkan k ke persamaan (2) menjadi:

ln y = t ln 2 + ln 10.000

18
untuk t = 5 jam y = ….?

ln y = 5 ln 2 + ln 10.000

ln y = ln 25 (10.000)

y = 320.000

jadi setelah lima jam jumlah bakteri menjadi 320.000

BAB 3
PENUTUP

19
3.1 Kesimpulan
Persamaan differensial memegang peranan penting dalam rekayasa, fisika,
ilmu ekonomi dan berbagai macam disiplin ilmu. Teori persamaan differensial sudah
cukup berkembang, dan metode yang digunakan bervariasi sesuai jenis persamaan.
Persamaan differensial terbagi menjadi dua yaitu persamaan differensial biasa dan
persamaan differensial parsial. Persamaan differensial biasa (PDB) adalah persamaan
differensial di mana fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari
variabel bebas tunggal. Persamaan differensial parsial (PDP) adalah persamaan
differensial di mana fungsi yang tidak diketahui adalah fungsi dari banyak variabel
bebas, dan persamaan tersebut juga melibatkan turunan parsial. Didalam persamaan
differensial biasa, dipelajari tentang konsep persamaan differensial linear dan
Persamaan differensial linear orde satu. Persamaan differensial linear adalah
persamaan yang mengandung turunan tingkat satu yaitu turunan dengan satu peubah
bebas. Sedangkan Persamaan differensial linear orde satu adalah persamaan yang
mengandung turunan tingkat satu dimana turunan tertinggi yang terdapat dalam
persamaan tersebut adalah satu.

20
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Persamaan_Diferensial_Biasa

http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Buku/Metode%20Numerik/BAb-%2008%20Solusi
%20Persamaan%20Diferensial%20Biasa.pdf

http://zakylubismy.blogspot.com/2011/11/aplikasi-persamaan-diferensial-pada.html,

http://share.its.ac.id/mod/page/view.php?id=1738

http://abrari.wordpress.com/2009/12/17/wxmaxima-software-matematika-handal/

http://sriendang90.wordpress.com/2012/12/25/aplikasi-maple-pada-matematika/

http://maticducati.blogspot.com/2012/03/software-matematika-precalculus.html

Benni A. Pribadi, Ph.D. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat

Gagne, R.M dkk. (2005). Principles of Instructional Design. Newyork: Wadsworth Publishing Co.

Sahid, MSc. 2003. Penggunaan MAPLE untuk pembelajaran Aljabar. Universitas Negeri Yogyakarta:
Journal “Lab Komputer Jurdik Matematika FMIPA UNY

http://heriantisamsu.blogspot.com/2011/10/kegunaan-maple.html

http://blog.student.uny.ac.id/intandz/2011/02/23/matlab/

http://id.scribd.com/doc/96716054/Tugas-Aplikasi-Sistem-Persamaan-Linear-dengan-Matlab

http://syahwilalwi.blogspot.com/2011/04/solusi-persamaan-linear-dengan-linprog.html

http://leoriset.blogspot.com/2009/01/matematika-dalam-kehidupan-nyata.html

http://www.dewinuryanti.com/arsip/fungsi-software-maple-dalam-pembelajaran-matematika.html

http://norrizal96.blogspot.com/2010/10/fungsi-matematika-pada-kehidupan-sehari.html

21

Anda mungkin juga menyukai